Nama Kelompok:
4. Diana Tri
5. Fandhi
6. Heru Siswanto
Prodi S1 KEPERAWATAN
Tahun 2015
HOME
Di suatu pagi yang cerah, damai, dan angin sejuk yang bersama dengannya.
Setiap insan yang melakukan aktifitasnya masing-masing, yang sangat sibuk pada
pagi itu. Namun berbeda halnya dengan sebuah keluarga yang mengadakan rapat
Ayah (Fandhi): (sedang duduk diruang tamu sambil membaca koran serta
terdapat secangkir kopi dan sepiring kue diatas meja), berkata, ”Ada apa? Apa
Ibu (Ema): “aku ingin bercerita padamu, tapi apakah kamu nantinya akan marah
terhadap anakmu?”
Ibu (Ema): “anakmu minta izin padaku buat pacaran.” (dengan suara pelan)
Ayah (Fandhi): “apa kamu tahu zaman sekarang ini seperti apa? Dia itu anak satu-
satunya.”
Ayah (Fandhi): “kedewasaan seseorang tak dapat diukur dengan dia punya pacara
atau tidak. Tak ada untungnya pacaran itu, apa coba untungya? Panggil anakmu!”
Ibu (Ema): “yang tadi malam kamu bicarakan sama ibu, kak.”
Ayah (Fandhi): “ayah dak mau kamu terjerumus kayak temen-temenmu yang dak
karuan itu. Kamu itu anak satu-satunya dikeluarga ini. Kalau hanya sekedar
berteman tak ada masalah buat ayah. Tapi jangan sekali-kali kamu pacaran atau
keluar dengan laki-laki. Kalau kamu kekurangan apapun bilang pada ayah atau
sewajarnya saja.”
Anak (Ratna): “ya yah, aku paham kok. Aku akan selalu mengingat nasihat dari
sarapan pagi.
Anak (Ratna): “ibu ngomon apa si ke ayah, aku kan dak serius itu.”
Ibu (Ema): “lebih baik dibicarakan daripada kamu dak paham dengan pergaulan
jaman sekarang. Mau jadi apa kamu? (sambil mengusap lembut kepala sang anak)
keluarga tersebut untuk beristirahat dan menikmati hari libur sambil menonton
tv. Tiba-tiba bel berbunyi, ting tung, ting tung, ting tung..sebanyak tiga kali bel
tersebut berbunyi. Namun tak ada yang membukakan pintu karena mereka asik
menonton tv. Dan tiba-tiba hp kakak berdering, satu pesan baru masuk.
Dibukalah oleh kakak pesan tersebut berbunyi (aku ada di depan rumahmu).
Putri dan Diana: “kami cari Ratna. Apakah Ratna ada dirumah?”
Ayah (Fandhi): “ada...silahkan masuk nak, silahkan duduk. Saya panggilkan dulu
ya”
Diana: “iya ya, untung aja. Hmmm...kalau aja Heru ikut kesini pasti bakal diusir.”
keluarga)
Ratna: “iya yah, sipa dia?”
Ayah (Fandhi): “Temen kamu, katanya sih namanya Putri dan Diana”
Putri: “aku cuma mau ngasih kue dan hadiah ini untukmu. Ini itu dari si Heru.”
Putri: “iya Diana. Ini itu dari Heru. Dia gak berani ke rumah kamu.”
Ratna: “iya juga sih, tadi pagi aja aku diberi nasihat sama ayah, kalau dak boleh
ada laki-laki yang main kesini. Soalnya belum waktunya aku terima tamu seorang
laki-laki.”
Diana: “bokap kamu disiplin banget ya na.. sampai-sampai laki-laki main kesini aja
dak boleh.”
Putri: “iya ya, disiplin banget. Enak loh punya bokap yang care gitu sama anaknya.”
Ratna: “sama aja guys, semua ayah itu pasti ingin menjaga anakanya.”
Diana: “kata siapa? Buktinya teman kita yang namanya Boy dak diperhatikan gitu
sama bokapnya.”
Putri: “udahlah, dak usah ngomongin orang. Itukan urusan keluarga mereka. Bukan
Ratna dan Diana bengong mendengar perkataan putri yang tak seperti biasanya
Ratna: “kamu sih dak kayak biasanya, mangkanya Diana kayak gitu.” (tersenyum)
teman-teman anaknya.
Ibu (Ema): “kamu itu keasyikan ngobrol na. Sampai-sampai lupa ngasih temenmu
makanan.”
Ibu (Ema): “dimakan nak, Cuma ada ini dirumah ibu. Dak usah malu-malu ya.
Diana dan Putri: “iya buk, terima kasih. Nanti kita makan kok.”
Ratna: “iya ta?” (melihat jam dindin yang terpasang didinding rumahnya yang
Ayah (Fandhi): “loh kok udah mau pulang kan masih siang ini.”
Ibu (Ema): “iya, panas juga itu diluar. Apa dak pulang nanti sore aja?”
Diana: “tidak tante, nanti kita nyampai rumahya larut malam kalau pulan sore dari
sini.”