Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

UNTUK ANAK DENGAN HOSPITALISASI

DI RUANG WIJAYA KUSUMA 2 RSUD TEMANGGUNG

Disusun oleh :

1. Rini Purwanti

2. Anisa Silvia Nurul A

3. Ngiza Farnida

4. Fatat Ulfatus Syarifah

5. Winda Melati Puspita A

6. Titania Wahyuningrum

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bermain merupakan aktifitas yang hampir seluruh manusia di muka bumi ini
melakukannya. Mulai dari balita, anak-anak, remaja sampai dewasa semuanya
melakukan yang namanya permainan/bermain. Mereka melakukan bermain
dengan berbagai cara dan tujuannya masing-masing

Bagi sebagian orang terutama orang dewasa, bermain hanyalah aktifitas


untuk melepas penat dan kejenuhan selama mereka bekerja, tanpa adanya tujuan
khusus lainnya. Lain hal dengan bermain pada anak yang dilakukan salah satunya
dengan tujuan mengetahui bagaimana tumbuh kembang anak tersebut,
interaksinya dengan orang dan lingkungan sekitarnya, karakter anak, serta
menjadikan belajar lebih menyenangkan melalui permainan (Aizah & Ernawati,
2015).

Bermain tidak hanya dilakukan oleh anak sehat, tetapi anak sakit pun harus
tetap bisa untuk bermain, karena justru pada anak sakit mereka memerlukan
hiburan dan aktifitas untuk mengurangi kejenuhan di rumah sakit, mengurangi
ketakutan akan suasana rumah sakit yang menyramkan karena beberapa tindakan
medis yang tentunya meninggalkan rasa sakit pada diri anak (Saputro & Fazrin,
2017)

Tentunya bermain pada anak sakit dapat dilakukan dengan beberapa


pertimbangan khusus, seperti tidak memakan banyak energi dan tidak
mengganggu proses pengobatan.

Oleh karena itu, tenaga dalam hal ini perawat perlu untuk pintar dalam
memodifikasi permainan yang tepat untuk pasien mereka terutama dalam hal ini
adalah anak-anak.
B. TUJUAN

Tujuan dari adanya terapi bermain ini adalah untuk :

 Membuat anak senang/rileks selama hospitalisasi.

 Mengurangi kejenuhan anak selama hospitalisasi.

 Mengetahui tumbuh kembang anak sesuai usianya.

 Meningkatkan interaksi anak dengan lingkungan dan orang sekitarnya.

 Mengembangkan kreatifitas anak.

 Menstimulasi perkembangan motorik dan kognitif anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BERMAIN

Bermain, menurut (Sarti, 2017) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak
diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Hal ini berarti,
bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi
semata-mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu, bermain itu
menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan bagi
pemainnya.

Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih
penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel, karenanya anak
dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru yang berbeda
dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang kaku. Bermain juga bersifat
aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga
bersifat positif dan membawa efek positif karena membuat pemainnya tersenyum
dan tertawa karena menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan demikian,
bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, bersifat pribadi, berorientasi
proses, bersifat fleksibel, dan berefek positif.

B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan
aktivitas (hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.

C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

E. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang
lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre
school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

F. FUNGSI BERMAIN

Secara umum, bermain bermanfaat, setidak-tidaknya untuk kenikmatan,


kesenangan, relaksasi, pelepasan energi, pengurangan ketegangan, serta ekspresi
diri. Selain itu, bermain juga bermanfaat menyalurkan hobi, memelihara
kebugaran dan kesehatan, sarana mendidik anak, menerapi anak,
mengembangkan imajinasi, belajar perspektif, memunculkan ide baru,
menemukan solusi, membangun konstruk kerja sama, dan mendapatkan konsep
sistem. Hal ini menunjukkan bahwa bermain mampu menyegarkan, bahkan
mengembangkan, kognisi melalui kreativitas, berpikir abstrak, memecahkan
masalah, menguasai konsepkonsep baru, dan keterampilan sosial.

Bermain juga baik untuk membangun kepercayaan diri yang lebih baik
daripada anak-anak yang gagal bermain, menumbuhkan kemauan berbagi,
memperoleh kecakapan turn-talking (pola pergiliran bicara), membuat resolusi
konflik, dan mengontrol emosi-agresi. Bermain juga menguji ketahanan fisik,
melatih otot-otot tangan, menghasilkan gerakan-gerakan baru, dan menyelesaikan
tantangan fisik yang baru. Selain itu, bermain juga melatih konsentrasi,
membantu regulasi atensi, membangun ketekunan, serta belajar mengambil
risiko. Bermain bermanfaat meningkatkan kemampuan komunikasi, menguatkan
kemampuan bercerita, menambah kosakata, dan menyediakan wadah bagi
pemainnya untuk belajar berkolaborasi secara aktif dengan orang lain. Bagi anak
usia dini, kegiatan bermain mempengaruhi perkembangan enam aspek
perkembangan anak, yakni aspek kesadaran diri (personal awareness), emosional,
sosial, komunikasi, kognisi, dan keterampilan motorik. Bermain mempengaruhi
perkembangan anak melalui tiga cara: menciptakan ZPD, memfasilitasi separasi
(pemisahan) pikiran dari objek dan aksi, serta mengembangkan penguasaan diri.
Bermain memiliki manfaat:

(1) mengembangkan kognisi anak melalui pengembangan konsep dan


pengetahuan, kemampuan berpikir abstrak,penumbuhan pikiran kreatif;

(2) mengembangkan kesadaran diri anak dengan cara mengembangkan


kemampuan bantu-diri (self help) dan kemampuan anak membuat keputusan
mandiri;

(3) mengembangkan sosio-emosional anak melalui peningkatan kemampuan


mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah, meningkatkan kompetensi
sosial anak, mengekspresikan dan mengurangi rasa takut, membantu anak
menguasai konflik dan trauma sosial, serta membantu anak mengenali diri
mereka sendiri (mengenal diri sendiri mempunyai implikasi yang penting
bagi hubungan antarmanusia);

(4) mengembangkan motorik anak dengan cara membantu anak mengontrol gerak
motorik kasar dan membantu anak menguasai keterampilan motorik halus;

(5) mengembangkan bahasa anak dengan cara membantu anak meningkatkan


kemampuan berkomunikasi, menyediakan konteks yang aman, dan
memotivasi anak belajar bahasa kedua.

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK


USIA TOODLER (1-3 TAHUN)
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan            : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan       : Umur 1 tahun : 75 cm
                                             : Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja
menjadi sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan
keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan
bahasa meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal
anak sangat terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak
lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang
tua terlalu melindungi, menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
a) Anak umur 12 – 18 bulan :
- Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil
benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan
secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.
- Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain
dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian
kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama
bagian tubuh, memberi kesempatan anak melepas pakaian
sendiri.
b) Anak umur 18-24 bulan:
- Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-
coret dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan
menyebut namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah
tangga.
- Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki,
mengajari anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan
gambar wajah, melatih anak mengikuti perintah sederhana,
melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu
banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan
otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu,
dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam
aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang
besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang,
bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan
yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
“sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun
lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan
mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai
3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel
karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun
belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu
lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,
pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda
macam-macam.

J. JENIS PERMAINAN/KARAKTERISTIK BERMAIN


Berikut ini kita bahas kekhasan bermain berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristiknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bermain memiliki ciri-ciri
khas yang perlu diketahui oleh guru dan orang tua. Kekhasan itu ditunjukkan oleh
perilaku anak. Kegiatan disebut bermain apabila :

1. Menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan


bermain tersebut; mereka tampak riang dan senang.

2. Dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; anak
melakukan kegiatan karena memang mereka ingin.

3. Anak melakukan karena spontan dan sukarela; anak tidak merasa diwajibkan;

4. Semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing;


Anak berlaku pura-pura, tidak sungguhan, atau memerankan sesuatu; anak
pura-pura marah atau pura-pura menangis;

5. Anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang
lain maupun aturan yang baru; aturan main itu dipatuhi oleh semua peserta
bermain;

6. Anak berlaku aktif; mereka melompat atau menggerakkan tubuh, tangan, dan
tidak sekedar melihat;

7. Anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain;
bermain bersifat fleksibel.

K. BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Bermain di rumah sakit merupakan permainan yang dilakukan terhadap pasien


anak di rumah sakit dengan fungsi :

1. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan asing.

2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.

3. Membantu mengurangi stres terhadap perpisahan dengan teman bermainnya


saat di rumah maupun di sekolah.
4. Memberi peralihan (distraksi) dan relaksasi pada anak.

5. Mengurangi tekanan saat di rumah sakit.

6. Mengembangkan interaksi dan sikap positif terhadap orang sekitar.

7. Mengembangkan kreatifitas anak.

8. Memberi cara untuk mencapai tujuan terapeutik.

Selain itu, bermain di rumah sakit merupakan permainan anak dengan beberapa
prinsip :

1. Tidak boleh menggganggu proses pengobatan.

2. Tidak membutuhkan banyak energi.

3. Tetap keamanan adalah nomor satu.

4. Dilakukan pada kelompok usia yang sesuai.

5. Melibatkan orang tua dan keluarga.


BAB III

RANCANGAN BERMAIN

TOPIK : Menyusun donat

SUB TOPIK : Menyusun donat sesuai ukuran

TEMPAT : Ruang Wijaya Kusuma 2 RSUD Temanggung

WAKTU : 15 menit.

A. TUJUAN

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran


diri, moral dan bermain dengan terapi.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

 Mengurangi Stres selama proses pengobatan di rumah sakit.

 Mengalihkan kejenuhan anak selama di rumah sakit.

 Mengembangkan kecerdasan kognitif anak.

 Membuat anak senang.

B. PERENCANAAN

1. JENIS PROGRAM BERMAIN

Menyusun donat

2. KARAKTERISTIK PERMAINAN

 Pemateri memberikan donat susun


 Kemudian minta anak untuk menyusun donat

 Orang tua ikut membantu dan berpartisipasi dalam proses bermain.

3. KARAKTERISTIK PESERTA

 Anak usia 1-3 tahun

 Kooperatif dalam diajak bicara, berinteraksi dan bekerja sama.

 Anak dengan tidak adanya kontra indikasi untuk bermain.

4. SASARAN

Pasien anak usia 1- 3 tahun tanpa kontraindikasi untuk bermain.

5. METODE

Permainan individu.

6. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

 Donat susun

7. SETTING TEMPAT

Tempat berada di ruangan pasien.

8. PENGORGANISASIAN

 Perawat sebagai fasilitator terapi bermain.

 Orang tua dalam hal ini Ibu pasien menjadi partner kerjasama selama
proses terapi bermain.

 Keluarga menjadi penyemangat bahwa pasien bisa untuk menyelesaikan


proses terapi bermain,

STRATEGI PELAKSANAAN

No. Waktu Kegiatan Peserta


5 menit Pembukaan :

1. 1. Membuka kegiatan dengan   Menjawab salam


mengucapkan salam.   Mendengarkan
 
2. Memperkenalkan diri   Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan dari terapi   Memperhatikan

bermain

4. Kontrak waktu anak dan orang tua


20 menit Pelaksanaan :

2. 1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan   Memperhatikan

  terapi bermain menyusun donat

2. Memberikan kesempatan kepada anak  

untuk bertanya jika belum jelas Bertanya

3. Membagikan donat susun   Antusias saat

menerima peralatan

4. Fasilitator mendampingi anak dan Menjawab

memberikan motivasi kepada anak pertanyaan

6. Memberitahu anak bahwa waktu yang   Mendengarkan

diberikan telah selesai  

7. Memberikan pujian terhadap anak Memperhatikan

yang mampu menyebutkan warna bola


3. 10 menit Evaluasi :

1.   Memotivasi anak untuk menyebutkan   Menceritakan

warna apa saja yang didapat

2.   Mengumumkan nama anak yang dapat  Gembira

menyusun donat dengan benar


Gembira
3.   Membagikan reward kepada seluruh

peserta
4. 5 menit Terminasi:

1.   Memberikan motivasi dan pujian   Memperhatikan


kepada seluruh anak yang telah   Gembira

mengikuti program terapi bermain   Mendengarkan

2.   Mengucapkan terima kasih kepada

anak dan orang tua   Menjawab salam

3.   Mengucapkan salam penutup

KRITERIA EVALUASI

1. Evalusi Struktur

a. Anak hadir di ruangan minimal 2 orang.

b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang bermain

c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses

a. Anak antusias dalam kegiatan menyusun donat

b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir

c. Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk menyusun donat

3. Kriteria Hasil

a. Anak terlihat senang dan gembira

b. Kecemasan anak berkurang

c. Menyusun donat sesuai dengan contoh

d. Anak mampu menyusun donat dengan benar


DAFTAR PUSTAKA

Aizah, & Ernawati. (2015). Upaya menurunkan tingkat stres hospitalisasi dengan
aktifitas.

Fretysari, L., & Nurmiyati, T. (2015). Hubungan Sikap Ibu Tentang Stimulasi Dini
Tumbuh Kembang dengan Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun. Jurnal Bina
Cendekia Kebidanan, 51–58.

Indrayani, et. al. (2019). Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Ibu dalam
Stimulasi Tumbuh Kembang Anak. Jurnal Kesehatan Prima.

Jurana. (2017). Perkembangan Motorik Kasar dan Halus pada Anak Usia 1-3 Tahun.
Jurnal Ilmiah Kedokteran, 4(3), 47–63.

Kemenkes. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini


Tumbuh Kembang Anak.

Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat
Hospitalisasi dengan Penerapan Terapi Bermain. Jurnal Konseling Indonesia,
3(1), 9–12. http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JKI

Sarti. (2017). Penerapan Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan Mewarnai


Gambar Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Aanak Pra-Sekolah.

Anda mungkin juga menyukai