Anda di halaman 1dari 4

 Jelaskan perbedaan predator, parasitoid, entomopatogen, agen hayati antagonis

 Jelaskan mekanisme memangsa/penyerangan secara umum


 Jelaskan perbedaan antara parasitoid endoparasit dan parasitoid ektoparasit
 Jelaskan perbedaan entomo virus, bakteri, jamur berdasarkan kondisi inangnya
 Jelaskan agens hayati dan mekanisme menghambat patogen secara umum
*TIAP POIN SITASI MINIMAL 1 SITASI (Jurnal min. 7 tahun dan buku bebas)
* Sitasi boleh diambil dari dalam tabel laporan sementara
Khodijah, K., Herlinda, S., Irsan, C., Pujiastuti, Y. and Thalib, R., 2014. Artropoda predator
penghuni ekosistem persawahan lebak dan pasang surut Sumatera Selatan. Jurnal Lahan
Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 1(1).20-30.

Alfizar, A., Marlina, M. and Susanti, F., 2013. Kemampuan antagonis Trichoderma sp. terhadap
beberapa jamur patogen in vitro. Jurnal Floratek, 8(1), pp.45-51.

Simanjuntak, D. and Hartono, S., 2020. ISOLASI RNA VIRUS ENTOMOPATOGEN DARI ULAT API
SETOTHOSEA ASIGNA. WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 25(1), pp.31-38.

Herdatiarni, F., Himawan, T. and Rachmawati, R., 2014. Eksplorasi cendawan


entomopatogen Beauveria sp. menggunakan serangga umpan pada komoditas jagung, tomat
dan wortel organik di Batu, Malang. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, 2(1), pp.100-130.

Edy, E., Anshary, A. and Yunus, M., 2018. KEMAMPUAN MEMANGSA


DOLICHODERUS THORACICUS SMITH (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA
BERBAGAI STADIUM PERKEMBANGAN SERANGGA PENGGEREK BUAH KAKAO,
CONOPOMORPHA CRAMERELLA (SNELLEN). Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian, 15(2).110-150.

Sandjaja,B. 2007. Parasitologi kedokteran: Protozoologi kedokteran. Jakarta: Prestasi


Pustaka Publisher.

Predator adalah sejenis hewan yang memburu, menangkap, dan memakan hewan lain.


Hewan yang diburu pemangsa disebut mangsa. Pemangsa biasanya karnivora (pemakan
daging) atau omnivora (pemakan tanaman dan hewan lain). Pemangsa akan memburu hewan
lain untuk dimakan. Ciri-ciri predator yaitu pada umumnya predator biasanya memiliki
ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan ukuran tubuh mangsanya, bersifat monofagus
atau oligofagus. Menurut Khodijah (2014) serangga predator yang dominan ditemukan
adalah dari famili Carabidae dan Staphylinidae, sedangkan laba-laba predator yang dominan
adalah Lycosidae. Serangga parasitoid biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil
dibandingkan inangnya. Serangga parasitoid adalah serangga yang sebagian siklus hidupnya
bersama serangga yang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang hingga stadium tertentu.
Selama menjadi parasit, serangga ini memperoleh sumber makanan dari inangnya dan
akhirnya inang akan mati ketika parasitoid keluar, untuk menuju stadium berikutnya, dari
dalam tubuh inang. Parasitoid menyebabkan kematian pada inang, sedangkan parasitoid tidak
menyebabkan kematian pada inangnya. Parasitoid adalah serangga yang berukuran kecil atau
sama besar dengan inang yang di parasit dan mematikan inang. Parasitoid hanya
membutuhkan satu inang untuk melangsungkan satu siklus hidup. Contohnya adalah
Sarcophagidae, Tachinidae,  Pipunculidae,Conopidae,Phoridae,Trichogrammatidae,Scoliid
ae, Aphelinidae,  Chalcididae. Cendawan entomopatogen merupakan cendawan yang
menginfeksi serangga dengan cara masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran
pencernaan, spirakel. Cendawan ini sebagai agens hayati yang efektif menginfeksi beberapa
jenis serangga hama, terutama ordo Lepidoptera, Hemiptera, Homoptera, dan Coleoptera.
Menurut Herdatiarni (2014), cendawan entomopatogen merupakan salah satu jenis
bioinsektisida yang mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga
inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum cendawan
yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk
tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara
mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Cendawan akan
berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga
mati. Miselia cendawan menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan
memproduksi konidia. Beberapa jenis cendawan entomopatogen yang sudah diketahui efektif
mengendalikan hama penting tanaman adalah Beauveria sp., Metarhizium anisopliae,
Nomuraea rileyi, Paecilomyces fumosoroseus, Aspergillus parasiticus, dan Verticillium
lecanii. Agen hayati antagonis yaitu mahluk hidup mikroskopik yang dapat menimbulkan
pengaruh yang tidak menguntungkan bagi mahluk hidup lain melalui parasitasi, sekresi
antibiotik, kerusakan fisik, dan bentuk-bentuk penghambatan lain seperti persaingan untuk
memperoleh hara dan ruang tumbuh. Contoh : dari golongan cendawan Trichoderma spp. dan
dari golongan bakteri Pseudomonas fluorescens.
Faktor fisik yang lain yang mempengaruhi predatisme adalah warna mangsa, warna
telur orenge, pupa coklat kehitaman, dan larva putih kotor, kemungkinan besar warna putih
lebih menarik bagi D. Thoracicus yang sesuai dengan warna larva. D. Thoracicus relatif
kurang memangsa pupa karena bentuk dari morfologi pupa yang lebih keras dibanding larva.
Menurut Edy (2018) komponen utama yang mempengaruhi hubungan antara predator dengan
mangsanya yaitu sifat khas dari mangsa (mekanisme pertahanannya), sifat khas dari predator
(cara penyerangannya) dan kepadatan populasi mangsa. Proses memangsa dan perilaku
mangsanya predator dipengaruhi oleh perilaku predator itu sendiri. Proses memangsa
predator dipengaruhi antara lain tingkat kelaparan yang merupakan kondisi fisiologi dari
serangga tersebut. Faktor tanggap predator terhadap mangsa merupakan komponen dasar dari
predatisme faktor inilah yang kemungkinan besar mempengaruhi jumlah mangsa yang
dikonsumsi oleh predator, sehingga jumlah larva yang dikomsumsi oleh D. thoracicus lebih
besar atau lebih banyak dibandingkan telur dan pupa. Salah satu mekanisme adalah predasi
sebuah peristiwa mangsa-memangsa. Sifat mangsa-memangsa tersebut akan terus
berlangsung dalam kehidupan dan dalam ekositem dan disebut dengan rantai makanan.
Rantai makanan tersebut akan berlansung sepanjang masa, antara herbivora (pemakan
tanaman) dan karnivora (musuh alami). Tanaman juga disebut dengan produsen dan pemakan
produsen disebut sebagai konsumen.
Parasitoid dapat dibedakan menjadi parasitoid telur, parasitoid larva, parasitoid telur-
larva, parasitoid larva-telur, parasitoid pupa, dan parasitoid imago. Parasitoid telur
merupakan parasitoid yang menyerang inang pada fase telur dan bersifat endoparasitoid.
Contoh dari parasitoid telur adalah Anagrus optabilis (Hymenoptera: Mymaridae) merupakan
parasitoid telur wereng coklat dan wereng lainnya dan Ooencyrtus
malayensis (Hymenoptera: Encyrtidae) sebagai parasitoid telur walang sangit. Parasitoid
larva merupakan parasitoid yang menyerang inang yang berada pada fase larva dan ulat.
Menurut Sandjaja (2007), berdasarkan letak atau tempat parasit hidup, maka parasit
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit merupakan jenis
parasit yang hidup di luar atau permukaan tubuh inang. Salah satu contoh ektoparasit adalah
kutu rambut (Pediculus humanus), sedangkan endoparasit merupakan jenis parasit yang
hidup di dalam tubuh inang. Endoparasit mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap
jaringan inang sehingga tidak menimbulkan kerusakan serta gejala yang berat. ciri khas dari
tipe parasitoid ini adalah memiliki kemampuan melakukan host feeding yaitu perilaku
parasitoid sebagai usaha untuk memperoleh makanan dengan cara mengambil atau
menghisap tubuh inangnya.
Pengendalian hama secara terpadu (PHT) merupakan cara untuk mengendalikan
hama dengan menggunakan prinsip pelestarian lingkungan serta perlindungan terhadap
musuh alami hama. Menurut Simanjuntak dan Hartono (2020) pemanfaatan agen biokontrol
merupakan salah satu pengendalian yang terdapat dalam prinsip PHT. Virus
entomopatogen dari famili Tetraviridae adalah jenis virus spesifik inang yang hanya
menginfeksi larva ulat api Setothosea asigna. Virus ini merupakan salah satu
mikroorganisme yang selama ini digunakan untuk pengendalian biologi Setothosea
asigna. Serangga yang mati akibat terinfeksi virus yang dapat ditemukan pada permukaan
daun, batang, atau organ lain pada tanaman. Ciri-cirinya adalah larva mati membusuk dan
berwarna hitam. Bakteri entomopatogen merupakan bakteri yang mampu menginfeksi
serangga melalui sistem pencernaan serta kulit. Jamur entomopatogen merupakan salah satu
jamur yang bersifat heterotrof.
Pengendalian terhadap patogen tanaman saat ini masih bertumpu pada penggunaan
pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus dapat menimbulkan
berbagai macam dampak negatif. Menurut Alfizar (2013) penggunaan pestisida sintetik dapat
membahayakan keselamatan hayati termasuk manusia dan keseimbangan ekosistem. Metode
pengendalian telah diarahkan pada pengendalian secara hayati. Agens hayati merupakan
mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami seperti bakteri, cendawan, virus dan
protozoa, maupun hasil rekayasa genetik (genetically modified microorganisms) yang
digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pengendalian
hayati sangat dianjurkan terutama untuk mencegah dan menekan infeksi patogen tular tanah
karena agens hayati lebih mudah berkembang dan beradaptasi dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai