Perkembangan Arsitektur Romawi
Perkembangan Arsitektur Romawi
PENDAHULUAN
1|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum wilayah kekuasaan Romawi?
2. Bagaimana sejarah Romawi?
3. Bagaimana karakteristik arsitektur Romawi?
4. Bagaimana tipologi bangunan Romawi?
Di dalam tulisan ini, kami membahas arsitektur Romawi di Roma, Italia. Hal
ini mengingat di Roma, bangunan-bangunan peninggalan Romawi dengan arsitektur
asli masih dapat ditemui.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
dengan Yunani yang berupa kepulauan dan sebagian besar wilayah daratannya berupa
pantai, dari Laut Aegean. Roma sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan Romawi,
berada di bagian selatan-tengah semenanjung, tidak jauh dari pantai laut Mediterania.
Sejak dari raja-raja Etruscan pada tahun 500 SM hingga raja Julius Caesar
pada tahun 100 SM bangsa Romawi tidak pernah mengalami masa demokrasi seperti
bangsa Yunani. Sehingga bangsa ini akan menerima segala keputusan/gagasan dari
seorang pemimpin yang paling berkuasa dan tertinggi seperti Dewa. Tugas bagi para
pemimpin yang harus diemban adalah menaklukkan daerah-daerah perluasan
sekiranya daerah tersebut mempunyai penguasa. Konsep kepemimpinan ini menjadi
konsep dasar hukum bagi sistem kepemimpinan kekaisaran Romawi.
4|Page
Budaya Romawi termasuk arsitektur berkembang dari kekuasan perebutan kekuasaan
dan penaklukan tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian
besar Eropa, Afrika Utara dan Asia Barat.
Etruscan merupakan kelompok suku yang menjadi cikal bakal dari bangsa
Romawi yang akan mendiami wilayah Etruria di barat-tengah semenanjung Itali
sekitar tahun 750-100 SM. (Sir Baniste Fletcher, 1975 : 256).
Zaman Romawi Awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah
semenanjung Itali bagian barat-tengah telah di sebut di atas, pada sekitar tahun 700-
an SM. Berdasarkan legenda, kota Roma sekarang berada di bukit-bukit bagian
selatan dari wilayah Etruria. Dahulu wilayah ini di bawah kekuasaan raja Etruscan.
Penaklukan atas Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi
Romawi juga mendorong didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke wilayah
5|Page
Romawi pada 133 SM. Wilayah kekuasaan Yunani di Mediterania Timur dan Asia
Minor menjadi bagian utama dari Provinsi Romawi di Asia. Spanyol dikuasai pada
64 SM sehingga kekuasaan Roma mencakup wilayah Euphrates hingga Atlantik.
2.3.1 Pelengkung
Gambar 2.2 Dinding keliling dengan gerbang berkonstruksi pelengkung Falerii Novi pada abad III SM.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 29.
6|Page
2.3.1.1 Pelengkung Augustus
7|Page
Gambar 2.4 Pelengkung Konstantinus.
Sumber : https://id.wikibooks.org/wiki/Romawi_Kuno/Arsitektur/Pelengkung_Konstantinus, diakses
pada 08 September 2015.
Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat kota Roma, di ujung
sebuah jalan yang berada di samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan pada
zaman Titus, untuk memperingati jatuhnya Jerusalem ke tangan orang-orang Roma.
Bagian dalam pelengkung ini diukir dengan ukiran timbul.
8|Page
2.3.2 Kolom dan Balok
Konstruksi kolom dan balok atau entablature menjadi ciri khas arsitektur
Yunani yang disebut Order. Keindahan dari Order terpancar dari ornamen yang
menenkankan pada bagian-bagian yang dominan antara lain kolom dan kepalanya,
entablature dan pediment dengan dekorasi, terbagi menjadi aliran masing-masing
mempunyai ciri khas antara lain, Dorik, Ionik dan Korintien.
9|Page
Gambar 2.6 Kolom-kolom menyangga semacam entablature, lengkap dengan cornice, bukan
berfungsi sebagai balok, namun juga sebagai ornament. Ditengah frieze, terdapat berkaitan dengan
sejarah. Sumber : http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html,
diakses pada 01 September 2015.
Denah kuil-kuil dibangun pada zaman Romawi secara garis besar dapat
dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu segi empat panjang dan bukan segi empat.
Kuil Romawi berdenah segi empat panjang sebagian besar mendapat pengaruh yang
cukup besar dari arsitektur Yunani. Pada zaman itu, mulai berkembang bentuk-bentuk
kuil yang tidak segi empat panjang, bervariasi dalam bentuk denah poligonal,
lingkaran dan kombinasi lainnya.
Salah satu kuil tergolong dalam kategori berdenah segi empat adalah Kuil
Jupiter Capitolinus (509 SM) di pusat kota Roma. Kuil terletak di dalam Forum
Romanus pada ketinggian sebuah bukit, sehingga terlihat dari berbagai tempat di
kota. Tata letak semacam ini, kemungkinan besar mendapat pengaruh dari Yunani
seperti misalnya kuil-kuil di Acropolis. Denahnya segi empat panjang, identik dengan
10 | P a g e
kuil-kuil Yunani, juga konstruksi kolom dan balok atau Order, dalam hal ini berciri
Korintien, langsing, kepala kolomnya dihias dengan ornamen floral.
Gambar 2.7 Rekonstruksi Kuil Jupiter Capitolinus di Roma (509 SM), denah dan perspektif .
Sumber : Sumalyo, 2003 : 31.
Kuil Juno Sospita, Linivium (265 SM) berdenah segi empat, denahnya sama
dengan Kuil Jupiter, letak naos tidak berada di tengah, sehingga tidak ada
ambulatory. Demikian juga naos yang mempunyai tiga kamar. Namun konstruksi
bagian depan berbeda dengan Kuil Jupiter dan Kuil-kuil Yunani pada umumnya,
tidak mempunyai pediment tympanum, frieze, maupun architrave. Dengan kata lain
arsitektur Kuil Sospita tidak dalam konstruksi order, meskipun kolomnya silindris
sederhana tanpa ornamen, seperti kolom Dorik. Arsitektur kuil Romawi adalah per-
paduan antara Etruscan dengan Yunani. Berbagai aspek seperti pada kedua kuil
dibahas sebelum ini khas Yunani, sedangkan portico dan podium atau semacam
11 | P a g e
panggung dimana bagian utama kuil berdiri, merupakan bagian dari model kuil
Etruscan yang sudah ada sejak abad VII SM.
Gambar 2.8 Maket rekonstruksi Kuil Juno Sospita, Linivium (256 SM).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 31.
Kuil Fortuna Virilis di Roma (40 SM) adalah salah satu contoh dari
kecenderungan tersebut di atas, denahnya segi empat yang terdiri dari cella dan
portico. Kuil berdiri di atas podium setinggi 3 m dan cella berupa ruang tunggal.
Konstruksi dan dekorasinya terdiri dari kolom-balok (Order), deretan depan terdapat
empat kolom dengan frieze, architrave, pediment, tympanum, dengan gaya Ionik.
12 | P a g e
Bentuk dan denah Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM) mirip
dengan Kuil Virilis, namun lebih besar. Kuil terletak di Forum Romawi menghadap
ke selatan-barat. Kedua kuil berciri arsitektur Romawi, yang berupa perpaduan
Etruscan-Yunani. Tinggi podium 6 m, deretan enam buah kolom bergaya Korintien.
Gambar 2.10 Denah, tampak depan dan samping Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 31.
Kuil Saturnus (Saturn) (284 M), juga di Roma, tidak lebih dari 200 m di
sebelah barat Kuil Antonius-Faustina dikemukakan sebelum ini. Kuil menghadap ke
utara-timur, beberapa puluh meter di selatan-timur Capitol. Kuil berdiri di atas
podium khas Etruscan. Tinggi podium 3.73 m, dari tangga langsung ke portico, di
mana terdapat deretan enam kolom. Dalam hal ini kolom, frieze, architrave, pediment
dan tympanum, bercorak Ionik.
Sebuah Kuil di Nimes Perancis bagian selatan dibangun tahun 6 SM, pada
zaman kekuasaan Romawi meliputi wilayah hampir seluruh daratan Eropa, terutama
Eropa Barat. Kuil diberi nama Maison Caree yang artinya “Rumah Segi Empat”,
13 | P a g e
karena bentuk denahnya yang segi empat. Kuil ini merupakan satu-satunya
peninggalan zaman Romawi, yang masih dalam kondisi utuh. (Ibid : 265).
Gambar 2.11 Rekonstruksi tampak depan, denah, dan dekorasi Order-Ionik Kuil Saturnus di Roma
(284 SM),
Sumber : Sumalyo, 2003 : 33.
14 | P a g e
Gambar 2.12 Tampak depan dan denah Maison Caree di Nimes (16 SM).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 33.
Salah satu dari berbagai kuil dalam kategori ini adalah Kuil Vesta di Tivoli
(80 SM). Kuil ini tidak besar, podium menjadi tumpuan dari kuil denahnya lingkaran,
berdiameter hanya 7.32 m. Sekelilingnya terdapat 18 buah kolom bercorak Korintien,
dan kepala kolomnya dihias bentuk floral setinggi 7.16 m.
15 | P a g e
Gambar 2.13 Tampak depan, denah, dan
ornamen Korintien pada kepala kolom
Kuil Vesta, Tivoli (80 M).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 34.
16 | P a g e
kemudian direkonstruksi oleh Hadrien antara 117-125 M. Pada abad VII
ditransformasikan menjadi gereja.
Hal yang unik dalam perancangan Pantheon Roma adalah ukuran diameter
cella sama dengan tinggi bangunan. Bila ditarik garis pada penampang melintang
melalui titik pusat ruang dalam dan puncak kubah akan terbentuk sebuah lingkaran.
17 | P a g e
Gambar 2.14 Potongan membujur, potongan melintang, dan denah Kuil Pantheon di Roma yang
ditransformasikan menjadi gereja pada abad ke VII.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 35.
18 | P a g e
utuh, berbentuk silindris, semuanya berkepala Korintien. Pada kedua ujungnya,
masing-masing terdapat tribunal pada ketinggian lantai dibentuk oleh trap-trap, dan
denahnya setengah lingkaran.
19 | P a g e
Gambar 2.16 Lukisan rekonstruksi nave, aisle, dan di ujung terlihat apse, dan Reruntuhan Basilika
Constantine di Roma.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 38.
2.4.3 Thermae
Kemungkinan istilah thermae yang berasal dari kata thermos (panas), turunan
dari bangunan gymnasia di zaman Yunani. Bangunan jenis ini tidak kalah megah dan
mewah dibanding bangunan lain seperti basilika, kuil, dan lain-lain. Hal itu
menunjukan bahwa kegiatan mandi di permandian penting dalam kehidupan masa itu,
terutama di kalangan kekaisaran Roma. Hal ini dapat di lihat dari kemewahan
arsitektur Thermae Caracalla. Rekonstruksi dari reruntuhan thermae memperlihatkan
bahwa dahulu berdiri di atas semacam landasan atau platform yang cukup tinggi yaitu
6.10 m. Di bagian bawah, terdapat kamar-kamar dengan bagian atas yang berbentuk
lengkung, gang, tungku-tungku, saluran-saluran untuk pemanasan.
Gedung besar dan mewah ini keseluruhannya berdenah simetris. Pintu masuk
disebelah utara-timur di tengah. Di kiri-kanannya langsung ada deretan tempat mandi
dan kedai, terdiri dari dua lantai, denahnya berbentuk U, pada lantai setinggi platform
terdapat permandian dengan sistem tiduran.
Bagian utama berupa blok segi empat sangat besar yaitu 228 x 115.82 M 2
dikelilingi dalam bentuk U oleh tempat mandi dan keda. Dengan demikian bagian
utama beratap ini luasnya 26.480 m2, suatu bangunan yang luar biasa luas, apalagi
untuk ukuran zaman itu. Mengikuti pola simetris dari seluruh kompleks, unit utama
20 | P a g e
juga simetris bersumbu pada pintu masuk, frigidarium sentral hall, tepidarium, dan
calidarium frigidarium tidak beratap, identik dengan posisi atrium, namun di sini
berupa kolam juga untuk mandi. Pada sumbu melintang barat-utara dan timur-selatan
terdapat simetris di kiri dan kanan ruang-ruang antara lain : ante room, peristyle
terbuka, sudatorium, terpidarium, kamar mandi suite (gymnasium). Unit utama ini
mempunyai pintu masuk dari kiri-kanan, timur-selatan, dan barat-utara.
Di belakang atau selatan-barat dari unit utama, terdapat taman publik dengan
deretan pohon-pohon. Denah dan posisi xitus identik dengan atrium, dikelilingi oleh
semacam portico. Simetris di kiri-kanan (utara-barat dan timur-selatan) dari xitus
selain portico yang denahnya berbentuk bagian dari lingkaran terdapat ruang belajar
dan perpustakaan. Di selatan-barat dari xitus di kiri-kanan oleh ruang belajar dan
perpustakaan. Di depan memanjang dari reservoir terdapat stadium, yaitu tempat
duduk melebar bertrap.
21 | P a g e
Gambar 2.18 Denah Thermae Caracella, dan Perspektif rekonstruksi Central hall.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 40.
22 | P a g e
Kesenangan melaksanakan kegiatan diluar atau tidak di dalam gedung beratap
dari orang-orang Yunani sejak zaman kuno terungkap jelas antara lain dengan adanya
teater terbuka (amphitheatre). Selain mengembangkan budaya termasuk arsitektur
pada wilayah jajahan, rupanya orang-orang Roma juga mengadopsi budaya bangsa
yang dijajah, termasuk Yunani. Kecenderungan semacam itu terungkap dengan
banyaknya teater dibangun hampir di semua kota diseluruh wilayah kekuasaannya.
Teater Marcellus di Roma (23-13 SM) adalah salah satu dari bangunan jenis
teater yang terletak di tengah-tengah kota Roma. Tempat penonton berdenah setengah
lingkaran, tidak dibuat dari kemiringan sisi bukit, namun dengan dinding pelengkung-
pelengkung. Pelengkung berderet pada dinding luar yang denahnya setengah
lingkaran, terdiri dari dua tingkat. Masing-masing pelengkung diapit oleh pilaster
atau kolom yang menyatu dengan dinding, dalam hal ini dekorasinya ada dua bentuk
yaitu Ionik dan Dorik.
23 | P a g e
Colosseum Roma terletak di tengah kota Roma, setelah timur-selatan Kuil
Venus pada lembah antara dua bukit, Esquiline di utara dan Caelian di selatan.
Colloseum adalah sejenis teater terbuka dalam ukuran besar dan luas. Pada zamannya
digunakan untuk olahraga termasuk pertandingan gladiator, dan upacara-upacara
penting kekaisaran. Dalam sejarah tercatat bahwa Colisseum Roma pernah digunakan
untuk penyiksaan dan pembantaian orang-orang Kristen.
Colosseum Roma sangat luas, denah berbentuk elip, garis tengahnya 189 x
156.4 m2. Pada dinding keliling yang bentuknya juga elips atau oval, berderet
melingkar 80 pelengkung yang bertingkat 3. Arena di kelilingi audiotorium
bertingkat 3, bentuknya juga oval, berdiameter 27.47 m x 54.86 m, dan di kelilingi
dinding setinggi 4.57 m. Dibalik atas dinding atau podium terdapat singgasana kaisar
dan tempat duduk para pejabat dan kerabat kekaisaran. Di belakangnya lagi terdapat
empat duduk penonton (meninanum) yang dapat menampung 5000 orang pada gang
pada masing-masing tingkat. Pilaster dan kolom menggunakan hiasan berpola Order-
Yunani, Ionik pada lantai 3 dan Korientien pada lantai 4.
24 | P a g e
2.4.5 Jembatan Saluran Air (Aquaduct)
Gambar 2.22 Pont du Grand di Nimes, Perancis (14 M), pandangan melintang dan detail konstruksi.
Sumber : http://architecturestation.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html, diakses pada 02
September 2015.
25 | P a g e
Aqua Claudia di Roma (38 M), juga menjadi bukti sejarah dari peranan sistem
konstruksi pelengkung dalam pengembangan wilayah, dalam hal ini berupa saluran
air yang panjangnya 72 km dan mengalirkan air dari Subiaco ke Roma. Sebagian
saluran dalam konstruksi pelengkung berderet sepanjang 15.20 km, tinggi rata-rata 30
m, dan 48 km lainnya melintas pada lembah.
26 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekokohan
Keamanan
Kenyamanan
Fungsi
3.2 Saran
27 | P a g e
DAFTAR ISTILAH
Cornice : Perhiasan di atas tembok; pilar dari sebuah gedung yang menonjol
keluar, umumnya berbentuk segitiga.
28 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
29 | P a g e