Anda di halaman 1dari 11

Lembaran Ilmu Kependidikan 48(2) (2019): 48-58

Lembaran Ilmu Kependidikan


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK

Strategi Pembelajaran PAI pada Autisme


dengan Pendekatan Mirror Neuron

Rafika Dwi Rahmah MZ 1, Suyadi2

1,2
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Seseorang dengan autisme memiliki kesulitan dalam pembelajaran yang me-
Receive 21 MAy 2019 libatkan aktivasi sistem cermin neuron akan tetapi beberapa penelitian men-
Accepted 23 September 2019 dokumentasikan bahwa seseorang dengan autisme dapat menyelesaikan tugas
Published 30 September 2019
sosial-emosional yang melibatkan proses deklaratif inferensial. Berawal dari
Keywords: hal tersebut penulis mengkaji keterlibatan antara autisme dan sistem cermin
autisme; system; mirror neuron; neuron pada pembelajaran PAI sebagai pendekatan, penanganan autisme yang
pedogogis; Islamic Studies menekankan imitasi sosial, komunikasi verbal dan non-verbal sehingga dapat
membantu dalam mengembangkan pendekatan pedagogik PAI dan pengobatan
autisme; sistem; yang tepat untuk autisme. Artikel ini merupakan literatur review dengan me-
mirror neuron; pedogogis; PAI tode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil dari kajian analisis faktor tersebut
penulis menemukan lima aspek yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan pendekatan sistem cermin neuron yang dapat
dikembangkan: (i) meningkatkan perkembangan intelektual dengan berinterak-
si sosial, (ii) memotivasi dalam menghadirkan dan memberikan model seperti
para nabi dan sahabat, (iii) penggunaan pembelajaran yang fleksibel dan selek-
tif, (iv) mekanisme yang memungkinkan untuk pemetaan implisit dan belajar
dari perilaku para nabi dan sahabat serta (v) Seseorang yang berperan sebagai
mediator dan pembantu. Dari lima aspek tersebut model pembelajaran yang te-
pat digunakan adalah Early Start Denver (ESD).
Kata Kunci:

Abstract
A person with autism has difficulty in learning which involves activating a mirror
neuron system. As a result of this, children with autism will tend to participate less
in the learning process. Some of the studies document that someone with autism
can complete socialemotional tasks involving inferential declarative processes.
Starting from this, the author examines the involvement of autism and the mirror
neuron system in PAI learning as an approach, handling autism which emphasi-
zes social imitation, verbal and non-verbal communication so that it can help in
developing pedagogical approaches to PAI and appropriate treatment for autism.
This article is a review literature with a qualitative descriptive method. Based on
the results of the factor analysis study, the authors found five aspects that were
appropriate to improve the learning of Islamic education with a mirror neuron ap-
proach that could be developed: (i) increasing intellectual development by social
interaction, (ii) motivating in presenting and providing models such as prophets
and friends, (iii) use of flexible and selective learning, (iv) mechanisms that allow
for implicit mapping and learning from the behavior of the prophets and friends
and (v) Someone who acts as a mediator and helper. From these five aspects the
right learning model used is Denver Early Start (ESD).

Pendahuluan peserta didik seperti kelainan emosi intelektual


Pada pembelajaran pendidikan agama dan gangguan pervasif, berawal dari masalah-
islam terhadap anak dengan autisme banyak masalah pembelajaran tersebut para peneliti
dijumpai permasalahaan, permasalahan yang mulai mencari metode yang tepat salah satunya
paling umum terjadi adalah yang muncul dari dengan pendekatan neurosains.

Corresponding author © 2019 Universitas Negeri Semarang. All rights reserved
Address: Jalan Ahmad Yani (Ringroad Selatan) Tamanan
p-ISSN 0216-0847 | e-ISSN 2460-7320
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55166
Email : rafikadrmz1605@gmail.com; UNNES JOURNALS
suyadi@fai.uad.ac.id
49 Rafika DR MZ & Suyadi, Strategi Pembelajaran PAI pada Autisme dengan Pendekatan Mirror Neuron

Berdasarkan penelitian yang dilakukan proses meniru dan ditiru adalah salah satu con-
oleh Chevallier, et al (2011: 231239) data yang toh dari partisipasi dalam praktik sosial yang
didapat menunjukkan bahwa individu dengan akan memupuk perkembangan kognitif. Para
autisme cenderung kurang berpartisipasi dalam peneliti neourosain berpendapat hal tersebut se-
kegiatan belajar, mereka menganggap pengala- laras dengan penemuan mereka dimana proses
maan belajar sebagai hal yang kurang berman- meniru, belajar dan bersosialisasi merupakan
faat, hal tersebut diakibatkan karena kurangnya peranan dari bagian otak yang bernama sistem
bantuan berupa penanganan yang tepat dan cermin neuron. Beberapa dekade terakhir ide
motivasi kepada anak autisme sehingga dapat ini mulai dipertimbangkan oleh para peneliti se-
aktif berpartisipasi selama masa pembelajaran. bagai terobosan dalam pendidikan neurosains.
Howlin et al (2013: 572-581) mengamati bahwa Rogers dan Pennington (1991: 137-162) Per-
penanganan yang tepat dari permasalahan pada debatan tentang kemungkinan hubungan yang
pembelajaran tersebut hanya sebagian kecil terjadi antara sistem cermin neuron dan gang-
orang dewasa dengan autisme yang hidup man- guan spektrum autisme akan menggeser fokus
diri atau dalam keluarga baru memperlihatkan dari proses kognitif yang lebih tinggi sehingga
hal yang serius dari ketidak mampuan pembela- dapat berpengaruh dalam autisme (misalnya ke-
jaran. salahan dalam pemahamannya) untuk dasar dari
Gangguan spektrum autisme adalah suatu proses yang berkaitan dengan bagaimana pema-
kondisi yang dicirikan dengan ketidak mampuan haman autisme dan bagaimana pembelajaran
dalam komunikasi verbal/nonverbal, interaksi yang tepat untuk autisme.
sosial dan pola perilaku obsesif /stereotip. Dili- Salah satu dari tujuan pendidikan pada
hat dari neurofisiologisnya tidak ditemukan ciri- umumnya adalah usaha dalam mengembangk-
ciri khusus yang dapat mendeteksi bawah terjadi kan potensi diri suatu individu agar dapat beri-
gangguan autisme. Para peneliti berpendapat diri sendiri. Setiap individu berhak dan memer-
bahwa penyebab dari autisme sebenarnya ada- lukan berbagai keampuan, seperti: kreativitas,
lah terjadinya disfungsi pada sistem cermin neu- keterampilan, pemahaman terhadap suatu hal
ron parieto-frontal. Menurut Stemmer dan Whi- dan lain sebagainya terlepas bagaimana keadaan
taker (2008: 184) sistem cermin neuron adalah fisik dan mentalnya seperti yang di sebutkan
neuron visuomotor yang aktif ketika seseorang oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendi-
melakukan tindakan dan ketika individu menga- dikn nasional, bab IV pasal 5 ayat 2, yang berbu-
mati hal yang sama dari tindakan yang dilakukan nyi: “warga negara yang memiliki kelainan fisik,
oleh individu lain. Hasil penelitian Perkins et al emosional, mental dan intelektual berhak mem-
(2010) menunjukkan sistem cermin neuron me- peroleh pendidikan khusus” kemudian lebih
miliki peran dalam meniru, empati, teori, pikiran lanjut pada Al-Qur’an surat Abasa ayat 1-4: “Dia
dan bahasa. Meskipun basis penelitiannya tergo- (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
long kecil tetapi bukti dari Magnetic resonance karena telah datang seorang buta kepadanya.
imaging (MRI), stimulasi magnetik transkranial, Pernahkan engkau berfikir jika ia mungkin saja
dan komponen elektroensefalografi (EEG) me- berkeinginan untuk membersihkan dirinya (dari
nunjukkan bahwa terjadinya disfungsional sis- dosa) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran
tem cermin neuron pada subjek yang mengalami terhadap pengetahuan, kemudian pengajaran
autisme. Ketidak mampuan ini lebih terlihat ke- itu memberi manfaat kepadanya?” ayat tersebut
tika individu dengan gangguan autisme mengha- dapat menjelaskan bahwa bukan hanya anak
dapi masalah relevansi sosial atau yang bersifat normal yang berhak untuk pendapatkan pendi-
emosional. Penelitian yang menjanjikan telah dikan agama islam. Setiap individu memerlukan
mengidentifikasi bahwa intervensi yang me- perkembangan dalam aspek psikomotor, kogni-
nargetkan fungsi sistem cermin neuron seperti tif dan afektif dari hal tersebut dengan pembe-
meniru dapat meningkatkan fungsi sosial dalam lajaran Pendidikan Agama Islam akan tercipta
autisme. Meningkatkan fungsi sistem cermin kehidupan religius dalam hubungan dengan Al-
neuron dapat meningkatkan prognosis autisme, lah serta dapat menghayati dan mengamalkan
dan berkontribusi pada kejelasan diagnostik. ajarannya sesuai dengan ajaran agama islam.
Petersson dan Reis (2006: 279-305) be- Pada Hadist Riwayat Ibnu Majah disebutkan bah-
ranggapan praktik pedagogis akan mempenga- wa “Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah
ruhi proses perkembangan fungsi neuropsikolo- saw, bersabda: Mencari ilmu diwajibkan untuk
gi termasuk memori jangka pendek, pemrosesan setiap muslim, mengajarkan ilmu untuk orang
bahasa serta keterampilan visuo-spasial. Menu- yang bukan ahlinya diibaratkan seperti orang
rut Vygotsky dalam (Heyes, 2012: 2181-2191), yang mengalungi babi dengan permata, mutiara,
UNNES JOURNALS
Lembaran Ilmu Kependidikan 48 (2) (2019): 48-58 50

atau emas” dari hadist tersebut mengandung arti teori belajar berperilaku yang bersifat tradi-
bahwa wajibnya menimba ilmu dan memberikan sional (behavioristik). Sebagian besar teori ini
ilmu. diambil dari prinsip teori belajar perilaku yang
Berdasarkan penjabaran diatas ada lima berfokus dipenekanan efek dari isyarat-isyarat
aspek imitasi dan pembelajaran khususnya pada pada perilaku dan pada proses mental inter-
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang nal. Kemudian dapat disimpulkan bahwa teori
relevan untuk pemahaman kita tentang autis- pembelajaran sosial menggunakan penjelasan
me dan peran potensial dari sistem cermin neu- kognitif internal dan reinforcement eksternal
ron: (i) memperkaya perkembangan intelektual untuk memberikan pemahaman tentang bagai-
dengan berinteraksi sosial, (ii) motivasi untuk mana kita belajar dari orang lain. Teori belajar
menghadiri dan memodelkan individu seperti menekankan, bahwa lingkungan pada seseorang
para Nabi, (iii) penggunaan pembelajaran sosial tidak terjadi secara acak; lingkungan-lingkungan
yang fleksibel dan selektif, (iv) mekanisme yang dapat dipilih dan diubah oleh individu tersebut
memungkinkan untuk pemetaan implisit dan melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura,
belajar dari perilaku orang lain/ para nabi dan sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, 1997: 14)
sahabat dan (v) Seseorang yang berperan seba- bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui
gai mediator dan pembantu dalam proses pem- pengamatan secara selektif dan mengingat ting-
belajaran. Faktor-faktor ini juga penting untuk kah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran
pengembangan lebih lanjut dari ilmu pedagogi tersebut adalah pemodelan (modelling) yang
autisme. Penulis juga berpendapat bahwa wawa- menjadi langkah penting dalam proses pembe-
san adalah hal yang penting pada sifat kesulitan lajaran.
belajar dalam autisme dan peran yang mungkin Sebuah penelitian baru dari (Senju, et al,
dari sistem cermin neuron dapat diperoleh mela- 2013: 97-99) menunjukkan bahwa bayi dibe-
lui penelitian dari efek pendidikan yang ditarget- sarkan oleh ibu yang buta tidak berbeda dengan
kan terutama pada mata pelajaran Pendidikan teman sebaya mereka dalam menggunakan kon-
agama islam. tak mata dan tatapan berikut ketika berinteraksi
dengan orang dewasa yang terlihat, tetapi meng-
gunakan lebih sedikit kontak mata dan lebih
Metode banyak suara dan kata-kata ketika berinteraksi
Penelitian ini menggunakan metode stu- dengan ibu yang buta mereka. Dari penelitian
di literatur dengan sistematik sehingga artikel ini tersebut dapat disimpulkan penggunaan ko-
dapat menjawab permasalahan-permasalahan munikasi nonverbal yang bersifat fleksibel dan
yang telah ditemukan terhindar dari bias dan pe- adaptif dapat mencerminkan sensitivitas terha-
mahaman subyektif. dap isyarat langsung dari orang lain, dan menja-
di strategi pilihan dalam komunikasi yang paling
hasil dan Pembahasan tepat pada situasi yang berbeda. Hal ini juga da-
Karakteristik Pembelajaran Pada Autisme pat menunjukkan bahwa strategi non-verbal dan
Menurut Wing dan Gould (1979: 13-16) kontak mata berada di bawah kendali dan tidak
anak-anak dengan autisme dapat memiliki tiga terprogram. Sedangkan pada penelitian lain dari
karakteristik penting (a triad of impairment) (Nielsen, et al, 2008: 722–731) menunjukkan
yaitu: gangguan komunikasi, gangguan hubun- bahwa anak-anak, sejak bayi hingga seterusnya,
gan sosial dan gangguan perilaku: minat yang sangat selektif dalam hal apa yang harus dipela-
terbatas dan perilaku berulang-ulang. Selain tiga jari, siapa yang harus dicontoh dan kapan belajar
ciri utama di atas lebih lanjut Dodd (2004: 13) karena hal tersebut sebaiknya sebagai orang tua
memaparkan bahwa ada beberapa ciri-ciri yang memberikan contoh sikap sesuai dengan ajaran
berhubungan dengan perhatian dan pemahaman agama Islam. Studi kasus yang dilakukan (Ham-
autisme juga ditambahkan, ini termasuk: sensi- lin dan Wynn. 2012: 277-236) membuktikan
tivitas sensorik, aspek-aspek kognisi termasuk: bahwa bayi lebih cenderung meniru tindakan
masalah perhatian, gaya belajar visual, dan ka- ketika mereka mengalami keterhubungan sosial
rakteristik dalam pemrosesan informasi; dan dengan model dan lebih mungkin untuk men-
hambatan dalam empati yang meliputi: joint at- gikuti contoh model prososial versus antisosial.
tention, theory of mind, masalah emosional dan Kemudian dari penelitian-penelitian tersebut
kesulitan penerjemahan mood serta perilaku bisa kita pahami bahwa bayi mempelajari pola
orang lain. perilaku yang diamati melalui observasi dalam
Menurut (Bandura, 1989: 70-73) teori kedua keadaan, tetapi mereka akan memilih ber-
pembelajaran merupakan perkembangan dari dasarkan sifat hubungan mereka tentang perila-
UNNES JOURNALS
51 Rafika DR MZ & Suyadi, Strategi Pembelajaran PAI pada Autisme dengan Pendekatan Mirror Neuron

ku yang akan ditunjukkan. Selain itu, (Over dan pengajaran yang berat bagi guru tetapi jika guru
Carpenter, 2012:182–192) anak-anak memilih memberikan mereka pembelajaran dengan me-
‘apa yang harus ditiru’ dari orang dewasa dengan tode pembelajar yang tepat mereka dapat ber-
menetapkan arti-penting dari berbagai tindakan saing dengan siswa umum lainnya.
melalui isyarat sosial-komunikatif yang relevan Menurut Soemanto dan Soetopo (1994:
oleh orang dewasa, termasuk tatapan, postur 10) pendidikan merupakan sebuah proses pen-
dan ekspresi wajah, sebagai tanda untuk menun- galaman yang dapat menghasilkan pengertian,
jukkan status sosial. pandangan dan penyesuaian bagi seseorang da-
Dikutip dari artikel Cattaneo, et al. (2007: lam proses berkembang, kemudian Moh. Amin
17826-17827) sejumlah penelitian mendoku- (1992: 1) berpendapat bahwa pendidikan ada-
mentasikan bahwa banyak dari individu dengan lah suatu usaha teratur secara sistematis, yang
autisme berhasil dalam menyelesaikan tugas- dilakukan oleh orang-orang untuk mempengaru-
tugas sosial-emosional yang melibatkan proses hi anak agar memiliki sifat dan sikap yang tepat
deklaratif yang didasarkan pada pengetahuan dengan cita-cita anak tersebut. Indonesia sangat
eksplisit, mediasi verbal dan penalaran inferen- menjujung tinggi tentang pemahaman beraga-
sial (misalnya meniru ekspresi emosional) tetapi ma terbukti dalam ideologi Pancasila serta UUD
(Klin, et al, 2003: 345-360) menunjukkan kelai- 1945 mengandung tentang Ketuhanan karena
nan dalam kinerja tugas-tugas sosial-emosional hal tersebut Pendidikan Agama Islam adalah
yang memerlukan pemrosesan implisit tindakan mata pelajaran yang wajib pada sistem pendidi-
dan emosi orang lain (misalnya respon fisiologis kan. Menurut Ali (2008: 40) agama merupakan
dan motorik terhadap tindakan dan emosi orang kepercayaan kepada Tuhan yang dapat dicer-
lain. Penelitian tersebut menjadi kunci penting minkan dengan meendekatkan diri dengan-Nya
oleh guru dan orang tua dalam penerapan pem- melalui ritual keagamaan dan berkelakuan ber-
belajaran yang baik terhadap anak autisme. dasarkan ajaran agama tersebut. Abd. Rahman
Aspek pembelajaran yang bersifat pra- saleh dalam (Zuhairini, 1993: 10) menyebutkan
inferensial, implisit, intrinsiknya dan sifatnya bahwa pendidikan Agama merupakan usaha
yang fleksibel/selektif, tergolong sebagai suatu pembimbingan dan pengasuhan terhadap anak
hal penting bagi pemahaman kita tentang per- agar nanti setelah mereka menyelesaikan pen-
bedaan yang terlihat pada autisme dan peran didikannya dapat memahami dan mengamalkan
sistem cermin neuron. Selain itu, dapat mem- ajaranajaran agama Islam, serta menjadikannya
berikan wawasan penting untuk ilmu pedagogi sebagai way of life, lebih lanjut Zakiyah Daradjat
Pendidikan Agama Islam pada autisme. mendefinisikan tentang pendidikan Agama Is-
lam dan berpendapat bahwa sebagai usaha da-
Pembelajaran PAI Pada Gangguan Spektrum lam kegiatan belajar mengajar siswa agar dapat
Autisme memahami ajaran Islam secara tepat dan me-
Pada pembukaan UUD 1945 alenia 4 me- nyeluruh. Pendidikan Agama Islam adalah mata
nyatakan bahwa Pemerintah akan berusaha pelajaran berdasarkan dari ajaran-ajaran yang
menjaga bangsa, menyejahterakan, mencerdas- terdapat dalam al-Qur’an dan alHadist (Maslik-
kan kehidupan bangsa serta turut andil dalam hah, 2004:199). Sehingga dapat ditarik kesimpu-
keamanan dunia berdasarkan kemerdekaan, lan bahwa tujuan dari mata pelajaran Pendidikan
perdamaian dan keadilan sosial. Berdasarkan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik
hal tersebut maka kita dapat mengambil ke- yang memiliki akhlak yang sesuai dengan tuntu-
simpulan bahwa pemerintah akan memberikan nan al-Qur’an dan al-Hadist.
dan melaksanakan sistem pendidikan yang ber- Dalam hal ini anak dengan autisme sudah
sifat merata, terpadu, setara dan bermutu baik. seharusnya mendapatkan pengarahan pembela-
UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 Sistem jaran pendidikan agama tanpa adanya perlakuan
Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 19 me- diskriminasi. Hal ini sesuai dengan QS. An-Nisa’
nyebutkan bahwa kurikulum adalah: (1) sepe- 4: 9
rangkat rencana dan pengaturan mengenai tu-
juan, isi, dan (2) bahan pelajaran, serta (3) cara ‫َولْ َيخ َْش َّ ِال َين لَ ْو تَ َر ُكوا ِم ْن َخلْ ِفه ِْم ُذ ّ ِري َّ ًة ِض َعافًا خَافُوا‬
yang digunakan sebagai pedoman penyeleng-
garaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Pada siswa dengan
‫الل َولْ َي ُقولُوا قَ ْو ًل َس ِديدً ا‬ َ َّ ‫عَلَيْ ِ ْم فَلْ َيتَّ ُقوا‬
autisme memiliki banyak perbedaan terhadap “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
siswa pada umumnya. Pedagogis pada siswa yang seandainya meninggalkan dibelakang mere-
dengan autisme akan memberikan tantangan ka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
UNNES JOURNALS
Lembaran Ilmu Kependidikan 48 (2) (2019): 48-58 52

terhadap (kesejahteraan) mereka... ”. 345360) menunjukkan kelainan dalam kinerja


tugas-tugas sosial-emosional yang memerlukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pemrosesan implisit tindakan dan emosi orang
juga bersabda, lain (misalnya respon fisiologis dan motorik ter-
hadap tindakan dan emosi orang lain.
ّ ِ ُ ‫َطلَ ُب الْ ِع ْ ِل فَ ِريضَ ٌة عَ َل‬
‫ك ُم ْس ِ ٍل‬ Selain itu, (Chevallier, et al, 2011: 231-
239) ada data yang menunjukkan bahwa individu
“Menuntut ilmu (agama) itu wajib atas setiap dengan autisme cenderung kurang berpartisipa-
si dalam kegiatan belajar, mereka menganggap
muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224. Dinilai shahih
pengalamaan belajar sebagai hal yang kurang
oleh Syaikh Al-Albani)
bermanfaat sehingga dibutuhkannya bantuan
berupa motivasi kepada anak autisme sehingga
dapat aktif berpartisipasi selama masa pembela-
Menurut American Psychiatric Association
jaran atau kehidupan sehari-harinya. (Liebal, et
(2013) Gangguan spektrum autisme merupakan
al, 2008: 224-238) Sejumlah penelitian mendo-
kelompok heterogen dengan kondisi ganguan
kumentasikan lebih sedikit perilaku yang bertu-
perkembangan saraf pada masa bayi dan balita
juan untuk menciptakan dan memelihara ikatan
yang ditandai oleh keterbatasan pada komunika-
afiliatif (misalnya imitasi spontan, orientasi so-
si dan fleksibilitas perilaku. Dawson dan Bernier
sial, perhatian bersama, membantu), serta penu-
(2007:28-55) Meskipun bersifat heterogenitas
runan ekspresi kesenangan dalam situasi sosial
menurut medis tetapi terdapat satu kesamaan
pada individu dengan autisme dibandingkan
dari kondisi ini yaitu gangguan pada proses be-
dengan individu pada umumnya. Selain itu, jum-
lajar di lingkungan, (Mundy, 2011: 149-171)
lah minat yang ditunjukkan dalam rangsangan
termasuk imitasi, empati, simpati, pemahaman non-sosial versus sosial telah ditemukan predik-
akan sesuatu, (Vivanti dan Hamilton, 2014: 278- tor autisme pada masa bayi.
301) bahasa dan bermain secara komunikatif. D’Entremont dan Yazbek (2007: 1665-
(Vivanti, et al, 2013) Pada anak autisme yang me- 1678) berpendapat individu dengan autisme
miliki kesulitan belajar/mencontoh sesuatu dari akan mengalami kesulitan dengan aspek ‘stra-
orang lain akan memberikan efek yang besar tegis’ pembelajaran; misalnya dalam memaha-
pada hasilnya sehingga diharapkan pada guru mi apa yang harus dipelajari, siapa yang harus
dan orang tua agar terus memberikan dukungan dicontoh saat belajar dan di mana konteks/
dan motivasi serta memiliki kesabaran karena keadaan untuk menerapkan apa yang telah mere-
(Howlin, et al, 2004: 212-229) mayoritas anak ka pelajari dari pengalaman sosial. Sebagai con-
autisme membutuhkan dukungan yang besar toh, (Spengler S, et al, 2010: 1148-1155) mereka
untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang meli- mungkin mengalami kesulitan dalam memilih
batkan hubungan sosial seperti sekolah, rekrea- informasi relevan yang akan ditiru selama tugas
si, beribadah, pekerjaan dan kemandirian baik di peniruan, (Hume K, et al, 2012: 2084-2099) den-
masa kanak-kanak dan di masa dewasa. Ganggu- gan menggeneralisasi apa yang telah mereka pe-
an dalam proses sosial tersebut secara tersirat lajari dalam pengaturan selain dari yang di mana
menandakan bahwa pembelajaran Pendidikan mereka awalnya memperoleh keterampilan, dan
Agama Islam yang benar sangat dibutuhkan. (Barbaro dan Dissanayake, 2007: 1235-1246)
Pada hakikatnya manusia membutuhkan agama dengan menerapkan pengetahuan yang mereka
sebagai pedoman hidup, karena agama memiliki peroleh dari orang lain dengan cara yang fleksi-
fungsi sebagai dasar dari perkembangan sosial bel dan adaptif sesuai dengan keadaan (misalnya
masyarakat. Secara psikologis, agama sangat di- menceritakan kehidupannya kepada orang lain,
perlukan dalam membimbing dan sebagai pen- menceritakan kisah atau berbagi sesuatu dalam
garah bagi setiap individu agar dapat beribadah situasi di mana interaksi sosial yang lebih for-
dan bermuamalah sesuai dengan agamanya. mal). Penelitian tersebut menjadi kunci penting
Dikutip dalam (Cattaneo, et al, 2007) se- oleh guru dan orang tua dalam penerapan pem-
jumlah penelitian mendokumentasikan bahwa belajaran yang baik terhadap anak autisme.
banyak dari individu dengan autisme berhasil Pentingnya pendidikan agama islam ada-
dalam menyelesaikan tugas-tugas sosial-emo- lah sebagai pemerhati tatanan individual dan
sional yang melibatkan proses deklaratif yang sosial terhadap penganutnya pada pengaplika-
didasarkan pada pengetahuan eksplisit, mediasi sian ajaran-ajaran agama Islam di kehidupan
verbal dan penalaran inferensial (misalnya me- sehari-hari. Keberadaan sumber dan landasan
niru ekspresi emosional) tetapi (Klin, et al, 2003: pendidikan Islam harus sama dengan sumber itu
UNNES JOURNALS
53 Rafika DR MZ & Suyadi, Strategi Pembelajaran PAI pada Autisme dengan Pendekatan Mirror Neuron

sendiri, yaitu Al-Quran dan As Sunnah (Uhbiyati, berpendapat bahwa penelitian empiris lebih di-
et al, 2001; 19). Pandangan hidup yang menjadi perlukan dalam memperjelas peran sistem cer-
dasar dari segala kegiatan pendidikan Islam ada- min neuron di neuropathophysiology dan sim-
lah pandangan hidup yang bernilai luhur serta tomatologi pada autisme, serta interaksi antara
bersifat universal. sistem cermin neuron dan sistem dan proses lain
Dalam ajaran Islam, nilai-nilai sosial ter- yang terlibat dalam pembelajaran dan gangguan-
kandung pada sebagian besar ibadah yang di- nya dalam autisme. Selain itu, data yang tersedia
syariatkan, bukan hanya pada ibadah zakat tapi pada kelainan sistem cermin neuron pada autis-
juga dalam ibadahibadah lainnya seperti qurban, me meninggalkan pertanyaan apakah temuan ini
infaq, waqaf dan lain sebagainya. Terdapat pula menunjukkan (i) (Oberman dan Ramachandran.
hukuman atas pelanggaran/kelalaian dalam ke- 2007: 310-327) gangguan sistem cermin neu-
tetapan kewajiban agama dengan hukum peng- ron sebagai keadaan awal dalam autisme, (ii)
ganti yang mengandung nilai sosial lainnya se- (Colombi C, Vivanti G, Rogers S. 2011: 243266)
perti fidyah dan lainlain. Bukan hanya dalam ayat efek dari perhatian sosial atipikal terhadap rang-
al-qur’an tetapi dalam hadist pun terlihat bahwa sangan sosial atau (iii) efek neuropsikologis hilir
agama islam menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, dari riwayat keterlibatan sosial dan pengalaman
moral dan kemanusiaan. Sehingga jika seseorang pembelajaran yang berubah.
dengan autisme mempelajari agama islam dan
memiliki akidah yang benar secara sadar dan Model Pembelajaran PAI dan Sistem Cermin
mau tidak mau akan mulai belajar bagaimana Neuron
bersosial dengan baik yang dapat menimbulkan Akibat dari prilaku dan perkembangan
perasaan empati terhadap sesama dan dengan kognitif penderita autisme memiliki perpedaan
pembiasaan tersebut mereka akan mulai bera- dengan anak pada umumnya, dapat dipahami
daptasi dengan lingkungan sosial. bahwa proses pengajaran dan materi-materi
pendidikan yang diberikan kepada mereka se-
Hubungan Antara Gangguan Spektrum Au- baiknya berbeda dengan anak di sekolah biasa
tisme dan Sistem Cermin Neuron khususnya pada pembelajaran pendidikan aga-
Beberapa kelainan yang terjadi pada au- ma Islam. Dalam memberikan pengajaran pada
tisme memiliki keterkaitan dengan sistem cer- anak dengan autisme guru harus memiliki ran-
min neuron. (Rizzolatti dan Craighero, 2004: cangan atau strategi tertentu dalam kegiatan
169-192) Beberapa di antaranya relevan dengan belajar mengajar seperti metode, kurikulum,
proses pembelajaran yang telah dijelaskan di materi, pendekatan maupun evaluasi dapat di-
atas. Sistem cermin neuron berperan aktif se- sesuaikan dengan kemampuan mereka dalam
bagai respon terhadap tindakan yang dilakukan menerima pelajaran. Sehingga masing-masing
sendiri maupun tindakan yang sedang diamati, komponen tidak berjalan secara partial, tetapi
gerak tubuh serta respon secara emosional. (Riz- berjalan secara beriringan serta diperlukan sis-
zolatti dan Sinigaglia, 2008) Proses ini dapat di- tem pengajaran mumpuni yang sudah dipertim-
gambarkan sebagai “mirror neuron” (MSN), yang bangkan dan dirancang secara sistematis.
memungkinkan seseorang mengulangi tindakan Menurut Heyes (2010: 575-583) beberapa
dan emosi orang lain dengan cara yang sama ahli asosiasi sensormotorik berpendapat bahwa
seperti dirinya yang mengalami emosi dan tin- pengalaman dan pengamatan dari suatu perilaku
dakan itu sendiri. Mekanisme ini memberikan yang serupa pada orang lain akan memberikan
landasan gagasan jika perilaku seseorang ber- fondasi atau (Keysers dan Perrett, 2004: 501507)
dasarkan pada pengalaman diri sendiri kemudi- dapat berkontribusi pada pengembangan sifat
an secara paralel pengalaman diri yang berdasar mirror dari sistem cermin neuron dengan me-
pada perilaku sosial orang lain yang ditujukan lalui pembelajaran Hebbian (yaitu neuron yang
kepada kita bukan secara eksplisit, mediasi- bekerja sebagai respons terhadap tindakan).
bahasa, penalaran inferensial. (Winkielman, et Casile et al (2011: 524-538) implementasi juga
al, 2009: 178-190) Beberapa ahli berpendapat akan bekerja sebagai respons terhadap observa-
bahwa mekanisme cermin (MSN) yang tergang- si dari tindakan, jika implementasi dan observasi
gu menjadi penyebab utama pada autisme. (Ber- terjadi secara sistematis. Trevarthen (1979: 321-
nier, et al, 2007: 228-237) Gagasan ini didukung 348) Dalam konteks interaksi didik awal orang
oleh sejumlah studi yang mendokumentasikan tua akan menjadi contoh objek anak-anak dalam
aktivasi sistem sensormotorik atipikal sebagai proses belajar melakukan dan mengamati, di
tanggapan terhadap pengamatan perilaku orang mana orang tua dan anak terlibat dalam aksi ter-
lain di autisme. (Dapretto M et al. 2006: 28-30) koordinasi dan saling memperkuat tindakan se-

UNNES JOURNALS
Lembaran Ilmu Kependidikan 48 (2) (2019): 48-58 54

cara temporal yang berkaitan dengan emosi dan tem cermin neuron. Dalam kedua model, kognisi
vokalisasi (yaitu sinkron dwadik). didasarkan pada tindakan fisik, dan partisipasi
Jones dan Klin (2013: 427:431) Pada kon- dalam pertukaran sosial yang bedadasarkan pe-
teks praktik pedagogis misalnya sinkronisasi pe- mahaman pra-inferensial, pra-linguistik tentang
rilaku dalam kegiatan beragama, bermain, dan makna perilaku orang lain. Demikian pula, kedua
lainnya anak dengan autisme akan kurang ber- model menempatkan hubungan antara imitasi,
partisipasi dalam kegiatan yang menjurus pada pemahaman sosial dan empati. Selain itu, ESDM
kegiatan sosial dikarenakan akibat dari kurang- menargetkan banyak proses yang seharusnya di-
nya orientasi sosial dan perhatian terhadap peri- laksanakan oleh sistem cermin neuron dan pen-
laku orang lain. Penyebab dari hal tersebut ada- elitian tentang dampak ESDM memiliki potensi
lah kurang tepatnya sistem pembelajaran yang untuk memberi cahaya baru pada peran sistem
diterapkan guru atau orang tua kepada anak cermin neuron kepada autisme.
dengan autisme. Pembelajaran agama Islam Praktik pedagogis dari ESDM mengandung
yang ada di sekolah khusus, masih ditemui pem- lima aspek dasar pembelajaran yang dijelaskan
belajaran seperti yang terjadi di sekolah umum. di atas (implisit ‘menggenggam’ tindakan dan
Sedangkan, jelas bahwa kondisi anak dengan emosi orang lain, motivasi untuk pembelajaran
autism berbeda dengan anak pada umumnya. dan fleksibilitas) dengan menargetkan bebera-
Padahal dapat diketahui dari pembahasan sebe- pa domain sosial-kognitif yang terpengaruh da-
lumnya bahwa mereka memiliki beberapa keter- lam autisme: verbal dan komunikasi non-verbal,
batasan pada sistem otak, sistem saraf, juga pada imitasi, berbagi emosi, bermain, orientasi sosial
indera mereka. dan perhatian. Anakanak mempelajari prosedur
Menurut Rogers dan Dawson (2010) pada dan hasil dari kegiatan sosial yang mereka bagi
pembelajar autisme peran dari sistem cermin dengan orang lain sambil belajar tentang proses
neuron dapat diperoleh dari studi pendekatan pe- melakukan sesuatu secara bersama-sama yang
dagogis untuk autisme yang menekankan proses melibatkan apresiasi dari wajah dan isyarat fisik
pembelajaran contohnya dengan menggunakan komunikatif, emosional pasangannya dan peran
metode Early Start Denver Model (ESDM). ESDM aktif diri dan pendampingnya dalam mencipta-
adalah pendekatan intervensi dini yang kompre- kan aktivitas dengan memulai, menanggapi, dan
hensif dengan mewakili perpaduan pendekatan melanjutkan pertukaran sosial melalui tindakan
perilaku, relasional dan perkembangan khusus fisik, ekspresi wajah, suara, dan kata-kata. Pro-
untuk balita dan anak prasekolah terindikasi au- ses belajar dari orang lain sejajar dengan belajar
tisme. Salah satu aspek dari model perkemban- tentang orang lain itu didasarkan pada partisipa-
gan yang mendasari prinsip dan strategi ESDM si dalam sensormotorik bersama dan pertukaran
pertama kali dirinci oleh Rogers dan Pennington timbal balik sosialafektif, bukan pada pengeta-
dikutip dari (Rogers dan Williams, 2006). Menu- huan eksplisit/penalaran inferensial.
rut teori ini Stern DN (1985), autisme mengge- Bukti untuk efektivitas ESDM didokumen-
rakkan atypicalities dalam proses memfasilitasi tasikan dalam sejumlah penelitian Vismara dan
sinkronisasi tubuh dan afektif selama interaksi Rogers (2010: 447-468), termasuk uji coba kont-
dyadic bayi-orang tua, seperti meniru, berbagi, rol secara acak oleh Dawson et al (2010: e17-
dan vokalisasi timbal balik. Kurang berkembang- e23) yang menunjukkan keuntungan signifikan
nya resiprositas dyadic akan berdampak pada ke- di seluruh domain perkembangan. Sebuah per-
tidak mampuan bayi dan balita untuk membang- tanyaan kritis menyangkut mekanisme menjadi
kitkan kerja dari ‘pikiran’, perhatian, tanggapan dasar perubahan yang dihasilkan dari interven-
emosional, orientasi, dan ‘aboutness’ dari perila- si, atau, dengan kata lain ‘bahan aktif’ sehingga
ku mereka yang dibutuhkan dalam pembelajaran menyebabkan efek positif dari terapi. Jika sistem
dan pengembangan. Melalui penurunan pengala- cermin neuron terlibat dalam gangguan belajar
man dalam pertukaran dyadic selama perkem- sosial pada autisme maka perubahan dalam akti-
bangan awal, bayi dengan autisme akan menga- vitas sistem cermin neuron mungkin merupakan
lami kekurangan dalam kesempatan belajar yang bahan aktif dari ESDM.
sangat diperlukan untuk memberikan masukan Salah satu kemungkinan bahwa efek po-
yang tepat yang mendukung organisasi dan spe- sitif dari model penbelajaran Early Start Denver
sialisasi sirkuit otak sosial dalam perkembangan Model (ESDM) mencerminkan perubahan pada
neurotipikal. Sementara berdasarkan prinsip tingkat sistem cermin neuron yang dihasilkan
teoritis yang berbeda. Prinsip-prinsip mendasar dari mekanisme pembelajaran asosiatif. Kare-
dalam ESDM konsisten dengan pengertian reso- na penekanan dalam ESDM adalah bermain dan
nansi motorik dan attunement dari literatur sis- menjaga rutinitas bersama di mana orang dewa-

UNNES JOURNALS
55 Rafika DR MZ & Suyadi, Strategi Pembelajaran PAI pada Autisme dengan Pendekatan Mirror Neuron

sa dan anak terlibat dalam kegiatan yang sama 2 tahun intervensi, tanggapan otak yang lebih
dengan cara yang terkoordinasi, melibatkan besar terhadap benda-benda di atas ditemukan
gerakan tubuh secara timbal balik, imitasi vokal, dalam kelompok ESDM dibandingkan dengan
bergiliran dalam berbagi pengaruh. Bahan aktif anak-anak dengan autise dalam kelompok masy-
dari terapi ini merupakan pembentukan asosiasi arakat yang menunjukkan pola yang berlawanan
sensormotorik yang berkontribusi pada mun- (aktivitas otak yang lebih besar ketika melihat
culnya atau penyempurnaan sifat mirror di otak objek daripada wajah). Pola aktivitas otak dalam
yang sedang berkembang. Model ini dapat mem- kelompok ESDM adalah sama dengan yang dite-
berikan beberapa wawasan tentang interaksi an- mukan pada kelompok usia yang cocok dengan
tara perubahan terkait penanganan dalam pem- anak-anak yang sedang berkembang. Sayangnya,
belajaran implisit, pemrosesan dan penggunaan bagaimanapun potensi respon yang ditimbulkan
pembelajaran yang fleksibel. Nilai yang diting- metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
katkan dari pengalaman bersama akan dipromo- tidak memungkinkan inferensi pada daerah otak
sikan oleh ESDM dan peningkatan keterlibatan mana yang terlibat.
spontan dalam rutinitas kegiatan bersama dapat Studi terbaru lainnya Voos, et al (2012:
menghasilkan peningkatan peluang untuk meng- 1-10) menggunakan pencitraan resonansi mag-
hargai korespondensi tentang tindakan sendiri netik fungsional untuk mengukur aktivitas otak
dan orang lain. Pada tingkat neural proses ini sebagai respons terhadap rangsangan sosial
mungkin memberikan landasan bagi mekanisme pada dua anak autisme yang menerima program
pencerminan yang sangat penting untuk proses intervensi intensif dini yang disebut Pivotal Res-
pembelajaran sosial di tingkat lanjutan (imitasi, ponse Training, yang berbagi banyak prinsip dan
empati, pemahaman tindakan). Proses ini mung- strategi dengan ESDM. Hasil mereka menunjuk-
kin mempromosikan penggunaan pembelajaran kan peningkatan aktivitas otak dibandingkan
yang fleksibel / adaptif, karena respon perilaku dengan baseline di area yang terkait dengan pro-
yang dihasilkan sendiri akan dikaitkan dengan ses sosial selama tugas. Gerakan biologis di area
perilaku orang lain dan didasarkan pada pertu- yang sama yang diaktifkan oleh tugas-tugas ini
karan sosial yang secara inheren fleksibel dan pada anak-anak dengan perkembangan khas:
mengalami variasi dan elaborasi. Model ini kon- termasuk gyrus fusiform, korteks prefrontal dan
sisten dengan gagasan bahwa (i) (Colombi et al. posterior sulcus posterior superior, wilayah yang
2011: 243-266) kelainan pada tingkat sistem memberikan masukan ke sisten cermin neuron.
cermin neuron mungkin adalah sebuah hasil dan Sementara studi ini adalah awal temuan
bukan asal dari kelainan awal dalam orientasi kemudian mereka berkumpul dalam menyaran-
sosial/perhatian pada autisme, (ii) (Williams, kan bahwa perubahan perilaku yang dipromosi-
2008: 73-90) kelainan pada tingkat sistem cer- kan oleh jenis intervensi ini disertai dengan pe-
min neuron mungkin menghasilkan dalam gang- rubahan respon otak terhadap rangsangan sosial
guan lebih lanjut di tingkat sosial dan kognitif dan penghargaan sosial/arti-penting. Namun
dan (iii) (Dawson G, 2008: 775-803)peristiwa data yang ada tidak cukup untuk mendukung
ini mungkin dapat dihindari/dikurangi dengan atau menolak gagasan bahwa perubahan yang
praktik pendidikan yang terfokus pada pertuka- terkait dengan pengobatan mencerminkan pe-
ran sosial yang bermanfaat secara social. rubahan khusus dalam aktivitas sistem cermin
Model yang diuraikan di sini dapat diuji neuron.
secara empiris dengan memeriksa apakah peru-
bahan terkait pengobatan setelah terapi ESDM Simpulan
dimodulasi oleh perubahan aktivitas sistem cer- Gagasan sistem cermin neuron yang ter-
min neuron. Sayangnya, penelitian pada bidang ganggu pada autisme memberikan masukan da-
tersebut masih dinilai sebagai tahap awal. Dalam lam mengembangkan strategi pendidikan yang
penelitian terbaru oleh (Dawson G, et al. 2012: ditargetkan serta sifat multidisiplin dari pembe-
1150-1159), electroencephalography (EEG) di- lajaran, interaksi dalam meniru dan penggunaan
gunakan untuk mengukur pola aktivitas otak da- strategis top-down menjadi pengetahuan yang
lam menanggapi rangsangan sosial (wajah) ver- sangat penting dalam kemajuan pemahaman
sus non-sosial (obyek) pada anak-anak autisme tentang neuropsikologi pembelajaran yang khas
yang menerima ESDM versus kelompok kontrol serta pengembangan ilmu pedagogi untuk autis-
anak-anak autisme yang menerima intervensi me pada pembelajaran pendidikan agama islam.
lain secara rutin yang tersedia di komunitas me- Rangkaian penelitian ini dapat memban-
reka pada tingkat intensitas yang sama. Setelah tu menginformasikan perdebatan tentang sifat

UNNES JOURNALS
Lembaran Ilmu Kependidikan 48 (2) (2019): 48-58 56

kesulitan autisme dan kemungkinan kaitannya tism. In Human behavior and the developing
dengan sistem cermin neuron serta praktik kli- brain (eds Coch D, Dawson G, Fischer K, edi-
nis/Pendidikan. Sehingga dapat menjadi solusi tors.), pp.
dari kesulitan dalam menentukan pembelajaran 28–55 New York, NY: Guilford Press
Dawson G, et al. 2010.Randomized, controlled trial of
yang tepat pada autisme bahkan jika memung-
an intervention for toddlers with autism: The
kinkan dapat menjadi salah satu terapi dalam Early Start Denver Model. Pediatrics 125, e17–
mengurangi gangguan autisme atau bahkan se- e23 (doi:10.1542/peds.2009-0958) [PMC free
bagai pengobatan penyembuhannya. article] [PubMed]
Dawson G, et al. 2012. Early behavioral intervention
DAFTAR PUSTAKA is associated with normalized brain activity in
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. young children with autism. J. Am. Acad. Child
Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 10 Adolesc. Psychiatry 51, 1150–1159
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Departemen agama republik Indonesia. 1999. alquran
Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 19 dan terjemahan. Surabaya: mahkota. hlm 1024
Alimron. 2015. Studi validitas hadist tentang ilmu pen- Dinstein I, et al. 2010. Normal movement selectivity in
getahuan, tadrub vol 1 no 2. Palembang: UIN. autism. Neuron 66, 461– 469
hlm 9 Dodd, Susan. 2004. Understanding Autism 1st Edition.
American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic Australia: Elsevier
and statistical manual of mental disorders, 5th Enticott PG, et al. 2012. Mirror neuron activity asso-
edn Arlington, VA: American Psychiatric Pub- ciated with social impairments but not age in
lishing autism spectrum disorder. Biol. Psychiatry 71,
Amin, Moh. 1992. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. 427–433
Pasauruan: PT. Garoeda Buana Indah. hlm 1 Enticott PG, et al. 2013.Interpersonal motor resonance
Bandura, A. 1989. Social cognitive theory. In R. Vasta in autism spectrum disorder: evidence against a
(Ed.), Annals of child development. Vol. 6. Six global mirror system deficit. Front. Hum. Neu-
theories of child development (pp. 70-73). rosci. 7, 218
Greenwic h, CT: JAI Press. Fan YT, et al. 2010. Unbroken mirror neurons in autism
Barbaro J, Dissanayake C. 2007. A comparative study of spectrum disorders. J.
the use and understanding of self-presentation- Child Psych. Psychiatry 51, 981–988
al display rules in children with high function- Grossi D, et al. 2012. On the differential nature of in-
ing autism and Asperger’s disorder. J. Autism duced and incidental echolalia in autism. J. In-
Dev. Disord. 37, 1235–1246 tellect. Disabil. Res. 57, 903–912
Bernier R, Dawson G, Webb S, Murias M. 2007. EEG mu Hadjikhani N, et al. 2006. Anatomical differences in the
rhythm and imitation impairments in individu- mirror neuron system and social cognition net-
als with autism spectrum disorder. Brain Cogn. work in autism. Cereb. Cortex 16, 1276–1282
64, 228–237 Hamlin JK, Wynn K. 2012. Who knows what’s good to
Cattaneo L et al. 2007. Impairment of actions chains eat? Infants fail to match the food preferences
in autism and its possible role in intention un- of antisocial others. Cogn. Dev. 33, 227–239
derstanding. Proc. Natl Acad. Sci. USA 104, 17 Heyes C. 2010. Where do mirror neurons come from?
825–17 830 Neurosci. Biobehav. Rev. 34, 575–583
Casile A, Caggiano V, Ferrari PF. 2011. The mirror neu- Heyes, C. 2012. Grist and mills: on the cultural origins of
ron system: a fresh view. Neuroscientist 17, cultural learning. Phil.
524–538 Trans. R. Soc. B 367, 2181–2191
Chevallier C et al. 2011. The social motivation theory of Howlin P, et al. 2004. Adult outcome for children with
autism. Trends Cogn. Sci. 16, 231–239 autism. J. Child Psychol. Psychiatry 45, 212–
Colombi C, Vivanti G, Rogers S. 2011. The neuropsy- 229
chology of imitation deficit in autism. In The Howlin P, et al. 2013. Social outcomes in mid- to later
neuropsychology of autism (ed. Fein D, editor. adulthood among individuals diagnosed with
), pp. 243– autism and average nonverbal IQ as children. J.
266 Oxford, UK: Oxford University Press Am. Acad. Child Adolesc. Psychiatry 52, 572–581
D’Entremont B, Yazbek A. 2007. Imitation of inten- Hume K, Plavnick J, Odom SL. 2012. Promoting task
tional and accidental actions by children with accuracy and independence In students with
autism. J. Autism Dev. Disord. 37, 1665–1678 autism across educational setting through the
Dapretto M et al. 2006.Understanding emotions in oth- use of individual work systems. J. Autism Dev.
ers: mirror neuron dysfunction in children with Disord. 42, 2084–2099
autism spectrum disorders. Nat. Neurosci. 9, Jones EJ, et al. 2013. Rule learning in autism: the role of
28–30 reward type and social context. Dev. Neuropsy-
Dawson G. 2008. Early behavioral intervention, brain chol. 38, 58–77
plasticity, and the prevention of autism spec- Kardi, S. 1997. Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa
trum disorder. Dev. Psychopathol. 20, 775–803 University Press hlm 14
Dawson G, Bernier R. 2007. Social brain circuitry in au- Keysers C, Perrett DI. 2004. Demystifying social cogni-

UNNES JOURNALS
57 Rafika DR MZ & Suyadi, Strategi Pembelajaran PAI pada Autisme dengan Pendekatan Mirror Neuron

tion: a Hebbian perspective. Trends Cogn. Sci.8, Petersson KM, Reis A. 2006. Characteristics of illiterate
501–507 and literate cognitive processing: implications
Klin A, et al. 2003. The enactive mind, or from actions for brain-behavior co-constructivism. In Lifes-
to cognition: lessons from autism. Phil. Trans. R. pan development and the brain: the perspective
Soc. Lond. B 358, 345–360 of biocultural co-constructivism.
Kuhl PK. 2007. Is speech learning ‘gated’ by the social pp. 279–305 New York, NY: Cambridge University
brain? Dev. Sci. 10, 110– 120 Press
Liebal K, et al. 2008. Helping and cooperation in chil- Pierce K, et al. 2011. Preference for geometric patterns
dren with autism. J. Autism early in life as a risk factor for autism. Arch.
Dev. Disord. 38, 224–238 Gen. Psychiatry 68, 101–109
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Rizzolatti G, Craighero L. 2004. The mirror-neuron sys-
mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di tem. Annu. Rev. Neurosci. 27, 169–192
Sekolah. Bandung: Rosda Karya. hlm 29 Rizzolatti G, Sinigaglia C. 2008. Mirrors in the brain:
Nielsen M, et al. 2012. Social learning in humans and how our minds share actions and emotions. Ox-
nonhuman animals: theoretical and empirical ford, UK: Oxford University Press
dissections. J. Comp. Psychol. 126,109–113 Rogers SJ, Dawson G. 2010. Early Start Denver Model
Nielsen M, Simcock G, Jenkins L. 2008. The effect of for young children with autism: promoting lan-
social engagement on 24- month-olds’ imita- guage, learning, and engagement. New York,
tion from live and televised models. Dev. Sci. 11, NY:
722–731 Guilford Press
Nuske H, Vivanti G, Dissanayake C. 2013. Normative Rogers SJ, Pennington B. 1991. A theoretical approach
reactivity to the emotions of familiar people in to the deficits in infantile autism. Dev. Psycho-
young children with autism spectrum disorder. pathol. 3, 137–162
In Paper presented at the International Meet- Rogers SJ, Williams JHG. 2006. Imitation and the social
ing for Autism Research (IMFAR), mind: autism and typical development. New
2–4 May 2013, San Sebastián, Spain Hartford, CT: IN- York, NY: Guilford Press
SAR Trevarthen C. 1979. Communication and cooperation
Nuske HJ, Vivanti G, Dissanayake C. 2013. Are emotion in early infancy: a description of primary inter-
impairments unique to, universal, or specific in subjectivity. In Before speech: the beginning of
autism spectrum disorder? A comprehensive re- interpersonal communication (ed. Bullowa M,
view. Cogn. Emot. 27, 1042–1061 editor. ), pp. 321–348 New
Maestro S, et al. 2002. Attentional skills during the first York, NY: Cambridge University Press
6 months of age in autism spectrum disorder. Senju A, et al. 2013. The importance of the eyes: com-
J. Am. Acad. Child Adolesc. Psychiat.41, 1239– munication skills in infants of blind parents.
1245 Proc. R. Soc. B 280, 20130436
Maestro S, et al. 2005. How young children treat objects Soemanto, Wasty dan Soetopo, Henryat. 1994. Dasar
and people: an empirical study of the first year dan Teori Pendidikan
of life in autism. Child Psychiatry Hum. Dev. 35, Dunia. Surabaya: Usaha Naoional. Hlm 10
383– 396 Spengler S, Bird G, Brass M. 2010. Hyperimitation of
Mundy P. 2011. The social behavior of autism: a paral- actions is related to reduced understanding of
lel and distributed information processing per- others’ minds in autism spectrum conditions.
spective. In Autism spectrum disorders (eds Biol. Psychiatry 68, 1148–1155
Amaral DG, Dawson G, Geschwind DH, editors.), pp. Stemmer B, Whitaker HA. 2008. Handbook of neurosci-
149–171 New York, NY: Oxford University ence of language. USA: Elsevier
Press Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran
Oberman LM, Ramachandran VS. 2007. The simulat- IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
ing social mind: the role of the mirror neuron Group.
system and simulation in the social and commu- UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pen-
nicative deficits of autism spectrum disorders. didikan Nasional, Pasal 1 ayat
Psychol. Bull. 133, 310–327 19, hal. 6 10
Oberman LM, Winkielman P, Ramachandran VS. 2009. Vismara LA, Rogers SJ. 2010. Behavioral treatments in
Slow echo: facial EMG evidence for the delay of autism spectrum disorder: what do we know?
spontaneous, but not voluntary, emotional mim- Annu. Rev. Clin. Psychol. 6, 447–468
icry in children with autism spectrum disorders. Vivanti G, et al. 2013. Intellectual development in au-
Dev. Sci.12, 510–520 tism spectrum disorders: new insights from lon-
Over H, Carpenter M. 2012. Putting the social into so- gitudinal studies. Front. Hum. Neurosci. 7, 354
cial learning: explaining both selectivity and Vivanti G, Hamilton A. 2014. Imitation in autism spec-
fidelity in children’s copying behavior. J. Comp. trum disorders. In
Psychol. 126, 182–192 Handbook of autism and pervasive developmental dis-
Perkins T, Stokes M, et al. 2010 Mirror neuron dysfunc- orders, 4th edn (eds
tion in autism spectrum disorders. Australia: Volkmar FR, Paul R, Rogers SJ, Pelphrey K, editors, pp.
Deakin University. 278–301 Hoboken, NJ: Wiley

UNNES JOURNALS
Lembaran Ilmu Kependidikan 48 (2) (2019): 48-58 58

Vivanti G, Trembath D, Dissanayake C. 2014. A typical


monitoring and responsiveness to others’ goal-
directed behaviour in Autism Spectrum
Disorder. Exp. Brain Res. 232, 695–701
Vygotsky L. 1978. Mind in society: the development of
higher psychological processes. Cambridge,
MA: Harvard University Press
Williams JH. 2008. Self-other relations in social devel-
opment and autism:
multiple roles for mirror neurons and other brain bases.
Autism Res. 1, 73– 90
Wing L, Gould J. 1979. Severe impairments of social in-
teraction and associated abnormalities in chil-
dren: epidemiology and classification.
Winkielman P, McIntosh DN, Oberman L. 2009. Em-
bodied and disembodied emotion processing:
learning from and about typical and autistic in-
dividuals. Emotion Rev. 1, 178–190
Zuhairini, et al. 1993. Metodologi Pendidikan Agama.
Solo: Ramadhani. hlm 10

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai