15-Maya Febryanti-3419100-UAS Fiqih Muamalah Kontemporer
15-Maya Febryanti-3419100-UAS Fiqih Muamalah Kontemporer
MAYA FEBRYANTI
(3419100)
ABSTRACT
Buying and selling is a business activity that has been going on for a long time in
society. The clear provision in society is that buying and selling has developed
from traditional patterns to modern patterns such as buying and selling credit.
Buying and selling using the credit system is one of the transactions commonly
carried out by Indonesians today. This transaction is in great demand by the
public, because buyers can immediately use the product they dream of, without
having to pay in cash. This transaction is certainly very popular in Indonesia.
The purpose of writing is to reveal the law of buying and selling credit in Islamic
law.
A. Pendahuluan
Kegiatan jual beli pada umumnya dilakukan dengan bertemu langsung antara
penjual dan pembeli di suatu tempat seperti pasar. Namun, saat ini kegiatan jual
beli sudah dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah menggunakan sistem
online dari gawai yang sudah terkoneksi dengan internet. Jika berbicara mengenai
bisnis online, seharusnya tidak hanya berbicara tentang pangsa pasar yang ada di
Indonesia, tetapi dunia. Karena melalui internet, semua orang yang ada di dunia
bisa saling berhubungan dan berinteraksi dengan tidak mengenal waktu dan
tempat.
Perkembangan perekonomian pada era globalisasi dewasa ini menjanjikan
peluang yang besar pada umat manusia, juga meninggalkan persoalan dan
tantangan, khususnya dalam bidang hukum muamalat. Muamalat dalam istilah
populer sering dipersamakan dengan transaksi. Dalam kenyataannya,
perkembangan transaksi baik dari segi bentuk, jenis, maupun metodenya pada era
globalisasi ini berkembang sangat cepat.
2
1
Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau Dari Persefektif Hukum Islam, Yurisprudentia
Vol. 2, No. 2 Desember thn 2016. hal 20.
2
Ibid hal 20.
3
Istilah jual beli kredit dalam kajian disiplin ilmu fikih bukanlah termasuk
terminologi yang mandiri dan sentral. Ini dikarenakan dalam kitab-kitab induk
fikih sekalipun, istilah tersebut tidak pernah menempati posisi pembahasan yang
mandiri, komprehensif dan integral. Oleh karena itu, wajar jika dalam berbagai
literatur tak satu pun yang mengungkapkan pengertian istilah tersebut secara
terminologi.3
Pada zaman sekarang masih terdapat jual beli secara kredit, fenomena ini
yang akan coba kaji lebih mendalam tentang hukum jual beli kredit dalam
pandangan Islam. Hal ini merupakan suatu fenomena yang berkembang dalam
jual beli Islam, namun masih ada pro dan kontra terkait staus jual beli kredit yang
diperboleh dan dilarang dalam Islam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kredit merupakan cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai
(pembayaraan ditunda atau ditangguhkan).4
Adapun istilah kredit yang dalam bahasa arab disebut taqsith merupakan
istilah yang lazim dalam bahasa sehari-hari yang diartikan sebagai pinjaman
sejumlah uang. Selain itu kredit berasal dari bahasa latin credere, yang berarti
kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian
kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu. Dalam pengertian
umum kredit didasarkan pada kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk
membayar uang sejumlah uang pada masa yang akan datang.5
Menurut istilah (terminologi), bai’ bi-taqsith atau jual beli kredit adalah
menjual sesuatu dengan pembayaran yang diangsur dengan cicilan tertentu, pada
waktu tertentu dan lebih mahal daripada pembayaran kontan. Muhammad Aqlah
Ibrahim berpendapat bahwa, ada beberapa pedoman yang dapat dijadikan
pegangan dalam memahami maksud bai’ bit taqsith secara syar’i. Pertama,
seorang pedagang menjual barang dagangannya secara kreditdengan ketentuan
harga lebih tinggi daripada secara tunai. Kedua, taqsith ialah membayar hutang
3
Muhibbuddin, Kredit: Suatu Kajian Perspektif Hukum Islam, Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol.
13, No. 2, thn 2017. hal 229.
4
Alif Ilham Akbar Fatriansyah, Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli Kredit, SUHUF, Vol. 32,
No. 1, Mei thn 2020. hal 52.
5
Qamarul Huda, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Teras) thn 2011. hal.55.
4
8
Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau Dari Persefektif Hukum Islam, Yurisprudentia
Vol. 2, No. 2 Desember thn 2016. hal 20.
6
Ayat diatas merupakan jawaban bagi kita sesama manusia untuk saling
tolong menolong dalam hal kebaikan, bisa diartikan dalam kegiatan jual beli
tolong menolong bisa dilakukan dengan pembayaran secara kredit karena tidak
semua manusia dapat memenuhi kebutuhannya secara cukup, oleh karena itu
kredit bisa digunakan sebagai jalan keluar. Sebagaimana dalam firman Allah
SWT Surat Al-Baqarah (2): 24511
َث ْ
ث ِلت ث
َ لَُن لُن ا ا ا
ً لَ ل ًن لَُن ل ا
ُ تّل لَ ْْ ن يَن ْ ن ي ل ْ َلا ا
َ َْ
ُِث ث ْ
ث ِ
ث
و ل
ُّ لَ ُْ َن ْْ لَ َن ل ً ل ا نا لَ لًن ل ن ل ْ ن ل ل ْ ن ن
ا ْ َل
ََْر َ تّ يَ ُ َي َ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNya-lah
kamu dikembalikan”.
Dalam hakikatnya jika transaksi jual beli secara kredit dilakukan merupakan
hal yang mutlak harus dipenuhi oleh pembeli sebagai pihak yang menyepakati
harga dan aturan terkait. Hal ini berimbas bahwa segala hal terkait transaksi
11
Ibid. hal 49.
8
hingga pelunasan dilakukan secara tepat waktu. Bisa diartikan bahwa jual beli
kredit termasuk utang pembeli terhadap penjual, karena pembeli dikenakan beban
pembiayaan hingga pelunasannya, oleh karena itu seorang pembeli harus bisa
menjaga amanah agar terhindar dari hal yang Allah tidak ridha. Dalam
pembahasan akan ditunjukkan sebagian kecil tentang dua sudut pandang tentang
jual beli kredit.12
12
Alif Ilham Akbar Fatriansyah, Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli Kredit, SUHUF, Vol. 32,
No. 1, Mei thn 2020. hal 52-53.
9
para pedagang yang menjual dengan kredit, maka haram hukumnya dengan dasar
bahwa tambahan harga itu berhubung masalah waktu dan itu sama dengan riba.
Jumhur ulama membolehkan jual beli kredit ini, karena pada asalnya boleh
dan nash yang mengharamkannya tidak ada. Jual beli kredit tidak bisa
dipersamakan dengan riba dari segi manapun. Oleh karena itu seorang pedagang
boleh menaikkan harga menurut yang pantas, selama tidak sampai kepada batas
pemerkosaan dan kezaliman.Kalau sampai terjadi demikian, maka jelas
hukumnya haram.13
kehidupan umat manusia secara umum telah mengalami kemajuan dan banyak
perubahan.
Tidak pelak lagi, untuk dapat mengetahui hukum berbagai hal yang
dilakukan oleh masyarakat sekarang, kita harus mengadakan studi lebih
mendalam untuk mengetahui tingkat kesamaan antara yang ada dengan yang
pernah diterapkan di zaman Nabi SAW. Bisa saja, nama tetap sama, akan tepai
kandungannya jauh berbeda, sehingga hukumnyapun berbeda. Adalah kesalahan
besar bagi seorang mujtahid ketika hendak berijtihad, hanya berpedoman kepada
kesamaan nama, tanpa memperhatikan adanya pergeseran atau perkembangan
makna dan kandungannya.
Diantara jenis transaksi yang telah mengalami perkembangan makna dan
penerapannya adalah transaksi perkreditan. Dahulu, transaksi ini hanya mengenal
satu metode saja, yaitu metode langsung antara pemilik barang dengan konsumen.
Akan tetapi di zaman sekarang, perkreditan telah berkembang dan mengenal
metode baru, yaitu metode tidak langsung, dengan melibatkan pihak ketiga.
Dengan demikian pembeli sebagai pihak pertama tidak hanya bertransaksi
dengan pemilik barang, akan tetapi ia bertransaksi dengan dua pihak yang
berbeda. Pihak kedua Pemilik barang, Pihak ketiga Perusahaan pembiayaan atau
perkreditan atau perbankan. Perkreditan semacan ini biasa kita temukan pada
perkreditan rumah (KPR), atau kendaraan bermotor.16
16
Adanan Murroh Nasution, Jual Beli Kredit Ditinjau Dari Persefektif Hukum Islam, Yurisprudentia
Volume 2 Nomor 2 Desember thn 2016. hal 22-23.
11
1. Jual beli kredit dimana barang yang dijual secara kredit memilki
kesamaan harga jika dijual dengan sistem pembayaran tunai. Artinya,
barang yang diperjual belikan memiliki nilai harga yang sama, baik
dijual dengan menggunakan sistem pembayaran kredit maupun tunai.
2. Jual beli kredit dimana barang yang diperjual belikan secara kredit
harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan pembayaran secara
tunai.
Dilihat deri segi bentuk pembayarannya, ada yang dilakukan sekaligus bila
sudah sampai waktu yang ditetapkan, dan ada yang dilakukan secara cicilan atau
angsuran sesuai dengan waktu dan jumlah pembayaran yang disepekati
bersama.17
KESIMPULAN
Jual beli kredit adalah jual beli dengan sistem pembayaran diangsur dengan
cicilan tertentu, dan lebih mahal daripada pembayaran secara kontan/tunai. Para
ulama berpendapat hukum jual beli ini diperbolehkan. Jumhur ulama
membolehkan jual beli kredit ini, karena pada asalnya boleh dan nash yang
mengharamkannya tidak ada. Jual beli kredit tidak bisa dipersamakan dengan riba
dari segi manapun. Adapun dua macam bentuk dari jual beli kredit yaitu:
1. Jual beli kredit dimana barang yang dijual secara kredit memiliki
kesamaan harga jika dijual dengan sistem pembayaran tunai.
2. Jual beli kredit dimana barang yang diperjual belikan secara kredit
harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan pembayaran secara
tunai.
Pada zaman dahulu, praktek perkreditan yang dijalankan masyarakat masih
sangat sederhana, tetapi akan zaman sekarang perubahan masyarakat mengalami
banyak kemajuan dan perubahan. Jual beli kredit ini mempunyai manfaat bagi
penjual dan pembeli yaitu penjual bisa membuat dagangannya cepat laku dan
para pembeli bisa mendapatkan barang yang diinginkannya walaupun mereka
belum memiliki cukup uang. Mereka membayar barang tersebut dengan cara
mengangsur yang sesuai kesepakatan dan kemampuan. Sehingga jual beli kredit
ini bisa mewujudkan kemaslahatan umat dan menjadi solusi bagi kesulitan yang
mereka jumpai dalam kehidupan mereka.
13
DAFTAR PUSTAKA