Anda di halaman 1dari 2

Danang Supriyo

Xi mipa c

Kasus 1

Lima Pelanggar Syariat Islam Jalani Hukuman Cambuk

Tiga di antaranya terbukti bersalah karena maisir atau judi dan dua lainnya berbuat ikhtilat atau mesum.
Eksekusi cambuk berlangsung di atas panggung yang disaksikan puluhan warga di halaman Masjid
Musyahadah, Banda Aceh, Senin (29/10). Hal itu sesuai putusan Mahkamah Syariah Banda Aceh. mereka
yang dihukum cambuk melanggar Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang hukum jinayat yakni Nurfadilla
binti Basyirun (21), warga Aceh Besar, dan M Firmansyah Putra bin Ibrahim, (34), warga Banda Aceh.

Pasangan nonmuhrim ini ditangkap karena berbuat ikhtilat atau mesum di sebuah hotel di Banda Aceh.
Nurfadilla dihukum 24 kali cambuk dan M Firmansyah 28 kali cambuk.

Kemudian, Agus Guntoro bin Tuji (26), warga Rokun Hilir, Riau, Suriadi bin Rusli (30), warga Binjai,
Sumatera Utara, dan Muji Hartono (43), warga Langkat, Sumatera Utara. Ketiganya dihukum cambuk
masing-masing enam kali cambuk potong masa tahanan dua kali cambuk karena terbukti bersalah
melakukan perbuatan maisir atau perjudian.

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan prosesi hukuman cambuk di tempat terbuka ini
bukan untuk mempermalukan para terhukum. Tetapi bagaimana membuat mereka jera serta tidak
menjadi contoh bagi yang lain. "Pelaksanaan hukuman cambuk ini merupakan bukti bahwa Pemerintah
Kota Banda Aceh dan masyarakat berkomitmen dan bersinergi menegakkan hukum syariat Islam," kata
dia.

Kasus 2

10 Pelanggar Qanun Syariat Islam di Banda Aceh Dihukum Cambuk

Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Banda Aceh kembali melaksanakan eksekusi
hukuman cambuk terhadap sepuluh terpidana yang telah melakukan pelanggaran Qanun Aceh Nomor 6
Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat. Terpidana menjalani eksekusi cambuk di halaman Masjid Baitul
Shalihin, Ulee Kareng, Banda Aceh usai shalat Jumat (19/1/2018) siang tadi. Mereka masing-masing
mendapat hukuman mulai dari 2 hingga 36 kali cambuk setelah dipotong masa tahanan. “Eksekusi
hukuman cambuk terhadap pelanggar qanun syariat Islam ini merupakan komitmen Pemerintah Kota
Banda Aceh untuk menjalankan penerapan qanun syariat Islam. Hari ini ada sepuluh terpidana yang
melanggar berbagai qanun syariat Islam diesekusi cambuk oleh Tim JPU, namun satu di antaranya tidak
dapat dieksekusi karena kondisi kesehatannya tidak baik,” kata Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman
kepada wartawan, Jumat (19/1/2018).

dari sepuluh terpidana, dua di antaranya adalah wanita, yang melanggar kasus ikhtilath atau mesum.
Keduanya dieksekusi 20 kali cambuk setelah dipotong masa tahanan. Sementara satu wanita lainnya
terlibat kasus maisir atau perjudian dan dicambuk 2 kali setelah dipotong masa tahanan.
Lalu pelanggar lainnya, di antaranya satu pasang kasus ikhtilath dieksekusi cambuk 23 kali, satu orang
laki-laki kasus penyedia fasilitas ikhtilath (germo) dicambuk 36 kali, 5 laki-laki kasus maisir dicambuk 6
kali. Lalu satu laki-laki non muslim kasus khamar (minuman keras) dieksekusi 45 kali cambuk. Menurut
Aminullah, eksekusi hukuman cambuk dilaksanakan di tempat terbuka, yakni di halaman masjid. Hal ini
untuk memberi efek jera terhadap pelanggar dan menjadi pelajaran bagi warga lain agar tidak
melanggar syariat Islam yang berlaku di Aceh.

Kasus 3

Empat Pelanggar Syariat Islam di Aceh Menjalani Hukuman Cambuk

Empat pelanggar aturan Syariat Islam yang berlaku di Aceh, Selasa (7/8/2018), menjalani eksekusi
cambuk di Stadion Tunas Bangsa, Lhokseumawe.

Empat pelanggar tersebut, dua di antaranya kasus pelecehan seksual. Kasus lainnya menyimpan dan
menjual minuman keras (khamar).

Joy M. Nur, pelanggar Pasal 46 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat, menjalani
hukuman cambuk sebanyak 30 kali.

"Akan tetapi, karena telah ditahan selama 135 hari, terhukum dikurangi uqubat cambuk sebanyak 4 kali.
Dengan demikian, jumlah hukum cambuk sebanyak 26 kali," kata Kasi Pidum Isnawati.

Sementara itu, Bahrum yang melanggar Pasal 47 Qanun Aceh No. 6/2014 dihukum cambuk sebanyak 25
kali. Terhukum hanya menjalani hukum cambuk sebanyak 22 kali karena dikurangi dengan masa
tahanan selama 95 hari.

Terhukum lainnya terlibat dalam kasus minuman keras. Aisyah, pelanggar Pasal 16 Ayat (1) Qanun Aceh
No. 6/2014, dijatuhi hukuman cambuk sebanyak 25 kali.

Karena ditahan selama 102 hari, kata Isnawati, hukuman cambuk terhadap terhukum dikurangi
sebanyak 3 kali. Dengan demikian, Aisyah dicambuk sebanyak 22 kali.

Sementara itu, terhukum atas nama Dippos Boru Nainggolan yang melanggar Pasal 16 Ayat (1) Qanun
Aceh No. 6/2014. Karena terbukti menjual minuman keras, terhukum menjalani hukuman cambuk
sebanyak 20 kali. Akan tetapi, karena telah menjalani masa penahanan selama 102 hari, hukumannya
sebanyak 17 kali.

Dippos Boru Nainggolan adalah warga nonmuslim. Dalam pelaksanaan hukuman terhadapnya, dia lebih
memilih hukuman cambuk.

Usai menjalani uqubat cambuk, dia beralasan lebih memilih hukuman cambuk karena biar cepat proses
hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai