MALARIA
Oleh :
Dwi Putri Amelia 2040312045
Preseptor:
dr. Alexander Kam, Sp.PD
1
tentang malaria.
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang dibahas pada referat ini dibatasi pada definisi, klasifikasi,
diagnosis, diagnosis banding, dan tatalaksana malaria.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium yang ditandai dengan demam rekuren, anemia
dan hepatosplenomegali, sedangkan menurut ahli lain malaria adalah penyakit
infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah, dengan gejala
demam, menggigil, anemia, splenomegali yang dapat berlangsung akut ataupun
kronik.2
2.2 Epidemiologi
Malaria terjadi terutama di daerah tropis, tergolong sebagai penyakit
berbahaya yang dapat menimbulkan kematian bila tidak tertangani dengan baik.4
Malaria menjadi endemik di 97 negara-negara dunia, terutama di sub-Saharan
Afrika, Amerika Selatan dan Sentral, sebagian Karibia, Asia, Eropa Timur dan
Pasifik Selatan. Sekitar 214 juta kasus malaria terjadi secara global pada tahun
2015, kematian terjadi pada 438.000 pengidap, yang terbanyak adalah anak-anak
Afrika.1 Nyamuk Anopheles sp dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali
Antartika. Spesies Anopheles yang menularkan penyakit ini berbeda di tiap negara
endemik, bahkan berbeda-beda pada tiap daerah endemik di suatu negara. Hal ini
kemungkinan berhubungan dengan perbedaan preferensi habitat akuatik pada
setiap spesies nyamuk tersebut.5
Daerah malaria meliputi hampir lima provinsi, yaitu Nusa Tenggara Timur,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Sedangkan, di provinsi lainnya,
risiko malaria berada dalam beberapa daerah kabupaten kecuali di Jakarta, kota-
kota besar, perkotaan, dan daerah turisme. 6 Pada tahun 2015, angka kejadian
malaria (annual parasite incidence) adalah 0,85 per 1000 populasi yang berisiko,
dengan total 209.413 kasus positif malaria. Telah dilaporkan resistensi
Plasmodium vivax terhadap klorokuin. Infeksi Plasmodium knowlesi pernah
dilaporkan terjadi di Kalimantan.7
3
2.3 Etiologi
Malaria disebabkan parasit malaria, suatu protozoa darah yang termasuk
dalam phyllum Apicomplexa, kelas Sporozoa, subkelas Coccidiida, ordo
Eucoccidides, subordo Haemosporidiidea, famili Plasmodiidae, genus
Plasmodium.4
Plasmodium merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat
lima spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium knowlesi. Penularan manusia dapat
dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus anopheles. Selain itu juga dapat
ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang
tercemar serta ibu hamil kepada bayinya.2
P. vivax menyebabkan malaria tertiana, P.malaria merupakan penyebab
malaria kuartana. P.ovale menyebabkan malaria ovale, sedangkan P.falciparum
menyebabkan malaria tropika. Spesies terkhir ini paling berbahaya karena malaria
yang ditimbulkan dapat menjadi berat. Hal ini disebabkan dalam waktu singkat
dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai
komplikasi di dalam organ-organ tubuh.2
2.4 Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk anopheles :
4
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. 8
Setelah 2 – 3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel
darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). 8
5
MASA INKUBASI
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya
gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung
spesies plasmodium.8
Plasmodium Masa Inkubasi (hari)
Plasmodium falciparum 9 - 14 hari (12)
Plasmodium vivax 12 - 17 hari (15)
Plasmodium ovale 16 - 18 hari (17)
Plasmodium malariae 18 -40 hari (28)
2.5 Patogenesis dan Patofisiologi
PATOGENESIS
Ada dua perubahan patologi yang mendasar terjadi pada malaria : 9
a. Perubahan Vaskuler
Hancurnya sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria secara
berurutan diikuti oleh respons humoral dan seluler. Respons seluler merangsang
proses fagositosis terhadap sel-sel darah merah yang mengandung parasit,
pigmen, dan sisa-sisa sel yang rusak oleh sel-sel histiosit pengembara dan sel-sel
makrofag tetap dalam sistem retikuloendotel, khususnya dalam limpa, sehingga
limpa membengkak. Penimbunan pigmen malaria yang dihasilkan parasit malaria
dalam organ dalam menimbulkan warna kelabu atau hitam, seperti terlihat dalam
korteks serebri, limpa, hati, ginjal, dan organ-organ lain.
Hemoglobin bebas yang tidak diubah menjadi hematin/ hemozoin (pigmen
malaria), dengan segera diubah menjadi bilirubin, lalu diambil oleh hati untuk
dibawa ke kantong empedu. Pada malaria vivax primer, penghancuran eritrosit
bisa mencapai 10 – 20 %, dan pada malaria falciparum lebih banyak lagi. Namun,
anemia yang terjadi pada malaria tidak saja disebabkan oleh hancurnya sel-sel
darah merah yang diinfeksi oleh parasit malaria, tetapi lebih dari itu ternyata suatu
proses imun diduga ikut berperan, sehingga sel-sel darah merah yang tidak
diinfeksi pun ikut memgalami pengahancuran. Selain itu timbul kecenderungan
terjadinya penyumbatan (trombosis) pada pembuluh darah kapiler, karena
perubahan-perubahan baik fisik maupun kimiawi pada sel-sel darah merah yang
6
terinfeksi, maupun tidak terinfeksi parasit malaria. Perubahan tersebut jelas
terlihat pada malaria falciparum.
7
sitoaderens dan sekuestrasi merupakan fenomena yang sangat penting dalam
patofisiologi kerusakan organ-organ dalam yang vital pada malaria falciparum.
PATOFISIOLOGI.
Gejala malaria muncul pada saat pecahnya eritrosit yang mengandung
parasit. Gejala yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh
pirogen, yaitu TNF dan interleukin-1. Sebagai akibat demam terjadi vasodilatasi
perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh
parasit. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah eritrosit
yang terinfeksi parasit, teraktivasinya sistem retikuloendotelial untuk
memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis.
Penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil. Terjadinya kongesti pada
organ lain meningkatkan risiko terjadinya ruptur limpa. 10
8
yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi
tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal.
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl
phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa
penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak
orang dengan parasitemia tanpa gejala.Gambaran karakteristik dari malaria ialah
demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya
infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes.
Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara
induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)
secara berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi
lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan
terkadang disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
9
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan.Muka
merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah.Nadi menjadi kuat
kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga
41oC atau lebih.Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat
menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak.
Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal.
Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun
tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat
kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya
dialami oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria,
penderita yang belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria
atau penderita yang baru pertama kali menderita malaria.
Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan
(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak
selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas
penderita. Di daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi
(hiperendemik) seringkali penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat
muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai
gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat
atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam
yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria
vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh
penderita malaria fasciparum, malaria vivax, dan malaria malariae dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
10
Grafik 1.Kurva temperatur pada penderita malaria falciparum.
11
4) Panas sangat tinggi
5) Mata atau tubuh kuning
6) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang)
7) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8) Nafas cepat atau sesak nafas
9) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12) Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/ rumah
sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
12
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasit/jumlah parasit.12
Pemeriksaan penunjang lain : tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, gula darah, urin
lengkap, AGD, elektrolit, hemostasis, foto toraks, EKG.
Malaria Berat
Pada malaria berat, ditemukan Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax
stadium aseksual dengan satu atau lebih dari manifestasi klinis sebagai berikut
(WHO,2015):12
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan (pada anak)
5. Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oksigen <92 %
dan frekuensi pernafasan >30)
6. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80
mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
7. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000 pada
Falcifarum)
8. Hemoglobinuria
9. Perdarahan spontan abnormal
13
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit / μL di daerah
endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di daerah
endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%) atau urea darah >20
mmol/liter
14
ATAU
Tabel 2. Pengobatan dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin 14
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
Hari Obat ≤5kg 6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg ≥60kg
0-1bln 2-11bln 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th ≥15th ≥15th
1-3 Artesunat ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 2 3
15
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT (DHP atau kombinasi
Artesunat+Amodiakuin) dengan dosis pemberian obat sama dengan untuk
malaria vivaks.14
16
hamil trimester 1 dan Primakuin tidak boleh diberikan sama sekali pada ibu
hamil.14
17
(selama 7 hari)
Usia 8-14 tahun : 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari (selama
7 hari)
Klindamisin 10 mg/kg BB/kali diberikan 2 kali sehari selama 7 hari. Pemberian
primakuin sesuai dengan jenis infeksi malarianya.
18
4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau
NaCl 0,9%
Setelah itu, berikan dosis rumatan sampai penderita dapat
minum kina per-oral. Dosis kina oral 10mg/kgBB/kali
diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin
atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisisn pada ibu
hamil
- Dosis anak
Kina HCl 25% perinfus dosis 10mg/kgBB (bila umur <2bulan : 6-
8mg/kgBB) diencerkan degngan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
sebanyak 5-10cc/kgBB diberikan selama 4 jam, diulang tiap 8 jam
sampai penderita dapat minum obat.14
Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intravena, karena toksik bagi jantung
dan dapat menimbulkan kematian.
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
2.9 Komplikasi
1. Malaria serebral.
2. Anemia berat.
3. Gagal ginjal akut.
4. Edema paru atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).
5. Hipoglikemia.
6. Gagal sirkulasi atau syok.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskular.
8. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam pendidngan pada hipertermia.
9. Asidemia (pH darah <7.25) atau asidosis (biknat plasma < 15 mmol/L).
10. Makroskopik hemoglobinuria karena infeksi malaria akut. 13
19
2.10Prognosis
Malaria falsiparum ringan/sedang, malaria vivax, atau malaria ovale :
bonam
Malaria berat : dubia ad malam. Prognosis malaria berat tergantung
dengan kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan. Apabila tidak
ditanggulangi, dilaporkan bahwa mortalitas pada anak anak 15%, dewasa
20%, dan pada kehamilan meningkat sampai 50%.14
20
BAB 3
KESIMPULAN
1. Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium.
2. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae. Malaria melibatkan hospes
perantara yaitu nyamuk anopheles betina.
3. Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh nyamuk
anopheles betina dan fase aseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria
akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
4. Manifestasi klinis dari penyakit malaria ditandai dengan gejala prodromal,
trias malaria (menggigil-panas-berkeringat), anemia dan splenomegali.
5. Diagnosis malaria ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium
6. Pengobatan utama malaria menggunakan ACT (Artemisinin base
Combination Therapy) dan primakuin yang disesuaikan dengan jenis
plasmodium.
7. Prognosis dari malaria falsiparum, ovale dan vivaks bonam, sedangkan pada
malaria berat dubia ad malam, tergantung dengan ketepatan diagnosis dan
tatalaksana.
21
DAFTAR PUSTAKA
5. WHO. World Malaria Day: call to close gasps in prevention and treatment
to defeat malaria. 2015;
10. Soemarwo S. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: FK UI; 2002.
11. Harijanto P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. IV. Jakarta: FK UI;
2006.
12. Kementrian kesehatan RI. Tata laksana kasus malaria. Jakarta: Kementrian
22
Kesehatan Republik Indonesia; 2018. 4 p.
13. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017.
21–23 p.
23