4. Burhamtoro 1424010038
i
“PENCURIAN KAYU DI SITUBONDO”
4. Burhamtoro 1424010038
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada seluruh umat-Nya. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda
Rasulullah SAW yang menjadi teladan untuk umat seluruh alam.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Prof. DR. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM. selaku dosen pendidikan kewarganegaraan
dan media – media lain nya yang membantu saya dalam pengetikan.
Segala daya dan upaya penulis lakukan yang terbaik untuk menyusun makalah ini,
akan tetapi dengan keterbatasan waktu, tenaga dan minimnya pengalaman, tentunya masih
banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
serta kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan langkah penulis
kedepan.
Sekian, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Ketua kelompok
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
JUDUL..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………...………………....45
B. Saran ………………………………………………………………….....45
C. Daftar Pustaka...........................................................................................47
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Begitu juga Oemar Seno Adji (Lihat Seno Adjie, 1980) menemukan tiga
bentuk negara hukum yaitu rechtstaat dan rule of law, socialist legality dan negara
hukum Pancasila. Menurut Seno Adji antara rechtstaat dan rule of law memiliki
basis yang sama. Menurut Seno Adji, konsep rule of law hanya pengembangan
semata dari konsep rechtstaats. Sedangkan antara konsep rule of law dengan
socialist legality mengalami perkembangan sejarah dan idiologi yang berbeda,
dimana rechtstaat dan rule of law berkembang di negara Inggris, Eropa
kontinental dan Amerika Serikat sedangkan socialist legality berkembang di
negara-negara komunis dan sosialis. Namun ketiga konsep itu lahir dari akar yang
sama, yaitu manusia sebagai titik sentral (antropocentric) yang menempatkan
rasionalisme, humanisme serta sekularisme sebagai nilai dasar yang menjadi
sumber nilai
3
yang umum, jelas, prospektif dan pasti. Sedangkan perkembangan terakhir dari
konsep negara hukum versi formal adalah democracy and legality, dimana
kesepakatanlah yang menentukan isi atau substansi hukum. Sedangkan versi
substantif konsep negara hukum berkembang dari individual rights, dimana
privacy dan otonomi individu serta kontrak sebagai landasan yang paling pokok.
Kemudian berkembang pada prinsip hak-hak atas kebebasan pribadi dan atau
keadilan (dignity of man) serta berkembang menjadi konsep social welfare yang
mengandung prinsip-prinsip substantif, persamaan, kesejahteraan serta
kelangsungan komunitas.
4
Indonesia dan perbedaannya dengan konsep rechtstaat atapun rule of law serta
perkembangan pemahaman dan konsepnya pada tingkat implementasi dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan dan hukum dalam praktik (law in
action).
Pada sisi lain konsep rule of law ditentang oleh para ahli hukum yang
menganut paham Marxis yang memperkenalkan istilah socialist legality. Jika
konsep rule of law ditujukan pada satu titik sentral, yaitu dignity of man sehingga
kekuasaan negara harus dibatasi maka dalam konsep sosialist legality, hukum
sebagai guiding principles yang meliputi segala aktivitas dari organ-organ negara,
pemerintahnya, pejabat-pejabatnya serta warga-warganya. Dalam kaitan ini
Oemar Seno Adji berkesimpulan bahwa socialist legality lebih memberi
kemungkinan bagi uniformitas dan similiaritas dalam asa-asanya daripada variatas
yang bermacam-macam. Ia dapat dikembalikan kepada putusan Lenin mengenai
“On the precise observance of laws” yang menghendaki agar supaya semua warga
5
negara, organ-organ negara dan pejabat-pejabat mematuhi hukum dan dektrit-
dekrit dari penguasa Uni Sovyet (Oemar Seno Adji, 1980: 13). Hak-hak individu
dalam konsep socialist legality tetap dihormati, akan tetapi harus dikaitkan dengan
dan tunduk pada cita-cita masyarakat sosialis. Karena itu pembatasan tidak saja
difokuskan pada kekuasaan negara terhadap individu tetapi juga pada kebebasan
individu terhadap negara dan cita masyarakat sosialis. Demikian juga pengadilan
yang independen diakui, tetapi memberikan hak kepada pemerintah untuk
memberikan rekomendasi, usul dan saran. Walaupun Uni Soviet sudah runtuh
sebagai sebuah negara namun konsep socialist legality tetap memiliki pengaruh
dan menjadi kajian yang menarik sebagai sumber pengembangan konsep negara
hukum pada masa kini dan ke depan.
6
masyarakat Indonesia sendiri, tetapi “barang impor”. Negara hukum adalah
bangunan yang “dipaksakan dari luar”. Lebih lanjut menurut Satjipto, proses
menjadi negara hukum bukan menjadi bagian dari sejarah sosial politik bangsa
kita di masa lalu seperti terjadi di Eropa.
7
Pidato Soekarno ini, nampaknya merupakan rangkuman pernyataan dan
pendapat dari para anggota BPUPK dalam pemandangan umum mengenai dasar
negara yang dimulai sejak tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni itu. Kesemuanya
mengemukakan pentingnya dasar Ketuhanan ini menjadi dasar negara, terutama
pandangan dan tuntutan dari para tokoh Islam yang menghendaki negara
berdasarkan Islam. Dengan demikian negara hukum Indonesia berbeda dengan
konsep negara hukum Barat yang menganut hak asasi dan kebebasan untuk ber-
Tuhan maupun tidak ber-Tuhan, serta tidak memungkinkan kampanye anti Tuhan
maupun anti agama dalam konsep socialist legality.
Dengan demkian posisi agama dalam negara hukum Pancasila tidak bisa
dipisahkan dengan negara dan pemerintahan. Agama menjadi satu elemen yang
sangat penting dalam negara hukum Pancasila. Negara hukum Indonesia tidak
mengenal doktrin “separation of state and Curch”. Bahkan dalam UUD 1945
setelah perubahan nilai-nilai agama menjadi ukuran untuk dapat membatasi hak-
hak asasi manusia (lihat Pasal 28J UUD 1945). Negara hukum Indonesia tidak
memberikan kemungkinan untuk adanya kebebasan untuk tidak beragama,
kebebasan untuk promosi anti agama serta tidak memungkinkan untuk menghina
atau mengotori ajaran agama atau kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan
agama ataupun mengotori nama Tuhan. Elemen inilah yang merupakan salah satu
elemen yang menandakan perbedaan pokok antara negara hukum Indonesia
dengan hukum Barat. Sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan negara,
pembentukan hukum, pelaksanaan pemerintahan serta peradilan, dasar ketuhanan
dan ajaran serta nilai-nilai agama menjadi alat ukur untuk menentukan hukum
yang baik atau hukum buruk bahkan untuk menentukan hukum yang
konstitusional atau hukum yang tidak konstitusional.
8
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. (Masyhur Effendi, 1994)
9
(bagimu agamamu, bagiku agamaku). Oleh sebab itu, tidak diperbolehkan
adanya pemaksaan dalam memeluk agama. Tetapi dalam sejarah kemudian
menurut Masdar F. Mas’udi, hak perlindungan atas agama ini
diterjemahkan dalam aturan hukum yang memberi ketentuan keras
terhadap orang yang pindah agama. Padahal dalam konteks yang paling
mendasar (Al-Qur’an), tidak ada pemaksaandalam ketentuan memeluk
agama.
10
BAB III
PEMBAHASAN
b. Achmad Ali
Hukum ialah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa
yangsalah yang dibuat atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang
dituangkanbaik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak
tertulis, yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya
secara keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan
itu (2008).
11
c. Immanuel Kant
d. Leon Duguit
12
3.1.2 Tujuan hukum
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan
diterima oleh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari
masyarakat tersebut. Dengan demikian, hukum itu bertujuan untuk:
13
3.1.3 Penggolongan hukum
a. Menurut sumber hukum
14
karena itu, hukum tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim
untuk memutuskan perkara yang belum pernah diatur didalam undang-undang.
Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya. Pendapat para sarjana hukum
yang ternama juga mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam pengambilan
keputusan oleh hakim. Ketika akan menetapkan apa yang akan menjadi dasar
keputusannya, hakim sering menyebut atau mengutip pendapat. Pendapa titu
menjadi dasar keputusan hakim tersebut. Doktrin bisa menjadi sumber hukum
formal apabila digunakan oleh para hakim dalam memutuskan perkara melalui
yurisprudensi di mana doktrin tersebut menjadi alasan atau dasar hakim dalam
memutuskan perkara tersebut.
Undang-undang
Pengertian undang-undang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
b) Undang-undang dalam arti formal ialah setiap keputusan penguasa yang
dilihat dari bentuknya dan cara terjadinya dapat disebut undang-undang. Jadi,
undang-undang dalam arti formal merupakan ketetapan pengua sayang
memperoleh sebutan undang-undang karena cara pembentukannya.Misalnya,
ketentuan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 (amendemen) yangberbunyi: “Presiden
memegang kekuasaan membentuk undang-undangdengan persetujuan Dewan
15
Perwakilan Rakyat”. Jadi, undang-undang yang dibentuk oleh presiden bersama
DPR tersebut dapat diakui sebagaisumber hukum formal karena dibentuk oleh
yang berwenang sehingga derajat peraturan itu sah sebagai undang-undang.
Yurisprudensi
Yurisprudensi ialah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak
diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa. Munculnya yurisprudensi dikarenakan adanya
peraturan perundang-undangan yang kurang maupun tidak jelas pengertiannya
sehingga menyulitkan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Untuk itu, hakim
membuat maupun membentuk hukum baru dengan cara mempelajari putusan-
putusan hakim terdahulu, khususnya tentang perkara-perkara yang sedang
dihadapinya.
Diakuinya yurisprudensi sebagai sumber hukum didasarkan pada bunyi Pasal 22B
Algemeene Bepalingenvan Wetgeving voor Indonesia (AB) atau ketentuan-
ketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk Indonesia yang
menyatakan bahwa hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan suatu
perkara dengan alasan bahwa peraturan perundangan yang bersangkutan tidak
menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk
dihukum karena menolak mengadili. Hal itu sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) UU
No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi: “Pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih hanya hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya”.
Traktat
Traktat ialah perjanjian dalam hubungan internasional antara satu negara dengan
negara lainnya. Apabila dua orang mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang
sesuatu hal, maka mereka lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah
pihak-pihak yang bersangkutan terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan itu.
Hal ini disebut pacta sunt servanda, yang berarti bahwa perjanjian mengikat
16
pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.
Traktat dapat dibedakan menjadi dua.
b. Menurut sasarannya
1) Hukum satu golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi satu golongan
tertentu.
2) Hukum semua golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi semua golongan
Kewarganegaraan RI-RRC.
c. Menurut Bentuknya
1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk
tertulis,resmi, dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara. Contohnya,
UUD1945. Mengenai hukum tertulis, ada yang telah dikodifikasikan dan yang
17
belum dikodifikasikan. Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu
dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.
2) Hukum tidak tertulis, yaitu kebiasaan-kebiasan yang tumbuh dan terpelihara
dalam masyarakat atau hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan
masyarakat tertentu (hukum adat). Dalam praktik ketatanegaraan, hukum tidak
tertulis disebut konvensi. Contohnya, pidato kenegaraan presiden setiap tanggal
16 Agustus.
d. Menurut isinya
1) Hukum publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara negara dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan
perseorangan (warga negara). Dalam arti formal, hukum publik mencakup hukum
acara, hukum tata negara, hukum administrasi negara, dan hukum pidana.
Hukum Acara
Hukum acara disebut juga hukum formal (pidana dan perdata). Hukum acara atau
hukum formal ini adalah rangkaian kaidah hukum yang mengatur cara-
carabagaimana mengajukan suatu perkara kemuka suatu badan peradilan serta
caracarahakim memberikan putusan. Hukum acara dibedakan menjadi dua, yaitu
hukumacara pidana dan hukum acara perdata.
18
Hukum tata negara.Hukum tata negara ialah peraturan-peraturan hukum
yang mengatur tentang bentuk, sifat, serta tugas negara berikut susunan
pemerintahan serta ketentuan yang menetapkan hak serta kewajiban warga
negara terhadap pemerintah. Demikian pula sebaliknya, hak serta
kewajiban pemerintahan terhadap warga negarnya. Hukum tata negara
hanya khusus menyorot negara tertentu saja yang menitik beratkan pada
hal-hal yang bersifat mendasar dari negara.
Hukum pidana
Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran serta kejahatan
terhadap kepentingan umum sehingga perbuatan tersebut diancam dengan
hukuman. Bentuk maupun jenis pelanggaran serta kejahatan tertuang dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pelanggaran ialah perbuatan yang
diancam dengan hukuman denda. Misalnya, pengendara motor tidak membawa
SIM atau tidak mengenakan helm. Kejahatan ialah perbuatan yang melawan
hukum mengenai persoalan besar. Misalnya, penganiayaan, pembunuhan,
dan pencurian.Hukum pidana tidak berlaku terhadap perbuatan yang dilakukan
sebelum undang-undang ini diadakan. Prinsip ini sesuai dengan Pasal 1ayat (1)
KUHP, yang menyatakan bahwa suatu perbuatan tidak dapat dihukum selain atas
kekuatan aturan pidana dalam undang-undang yang diadakan sebelum perbuatan
itu terjadi.
2) Hukum privat
Pada pengertian luas, hukum privat (perdata) ialah rangkaian peraturan hukum
yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya, dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Pembagian dan
sistematika hukum perdata adalah sebagai berikut.
19
Hukum kekayaan
Pengertian hukum kekayaan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang
hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan
mengatur benda (segala barang serta hak yang dapat menjadi milik orang maupun
objek hak milik) serta hak-hak yang dapat dimiliki atas benda. Hukum ini
mencakup dua hal berikut.
a) Hukum benda, yakni hukum yang mengatur hak-hak kebendaan yang
bersifat mutlak. Artinya, hakterhadap benda diakui serta dihormati oleh setiap
orang.
b) Hukum perikatan, yaitu hukum yang mengatur hubungan yang bersifat
kehartaan antara dua orang atau lebih. Pihak pertama berhak atas sesuatu prestasi
(pemenuhan sesuatu), sedangkan pihak lain wajib memberikan sesuatu. Pihak
yang wajib memenuhi perikatan tersebut disebut debitur, sedangkan pihak yang
berhak atas pemenuhan sesuatu perikatan disebut kreditur. Objek perikatan ialah
prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan.
Hukum perorangan
Pengertian hukum perorangan ialah himpunan peraturan yang mengatur manusia
sebagai subjek hukum dan tentang kecakapannya memiliki hak-hak serta
bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknyaitu. Manusia dan badan hukum
(PT, CV, Firma, dan sebagainya)merupakan “pembawa hak” atau sebagai “subjek
hukum”.
Hukum waris
Hukum yang mengatur benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia
disebut hukum waris. Hukum ini mengatur akibat dari hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang. Hukum waris mengatur pembagian harta
peninggalan, ahli waris, urutan penerima waris, hibah, serta wasiat.
20
Hukum keluarga
Hukum keluarga ialah hukum yang memuat rangkaian peraturan yang timbul dari
pergaulan hidup keluarga. Hubungan keluarga terjadi sebagai akibat adanya
perkawinan yang sah antara seorang laki-lakidan perempuan.
Hukum dagang bisa juga disebut hukum perdata dalam pengertian sempit. Van
Khan berpendapat bahwa hukum dagang ialah satu tambahan hukum perdata,
tambahan khsusus (lex spesialis). Hukum dagang tidaklah berdiri sendiri lepas
dari hukum perdata, melainkan melengkapi hukum perdata.
Hukum adat ialah peraturan hukum yang tumbuh serta berkembang pada
masyarakat tertentu dan hanya dipatuhi oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hukum adat biasanya merupakan perbuatan berulang-ulang terhadap hal yang
sama, kemudian diterima serta disetujui oleh masyarakat sehingga bagiorang yang
melanggarnya akan merasa bertentangan dengan perasaan hukum. Beberapa
contoh hukum adat ialah perkawinan adat Batak berdasarkan garis keturunan
patrilineal, tata cara pernikahan daerah Jawa, dan pembagian warisan (adat) di
Minangkabau menurut garis keturunan matrilineal.
e. Menurut wujudnya
1) Hukum subjektif, yakni hukum yang timbul dari hukum objektif yang
dihubungkan dengan seseorang tertentu. Contohnya, UU No. 1/74 tentang
Perkawinan.
21
2) Hukum objektif, yaitu hukum dalam negara yang berlaku umum dan tidak
mengenal orang atau golongan tertentu. Contohnya, UU No. 14/92 tentang Lalu
Lintas.
2) lus constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang.
3) Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang berlaku di mana-mana segala waktu
dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu
melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di
seluruh tempat.
1) Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di suatu daerah
tertentu.Contohnya, Hukum Adat Batak, Jawa, Dayak, dan Minangkabau.
2) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di suatu negara tertentu.
3) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara
dua negara atau lebih. Contohnya, hukum perang dan hukum perdata
internasional.
22
Berdasarkan tugas dan fungsinya, hukum terbagi atas hukum material dan hukum
formal. Hukum yang mengatur peraturan yang berhubungan dengan kepentingan
yang berwujud perintah dan larangan disebut hukum material. Misalnya, hukum
pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Hukum yang mengatur cara
bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material apabila hukum material
dilanggar disebut hukum acara atau formal. Misalnya, bagaimana cara
mengajukan tuntutan dan cara hakim mengambil keputusan.
23
Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan
pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan padalegalitas. Artinya pemerintah tidak
dapat melakukan tindakan pemerintahan tanapa dasar kewenangan.
Unsur-unsur yang berlaku umum bagi setiap negara hukum, yakni sebagai
berikut:
24
keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu; “Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia”. Tujuan-
tujuan ini diupayakan perwujudannya melalui pembangunan yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan dalam program jangka pendek, menengah,
dan panjang.
25
3.3 HAM di Indonesia
Sifat HAM adalah universal, artinya berlaku untuk semua manusia tanpa
membeda-bedakan suku, ras, agama, dan bangsa (etnis). HAM harus ditegakkan
demi menjamin martabat manusia seutuhnya di seluruh dunia. Hal itu tercermin
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
26
3. HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia. Hak-
hak tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun
miskin, laki-laki ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja
dilanggar, tetapi tidak pernah dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak
hukum, ini berarti bahwa hak-hak tersebut merupakan hukum. Hak asasi
manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum nasional di banyak negara
di dunia. (C. de Rover)
4. HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas
dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah. (Austin-
Ranney)
5. HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala masa
dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.
(A.J.M. Milne)
6. HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang
berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia
memilikinya karena ia manusia. (Franz Magnis-Suseno)
Ciri khusus HAM
Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan
hakhakyang lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut.
1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan
atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua
hak,apakah hak sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia
yang sudah ada sejak lahir.
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya.
Persamaan adalah salah satu dari ide-ide hak asasi manusia yang
mendasar.
Macam-macam HAM
27
Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan reformasi, maka aspek HAM
berkembang demikian pesat sebagaimana diatur dalam UUD dan perundangan
yang berlaku. Perkembangan tuntutan HAM tersebut berdasar tingkat kemajuan
peradaban budaya bangsa dapat dibagi secara garis besar meliputi bidang berikut
ini.
28
Secara umum, hak asasi asasi manusia terdiri atas lima macam.
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan
tatatertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Setiap orang yang ada di wilayah negara RI wajib patuh pada
peraturanperundang-undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum
internasional (mengenaihak asasi manusia yang telah diterima oleh negara
RI).
3. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada batasan yang ditetapkan oleh undang-undang.
4. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
5. Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawabuntuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik.
Hak Asasi Manusia di Indonesia
HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya bahwa
HAM adalah menjadi jaminan filsafat yang kuat dari filsafat bangsa. Beberapa
instrument HAM yang ada di Indonesia antara lain yaitu Undang – Undang Dasar
1945, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,
Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
instrumennya yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM.
29
3.3 Pengertian Pelanggaran HAM
30
3.4.1 Kasus Pencurian Kayu Oleh Nenek Asyani
31
b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
g. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut
diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan
hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
h. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan
liar;
i. mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan, atau udara;
32
m. menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan,
dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang
diambil atau dipungut secara tidak sah.
Sumber : http://ppid.dephut.go.id/informasi_kemenhut/browse/24
Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945
yang diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat
masalah HAM. Hak asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka
disebut pada bagian pembukaan, alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur
dalam pasal 28, hak memeluk agama pada pasal 29, hak membela negara pada
pasal 30, dan hak mendapat pendidikan, terdapat pada pasal 31. Dalam UUD 1945
yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA, mulai pasal 28 A
sampai dengan pasal 28 J. Pasal 28 A :
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B :
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan sah.
33
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C :
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28 D :
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
Pasal 28 E :
34
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta hendak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28F :
Pasal 28G :
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain. **)
35
Pasal 28H :
(1)Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. **)
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. **)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. **)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa pun. **)
Pasal 28I :
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun. **)
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu. **)
36
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. **)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah. **)
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan. **)
Pasal 28J :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. **)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
**)
Nenek arsyani yang tinggal di sekitar hutan jati terebut telah menjadi
kesewenang-wenangan dari UU P3H (Pencegahan dan Pemberantasan,
Perusakan hutan), dan melanggar HAM Pasal yang berhubungan dengan
pelanggaran kasus yang terjadi yaitu :
37
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pasal 3
38
pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
Bab II
Asas-Asas Dasar
Pasal 3
Pasal 5
39
Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut
dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan
martabat kemanusiaannya di depan hukum.
Bab III
Bagian Keempat
Pasal 18
40
2012 menegaskan hutan adat bukan hutan negara. Hal ini jelas
mengakui hutan adat sebagai entitas tersendiri dikelola
masyarakat hukum adat. “MK telah memulihkan hak
masyarakat adat atas hutan.” Dan setiap UU negara wajib
mengakui dan menghormati hak ulayat masyarakat karena
dilindungi konstitusi dan tidak boleh merugikan rakyat, apalagi
sampai menimbulkan kriminalisasi.
Dan UUD P3H juga yang telah menyeret nenek Arsyani ke dalam jeruji besi ini
bertentangan dan melanggar ham :
Pasal 18B
41
Jakarta; contoh satuan pemerintahan bersifat istimewa adalah Daerah Istimewa
(DI) Yogyakarta dan Daerah Istimewa (DI) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Satuan pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di
Sumatera Barat), dukuh (di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai
kelompok masyarakat di berbagai daerah hidup berdasarkan adat dengan hak-
haknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat bahwa kelompok masyarakat
hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksa-paksakan ada; bukan
dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, kelompok itu harus
diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD. Selain itu,
penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.
Tidak hanya pelanggaran ham terjadi pada kasus nenek Arsyani saja.
Kasus-kasus pelanggaran serupa juga pernah terjadi di Negara Indonesia tercinta
kita yaitu :
42
43
44
Banyaknya kasus pelanggaran ham yang tertera pada table resmi Litbang
Kontras yang tidak di bawa ke perkara hukum sangatlah tidak adil, karena jika di
bandingkan oleh nenek arsyani yang mengambil kayunya sendiri di lahannya
sendiri malah menjadi tersangka dalam DUGAAN pencurian kayu jadi oleh pihak
perhutani, pemerintah tidak boleh sewenang-wenang dengan adanya UU P3H
yang di sahkan pada tahun 2013 ini mengambil hak orang lain atau adat yang ada
sejak zaman dulu di antaranya yaitu nenek Arsyani yang memanfaatkan hutan di
sekitar rumahnya .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
45
Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat penyusun tarik dalam makalah ini :
B. Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Dicey, A.V. Introduction to the study of the Law and the Constitution.
Ninth Edition. MacMilland and CO. London. 1952.
47
Oemar Seno Adji. Peradilan Bebas. Negara Hukum. Erlangga Jakarta.
1980.
Robert Audi dalam Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam
Konstitusi-konstitusi Indonesia, Kencana: Jakarta, hal. 50.
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. (Jakarta : Prenada Media,2003)
http://ppid.dephut.go.id/informasi_kemenhut/browse/24
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e25360a422c2/pendekatan-
irestorative-justice-i-dalam-sistem-pidana-indonesia-broleh--jecky-tengens--sh-
http://www.mongabay.co.id/2015/01/21/sidang-uu-p3h-soal-masyarakat-adat-
inilah-kata-para-ahli/
http://www.tempo.co/read/news/2015/03/19/063651283/Nenek-Asyani-Jalani-
Sidang-Kelima
http://www.blog.limc4u.com/2012/12/penjelasan-pasal-18b-uud-1945.html
http://www.radarlampung.co.id/read/radar/berita-foto/78353-asyani-nenek-63-
tahun-yang-didakwa-mencuri-7-batang-kayu-jati
48
http://news.detik.com/read/2015/03/19/183317/2863992/10/inilah-wujud-kayu-
jati-yang-menyeret-nenek-asyani-ke-sel-tahanan
http://www.elsam.or.id/article.php?
act=content&id=3239&cid=101&lang=in#.VRAiOiuUddw
http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_pers&id=2012
http://cyberangjalan.blogspot.com/2013/04/hak-asasi-manusia-ham-dalam-
amandemen_24.html
http://www.academia.edu/9739630/NEGARA_HUKUM_DAN_HAK_ASASI_M
ANUSIA_HAM_Endang_Asad_Fauzy_5._Fahri_Ilham_Derajat
http://www.covesia.com/berita/11707/nenek-arsyani-dan-deretan-kasus-rakyat-
kecil-tak-berdaya-di-hadapan-hukum.html
https://www.youtube.com/watch?v=yw6D4kEfJ_Q
49