Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Taa’ala yang telah memberikan
segala limpahan Rahmat, dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Sebelumnya juga saya mengucapkan kepada rekan-rekan yang telah menyukseskan terselesainya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Dan bermanfaat untuk kita semua.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….
C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan …………………………………………………
B. Ketentuan Pernikahan dalam Islam……………………………………..
1. Hukum Nikah …………………………………………………………...
2. Rukun Nikah dan Syarat Nikah …………………………………………
C. Hikmah Pernikahan dalam Islam……………………………………….
D. Pernikahan dalam UUPRI………………………………………………
E. Hak dan Kewajiban Suami-Istri ………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………..
DAFTAR PUSAKA ……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya dari dua
buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi lain adalah
satu-satunya jalan penyaluran seks yang disahkan oleh agama. Dari sudut pandang ini, maka
pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki
keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga memiliki keinginan memenuhi
kebutuhan biologis nya yang secara kodrat memang harus disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis sebenarnya
juga harus dipenuhi. Agama islam juga telah menetapkan bahwa stu-satunya jalan untuk
memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan pernikahan, pernikahan merupakan
satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna tentang masalah
pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat
membawa kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan
sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari
itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat
membangun surga dunia di dalamnya. Semua hal itu akan terjadi apabila pernikahan tersebut
benar-benar di jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan islam.
A. Pengertian Pernikahan
- Pengertian Nikah Menurut Bahasa :
Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan
dengan Kawin / perkawinan, Nikah menurut bahasa mempunyai arti mengumpulkan,
menggabungkan, menjodohkan atau bersenggama (wath’i).
- Pengertian Nikah Menurut Istilah
Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki
– laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi
hak dan kewajiban antara kedua insan.
B. Ketentuan Pernikahan dalam Islam
Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk
menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam – macam, maka ada beberapa
ketentuan meliputi hukum, rukun dan syarat nikah yang dapat dibagi menjadi,
1. Hukum Nikah :
a. Sunnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga dapat
memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan – keperluan lain yang mesti dipenuhi.
b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan
terjerumus dalam perzinaan. Sabda Nabi Muhammad SAW. :“Hai golongan pemuda, barang
siapa diantara kamu yang cukup biaya maka hendaklah menikah. Karena sesungguhnya nikah
itu menghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama) dan memelihara kehormatan.
Dan barang siapa yang tidak sanggup, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu adalah
perisai baginya.” (HR Bukhari Muslim).
c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak mampu
memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat. Firman Allah
SWT :“Hendaklah menahan diri orang – orang yang tidak memperoleh (biaya) untuk nikah,
hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunia-Nya.” (An Nur / 24:33).
d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia –
nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi belanja
kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak.
e. Mubah, bagi orang – orang yang tidak terdesak oleh hal – hal yang mengharuskan segera
nikah atau yang mengharamkannya.
2. Rukun Nikah dan Syarat Nikah :
Rukun Nikah dan Syarat Nikah adalah 2 bagian yang saling terkait.
Rukun nikah ada 5 macam, di sertai dengan syarat-sayratnya yaitu :
a. Calon suami
Calon suami harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1) Beragama Islam
2) Benar – benar pria
3) Tidak dipaksa
4) Tidak sedang beristri empat
5) Bukan mahram calon istri
6) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
7) Usia sekurang – kurangnya 19 Tahun
b. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat – syarat sebagai berikut :
1) Beragama Islam
2) Benar – benar perempuan
3) Tidak dipaksa
4) Halal bagi calon suami / Tidak Sedang Bersuami
5) Tidak sedang dalam masa iddah
6) Bukan mahram calon suami
7) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
8) Usia sekurang – kurangnya 16 Tahun
c. Wali
Wali Nikah harus memenuhi syarat – syarat sebagi berikut :
1) Beragama Islam
2) Baligh (dewasa)
3) Berakal Sehat
4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
5) Adil (tidak fasik)
6) Mempunyai hak untuk menjadi wali
7) Laki – laki
“Janganlah perempuan mengawinkan perempuan yang lain dan janganlah pula
perempuan mengawinkan dirinya sendiri, karena perempuan yang berzina ialah yang
mengawinkan dirinya sendiri”. ( Riwayat ibn majah dan Daruqquthni ).
Yang berhak menjadi wali bukan sembarang orang, menurut Syafi’I, orang-orang yang berhak
menjadi wali yaitu :
1) Bapak
2) Kakek dari jalur Bapak
3) Saudara laki-laki kandung
4) Saudara laki-laki tunggal bapak
5) Kemenakan laki-laki (anak laki-lakinya saudara laki-laki sekandung)
6) Kemenakan laki-laki (anak laki-laki saudara laki-laki bapak)
7) Paman dari jalur bapak
8) Sepupu laki-laki anak paman
Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi tidak sah. Sabda Nabi SAW. :
“Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil.” (Riwayat Ahmad.)
2. Hak Suami :
a) Isteri melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai ajaran agama seperti mendidik anak,
menjalankan urusan rumah tangga, dan sebagainya.
b) Mendapatkan pelayanan lahir batin dari istri
c) Menjadi kepala keluarga memimpin keluarga
3. Kewajiban Isteri :
a) Mendidik dan memelihara anak dengan baik dan penuh tanggung jawab.
b) Menghormati serta mentaati suami dalam batasan wajar.
c) Menjaga kehormatan keluarga.
d) Menjaga dan mengatur pemberian suami (nafkah suami) untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
e) Mengatur dan mengurusi rumah tangga keluarga demi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.
4. Hak Istri :
a) Mendapatkan nafkah batin dan nafkah lahir dari suami.
b) Menerima maskawin dari suami ketika menikah.
c) Diperlakukan secara manusiawi dan baik oleh suami tanpa kekerasan dalam rumah tangga /
kdrt.
d) Mendapat penjagaan, perlindungan dan perhatian suami agar terhindar dari hal-hal buruk.
A. Kesimpulan
1. Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda yaitu
laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.
2. Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu :
a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.
b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu mengekang
syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan
bencrengkramah dengan pacarannya.
d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan yang
diciptakan.
3. Tujuan pernikahan :
a) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
b) Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
c) Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
d) Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
e) Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
B. Saran
Dari beberapa uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja
maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala
keterbatasan yang kami punya.
DAFTAR PUSAKA
http://www.masuk-islam.com/pembahasan-mengenai-nikah-lengkap-pengertian-nikah-rukun-
dan-syarat-nikah-dalil-nikah-hukum-nikah-tujuan-dan-manfaat-nikah.html
http://islammakalah.blogspot.co.id/p/blog-page_27.html
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan.html#_
http://bloghukumumum.blogspot.co.id/2010/04/pengertian-perkawinan-menurut-undang.html
http://promosinet.com/keluarga/tips-keluarga/745-hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-
keluarga-rumah-tangga-demi-kebahagiaan-lahir-batin.html