DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS WONOASIH
JALAN ANGGUR NO 70 KOTA PROBOLINGGO
A. PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup disamping
minuman. Oleh karenanya maka makanan harus dijaga kualitas atau mutu, keamanan dan
nilai gizinya agar makanan menjadi bermanfaat dan tidak menimbulkan risiko bagi
kesehatan. Untuk melindungi masyarakat dari pengaruh buruk dampak dari makanan
yang tidak sehat, telah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan,Undang-Undang Pangan
No. 7 tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan. 1. Berdasarkan laporan dari berbagai daerah menunjukan sekitar 45%
makanan jajanan sekolah tercemar unsur fisik, kimia maupun mikrobiologi. 2. Dari 17,6
kejadian keracunan di lingkungan sekolah, sebanyak 79,41%nya terjadi di SD (BPOM,
2008). 3. Hasil Pengawasan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) oleh BPOM tahun 2008
menunjukan sebanyak 40% jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat. 4. Hasil
peneliatian tentang sekolah sehat yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani Depdiknas Tahun 2007 pada 640 SD di 20 Provinsi menunjukan sebanyak 40%
belum memiliki kantin. Sementara dari yang telah memiliki kantin (60%) sebanyak 84,30
% kantinnya belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan
sekolah berisiko terjadinya keracunan makanan. Salah satu penyebabnya adalah masih
rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sekolah dalam hal keamanan
makanan. Dari data tersebut diatas terlihat bahwa risiko terjadinya keracunan makanan di
lingkungan sekolah cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat sekolah tentang cara penanganan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
keamanan makanan di sekolah, perlu dilakukan upaya penyuluhan yang intensif sehingga
dapat merubah pola pikir dan perilaku masyarakat sekolah kearah mendukung kesehatan.
Salah satu metode pendekatan yang dianggap baik karena melibatkan partisipasi
masyarakat secara penuh dan pendekatan partisipatori atau lebih dikenal dengan PHAST.
PHAST merupakan metode yang mendorong keikutsertaan setiap pribadi untuk
berperanserta dalam suatu kegiatan dalam kelompok atau di masyarakat.
Metode PHAST dikembangkan dan dimanfaatkan di masyarakat karena kelebihannya
yaitu meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan ketrampilan dalam perilaku hygiene dan
sanitasi. Membangun kebersamaan, menyenangkan, dana lebih murah, mandiri dan
berkelanjutan.
B. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan umum
Membantu masyarakat sekolah menyusun perencanaan di sekolah secara partisipatif
tentang usaha pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan
khususnya penyakit diare.
Tujuan khusus
Masyarakat sekolah dapat memetakan dan mengidentifikasi tentang : akses sarana air
dan sanitasi , alur penularan penyakit (khususnya penyakit diare) ,serta memilih opsi
penghambat alur penularan penyakit, yang efektif dan mudah dilaksanakan, dapat
menyusun rencana tindak lanjut terkait dg higiene sanitasi pangan di sekolah,
E. SASARAN PROGRAM
1.
F. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
dr. N. H. Hidayati
NIP.197803232005012012