Anda di halaman 1dari 16

MODUL IV

PEMASANGAN INFUS (IVFD) DAN TRANFUSI

A. Teori
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh
1. Tujuan pemasangan infus adalah
a) Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air,
elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral
b) Memperbaiki keseimbangan asam basa
c) Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan jalan masuk
untuk pemberian obat-obatan kedalam tubu
d) Memonitor tekan Vena Central (CVP)
e) Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.
2. Indikasi
a) Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam Intra Vena.
b) Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin).
c) Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra
vena
d) Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
e) Pasien yang mendapatkan tranfusi darah.
f) Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat).
g) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
h) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi intramuskuler.

3. Kontraindikasi
a) Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
b) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
c) Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
4. Mengatur dan monitor tetesan infus
Monitoring merupakan tangung jawab perawat dan meliputi laju arus infus sambil
memastikan kebetahan dan keselamatan klien. Laju arus infus ditetapkan menurut perintah
dokter, dokter mungkin telah menentukan jumlah infus dalam 8 atau 24 jam. Laju infus
dihitung berdasarkan jumlah tetes larutan per menit.
Dibawah ini disertakan rumus yang dapat digunakan untuk menentukan laju arus infus :
Jumlah tetes per menit :
Tetesan infus diatur sesuai pogram pengobatan, tidak boleh teralu cepat atau terlalu lambat.
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni :
a) Jumlah mililiter/jam.jumlah tetesan dihitung dengan mebandingkan voleme cairan yang
harus diberikan ( ml ) dengan lamanya pemberian ( jam ).
Contoh : 3000 ml cairan RL. Harus diberikan dalam 24 jam. Dengan demikian jumlah
tetesan = 125ml/jam
b) Tetesan/menit. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang
dibutuhkan (ml) dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian
(menit). Faktor tetes detentukan berdasarkan alat yang digunakan. Rumusan pemberian
cairan:
Dewasa:
Tetesan/menit = jumlah cairan yang dibutuhkan x factor tetes (20)
Waktu yang ditentukan (jam) x 60 menit
Anak:
Tetesan/menit = jumlah cairan yang dibutuhkan x factor tetes (60)
Waktu yang ditentukan (jam) x 60 menit
Contoh:
Seorang pasien berusia 30 tahun memerlukan rehidrasi dengan 500ml dalam waktu 10
jam. Maka tetesan permenit adalah :
Dewasa:
Jumlah Tetesan/menit = 500 ml x factor tetes (20) = 16,6 tetes/ menit
10 (jam) x 60 menit
B. Prosedur Kerja
1. Pastikan regulator dalam kondisi tertutup.
2. Hubungkan infus set dengan botol infus
3. Gantungkan botol cairan pada standar infus
4. Isi tabung reservoir infus
5. Ujung dari infus set diangkat sampai sejajar dengan uret dari infus set baru dibuka klemnya
sehingga tidak ada udara
6. Atur posisi pasien
7. Pasang pengalas
8. Pilih dan pastikan vena yang akan di insersi (vena yang besar, lurus, dan tidak bercabang)
9. Pasang Torniquet 5 cm dari area yang akan di insersi
10. Bersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari dalam keluar atau menggosok searah)
11. Pegang iv cath dengan sudut 30-45
12. Insersi vena, jika tampak darah tarik mandrin kira - kira 0,5 cm, lepaskan torniquet, kemudian
dorong perlahan iv cath sampai batas akhir iv cath.
13. Sambungkan iv cath dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi (transparan film/handyplast/plester)
15. Atur tetesan infus sesuai dengan kebutuhan
16. Catat tanggal pemasangan infus
17. Perawat cuci tangan

Tabel 4.1
Daftar Penilaian Prosedur Pemasangan Infus dan Tranfusi
Penilaian
NO Aspek Yang Dinilai Perlu Ket
Ya Tidak
Latihan
1 Tahap Pra Interaksi
1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan
tindakan
2. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent
(disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan).
3. Perawat mencuci tangan

4. Mempersiapkan alat
1. Standar infus
2. Set infuse / Blood set
3. Transparant Infus
4. Cairan Infus
5. IV Catheter uk. Anak 22,24 dewasa 20,18
6. Alcohol swab
7. Torniquet
8. Pengalas
9. Bengkok 1 buah
10. Plester / hipafix
11. Sarung tangan / handscone
12. Gunting
2 Tahap Orientasi
1. Perawat memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap Interaksi
1. Perawat mendekatkan alat

2. Perawat mencuci tangan

3. Mengucapkan salam (Assalamualaikum)

4. Mengucapkan basmallah (Bismillahirohmanirohim)

5. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien


untuk nama pasien, tanggal lahir, dst)
6. Mendekatkan alat

7. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden,


memasang sampiran)
8. Mengatur Posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan
yang akan dilakukan)
9. Perawat Memasang Handscone

4 Tahap Kerja

1. Pastikan regulator di selang infus dalam kondisi


tertutup
2. Hubungkan cairan infus dan set infus dengan
menusukan ujung selang ke bagian karet botol infus
3. Gantungkan botol cairan pada standar infus

4. Isi cairan ke dalam tabung tetesan infus dengan


menekan bagian tabung tetesan hingga tabung tetesan
terisi sebagian dan buka penutup (klem selang) hingga
selang terisi cairan dan udara di dalam selang keluar
5. Ujung dari infus set diangkat sampai sejajar dibuka
klemnya sehingga tidak ada udara
6. Atur posisi pasien

7. Pasang pengalas

8. Pilih dan pastikan vena yang akan di insersi (vena yang


besar, lurus, dan tidak bercabang)
9. Pasang Torniquet 5 cm dari area yang akan di insersi

10. Bersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari


dalam keluar atau menggosok searah)
11. Pegang iv cath dengan sudut 30-45

12. Insersi vena, jika tampak darah tarik mandrin kira - kira
0,5 cm, lepaskan torniquet, kemudian dorong perlahan
iv cath sampai batas akhir iv cath.
13. Sambungkan iv cath dengan selang infus

14. Lepaskan Tourniket dan lemaskan kepalan tangan


pasien
15. Perhatikan apakah terdapat tanda-tanda inflamasi di
daerah penusukan
16. Jika tidak terdapat tanda-tanda inflamasi Lakukan
fiksasi
17. Atur tetesan infus sesuai dengan kebutuhan

18. Untuk Tranfusi : Lepaskan Cairan infus dan pasang


kantung darah kemudian atur tetesan tranfusi.
5 Tahap Terminasi

1. Mengucapkan hamdalah

2. Merapikan pasien dan tanya perasaan klien setelah


dilakukan tindakan
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

4. Membereskan alat

5. Perawat cuci tangan

6. Dokumentasi (catat tanggal, waktu pemasangan, ukuran


jarum dan jenis cairan)

MODUL VI
PEMASANGAN DAN PELEPASAN NASO GASTRIC TUBE (NGT)

A. Teori
Selang Nasogastrik/ NGT merupakan selang yang dimasukkan ke dalam lambung melalui hidung
dan nasofaring. Tetapi pada kondisi tertentu selang NGT dapat dimasukkan lewat mulut.

Tujuan Pemasangan NGT:


a. Memberikan makanan dan obat pasien yang sulit menelan makanan atau mengalami
gangguan saluran gastrointestinal atas
b. Mengambil isi lambung dan gas yang ada di dalam lambung (decompression)
c. Mengirigasi atau melakukan bilas lambung dalam kasus keracunan, overdosis obat, atau
perdarahan pada lambung
d. Mencegah mual, muntah, dan distensi lambung setelah pembedahan

Tipe dan Indikasi Pemasangan NGT:


a. NGT tipe Salem Sump, Levin, dan Miller-abbot untuk decompression
b. NGT tipe Duo, Dobhoff dan Levin untuk pemberian nutrisi
c. NGT Tipe Sangtaken-Blakemor untuk compression
d. NGT tipe Levin, Edwald, Salem Sump, untuk mengeluarkan isi lambung (lavage)
B. Prosedur Kerja
1. Bantu pasien untuk posisi berdiri
2. Bersama dengan pasien tentukan kode yang akan digunakan selama tindakan misalnya
mengangkat telunjuk untuk menyatakn “ tunggu sebentar karena tidak terasa enak”
3. Dekatkan peralatan ke tempat tidur pasien. Pasnag handuk didada pasien. Letakkan tisu,
bengkok, dan air minum pada jangkauan pasien
4. Tentukan lubang hidung yang akan dimasukkan selang NGT
5. Ukur panjang selang yang akan dimasukan dengan cara mengukur jarak dari puncak
lubang hidung ke daun telinga bawah dan ke prosesus xipoideus di sternum
6. Berikan jelly pada ujung selang sepanjang 10-20 cm
7. Beri tahu pasien bahwa selang akan segera dimasukkan. Ekstensikan kepala pasien dan
masukkan selang melalui hidung yng telah ditentukan
8. Setelah selang mencapai orofaring (tenggorokkan), pasien akan merasa ingin muntah dan
bahkan muntah. Minta pasien untuk menekuk kepala kedepan dan dorong pasien untuk
minum dan menelan
9. Jika pasien ingin muntah, hentikan dulu pemasukan selang. Minta pasien untuk
beristirahat, mengambil nafas dalam, dan minum sedikit air untuk menenangkan refleks
muntah
10. Masukkan selang sepanjang 5 – 10 cm pada setiap gerakan menelan sampai panjang
selang yang diinginkan telah masuk
11. Apabila selang tidak dapat maju pada setiap geraka menelan, tarik sedikit selang tersebut
dan inspeksi posisi selang dengan mengggunakan spatel lidah dan senter
12. Pastikan selang berada di tempat yag benar, misalnya dengan cara:
a. Aspirasi isi lambung dan periksa PH
b. Auskultasi suara udara yang dimasukkan dengan cara pasang spuit pada ujung selang,
pasang stetoskop di atas epigastrium pasien lalu suntukan 10-30 ml udara ke dalam
selang sambil mendengarkan suara “blup”
c. Jika selang tidak di lambung, masukkan kembali selang sejauh 5 cm dan ulangi
pemeriksaan
13. Oleskan kapas alkohol pada hidung pasien dan selang lalu biarkan sampai kering
14. Lepaskan sarung tangan
15. Fiksasi selang dengan memplesternya ke batang hidung dengan cara:
a. Potong plester sepanjang 7,5 cm dan potong memanjang bagian tengah plester pada
salah satu ujung plester sepanjang 5 cm dan biarkan 2,5 cm plester tetap utuh
b. Letakkan plester yang utuh pada batang hidung pasien, dan tarik kedua ujung plester
ke arah bawah, kemudian mengelilingi selang atau tarik ke bawah selang dan
dilekatka kembali ke pangkal hidung
16. Hubungkan selang dengan alat pengisap atau alat pemberi makan sesuai program atau
klem ujung selang
17. Fiksasi selang ke baju pasien dengan cara tempelkan plester ke selang dan penitikan
plester tersebut ke pakaian.

F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja

Tabel 6.1
Daftar Penilaian Prosedur Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT)

Penilaian
NO Aspek Yang Dinilai Perlu Ket
Ya Tidak
Latihan
1 Tahap Pra Interaksi

1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan


tindakan
2. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent
(disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan).
3. Perawat mencuci tangan

Mempersiapkan alat:
Troli berisi
1. NGT (uk 14-16)
2. Spuit 10 atau 20 cc
3. Jelly/ pelumas
4. 1 pinset anatomis
5. 1 bengkok
6. Handuk/ tissu
7. Plester dan gunting plester
8. Stetoskop
9. Sarung tangan/ handscone
10. Tongue spatel
11. Senter
12. Corong
13. Segelas air putih dan sendok dan sedotan
14. Klem
15. Peniti

2 Tahap Orientasi

1. Perawat memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap Interaksi

1. Perawat mendekatkan alat


2. Perawat mencuci tangan

3. Mengucapkan salam (Assalamualaikum)

4. Mengucapkan basmallah (Bismillahirohmanirohim)

5. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien


untuk nama pasien, tanggal lahir, dst)
6. Mendekatkan alat

7. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden,


memasang sampiran)
8. Mengatur Posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan
yang akan dilakukan)
4 Tahap Kerja

1. Bantu pasien untuk posisi berdiri

2. Bersama dengan pasien tentukan kode yang akan


digunakan selama tindakan misalnya mengangkat
telunjuk untuk menyatakn “ tunggu sebentar karena
tidak terasa enak”

3. Dekatkan peralatan ke tempat tidur pasien. Pasnag


handuk didada pasien. Letakkan tisu, bengkok, dan
air minum pada jangkauan pasien

4. Tentukan lubang hidung yang akan dimasukkan


selang NGT

5. Ukur panjang selang yang akan dimasukan dengan


cara mengukur jarak dari puncak lubang hidung ke
daun telinga bawah dan ke prosesus xipoideus di
sternum

6. Berikan jelly pada ujung selang sepanjang 10-20


cm
7. Beri tahu pasien bahwa selang akan segera
dimasukkan. Ekstensikan kepala pasien dan
masukkan selang melalui hidung yng telah
ditentukan

8. Setelah selang mencapai orofaring (tenggorokkan),


pasien akan merasa ingin muntah dan bahkan
muntah. Minta pasien untuk menekuk kepala
kedepan dan dorong pasien untuk minum dan
menelan
9. Jika pasien ingin muntah, hentikan dulu pemasukan
selang. Minta pasien untuk beristirahat, mengambil
nafas dalam, dan minum sedikit air untuk
menenangkan refleks muntah

10. Masukkan selang sepanjang 5 – 10 cm pada setiap


gerakan menelan sampai panjang selang yang
diinginkan telah masuk

11. Apabila selang tidak dapat maju pada setiap geraka


menelan, tarik sedikit selang tersebut dan inspeksi
posisi selang dengan mengggunakan spatel lidah
dan senter

12. Pastikan selang berada di tempat yag benar,


misalnya dengan cara:
a. Aspirasi isi lambung dan periksa PH
b. Auskultasi suara udara yang dimasukkan
dengan cara pasang spuit pada ujung selang,
pasang stetoskop di atas epigastrium pasien lalu
suntukan 10-30 ml udara ke dalam selang
sambil mendengarkan suara “blup”
c. Jika selang tidak di lambung, masukkan
kembali selang sejauh 5 cm dan ulangi
pemeriksaan

13. Oleskan kapas alkohol pada hidung pasien dan


selang lalu biarkan sampai kering

14. Lepaskan sarung tangan

15. Fiksasi selang dengan memplesternya ke batang


hidung dengan cara:
a. Potong plester sepanjang 7,5 cm dan potong
memanjang bagian tengah plester pada salah
satu ujung plester sepanjang 5 cm dan
biarkan 2,5 cm plester tetap utuh
b. Letakkan plester yang utuh pada batang
hidung pasien, dan tarik kedua ujung plester
ke arah bawah, kemudian mengelilingi
selang atau tarik ke bawah selang dan
dilekatka kembali ke pangkal hidung

16. Hubungkan selang dengan alat pengisap atau alat


pemberi makan sesuai program atau klem ujung
selang
17. Fiksasi selang ke baju pasien dengan cara
tempelkan plester ke selang dan penitikan plester
tersebut ke pakaian.

5 Tahap Terminasi

1. Mengucapkan hamdalah

2. Merapikan pasien dan tanyakan perasaan pasien


setelah dilakukan tindakan
3. Kontrak denga pasien/ keluarga untuk tindakan
selanjutnya
4. Membereskan alat

5. Perawat cuci tangan

6. Dokumentasi

MODUL VII
ELIMINASI URINE : PEMASANGAN KATETER
DAN PEMASANGAN POT DAN URINAL

Definisi:
Kateterisasi urine adalah tindakan memasukkan kateter ke dalam saluran kemih melalui
uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan mengambil bahan pemeriksaan.
Kateterisasi urine beresiko menyebabkan Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi
Saluran Kemoh (ISK) dan trauma uretra. Oleh sebab itu, kateterisasi urine lebih dianjurkan
untuk pemasagan sementara (< dari 1 minggu pemasangan)

Tujuan kateterisasi urine adalah:


1. Melancarkan pengeluarkan urine pada pasien
yagn tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami obstruksi saluran kemih
2. Memantau pengeluaran urine pada pasien yang
mengalami gangguan hemodinamik
3. Mengumpulkan spesimen pemeriksaan

Tipe kateter :

Kateter lurus atau kateter Robinson : selang berlumen tunggal dengan lubang kecil sekitar 1,
25 cm dari ujung kateter

Kateter retensi atau kateter foley : terdiri dari 2 buah selang. Salah satu selang berukuran
lebih kecil dan terletak didalam kateter. Kateter ini terhubung dengan balon didekat kateter.
Setelah kateter dimasukkan, balon di gembungkan untuk menahan kateter agar tetap berada
di tempatnya, yaitu kandung kemih. Kateter foley ada 2 lubang (lumen/ rongga). Lumen
pertama untuk mengeluarkan urine, dan yag kedua untuk menggembungkan balon. Selain itu
ada kateter yang berlumen 3, lume ketiga untuk memasukkan obat ke dalam vesika urinaria.

Ukuran Kateter
1) Diameter Kateter
Untuk anak-anak : 8-10 French (Fr)
Untuk wanita : 14-16 Fr
Untuk Pria : 16-18 Fr
2) Panjang Kateter
Untuk anak-anak : pediatri
Untuk wanita : 22 cm
Untuk Pria : 40 cm
3) Ukuran balon
3 ml : untuk anak-anak
5 ml : untuk drainase rutin
30 ml atau lebih : tidak dianjurkan, tetapi biasanya digunakan untuk mencapai
homeostatis area prostat setelah prostatektomi

B. Daftar Penilaian Prosedur Kerja

Tabel 7.1
Daftar Penilaian Prosedur Pemasangan Kateter

Penilaian
No Aspek Yang Dinilai Perlu Ket
Ya Tidak
Latihan
1 Tahap Pra Interaksi

1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan


tindakan
2. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent
(disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan).
3. Perawat mencuci tangan

4. Mempersiapkan alat:
Meja atau trolly yang berisi:
Baki instrumen :
1. Kateter sesuai ukuran
2. Jelly Pelicin
3. Sarung tangan steril
4. Cairan antiseptik / desinfektan (bethadin/
sublimat)
5. Spuit ukuran 10cc yang berisi cairan steril
6. Urine bag
7. Kassa/ kapas steril
8. Plester
9. Perlak
10. Duk berlubang

2 Tahap Orientasi

1. Perawat memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap Interaksi
1. Perawat mendekatkan alat

2. Perawat mencuci tangan

3. Mengucapkan salam
(Assalamualaikum)
4. Mengucapkan basmallah
(Bismillahirohmanirohim)
5. Identifikasi sambil melihat
gelang identitas pasien untuk nama pasien, tanggal
lahir, dst)
6. Mendekatkan alat

7. Menjaga privasi pasien (menutup


scareroom, gorden, memasang sampiran)
8. Mengatur Posisi pasien
(disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan:
(laki-laki: supine, perempuan: dorsal recumbent)
4 Tahap Kerja

1. Pasang perlak di bawah bokong klien

2. Lepaskan pakaian bawah klien

3. Buka set kateter dengan tetap menjaga kesterilannya


dan taruh di baki instrumen
4. Menghubungkan urine bag dengan kateter
5. Pakai sarung tangan steril

6. Pasang duk berlubang di daerah genitalia pasien

7. Buka daerah Meatus :


Pria : pegang area di bawah gland penis dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kiri.
Wanita ; buka labia dgn menggunakan jari telunjuk
dan ibu jari tangan kiri kemudian tarik sedikit ke
atas.
8. Bersihkan daerah meatus
Pria : bersihkan meatus dengan gerakan melingkar
dari pusat kearah luar, minimal tiga kali
Wanita : bersihkan area labia luar, terakhir bagian
meatus, kassa hanya digunakan sekali (atas ke
bawah, dari meatus ke anus)
9. Oleskan jelly pelicin pada ujung kateter
Pria : 15-18 cm
Wanita : 4-5 cm
10. Masukkan selang kateter secara perlahan melalui
orificium uretra ke kandung kemih sampai cabang
selang sambil menganjurkan klien untuk tarik napas.
Sampai urine keluar (Jika terasa ada tahanan saat
memasukkan kateter, jangan diteruskan)
11. Isi balon kateter dengan aquades sebanyak yang
ditentukan menggunaka spuit tanpa jarum.
12. Tarik kateter perlahan sampai ada tahanan balon

13. Kembangkan balon dengan cairan steril, kemudian


tarik kateter secara perlahan sampai terasa ada
tahanan
14. Periksa kateter apakah ada kebocoran pada selang
kateter
15. Lepaskan duk berlubang

16. Hubungkan kateter dengan urine bag

17. Lepaskan sarung tangan

18. Fiksasi kateter dengan plester

19. Gantung urine bag dengan posisi lebih rendah dari


pada kandung kemih
20. Buat tanggal pemasangan di selang kateter.

21. Periksa keadaan urine (warna, jumlah)

5 Tahap Terminasi

1. Mengucapkan hamdalah

2. Merapikan pasien dan tanyakan perasaan pasien


setelah dilakukan tindakan
3. Membereskan alat
4. Perawat cuci tangan

5. Dokumentasi

Tabel 7.2
Daftar Penilaian Prosedur Pemasangan Pot dan Urinal

Penilaian
No Aspek Yang Dinilai Perlu Ket
Ya Tidak
Latihan
1 Tahap Pra Interaksi

1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan


tindakan
2. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent
(disesuaikan dengan tindakan yang akan
dilakukan).
3. Perawat mencuci tangan

Mempersiapkan alat:
Meja atau trolly yang berisi:
Baki instrumen :
1. Pengalas atau perlak
2. Psipot dan urinal
3. Air bersih dalam botol
4. Tissue
5. Sarung tangan steril

2 Tahap Orientasi

1. Perawat memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap Interaksi
1. Perawat mendekatkan alat

2. Perawat mencuci tangan

3. Mengucapkan salam (Assalamualaikum)

4. Mengucapkan basmallah (Bismillahirohmanirohim)

5. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien


untuk nama pasien, tanggal lahir, dst)
6. Mendekatkan alat
7. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden,
memasang sampiran)
8. Mengatur Posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan
yang akan dilakukan: (laki-laki: supine, perempuan:
dorsal recumbent)
4 Tahap Kerja

1. Lepaskan pakaian bawah klien, pasang selimut/


kain penutup
2. Minta pasien untuk membengkokkan lututnya da
mengangkat bokongnya (dibantu oleh perawat)
3. Pasang pengalas di bawah glutea (bokong) pasien

4. Tempatkan pispot ataupun urinal


5. Pria : gland penis dimasukkan kedalam corong
urinal untuk memudahka mengeluarkan da
menampung urine pasien
6. Wanita : urinal berbentuk lebar seperti pispot yang
diletakkan di bawah bokong pasien
7. Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa
nyaman
8. Anjurkan pasien untuk buang air kecil

9. Setelah selesai, angkat pispot/urinal da tutup

10. Cuci area meatus uretra dengan air bersih dan


Bersihkan dan keringkan dengan tissue
11. Angkat pengalas

12. Pakai kembali pakaian bawah pasien, pasang


selimut
13. Bersihksn pispot/urinal di kamar mandi

5 Tahap Terminasi

1. Mengucapkan hamdalah

2. Merapikan pasien dan tanyakan perasaan pasien


setelah dilakukan tindakan
3. Membereskan alat

4. Perawat cuci tangan

5. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai