Anda di halaman 1dari 9
Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 16 No. 3 (1998) pp. 131 - 139 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA TINGGI BAGIAN KAPAL YANG MASUK DALAM AIR DAN BESARNYA VOLUME MUATAN KAYU BUNDAR (Relationship between ship's body under water and log volume loaded) Oleh/By : Wesman Endom Summary Logs distribution among the places islands are transported by using ship. pontoon or rafting system. On pontoon or rafting, the estimation of logs volume is probably easier than ship. Therefore. ‘0 estimate logs volume that have been loaded into the ship, a speciai technique is required. A preliminary study was done in such 10 observe a relationship between ship's body under water after The results showed that there is a good relationship between the ship's body under water and weight of log loaded. The relationship between the ship's body under water and the weight of log loaded is ¥ = 1.0456 ~ 0.00051 X;; where Y = height of ship's body under water ‘m) and X’ = weight of log loaded (ton). In this case study, the mean correction factor to get an actual volume is 1,021. Key words : Control of log shipping, ship load, spesific gravity, ship load estimation. Ringkasan Dolok yang diantar pulaukan dapat diangkut menggunakan perahu/kapal laut, ponton dan rakat Belakangan int penvelundupan kayu menggunakan perahw’kapal laut cendenung meningkat, sehingga ‘menangan permasalahan Kajian dilakukan dengan cara mengamati tinggi badan kapal setelah ditsi muatan yang masuk dalam air yang dalam istilah perkapalan disebut Immersion. Selaryutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui hubxngan antara tinggi badan kapal yang masuk dalam air dengan besarmya muatan. Borat muatan diperoleh dari volume dan wituk mendekati volume aktualnya, maka dugaan volume tersebut dikalikan dengan faktor koreksi. Untuk mengetahui gambaran penambahan badan kapal yang masuk ke dalam air setelah diisi muatan, dapat dibaca ‘Pada skala ukur yang terdapat di badan kapal sebelah luar. Hoasil studi memperlihatkan terdapat hnubungan erat antara tinggi bagian badan kapal yang ‘masuk dalam air (m) dengan berat muatan (ton). Persamaan hubungan tinggi badan kapal yang ‘masuk dalam air dengan berat muatan diperoleh Y = 10456 ~ 0,00051 X: di mana ¥ = tinggi Badan ‘apal setelah muatan yang masuk dalam air (m) dan X = berat muatan kapal yang masuk dalam air (ton). Dalam penggunaanrya di lapangan, hasil analisis memperlihatkan balwa untuk mendekatinilai volume sebenarnya, setelah berat muatan (ton) dikembalikan ke dalam volume (m’) kemudian pertu dikoreksi dengan angka koreksi sebesar 1,002. Kata kunci : Pengawasan pengapalan kayu bulat,berat jenis, prediksi mualan kapal. 131 I. PENDAHULUAN Pengangkutan dolok dan kayu olahan lewat air pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan perahu/kapal laut, ponton dan rakit. Pengangkutan dolok yang dilakukan lewat rakit dan ponton, secara kasat mata relatif mudah melihat tumpukannya sehingga dolok yang diangkut lewat perahu/kapal tidak semudah itu karena dolok berada di dalam Tuangan kapal. Hingga saat ini untuk mengetahui volume dolok baik yang diangkut lewat ponton, rakit dan perahu dilakukan dengan metoda klasik, yaitu kayu-kayu yang akan diangkut diukur terlebih dahulu dimensinya (diameter pangkal dan ujung serta panjang) di darat. Oleh karena itu apabila terjadi pengangkutan kayu ilegal dengan kapal, maka akan dialami kesulitan untuk mengetahui berapa volume sebenamiya, terkecuali dengan terlebih dahulu harus dikeluarkan/diturunkan ke darat untuk kemudian diukur satu per satu. Pemeriksaan melalui pengukuran volume dengan cara itu sudah tentu dinilai tidak efisien karena sangat lambat. Dalam harian Kompas 8 Agustus 1997 lalu diberitakan bahwa tim fungsional Kanyil Kehutanan Kalimantan Tengah berhasil menyita sekitar 10.000 m’ kayu liar di Sungai Mentaya dan Lamandau awal Juli lalu, sehingga senilai kurang lebih Rp.2 milyar uang negara berhasi! diselamatkan. Adanya kecenderungan penyelundupan kayu yang cukup tinggi yang terjadi belakangan ini, disebabkan antara lain oleh lemahnya bidang pengawasan di lapangan Oleh karena itu untuk mengantisipasi wakm dan teknik Dalam studi ini dilakukan kajian tentang hubungan antara tinggi bagian badan kapal yang masuk dalam air setelah bermuatan dengan muatannya. Manfaat yang ingin dicapai lebih jauh ialah dapat digunakannya cara pendckatan ini sebagai salah satu teknis alternatif bagi para petugas di lapangan, seperti tm PPHT, dalam melakukan kegiatan pengawasan dan penghitungan pendugaan volume kayu vang dimuat dalam kapal/perahu. IL METODE PENELITIAN A Pendekatan Masalah Dalam hukum Archimedes dinyatakan bahwa apabila sebuah benda seluruhnya atau hanya sebagian saja dimasukkan pada suatu cairan. benda tersebut segera akan mengubah posisi cairan yang ukuranmya sebesar massa benda yang masuk pada cairan tersebut. Prinsip ini kenmdian digunakan dalam dunia perkapalan dalam istilah Tonnes per Centimeter Immersion (TPC). TPC yaitu merupakan ukuran yang menyatakan bahwa 132 Bul. Pen. Has. {fat. Vol. 16 No. 3 (1998) mengubah posisi rata-rata badan kapal dalam air asin (laut) dalam satuan cm (Derrett, 1972). Dengan demikian, beban yang dimuat dalam kapal adalah sebanding Penurunan besamya massa air yang dipindahkan olch scbanyak massa (misal dolok) yang dimuat dalam kapal tersebut. Dalam kajian ini dipergunakan asumsi bahwa pemuatan dolok dilakukan sedemikian Tupa schingga penurunan tinggi badan kapal di atas muka air terjadi dengan stabil, dengan turun sccara mendatar, schingga tidak terjadi apa yang discbut "trim" yakni pengangkatan ‘ung badan kapal yang satu karena pengaruh cara pemuatannya yang dapat mengubah Posisi gaya berat dari bidang datar kapal ("centre of floatation", F). Akibat perubahan itu, ujung yang satu bisa terangkat (rise) sedang ujung lainnya menurun (aft), atau sebaliknya (Derrett, 1972), B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat pengumpulan kayu di air (logpond) yang berada di pinggir Sungai Barito di salah satu perusahaan hutan, tepatnya di PT. K, yang berlangsung pada bulan September-Oktober 1996. Perusahaan ini selain bergerak dalam bidang Pemanenan kayu juga dalam industri kayu, yang wilayah kosesinya berada di wilayah KPH Pangkalanbun, Propinsi Kalimantan Tengah. C. Pengumpulan Data Data diperoleh dengan mengadakan sejumlah pengamatan terhadap penurunan tinggi badan kapal yang berada di atas muka air setelah bermuatan kayu, Kapal yang diamati terdiri dari 2 tipe yaitu kapal dengan kapasitas muat 1500 ton dengan nomor lambung K- 1501 dan K-1502, sedangkan kapal dengan kapasitas muat 2400 ton bernomor lambung K-2401. Kapal K-1501, panjangnya 52,32 meter dan lebar 15,30 meter. Kapal K-1502 panjangnya 52,80 meter dan lebar 15,28 meter. Sedangkan kapal K-2401 panjangnya 65,09 meter dan lebar 16,45 meter. Seluruh kapal tersebut bidang bawahnya datar. Pengamatan dilakukan sebanyak 7 kali terdiri atas 4 kali pada kapal tipe K-1502, 2 kali kapal tipe K-1501 dan | kali untuk kapal tipe K-2401. Perlu dikemukakan bahwa bagian badan kapal yang masuk ke dalam air saat tidak bermuatan adalah 0,5 meter. D. Analisis Data Data diolah dengan perangkat lunak Lotus 123. Untuk melihat ada tidaknya hubungan. antara tinggi badan kapal yang masuk dalam air sctelah bermuatan dengan berat muatan kapal, dilakukan sidik regresi linier sederhana menggunakan perangkat lunak Microstat. Dalam analisis, bagian badan kapal yang masuk ke dalam air setelah bermuatan sebagai peubah bebas (y), sedangkan muatan kapal yang dinyatakan dengan berat sebagai peubah tak bebas (x). Hubungan persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk model penduga : y =a +b x; dengan y = tinggi bagian badan kapal yang masuk dalam air (m), x = muatan kayu (ton), a = konstanta dan b = koefisien regresi. Selanjutnya untuk mendapatkan besarnya muatan dalam volume (m*), berat muatan dikembalikan menjadi satuan volume yang diperoleh dengan cara membaginya dengan Berat Jenis (BJ) kayu yang dimuat. Setelah itu, baru dikoreksi untuk mendapatkan volume aktualnya, yang secara matematis berikut, Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) 133 Vd FK = Va di mana: FK = faktor koreksi tanpa satuan. ‘Vd = volume dugaan muatan kapal ‘Va = Volume aktual muatan kapal IIL HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Badan Kapal yang Masuk Air Setelah Bermuatan Berdasarkan hasil pengamatan besar muatan dan bagian badan kapal yang masuk dalam air (sinkage) setelah bermuatan pada masing-masing kapal disajikan pada Tabel | Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa contoh pengapalan dengan muatan sebanyak 535 batang atau setara dengan 1391,72 m°, bagian badan kapal yang masuk ke dalam air laut semula 0,5. meter (TO) kini menjadi 2,2 meter (T2). Berarti muatan tersebut mengakibatkan bagian badan kapal masuk ke dalam air sejauh 1,7 meter (T1), dan seterusnya. Selanjutnya dengan berat jenis (BJ) untuk jenis kayu meranti rata-rata 0.55; jenis keruing rata-rata 0.79 dan jenis kayu tenggelam rata-rata 1,02 (Manual Kehutanan_ 1992), maka berat muatan pada masing-masing kapal disajikan pada Tabel 2. Setelah volume diperhitungkan menjadi berat massa, yang besarmya sama dengan volume x Berat Jenis, kini terlihat bahwa sekalipun kubikasinya besar (misal untuk pengapalan No 4 dengan muatan meranti sebanyak 1191,84 m°) beratnya hanya 655,512 ton. Sedang untuk pengapalam No 5 dengan muatan lebih rendah yakni 946,79 m° termyata beratrya mencapai 726,274 ton. Atas dasar itu, besarnya kubikasi belum tent spy apg a at a bat atau sama tergantung berat jenisny: Deah(1072) (elena (ooeioh aussi dolnd-tctgstalan eben pouincaton massa air yang dipindahkan adalah sama dengan massa benda tersebut yang secara Berat massa air yang dipindah © = Berat massa (misal dolok) Massa dolok = volume x berat jenis = L x B x D x BJ dolok x 1000 kg. Massa air yang dipindah = volume x berat jenis = L x B x d x BJ air x 1000 kg. disederhanakan menjadi d x BJ air= D x BJ dolok, berarti Draft/Depth = BJ dolok/BJ air atau BJ relatif dolok/BJ relatif air di mana L = panjang (m); B = lebar (m); d = tinggi (m), D = diameter (m) dan BJ = Berat Jenis (specific gravity). Berdasarkan contoh perumusan di atas terlihat bahwa sesuai dengan kenyataan di lapangan, penambahan bagian badan kapal yang masuk ke dalam air (depth) tergantung pada BJ dolok Dengan demikian, jenis kayu berpengaruh positif pada berat massa kayu dan lebih jauh berpengaruh terhadap besarnya badan kapal yang masuk ke dalam air. 134 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) vores covet sone wee 201 sos meses Us LE 2054 ase sos are ze ow as isr6 e508 ones os seaicent oso wos a (a (ay (ay (rei ene | (sons )uer60, | Suney (emits) (ifm nor oer eG (Saco poy rere peru sreaey | pty oy uo} u1 pavog uo papno} Soy fo mda 7 79ny voy weep pedey Suyseu-Susew ween eg -Z POEL, E/S88988S | (m1) | (pepwor) | (43) enue | wry | Bixs0y (on pu Foon 5h wy) (a) 2 up pee upon EE (Aewseopeoy) | ( usdus) ru seredey | pee oy F p2pno saifo pun 240f2q 421s sopun Spog s,ciys pun papoo) sSoy “1 mqOL MePenLOd YepRsoS UEP Nadas awe yRseM jedey UEpEG UeSUNIY UEP niey MEV “1 |9qeL 135 Bul. Pen, Has, Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) B Pengaruh Tinggi Badan Kapal Yang Masuk Dalam Air Terhadap Muatan Kapal Mengingat bahwa besamya bagian kapal yang masuk dalam air (TPC) dipengaruhi oleh berat muatan dan bukan oleh volume (m*) sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka untuk menduga besarnya muatan (m*) didekati dari hasil analisis hubungan antara tinggi badan kapal yang masuk dalam air dengan berat muatan. Hasi] analisis hubungan antara regresinya sebagai berikut. Y = 1.0456 + 0.00051 X... qd) di mana Y = fepenn eens tao Gens Gan xe erat muatan (ton). Untuk kepraktisan dilapangan, maka persamaan itu bisa dibalik sehingga parameter peubah berat muatan (ton) menjadi (Y) sedangkan tinggi badan kapal yang masuk dalam air menjadi peubah (X) yang dinyatakan dalam meter. Dengan demikian dalam dalam air, besar muatan hasil dari persamaan itu kemudian dikembalikan dulu menjadi ‘volume (m*) dengan cara membagi berat muatan dengan berat jenis kayu yang dimuat yang menghasilkan dugaan volume (m°). Setelah itu dugaan volume tersebut dikoreksi dengan faktor koreksi volume untuk mendapatkan volume aktualnya. Dalam studi kasus ini, persamaan hubungan antara Y = peubah berat muatan (ton) dan X = tinggi badan kapal yang masuk dalam air (m) tersebut didapat sebagai berikut: Y =~ 1,101,527] + 1350,2108 X (2) Berdasarkan perumusan (2) di atas. er en etme real tres! ketinggian badan kapal yang masuk dalam air dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan antara bagian badan kapal yang masuk dalam air (m) dengan berat muatan (ton) Table 3. Relationship between ship's body under water (m) and the load weight (ton) Badan kapel yang masuk dalam arfPart of shi under the water (meter) Berat muatar/.oad weight (ton) 05 AB QT 06 21 06 07 156 7K, 08 21,3584 og 1136626 10 248.6837 Af 383, 7047 12 518728 13 (653 7468 136 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dugaan tinggi badan kapal yang masuk dalam air (TPC) dengan berat muatan cukup informatif| Namun demikian, mengingat kegiatan dalam bisnis kehutanan (Tata Usaha Kayu) didasarkan atas perhitungan satuan volume yang dinyatakan dalam m° (misal untuk penetapan DR dan IHH), maka ukuran satuan berat yang dapat mempengaruhi TPC harus dapat dikonversi menjadi m’. Dalam studi ini, sebelum hasil persamaan perumusan (2) dipergunakan, terlebih dahulu dianalisis bagaimana hubungan antara berat massa (ton) dengan volume (m?), Apabila koefisien korelasinya tinggi berarti hubungan antara berat dengan volume sangat erat, sehingga berat dalam ton bisa menggambarkan cukup baik dugaan volumenya (m). Berdasarkan 2.Koafiuen determin (Cooficent of determination ) 142) 0.4904 3 F tung (F calculation) 3.8490 4 F tab (05) (/F table ( 06) Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa hubungan antara volume dengan berat yang dapat diterima adalah hanya untuk kajian yang mencampurkan semua kapal, karena F hitung > F tabel, sedangkan untuk kapal dengan kapasitas murni didapat F hitung < F- tabel. Ini berarti tipe kapal dapat dikatakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap keeratan hubungan antara berat (ton) dengan muatannya (m’), Atas dasar hasil analisis diatas maka informasi yang diperlukan lebih lanjut adalah mengetahui berapa besamya faktor koreksi dari dugaan volume muatan kapal terhadap volume muatan aktualnya, Gambaran faktor koreksi untuk masing-masing kapal seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Dugaan volume berdasarkan berat massa Table 4. Volume estimation based on mass of weight 138.158 2169714 ‘Keterangan (Remarks) 1 =bagan bedan yang masuk car (Part of ships body under water} Va /olume dugaan ( Estimation volume) Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) 137 Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa setelah nilai asli dikembalikan ke dalam persamaan, ternyata perbedaan antara volume asal dengan volume dugaan berselisih antara 0,6-16,2% dengan rata-rata 0,6%. Dengan demikian nilai koreksi untuk ‘volume sebenarnya dari dugaan volume adalah berkisar 0,88-1,20 atau rata- rata 1,0021. Ini berarti bahwa volume dugaan berdasarkan persamaan (2) masih lebih Atas dasar analisis di atas maka dapat diambil gambaran bahwa scbenamya dalam praktek di lapangan volume aktual muatan suatu kapal dalam m° dapat diduga melalui dalam air setelah bermuatan (TPC), untuk kemudian dimasukkan dalam persamaan mode! (2). Namun demikian, berat muatan itu (ton) peru dikonversi dulu menjadi volume (m*) dengan cara membaginya dengan berat jenis kayu yang dimuat. Setelah itu dikoreksi dengan faktor koreksi, yang dalam kasus ini falior koreksi itu diperoleh sebesar 1,0021, karena volume dugaannya relatif masih lebih rendah dibanding volume aktualnya. Mengenai spesifikasi ketelitian ini. Cochran (1972) menyatakan bahwa kesalahan sekitar 5% dalam suatu pendugaan agaknya sudah cukup kecil untuk diperkenankan dalam suatu Klasifikasi tertentu. Kesalahan sebesar itu bahkan dinilai masih terialu kecil karena bukan, perlu dilakukan pengujian lagi yaitu dengan menguji residunya (sisanya). Pengujian tersebut periu dilakukan apabila terdapat pengulangan pada variabel X. Bila tidak terdapat pengulangan pada variabel X maka uji ini tidak diperiukan lagi. di sisi lain Singarimbun dan Sofian (1989) mengatakan bahwa andaikata tidak ditemukan hubungan yang bermakna (signifikan) dari suatu uji statistik maka analisa standarisasi tidek perlu dilanjutkan. Dalam kaitan ini karena di sisi lain pemahaman mengenai seluk beluk kapal adalah kapal misal ditemukannya banyak kapal-kapal yang bermuatan kayu ilegal, maka melalui pendekatan teknis analisis hubungan antara tinggi bagian kapal yang masuk dalam air dengan beratmya untuk kemudian dikalikan dengan nilai koreksi volume tertentu merupakan alternatif yang cukup baik dan praktis. IV, KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan erat antara tinggi bagian badan kapal yang masuk dalam air dengan berat muatan. Namun karena dalam bidang kehutanan parameter yang 138 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) digunakan bukan berat muatan melainkan volume, maka untuk menganalisis hubungannya terlebih dahulu perlu dikonversi kedalam berat, yaitu dengan mengalikannya dengan berat jenis dari masing-masing jenis kayu yang dimuat Schingga diperoleh berat (ton). Di sisi lain, keeratan persamaan hubungan antara volume dengan berat ditemukan cukup tinggi yaitu koefisien korelasi r = 0.9650 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,9312. 2 Hasil dari kajian memperlihatkan bahwa hubungan yang paling baik antara tinggi badan kapal yang masuk dalam air dengan berat muatan ialah memperhitungkan kapasitas semua tipe kapal. 3. Hasil dugaan volume ulang dari persamaan yang diperoleh dan kemudian dibandingkan dengan kondisi sebenarnya di lapangan, hasilnya memperlihatkan bahwa terjadi perbedaan berkisar 0,6-16%. Dan perbedaan tersebut, ditemukan nilai koreksinya berkisar 0,88-1,20 atau rata-rata 1,0021 untuk keadaan yang sifatnya darurat dan sementara, pendekatan model analisis ini dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang cukup sederhana dan praktis. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1992. Manual Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia . Jakarta, Cochran, W.G. 1972. Sampling Techniques. John Willey & Sons.inc. New York-Tokvo. Tenth Printing. Derret, D.R. 1972. Ship Stability for Masters and Mates. The Marritime Press Limited 13 Long Acre London, W.C.2. Dwi Santoso, Ratno dan M. H. Kusnadi. 1982, Analisis Regresi. Andi Offset. Yogyakarta Singarimbun, M dan S. Effendi. 1989. Metode Penclitian Survai. LP3ES, Jakarta. Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 3 (1998) 139

Anda mungkin juga menyukai