Anda di halaman 1dari 13

http://areamahasiswarantau.blogspot.

com/2012/06/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan.html
Suddarth, Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3 vol 2.EGC ; Jakarta

I.      KONSEP DASAR MEDIS


A.   Pengertian
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya
dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002)
Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster. (R.
Simadibrata,2000)
B.   Anatomi Fisiologi Lambung
     

Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah
diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung-J, dan bila penuh,
berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter.
Secara otomatis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau
pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan
bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung
lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter
esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah
rufluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat
pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter
pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi
sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan
bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu pada
kurvatura minor lambung dan duodenum dan terus memanjang ke arah hati,
membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari satu organ menuju
ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum minor (dikenal juga
dengan nama ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis) menyokong
lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor,
peritonium terus ke bawah membentuk omentum mayus, yang menutupi usus halus
dari depan seperti apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat yang sering
terjadi penimbunan cairan (pseudokista pancreatikum) akibat komplikasi pancreatitis
akut.
Tidak seperti daerah saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun dari tiga lapis
dan bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di bagian luar, lapisan sirkuler di
tengah, dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serat otot yang unik ini
memungkin berbagai macam kombinasi kontraksi yang diperlukan untuk
memecahkan makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan
mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah
duodenum.
Submukosa terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan
mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak
bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus saraf, pembuluh
darah, dan saluran limfe.
Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang
disebut rugae. Dengan adanya lipatan-lipatan ini lambung dapat berdistensi sewaktu
diisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan
menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat
orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar mukus atau gastrik
terletak di fundus dan hampir pada seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik
memiliki tiga tipe utama sel. Sel-sel zimogenik atau chief cells mensekresikan
pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel
parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsk
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor
intrinsik akan mengakibatkan pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) di temukan di leher
fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon
gastrik diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah pilorus lambung. Gastrin
merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen.
Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit,
terutama ion-ion natrium, kalium dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung
dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus
vagus mencabang ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang
anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan primer
yang penting dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus major dan ganglia seliakum.
Serabut-serabut aferen mengantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh
peregangan, kontraksi otot dan peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium.
Serabut-serabut eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung.
Pleksus saraf mesenterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner) membentuk
persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkoordinasi aktifitas motorik dan
sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai di lambung dan pancreas (serta hati, empedu, dan limpa) terutama
berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-
cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang penting dalam
klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pancreatikoduodenalis
(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak
dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan
perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari
pancreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan ke hati melalui vena porta.

      Fisiologi
Fungsi motorik dan pencernaan lambung meliputi:
1.    Fungsi motorik
a.    Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan
bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah
tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh saraf saraf vagus dan
dirangsang oleh gastrin.
b.    Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan
getah lambung melalui kotraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik
diatur oleh suatu irama listrik intrinsik dasar.
c.    Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus dipengaruhi oleh viskositas, volume,
keasaman, aktifitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan kerja.
Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
2.    Fungsi pencernaan dan fungsi sekresi
a.    Pencernaan protein
Pencernaan protein oleh pepsin dan HCI dimulai di sini; pencernaan karbohidrat dan
lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.
b.    Sintesis dan pelepasan gastrin
Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan
antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.
c.    Sekresi faktor intrinsik
Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian
distal.
d.    Sekresi mukus
Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas
sehingga makanan lebih mudah diangkut.

Fungsi motorik terdiri atas penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan kimus


(makanan yang bercampur dengan sekret lambung) ke dalam duodenum.
Pengertian tentang regulasi dan pengawasan sekresi lambung penting untuk
mengetahui patogenesis dan pengobatan tukak lambung secara rasional.
Pengaturan Sekresi Lambung
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan intestinal.
Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu sebagai
akibat melihat, mencium, memikir, atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai
seluruhnya oleh saraf vagus dan dihilangkan vagotomi. Sinyal neurogenik yang
menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan.
Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya,
kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCI, pepsinogen dan menambah
mukus.Fase sefalik menghasilkan sekitar 10 % dari sekresi lambung normal yang
berhubungan dengan makanan.
Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi yang terjadi
pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor
pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medula melalui aferen
vagus dan kembali ke lambung melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangsang
pelepasan hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar
lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah
menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga
dirangsang oleh PH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein
makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida.
Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari dua pertiga sekresi lambung total
setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total sekresi lambung
harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik dapat terpengaruh pada
reseksi bedah antrum pilorus, sebab di tempat inilah gastrin diproduksi.
Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase sekresi
lambung ini diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang telah
dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus,
suatu hormon yang menyebabkan hormon terus-menerus mensekresikan cairan
lambung. Tetapi, peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh
lebih besar.
Distensi usus halus menimbulkan ferleks entrogastrik, diperantarai oleh pleksus
mienterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat sekresi dan pengosongan
lambung. Adanya asam (pH kurang dari 2,5), lemak dan hasil-hasil pemecahan
protein menyebabkan pengeluaran beberapa hormon usus. Sekretin, klesitokinin
(CCK, cholecytokinin), dan peptida penghambat gastrik (GIP), semuanya memiliki
efek inhibisi terhadap sekresi lambung.
Selama periode interdigestif (antar dua waktu pencernaan) sewaktu pencernaan
tidak terjadi dalam usus, sekresi asam klorida terus berlangsung dengan kecepatan
lambat yaitu 1 sampai 5 mEq/jam. Ini disebut pengeluaran asam basal (BAO, basal
acid output) dan dapat diukur dengan pemeriksaan sekresi cairan lambung selama
puasa 12 jam sekresi lambung normal selama periode ini terutama terdiri mukus dan
hanya sedikit pepsin dan asam. Tetapi, rangsang emosional kuat, dapat
meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis (vagus) dan diduga merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan tukak lambung

C.   Etiologi
        Tidak diketahui pasti
        Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung kronis, sering
makan daging hewan dengan cara di panggang / di bakar atau di asapkan ,sering
makan makanan yang terlalu pedas .

D.   Patofisiologi
Beberapa factor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin yaitu polip,
anemia pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung.
Diyakini bahwa ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker
lambung, tetapi kanker lambung mungkin ada bersamaan dgn ulkus lambung dan
tidak ditemukan ada bersaman dgn ulkus lambung dan tidak ditemukan pada
pemeriksaan diagnostic awal.
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa
irregular dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang
lumen dinding lambung. Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan
penyempitan lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh
lambung, menyebabakan kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan
normal dan lumen yg sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin
timbul dan menyebabkan sukar u/ membedakan dari polip benigna pada X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini
jarang. Kira-kira 75% dari karsinoma ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu
menginvasi struktur local seperti bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon
transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan
lambung.

E.   Manifestasi klinis


Gejala awal dari kanker lambung sering tidak nyata karena kebanyakan tumor ini
dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yg hilang
dgn antasida dapat menyerupai gejala pd pasien ulkus benigna. Gejala penyakit
progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB,
nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.
F.    Penatalaksanaan medical
        Kemoterapi dan terapi radiasi
        Reseksi bedah.
        Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
        Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
                                
II.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

-       Apakah ada riwayat kanker pada keluarga


-       Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
-       Lingkungan tempat tinggal klien
-       Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
-       Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-
obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.

b. Nutrisi metabolic

-       Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
-       Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi
-       Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
-       Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
-       Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
-       Adanya makanan tambahan
-       Napsu makan berlebih/kurang
-       Kebersihan makanan yang dikonsumsi

c. Eliminasi

-       Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah


pengontrolan.
-       Adanya mencret bercampur darah
-       Adanya Diare dan konstipasi
-       Warna feses, bentuk feses, dan bau
-       Adanya nyeri waktu BAB

d. Aktivitas dan latihan


-       Kebiasaan aktivitas sehari hari
-       Kebiasaan olah raga
-       Rasa sakit saat melakukan aktivitas

e. Tidur dan istirahat

-       Adanya gejala susah tidur/insomnia


-       Kebiasaan tidur per 24 jam

f. Persepsi kognitif

-       Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang


-       Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
-       Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
-       Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu

g. Persepsi dan konsep diri

-       Penilaian klien terhadap dirinya sendiri

h. Peran dan hubungan dengan sesama

-       Klien hidup sendiri/keluarga


-       Klien merasa terisolasi
-       Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat

i. Reproduksi dan seksualitas

-       Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas


-       Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess

-       Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah


-       Mekanisme koping yang biasa digunakan
-       Respon emosional klien terhadap status saat ini
-       Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan

-       Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

Dampak penyimpangan KDM

Lambung kronis

Kanker lambung
 

Penyempitan lumen              
penonjolan ulserasi sentral
Di lambung                              yang dalam ke lumen
 

Kantong lambung                      penyempitan lumen

Kosong & tdk dpt meregang

                                                       

                                                        Infiltrasi ke seluruh lambung


 
Peningkatan asam lambung

                                                       
                                                        Pertumbuhan sel kanker

Mual dan muntah


                                                                
NYERI                   lambung tidak bisa
NUTRISI (-) DR KEBUTUHAN                                      bekerja dgn sempurna
 

Mobilisasi fisik                                                                 kurangx pengetahuan


 

Kelemahan fisik                                                              kurang informasi


 

 
                                                                                           ANSIETAS
                                      INTOLERAN AKTIFITAS

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.    Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan
3.    Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan.
4.    Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

C.   RENCANA  KEPERAWATAN


Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1.    Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2.    Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3.    Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Diagnosa 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
-          Nutrisi klien terpenuhi
-          Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1.    Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2.    Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3.    Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4.    Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Diagnosa 3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1.    Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2.    Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3.    Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4.    Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan
penyakit dan pengobatan

Diagnosa 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan:
tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1.    Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses
penyembuhan.
2.    Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3.    Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4.    Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai