Dikonversi
Dikonversi
198007162010122002
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Kedokteran Gigi”.
jurnal. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN...............................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN..........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 DEFINISI......................................................................................................5
2.1.DEFINISI................................................................................................5
2.1.2 EPIDEMIOLOGI…..............................................................................4
2.2 KLASIFIKASI TRIGEMINAL NEURALGIA.........................................6
2.2.1 CLASSICAL TRIGEMINAL NEURALGIA..................................6
2.2.2 SIMPTOMATIC TRIGEMINAL NEURALGIA…..........................8
2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI.........................................................11
2.3.1 ETIOLOGI........................................................................................11
2.3.2 PATOFISIOLOGI…........................................................................14
2.4 GEJALA KLINIS DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSA.........................15
2.4.1 PENATALAKSANAAN.................................................................15
2.4.2 DIFFERENTIAL DIAGNOSA.......................................................15
2.5 ANAMNESA DAN DIAGNOSIS............................................................18
2.5.1 PEMERIKSAAN.............................................................................19
2.6 TERAPI TRIGEMINAL NEURALGIA....................................................20
2.6.1 PERAWATAN MEDIS...................................................................20
2.6.2 PERAWATAN BEDAH...................................................................20
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................23
3.1 KESIMPULAN…........................................................................................24
3.2 SARAN.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................25
ABSTRACT
Nyeri orofasial sering menjadi alasan bagi pasien datang ke dokter gigi.
Nyeri pada daerah mulut paling sering disebabkan oleh adanya kelainan di daerah
odontogenik, seperti karies gigi atau abses dentoalveolar akut. Akan tetapi ada
beberapa nyeri orofasial yang tidak disebabkan oleh adanya kelainan odontogenik,
diketahui pasti penyebab spesifiknya, namun sering kali dikaitkan dengan adanya
percabangan V1, V2, atau V3 yang menginervasi area wajah (James, dkk, 2016).
Nyeri ini disebabkan karena kompresi oleh pembuluh darah intrakranial yang
PENDAHULUAN
Nyeri orofasial sering menjadi alasan bagi pasien datang ke dokter gigi.
Nyeri pada daerah mulut paling sering disebabkan oleh adanya kelainan di daerah
odontogenik, seperti karies gigi atau abses dentoalveolar akut. Akan tetapi ada
beberapa nyeri orofasial yang tidak disebabkan oleh adanya kelainan odontogenik,
bahasa yunani yaitu awalan "neuro-"yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran
"-algia" yang berarti nyeri. Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan rasa
nyeri yang berulang pada satu sisi yang melibatkan nervus trigeminus.
International Association for the Study of Pain (2013) yaitu antara 0.01% dan
Onset Trigeminal neuralgia umumnya terjadi pada pasien di atas umur 40 tahun
(IASP, 2013)
cabang maksila dan mandibula. Anatomi dari nervus trigeminus tersebut dapat
menyulitkan dokter gigi dalam memberi diagnosa karena letak rasa nyeri yang
berdekatan dengan gigi dan mulut. Oleh karena itu dokter gigi harus mengetahui
perbedaan trigeminal neuralgia dengan nyeri yang disebabkan oleh gigi, serta
trigeminal neuralgia?
1.3 Tujuan
trigeminal neuralgia
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
tahun 1773. Ia mendeskripsikan secara jelas gambaran klinis yang khas pada
Trigeminal neuralgia seperti nyeri paroksismal pada sebagian sisi wajah dan
dipicu oleh aktivitas seperti makan, berbicara, adanya sentuhan ringan, dimulai
dkk, 2012).
dengan “Cephalgia”. Disebut juga dengan “Tic doulourex” oleh Nicholas Andre
hebat, singkat, dan berulang yang berdistribusi pada satu atau lebih cabang dari
2.1.2 Epidemiologi
populasi berkisar antara 0.01%-0.3 %, walaupun studi lain pada pusat pelayanan
tinggi, yaitu berkisar 12 % per 100.000 orang setiap tahunnya. Persentasi yang
neuralgia lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio
2:1. Trigeminal neuralgia bisa terjadi pada semua umur. Namun, onset penyakit
ini terjadi setelah usia 40 tahun pada lebih dari 90% kasus, dan puncak onset-nya
dengan diagnosa:
dua menit.
b. Nyeri hebat
wajah
tanpa nyeri yang terus menerus pada wajah. Disebut juga sebagai trigeminal
b. Tidak ada rasa nyeri fasial yang persisten di setiap serangan nyeri.
neuralgia dengan rasa nyeri yang terus menerus pada wajah. Kriteria diagnos:
Merupakan nyeri di kepala dan atau wajah yang didistribusi oleh satu atau
lebih cabang dari saraf trigeminal yang disebabkan oleh kelainan lain dan
terindikasi adanya kerusakan saraf. Rasa sakitnya sangat berbagai macam kualtias
Sakit di bagian kepala atau wajah secara unilateral yang berlangsung selama 3
bulan yang didistribusi oleh satu atau lebih percabangan saraf trigeminal,
disebabkan dan dihubungkan dengan gejala lain dan atau tanda klinis dari herpes
bulan
2) DNA virus varicella zoster telah terdeteksi pada CSF dengan reaksi
rantai polimerasi
yang sama
Sakit kepala atau wajah yang persisten atau rekuren selama setidaknya 3 bulan
yang didistribusi oleh 1 atau lebih percabangan dari saraf trigeminal, dengan
perubahan variable sensor yang disebabkan oleh herpes zoster. Kriteria diagnosa:
a. Sakit kepala atau wajah unilateral yang persisten atau rekuren yang lebih
dari 3 bulan
b. Riwayat dengan herpes zoster akut mempengaruhi percabangan dari saraf
trigeminal
akut.
Merupakan rasa nyeri pada muka atau oral yang diikuti trauma pada saraf
trigeminal, dengan symptom lain dan atau gejala klinis dari disfungsi saraf
terjadinya trauma
Rasa sakit pada kepala atau muka secara unilateral pada percabangan saraf
Kriteria diagnosa :
a. Rasa nyeri pada kepala dan atau pada wajah dengan karakteristik seperti
Rasa sakit pada kepala atau pada wajah pada percabangan saraf trigeminal
diagnosa :
a. Rasa nyeri pada kepala dan atau pada wajah dengan karakteristik seperti
b. Rasa sakit yang telah terjadi setelah kontak antara dan lesi saraf trigeminal
Kriteria diagnosa :
a. Rasa nyeri pada kepala dan atau pada wajah dengan karakteristik seperti
2.3.1 Etiologi
1. Idiopatik
namun sering kali dikaitkan dengan adanya kompresi oleh pembuluh perifer
mempengaruhi proses penghantaran impuls saraf pada percabangan V1, V2, atau
area tempat keluarnya saraf tersebut dari batang otak oleh penyimpangan arteri
sehingga syaraf semakin sensitif dan stimulasi sentuhan ditafsirkan sebagai rasa
kondisi abnormal atau penyakit tertentu yang mengganggu jalur persarafan saraf
kompresi pada area disekitar percabangan saraf trigeminal. Selain itu, dapat
komplek, terutama bila melibatkan lantai orbital yang menyebabkan luka pada
pelindung saraf atau dikenal dengan proses demyelinasi. Adanya variasi anatomis
vena (terutama arteri cerebellar superior) pada area percabangan saraf trigeminal.
(tidak menentu) dan ephaptik (tidak langsung) secara bersilangan di antara serabut
saraf, hal ini membuat penghantaran impuls saraf terganggu. Impuls listrik
mendadak, sangat hebat, durasinya pendek (kurang dari satu menit), biasanya
unilateral, dan dirasakan pada satu bagian dari saraf trigeminal. Nyeri seringkali
timbul jika ada suatu rangsangan di daerah tertentu (trigger zone). Trigger zone
sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut mulut. Rangsangan yang
memicu timbulnya nyeri berupa sentuhan atau tekanan pada kulit atau rambut di
daerah tersebut (Ngoerah,2017). Selain itu, rasa nyeri juga bisa timbul saat pasien
sedang makan atau mengunyah sehingga tidak jarang rasa nyeri dikira berasal dari
gigi. Sensasi nyeri yang dirasakan biasanya seperti kilatan, tersetrum listrik, atau
seperti sewaktu dibor dokter gigi. Rasa nyeri berlangsung hanya 20-30 detik, tapi
nyeri ini terus berulang-ulang sehingga menakutkan pasien. Pada saat rasa nyeri
timbul, kulit dapat tampak berwarna merah, bengkak, keringatan, dan salivasi
bertambah (Budiman,2013).
yang terjadi pada rahang akibat dari ketidak sesuaian hubungan antara kondilus
dan disk. Sendi temporomandibular merupakan sendi sinovial antara kondilus dan
fossa pada permukaan bawah tulang temporal. TMJ disorder merupakan kelainan
a. Degeneratif internal
TMJ disorder terjadi ketika rahang dalam keadaan terbuka karena pada
saat tersebut sendi kurang stabil dan kondilus berada di depan tonjolan
maloklusi gigi.
c. Cedera traumatik
subluksasi dan ankilosis tulang serta artritis sendi seperti yang terlihat pada
d. Neoplasma
TMJ disorder juga dapat disebabkan karena adanya tumor pada rahang
Gejala klinis pada penderita TMJ disorder adalah timbulnya rasa nyeri pada
rahang ketika membuka mulut, kaku dan keterbatasan membuka mulut, nyeri pada
leher, sakit kepala, adanya maloklusi pada gigi, gejala sering memburuk pada
siang hari, adanya bunyi clicking ketika membuka dan menutup mulut dan
2. Cluster headache
Cluster headache merupakan sakit kepala yang biasanya terjadi pada bagian
temporal atau periorbital yang terjadi selama 15 – 180 menit dan disertai dengan
gejala otonom pada hidung, mata dan wajah. Sakit kepala sering kambuh pada
waktu yang sama setiap hari selama periode cluster, dan terjadi selama beberapa
secara pasti namun dipercaya ada kaitannya dengan faktor genetik. Beberapa
kasus menyatakan cluster headache terjadi tanpa periode remisi, dan lebih sering
terjadi pada kali – laki dengan usia berkisar antara 20-40 tahun. Akibat dari
memiliki 1 periode cluster hingga 1 tahun tanpa adanya remisi, atau dengan
adanya remisi yang kurang dari 1 bulan, sedangkan pada cluster headache
Gejala klinis pada penderita cluster headache adalah sakit kepala unilateral,
infeksi konjungtiva pada sisi yang sama, lakrimasi, hidung tersumbat, rhinorrhea,
edema pada mata dan dahi, pembengkakan wajah, miosis dan ptosis (Weaver,
2014).
Trigeminal neuropatic pain adalah tipe rasa nyeri yang persisten dan terbatas
pada mulut dan wajah yang dipersarafi oleh N. Trigeminal. Kelainan ini biasanya
berkaitan dengan adanya kerusakan pada N.Trigeminal, sering terjadi pada mulut
dan wajah dan gejalanya memburuk karena adanya sentuhan atau ketika
disebabkan karena :
b. Trauma ( trauma pada wajah, fraktur pada tulang wajah atau fraktur pada
rahang )
dapat mengenai kelompok usia apapun, dan resikonya sama baik pada laki – laki
ataupun wanita. Gejala klinis pada penderita trigeminal neuropatic pain adalah
kesemutan atau mati rasa, terasa seperti terbakar, menyengat, atau rasa sakit
seperti tertusuk jarum. Adanya sensitivitas sentral pada wajah (rasa sakit semakin
lama semakin meningkat), dan rasa nyeri yang timbul bersifat persisten atau
neurologis terhadap nervus trigeminus. Pada saat ini belum ada test yang dapat
trigeminal dibuat berdasarkan anamnesa pasien secara teliti dan pemeriksaan fisik
yang cermat. Pada anamnesa yang perlu diperhatikan adalah lokalisasi nyeri,
respon terhadap pengobatan, menanyakan apakah ada riwayat penyakit lain atau
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan,
mencukur, bercakap cakap, membasuh wajah atau menggosok gigi, area picu
2.5.1 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada ketiga cabang nervus
trigeminus bilateral. Membuka mulut dan deviasi dagu untuk menilai fungsi otot
2. Pemeriksaan Penunjang
kepala. CT scan kepala dari fossa posterior bermanfaat untuk mendeteksi tumor
yang tidak terlalu kecil dan aneurisma. MRI sangat bermanfaat karena dengan alat
ini dapat dilihat hubungan antara saraf dan pembuluh darah juga dapat mendeteksi
tumor yang masih kecil, MRI juga diindikasikan pada penderita dengan nyeri
yang tidak khas distribusinya atau waktunya maupun yang tidak mempan
pengobatan. Indikasi lain misalnya pada penderita yang onsetnya masih muda,
terutama bila jarang-jarang ada saat-saat remisi dan terdapat gangguan sensibilitas
yang onjektif. Selain itu harus diingat, bahwa trigeminal neuralgia yang klasik
dengan hanya sedikit atau tanpa tanda-tanda abnormal ternyata bisa merupakan
Terapi medis adalah pilihan pertama, peralihan ke bedah saraf fungsional hanya
1800 mg / hari). Terapi lini kedua termasuk terapi add-on dengan lamotrigin
(400mg / hari) atau dapat diganti dengan lamotrigin atau baclofen (40-80 mg /
hari). Obat - obatan Antiepilepsi lainnya seperti gabapentin, fenitoin, valproat, dan
pregabalin juga disarankan agar pengobatan lebih efektif. Dalam kasus darurat,
infus fosphenytoin, seperti suntikan lidokain secara lokal ke titik pemicu juga
dapat bermanfaat. Obat-obatan selain anti epilepsi yang paling sering digunakan
ringkasan hasil uji klinis / percobaan klinis terkontrol terhadap pengobatan obat
perifer, seperti kerusakan saraf trigeminal di pembuluh darah, oleh tumor atau lesi
tidak didapat hasil yang memuaskan dengan terapi medis atau jika terapi medis
awal pada 90% individu yang terkena,> 80% bebas rasa sakit setelah 1 tahun dan
75% bebas rasa sakit setelah 3 tahun. 4% individu yang terkena dampak
dilakukan dengan teknik perkutan. Beberapa tahun terakhir, dua prosedur yang
frekuensi radio pada ganglion gasser. Satu lagi treatment untuk mengatasi
trigeminal neuralgia yaitu gamma knife. Dalam operasi gamma knife di mana
sinar radiasi terfokus dilewatkan pada akar trigeminal yang terletak di fossa
posterior.Ini adalah pengobatan opsional untuk pasien yang tidak layak untuk
(James, 2016).
BAB III
KESIMPULAN
unilateral, tajam, hebat, singkat, dan berulang yang berdistribusi pada satu atau
lebih cabang dari saraf trigeminal atau saraf kranial kelima. Nyeri ini disebabkan
Budiman, R.Y. 2013. Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur
Operasional Neurologi. 1st ed. PT Refika Aditama. Bandung. hal. 100-1
Cephalalgia. 2013. The International Classification of Headache Disorders, 3rd
edition (beta version). Headache Classification Committee of the International
Headache Society (IHS)
Debta FM, Ghom AG, Shah JS, Debta P. A comparative study between
oxcarbazepine and gabapentin regarding therapeutic efficiency and tolerability in
the treatment of trigeminal neuralgia. Journal of Indian Academy of Oral
Medicine and Radiology 2010; 22(1): 10-17
Huff S J. Trigeminal Neuralgia. [Online] 2010 [cited 2011 January 31]:[1 screen].
Available from: URL: http://emedicine.org/trigeminal-neuralgia.htm
International Association for the Study of Pain, 2013, Global Year Against
Orofacial Pain, hal. 01-04
James L., Nagaraj T., Irugu K., et al, Dual findings: A clinically symptomatic case
of trigeminal neuralgia with incidental radiographic finding of elongated styloid
process: A rare case report and review of literature, Journal of Medicine,
Radiology, Pathology & Surgery, 2016, 3: 25-30.
Ngoerah, I G.N.G. 2017. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. 1st ed. Udayana
University Press. Denpasar.
Paduval, J., 2015, Temporomandibular Joint Dysfunction, JMR,India, 1(1): 03-04
Santos M.M., Freire A.R., Rossi A.C., et al, Trigeminal neuralgia: literature
review, J. Morphol. Sci., 2013, 30(1): 1-5.
Siddiqui, Meraj N, et al. Pain Management : Trigeminal Neuralgia. Hospital
Physician : 2003
Turkingston, Carol A. Trigeminal Neuralgia. In: Stacey L C and Brigham N,
editors. The Gale Encyclopedia Of Neurological Disorder. Detroit: Thomson
Gale; 2006.p.875-7.
Weaver, J., dan Agostoni, Cluster Headache, American Family Physician, India,
24(9): 811-16
Zussman B.M., Moshel Y.A., Trigeminal Neuralgia: Case Report and Review,
JHN Journal, 2012, 1-4.