PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwujudtan dari
dasar 1945 dan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk
mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah
pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta
1
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian yang paling banyak terjadi pada anak di Negara sedang berkembang.
kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak dua
Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh
anak- anak, baik di Negara berkembang maupun di Negara maju (WHO, 2003 ).
Di Indonesia terjadi lima kasus diantara 1000 bayi atau Balita, ISPA
meninggal tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus perhari, atau
17 anak perjam atau seorang bayi tiap lima menit (Siswono, 2007). Faktor-faktor
yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu antara lain: umur, jenis
kelamin, keadaan gizi, kekebalan, lingkungan, imunisasi yang tidak lengkap dan
2
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pertusis menyebapkan
600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara
dalam tahun 1983. Hampir 80 % anak- anak yang tidak di imunisasi menderita
pada bayi (umur < 1 tahun). Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko
terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2
tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun
imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Daulay,
2008).
pada saat ini fasilitas pelayanan imunisasi telah tersedia dimasyarakat, tetapi
Kasus ISPA di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota palu dari sepuluh
penyakit terbesar di kota Palu, penyakit ISPA selalu menduduki peringkat teratas
setiap tahunnya dan berdasarkan data yang diperoleh pada bidang kepegawaian
Puskesmas Tawaeli yaitu pada tahun 2010 jumlah penderita ISPA sebanyak
2033 anak dan berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa cukup banyak anak
yang menderita penyakit ISPA. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
3
penelitian tentang “ Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Terhadap Kejadian
ISPA Pada Balita 0-5 Tahun Di Puskesmas Tawaeli Kota Palu Tahun 2011”
B. Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan umur dan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada
balita usia 0-5 tahun di Puskesmas Tawaeli Kota Palu Tahun 2011”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
kejadian ISPA pada balita usia 0-5 tahun di Puskesmas Tawaeli Kota Palu
tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
balita usia 0-5 tahun di Puskesmas Tawaeli kota Palu tahun 2011.
balita usia 0-5 tahun di Puskesmas Tawaeli kota Palu tahun 2011.
4
2. Bagi Institusi Pendidikan
3. Bagi Peneliti
bagi peneliti.
1.
5
2. B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ISPA
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus
2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri
6
Korinebakterium Diffteria. Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (Achmadi dkk.,
2004).
dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas
terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran
3. Klasifikasi ISPA
(Setiowulan, 2001).
memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas
7
bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat
dan retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak
batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu
tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD
PERSI, 2002).
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat
dan ISPA ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi
kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit
atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA
ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan
tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah
sebagai berikut :
8
1) Batuk.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oc atau jika dahi anak
dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau
Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus
1) Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
9
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak
menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 39 0C,
petugas kesehatan.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA
ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
bernapas.
10
5. Pencegahan ISPA
bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
ISPA adalah:
1) Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan
3) Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi
atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada
11
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Pengobatan segera
vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu
manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD
PERSI, 2002).
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan.
12
4) Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat. Seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya diri
yang dihadapi. Semakin muda umur seseorang dalam menghadapi masalah maka
umur tertentu saja (Azrul, 1999). Dimana pada umumnya daya tahan tubuh orang
dewasa jauh lebih kuat daripada daya tahan tubuh bayi atau anak-anak. Umur
13
merupakan variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat
1. Pengertian
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
14
Berdasarkan asal mulanya imunitas dibagi menjadi dua hal yaitu pasif
dan aktif. Pasif ialah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan
tetapi hanya menerima saja, sedangkan aktif adalah bila tubuh anak ikut
kekebalan (imunitas) pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit
Semua bayi memiliki kekebalan yang didapati dari sang bunda semasa
dalam kehamilam namun kekebalan yang dimiliki sang bayi ada yang
terbatas oleh sebab itu diperlukan kekebalan tambahan yaitu vaksinasi buatan
yang terdiri dari virus dan kuman yang sudah dilumpuhkan. Pemberian
vaksin ini relatif aman dan sudah melalui tahapan uji coba dibeberapa daerah
agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut
pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam
tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua
yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari sistem humoral dan seluler. Sistem
15
bentuknya. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut
akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna
atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam
tubuh, kondisi ini yang yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan
proses tersebut di atas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi
a. Imunitas aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
16
b. Imunitas pasif
Tubuh bayi atau anak tidak membuat zat antibody sendiri tapi kekebalan
tersebut diperoleh dari luar setelah mendapat zat penolak, sehingga proses
cepat tapi tidak tahan lama. Imunitas pasif dibagi menjadi dua yaitu:
1) Imunitas pasif bawaan terdapat pada bayi baru lahir (neonatus) sampai
2) Imunitas pasif di dapat zat anti didapatkan oleh anak dari luar dan
hanya berlangsung pendek, yaitu dua sampai tiga minggu karena zat
anti seperti ini akan dikeluarkan dari tubuh anak. Bahan zat anti
demikian dapat berupa globulin gama murni yang pernah didapat dari
3. Tujuan imunisasi
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat
ini penyakit yang dapat dicegah adalah disentri, tetanus, pertusis, campak,
(Alimul, 2005).
17
4. Jenis-jenis vaksin (Mansjoer, 2000) .
a. Vaksin BCG
perihal imunisasi BCG pada umur 0-12 bulan dan BCG ulangan tidak
dosis untuk bayi < 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml.
pelatrut NaCl, 0,9%. Kandungan vaksin terdiri dari bakteri hidup yang
kadaluarsa 1 tahun.
6) Kontraindikasi
18
7) Reaksi yang mungkin terjadi:
parut.
menyembuh spontan.
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan atau tidak boleh
19
6) Dosis vaksin DPT adalah 0,5 ml, intra muskular, baik untuk imunisasi
kadalursa 2 tahun.
9) Kontra indikasi
Usia di atas 7 tahun, demam > 38 oC, sakit berat (terutama kesadaran
Efek samping yang mungkin terjadi dapat berupa demam, nyeri pada
tempat suntikan, bengkak lokal, abses steril, syok dan kejang. Bila
terjadi demam dan nyeri pada tempat suntikan dapat diberi analgetik
c. Vaksin DT
tetanus. Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus, misalnya anak tidak
DPT.
20
3) Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 25 ml, 50 dosis.
4) Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, jernih yang rusak bila beku
demam tinggi.
d. Vaksin Tetanus
tetanus. Sedangkan anti tetanus serum (ATS) dapat dipakai juga untuk
DPT/DT.
2) Sampai saat ini pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan
2 tahun.
21
7) Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi lokal (kemerahan,
renjatan.
e. Vaksin Polio
poliomielitis.
5) Kontraindikasi
6) Efeksamping
22
f. Vaksin Campak
campak.
dari virus campak tidak kurang dari 5.000 TCID50 (Teknetium Infective
Dosis), kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg, dan eritromisin
3) Secara fisik vaksin beku kering dan setelah dilarutkan tidak tahan
4) Kontraindikasi
o
Infeksi berat desertai demam > 38 C, defisiensi imunologis,
hamil.
5) Efeksamping
23
g. Vaksin Hepatitis B
hepatitis B.
3) Hepatitis B-2 diberikan dengan interval satu bulan dari hepatitis B-1
24
5. Cara dan waktu pemberian imunisasi
Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk
Tabel 2.1
Cara Pemberian Imunisasi Dasar
Tabel 2.2
Waktu Yang Tepat Untuk Pemberian Imunisasi Dasar
E. Kerangka Konsep
25
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka ada beberapa
variabel yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu umur dan status imunisasi
serta hubungan variabel-variabel tersebut dengan penyakit ISPA pada balita usia
0-5 tahun 2011. Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep tersebut dibuat dalam
3. Gambar 2.1
Status Imunisasi
Keterangan :
= Variabel independen
= Variabel dependen
= Variabel yang diteliti
D. Hipotesis
tahun 2011.
26
Puskesmas Tawaeli kota Palu
tahun 2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat yang
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Tawaeli kota Palu pada bulan
1. Populasi
(Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua semua ibu
yang memiliki balita usia 0-5 tahun yang menderita ISPA di Puskesmas
2. Sampel
27
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Riduwan,
2006). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita
usia 0-5 tahun yang menderita ISPA di Puskesmas Tawaeli Kota Palu pada
3. Besar sampel
adalah non random sampling dengan cara accidental sampling, yaitu semua
balita usia 0-5 tahun yang menderita ISPA di Puskesmas Tawaeli Kota Palu
D. Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
28
1. Umur Umur pada saat Kuesioner Ordinal Umur 0 - 2 tahun
dilakukan
penelitian yang Umur 3 - 5 tahun
tercantum pada
status responden
Tidak menderia
ISPA
5. E. Pengumpulan Data
a. Data Primer
dengan wawancara pada ibu yang memiliki balita usia 0-5 tahun yang
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari di Puskesmas Tawaeli Kota Palu tentang jumlah
2. Cara pengukuran
memiliki balita usia 0-5 tahun yang menderita ISPA di Puskesmas Tawaeli
29
Kota Palu dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang
F. Pengolahan Data
berikut :
yang salah.
bersifat kategori
analisis.
6. G. Analisa Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
menggunakan bantuan SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% bila p < 0,05
30
berarti hasil perhitungan statistik ada hubungan yang bermakna (signifkan)
dan bila nilai p >0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak ada hubungan
yang bermakna.
H. Penyajian data
7. Untuk penyajian data dari hasil penelitian ini, peneliti menggunakan cara
penyajian dengan bentuk tabel sedemikian rupa dengan teks atau naskah untuk
8. I. Etika Penelitian
bersedia, maka responden harus menanda tangani lembar persetujuan dan jika
nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
31
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
9.
32