Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR

ROLE PLAY (DRAMA)

Nama Kelompok:

1. Ratna Dwi Kartika Sari

2. Putri Mei Kusniwati

3. Ema Fauziyah Alawiyah

4. Diana Tri

5. Fandhi

6. Heru Siswanto

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Prodi S1 KEPERAWATAN

Tahun 2015
HOME

Di suatu pagi yang cerah, damai, dan angin sejuk yang bersama dengannya.

Setiap insan yang melakukan aktifitasnya masing-masing, yang sangat sibuk pada

pagi itu. Namun berbeda halnya dengan sebuah keluarga yang mengadakan rapat

bersama anggota keluarganya pada pagi itu.

Ayah (Fandhi): (sedang duduk diruang tamu sambil membaca koran serta

terdapat secangkir kopi dan sepiring kue diatas meja), berkata, ”Ada apa? Apa

yang ingin kamu katakan?”

Ibu (Ema): “aku ingin bercerita padamu, tapi apakah kamu nantinya akan marah

terhadap anakmu?”

Ayah (Fandhi): “katakan saja!” (dengan nada tinggi)

Ibu (Ema): “anakmu minta izin padaku buat pacaran.” (dengan suara pelan)

Ayah (Fandhi): “apa kamu mengijinkannya?”

Ibu (Ibu): ”aku belum memberikan ijin padanya.”

Ayah (Fandhi): “apa kamu tahu zaman sekarang ini seperti apa? Dia itu anak satu-

satunya.”

Ibu (Ema): “iya akau tahu, tapi dia sudah dewasa.”

Ayah (Fandhi): “kedewasaan seseorang tak dapat diukur dengan dia punya pacara

atau tidak. Tak ada untungnya pacaran itu, apa coba untungya? Panggil anakmu!”

Ibu (Ema): “kak..kesini.”

Anak (Ratna): ”iya buk” (berjalan santai)

Ayah (Fandhi): “duduklah. Kamu minta izin apa ke ibumu?”


Anak (Ratna): “izin apa yah?” (dengan rasa takut dalam hati)

Ibu (Ema): “yang tadi malam kamu bicarakan sama ibu, kak.”

Anak (Ratna):“hahahaha.....ibu..ibu..itu Cuma bercanda buk.” (mencoba mencairkan

suasana dan menganggap itu semua hanya pura-pura.)

Ayah (Fandhi): “yang bener yang mana?”

Ibu (Ema): “iya tadi malam dia ngomong gitu kok.”

Anak (Ratna): ”dak buk, Cuma bercandaan kok.”

Ayah (Fandhi): “awas kalau kamu macam-macam sama ayah.”

Anak (Ratna): “dak kok.” (Berkata dengan pelan)

Ayah (Fandhi): “ayah dak mau kamu terjerumus kayak temen-temenmu yang dak

karuan itu. Kamu itu anak satu-satunya dikeluarga ini. Kalau hanya sekedar

berteman tak ada masalah buat ayah. Tapi jangan sekali-kali kamu pacaran atau

keluar dengan laki-laki. Kalau kamu kekurangan apapun bilang pada ayah atau

ibumu. Kalau ada masalah jangan kamu ceritakan ke teman-temanmu. Bercerita

sewajarnya saja.”

Anak (Ratna): “ya yah, aku paham kok. Aku akan selalu mengingat nasihat dari

ayah dan ibu.

Ayah (Fandhi): “ ya udah kebelakang sana, bantu ibumu bersih-bersih”

Berjalan kebelakang menghampiri ibunya yang sedang sibuk memasak untuk

sarapan pagi.

Anak (Ratna): “ibu ngomon apa si ke ayah, aku kan dak serius itu.”
Ibu (Ema): “lebih baik dibicarakan daripada kamu dak paham dengan pergaulan

jaman sekarang. Mau jadi apa kamu? (sambil mengusap lembut kepala sang anak)

Semua kegiatan bersih-bersih telah usai, kini saatnya para anggota

keluarga tersebut untuk beristirahat dan menikmati hari libur sambil menonton

tv. Tiba-tiba bel berbunyi, ting tung, ting tung, ting tung..sebanyak tiga kali bel

tersebut berbunyi. Namun tak ada yang membukakan pintu karena mereka asik

menonton tv. Dan tiba-tiba hp kakak berdering, satu pesan baru masuk.

Dibukalah oleh kakak pesan tersebut berbunyi (aku ada di depan rumahmu).

Anak (Ratna): “(kaget dan takut untuk membukakan pintu)”

Beberapa menit kemudian sang ayah membukakan pintu. Kreekkk....

Ayah (Fandhi): “cari siapa nak?”

Putri: “saya Putri Om.”

Dana: “Lalu saya Diana.”

Putri dan Diana: “kami cari Ratna. Apakah Ratna ada dirumah?”

Ayah (Fandhi): “ada...silahkan masuk nak, silahkan duduk. Saya panggilkan dulu

ya”

Putri dan Diana: “Baik pak.”

Putri: “Eh..untung aja ya Heru tadi dak ikut kesini.”

Diana: “iya ya, untung aja. Hmmm...kalau aja Heru ikut kesini pasti bakal diusir.”

Putri: “ah..bisa aja kamu.”

Ayah (Fandhi): “Ratna...Ratna...ada temenmu. (Sambil berjalan menuju ruang

keluarga)
Ratna: “iya yah, sipa dia?”

Ayah (Fandhi): “Temen kamu, katanya sih namanya Putri dan Diana”

Berjalan menghampiri Putri dan Diana.

Ratna: “ada apa guys...”

Putri: “aku cuma mau ngasih kue dan hadiah ini untukmu. Ini itu dari si Heru.”

Ratna: “Dari Heru?” Kok bisa?

Putri: “iya Diana. Ini itu dari Heru. Dia gak berani ke rumah kamu.”

Ratna: “iya juga sih, tadi pagi aja aku diberi nasihat sama ayah, kalau dak boleh

ada laki-laki yang main kesini. Soalnya belum waktunya aku terima tamu seorang

laki-laki.”

Diana: “bokap kamu disiplin banget ya na.. sampai-sampai laki-laki main kesini aja

dak boleh.”

Putri: “iya ya, disiplin banget. Enak loh punya bokap yang care gitu sama anaknya.”

Ratna: “sama aja guys, semua ayah itu pasti ingin menjaga anakanya.”

Diana: “kata siapa? Buktinya teman kita yang namanya Boy dak diperhatikan gitu

sama bokapnya.”

Ratna: “mungkin karena Boy dak nurut sama ayahnya.”

Putri: “udahlah, dak usah ngomongin orang. Itukan urusan keluarga mereka. Bukan

gitu guys?” (hahahahahhaha)

Ratna dan Diana bengong mendengar perkataan putri yang tak seperti biasanya

itu. Lalu tiba-tiba Ratna dan Diana tertawa terbahak-bahak.

Ratna dan Diana: “ hahahahahahahahahahahahaha....”


Diana: “ kesambet dari mana kamu?” (sambil memegang dahi Putri)

Putri: (melepaskan tangan Diana dari dahinya) “ apaan sih kamu.”

Ratna: “kamu sih dak kayak biasanya, mangkanya Diana kayak gitu.” (tersenyum)

Diana: “ iya kamu aneh Put.”

Putri: “aneh gimana coba.” (dengan cemberut)

Tiba-tiba ibunya keluar dan membawa makanan serta minuman untuk

teman-teman anaknya.

Ibu (Ema): “kamu itu keasyikan ngobrol na. Sampai-sampai lupa ngasih temenmu

makanan.”

Ratna: “hehehe...iya bu.”

Ibu (Ema): “dimakan nak, Cuma ada ini dirumah ibu. Dak usah malu-malu ya.

Diana dan Putri: “iya buk, terima kasih. Nanti kita makan kok.”

Ibu (Ema): “yaudah, ibu kebelakang dulu ya.

Tiba-tiba waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Begitu lama perbincangan

mereka pada hari itu dan tak begitu terasa.

Putri: “eh..kita pulang ya na..”

Ratna: “kok udah mau pulang aja. Masih siang ini.”

Diana: “iya, tapi sekarang udah jam 14.00.”

Ratna: “iya ta?” (melihat jam dindin yang terpasang didinding rumahnya yang

tepat berada didepannya.”

Putri: “ibu sama ayahmu mana, kita mau pamitan nih.”


Ratna: “yah, bu, temen-temen mau pulang.”

Ayah dan ibu keluar dari ruang keluarga.

Ayah (Fandhi): “loh kok udah mau pulang kan masih siang ini.”

Ibu (Ema): “iya, panas juga itu diluar. Apa dak pulang nanti sore aja?”

Diana: “tidak tante, nanti kita nyampai rumahya larut malam kalau pulan sore dari

sini.”

Ayah (Fandhi): “ya sudah, hati-hati dijalan. Jangan ngebut ya.”

Diana dan Putri: “iya om, kami pamit pulang. Asalammu’alaikum.....”

Ratna, ayah, ibu: “wa’alaikumsaam....”

Anda mungkin juga menyukai