Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit Rheumatoid Arthritis


1. Pengertian
Rheumatoid arthritis merupakan penyebab paling sering dari penyakit
radang sendi kronis yaitu gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi serta adanya kelainan inflamasi terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan
yang terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai lanjut
usia. Namun risiko akan meningkat dengan meningkatnya umur.
(Sya'diyah, 2018):36 dan (Asikin, 2013):36

2. Etiologi
Menurut (Sya'diyah, 2018):206 dan (Asikin, 2013) :36
a. Faktor kerentanan genetik.
b. Reaksi imunologi.
c. Usia lebih dari 40 tahun
d. Jenis kelamin wanita lebih sering
e. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.
f. Proses inflamasi yang berkepanjangan.
g. Kepadatan tulang

3. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi
edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru,
eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang

5
6

berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi tebal, terutama pada


kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk jaringan granulasi
yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga masuk ke
tulang subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat
kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan
tingkat ketidakmampuan sendi. Jika kerusakan kartilago sangat luas,
maka akan terjadi adhesi di antara permukaan sendi, dimana jaringan
fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Keruskan kartilago dan tulang
dapat menyebabkan tendon dan ligamen menjadi lemah, serta dapat
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari
tulang subkondrial dapat menyebabkan osteoporosis setempat.

Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai
dengan adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi,
sedangkan orang yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka
kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang progresif. (Asikin,
2013): 37

4. Tanda dan gejala.


Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala
klinis yaitu (Asikin, 2013):39 dan (Sya'diyah, 2018):210
a. Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari. Kekakuan
berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam
dalam sehari.
b. Muncul pembengkakan,warna kemerahan, lemah dan rasa panas
yang berangsur-angsur.
c. Peradangan sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir
tulang dan dapat dilihat dengan penyinaran X-ray.
d. Pembengkakan sendi yang meluas dan simetris.
7

e. Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah bera dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya nyeri.
f. Sendi besar kemungkinan juga dapat terserang yang disertai
penurunan kemampuan fleksi atau ekstensi.
g. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
berkembang menjadi pincang. Gangguan bejalan merupakan
ancaman besar

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut
(Asikin, 2013):40
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih
>2000µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam,
pemeriksaan jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis.
c. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan
osteoporosis tulang yang berdekatan.

6. Penatalaksanaan medis
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah,
2018:212) dan (Asikin, 2013):41
a. Pengobatan farmakologi
1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
2) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
8

3) Kortikosteroid
4) Terapi biologi

b. Pengobatan non farmakologi


1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin
4) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri
5) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
6) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
7) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat
nyeri

7. Komplikasi
Menurut (Sya'diyah, 2018):212 komplikasi yang mungkin muncul adalah
:
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di
tangan dan kaki.
b. Anemia
c. Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
d. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.

8. Prognosis
Menurut (Noor, 2016):217, Klinis Arthritis Rheumatoid bersifat suatu
eksaserbasi dan remisi. Sekitar 40% dari pasien dengan Arthritis
Rheumatoid menjadi cacat setelah 10 tahun, tetapi hasilnya akan sangat
bervariasi. Arthritis Rheumatoid yang tetap terus- menerus aktif selama
lebih dari satu tahun mungkin akan menyebabkan cacat sendi. Periode
progresivitas berlangsung hanya beberapa minggu atau beberapa bulan
diikuti oleh remisi spontan. Tingkat kematian pada pasien Arthritis
9

Rheumatoid dilaporkan 2,5 kali dari populasi umumorang dengan


penyakit artikular dan ekstrartikular berat, seperti penyakit koroner atau
penyakit hodgkin stadium IV. Sebagian besar berasal dari infeksi,
vaskulitis, dan gizi buruk.

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang
dikenal dengan “Hierarki Maslow”. Lima kebutuhan dasar maslow di susun
berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu penting,
adapun kebutuhan yang dimaksud meliputi: Kebutuhan fisiologi, kebutuhan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan
harga diri, kebutuhan aktualisasi diri. Pada kasus Rheumatoid Arthritis
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan keselamatan dan keamanan tepatnya nyeri. Kebutuhan fisiologis
memiliki prioritas paling tinggi dalam Hirearki Maslow, yaitu kebutuhan
oksigen dan pertukaran gas , kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
makanan, kebutuhan eliminasi, istirahat tidur, aktifitas, pengaturan suhu
tubuh. Kebutuhan dasar manusia yang terganggu pada pasien dengan
rheumatoid arthritis adalah kebutuhan keselamatan dan keamanan dan
kebutuhan fisiologi. Menurut (Ambarwati, 2014:2)

1. Kebutuhan keselamatan dan keamanan yang terganggu adalah bebas dari


rasa nyeri.
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif
dan hanya orang yang mengalami yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut. (Saputra, 2013)
Respon nyeri terjadi karena adanya proses inflamasi. Inflamasi
merupakan respon segera terhadap injuri selular. Jika ini terjadi,
vasodilatasi cepat terjadi, menyebabkan lebih banyak darah yang
mendekati daerah injuri. Peningkatan aliran darah lokal menyebabkan
warna kemerahan di daerah inflamasi. Rasa sakit di daerah inflamasi juga
disebabkan oleh volume darah yang meningkat, vasodilatasi lokal
10

mengirimkan darah dan sel darah putih ke jaringan injuri, protein serum
memegang peranan utama dalam inflamasi. Protein serum meliputi kinin,
amino, vasoaktif, prostaglandin. Injuri menyebabkan kerusakan jaringan
dan kemungkinan nekrosis. Akibatnya tubuh melepaskan mediator kimia
yang meyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil.
Akibatnya cairan, protein dan sel masuk ke ruang interstisial yang
meningkatkan tekanan pada ujung syaraf menyebabka rasa nyeri.

2. Kebutuhan fisiologis yang terganggu adalah istirahat dan tidur


Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan untuk semua
umur dan Istirahat adalah keadaan rileks, tenang, dan bebas dari perasaan
gelisah. Faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur adalah status
kesehatan. Seseorang yang mengalami nyeri dan dalam kondisi sakit maka
kebutuhan istirahat dan tidur tidak terpenuhi dengan baik sehingga tidak
tidur dengan nyenyak dan kebutuhan istirahat dan tidurnya terganggu. Hal
ini dapat memaksa pasien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa.
Kondisi ini merupakan akibat dari ketidaknyamanan yang ditimbulkan
karena adanya penyakit. Pasien akan mengalami gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur serta sulit memulai tidur.
11

C. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Rheumatoid Arthritis


1. Pengkajian
menurut (Istianah, 2017): 100 dan (Lukman & Ningsih, 2013): 223
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.

b. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada
tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya
kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan
bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika
terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri
saat sendi digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.

d. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami
deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada
kegiatan sehari-hari.

e. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada
pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya
12

hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan


dan kelelahan yang hebat.

f. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

g. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman
konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan

h. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat:
mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti:
kacang-kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi

i. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain

j. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris.

k. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.

l. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
13

m. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman,
deformitas skeletal,penurunan kekuatan otot
c. Risiko cidera b.d kelemahan otot
d. Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis
e. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan
aktivitas sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas

3. Rencana keperawatan

Tabel 2.1

Rencana keperawatan

No Diagnosa
NOC NIC
Dx keperawatan

1 2 3 4
1. Nyeri b.d proses Kontrol nyeri (247) Manajemen nyeri
inflamasi kriteria hasil:
akumulasi cairan, a. Mengenali a. Lakukan
destruksi sendi d.d kapan nyeri pengkajian nyeri
mengeluh nyeri, terjadi secara
tampak meringis, komprehensif
frekuensi nadi b. Menggambarka meliputi: lokasi,
meningkat, sulit n faktor karakteristik,
tidur. penyebab durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas,dan
teknik intensitas
14

1 2 3 4
c. pengurangan b. Berikan informasi
(nyeri), tanpa mengenai nyeri,
analgesik seperti penyebab
nyeri, berapa lama
d. mengenali apa nyeri dirasakan.
yang terkait
dengan gejala c. Kurangi faktor-
nnyeri faktor yang dapat
meningkatkan
nyeri

d. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(seperti teknik
relaksasi dan
kompres hangat
daerah yang
merasa nyeri)

e. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri.

2. Pergerakan Peningkatan mekanika


Gangguan
Kriteria hasil : tubuh
mobilitas fisik b.d
nyeri atau rasa
a. Keseimbangan a. Kaji komitmen
tidak nyaman,
b. Dapat berjalan pasien untuk
deformitas
c. Dapat bergerak belajar dan
skeletal,penurunan
dengan mudah menggunakan
kekuatan otot d.d
d. Cara berjalan postur tubuh yang
sulit menggerakkan
e. Gerakan sendi benar.
ekstremitas ,
kekuatan oto
b. Instruksikan untuk
menurun, rentang
menghindari
gerak menurun,
tidur dengan posisi
gerakan terbatas
telungkup
Bantu untuk
menghindari duduk
dalam posisi yang
sama dalamjangka
waktu yang lama.
15

1 2 3 4

c. Intruksikan pasien
untuk
menggerakkan kaki
terlebih dahulu
kemudian badan
ketika memulai
berjalan dari posisi
berdiri

d. Bantu pasien
melakukan latihan
fleksi untuk
memfasilitasi
mobilisasi
punggung

3. Risiko cidera b.d Kejadian jatuh Pencegahan jatuh


kelemahan otot Kriteria hasil :
a. Tidak jatuh saat a. Identifikasi
berjalan perilaku dan faktor
b. Tidak jatuh saat yang
berdiri mempengaruhi
c. Tidak jatuh saat risiko jatuh
duduk dan b. Kaji riwayat jatuh
berpindah bersama pasien dan
d. keselamatan keluarga
fisik klien c. Sediakan
terjaga pencahayaan yang
cukup dalam
rangka
meningkatkan
pandangan
d. Sarankan
menggunakan alas
kaki yang aman

e. Anjurkan
modifikasi rumah
untuk
meningkatkan
keamanan.
16

1 2 3 4
4. Gangguan pola Tidur Peningkatan tidur
tidur b.d nyeri d.d Kriteria hasil :
sulit tidur, merasa
tidak puas tidur, a. Jam tidur a. Tentukan pola tidur/
istirahat tidak normal akivitas pasien
cukup. b. Kualitas tidur
c. Perasaan segar b. Monitor/catat pola
setelah tidur tidur pasien dan
d. Tidak jumlah jam tidur
kesulitan
memulai tidur c. Sesuaikan
e. Buang air lingkungan
kecil di malam (misalnya
hari kebisingan,cahaya,
suhu).

d. Anjurkan pasien
untuk menghindari
makanan sebelum
tidur dan minuman
yang mengganggu
tidur

e. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot atau
bentuk non
farmakologi untuk
memancing tidur.

5. Gangguan citra Citra tubuh Peningkatan citra


tubuh b.d Kriteria hasil: tubuh
perubahan
kemampuan a. Kepuasaan a. Dorong pasien
melaksanakan dengan fungsi mengungkapkan
aktivitas sehari- tubuh harapan citra diri.
hari, peningkatan b. Penyesuaian
penggunaan energi terhadap b. Tentukan
atau perubahan perubahan fisik
ketidakseimbangan tampilan fisik saat ini apakah
mobilitas d.d c. Penyesuaian berkontribusi pada
mengungkapkan terhadap citra diri pasien
perasaan negatif perubahan
tentang perubahan fungsi tubuh c. Identifikasi
tubuh, d. Kepuasaan dampak dari
mengungkapkan dengan budaya,
kecacatan. penampilan agama,ras,jenis
tubuh
17

1 2 3 4
kelamin pasien
terkait citra diri

d. Bantu pasien
mendiskusikan
perubahan-
perubahan bagian
tubuh disebabkan
adanya penyakit
ataupembedahan,d
engan cara yang
tepat

4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan
tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ ketergantungan ( dependent). (Tartowo & Wartonah , 2015)

5. Evaluasi
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien
digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:
S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan
O : Data objektif
18

Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara


langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan
A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru
yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah
menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak memerlukan
tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

D. Teori Keperawatan Keluarga


MenururtAstuti Yuni Nursasi,Dalam rakernas Rakernas IPKKI
2017,“Perawat Komunitas sebagai Pilar Ketahanan Keluarga Sehat”, Jakarta,
16 November 2017 menyatakan bahwa “Asuhan keperawatan keluarga adalah
asuhan yang di berikan kepada keluarga dengan cara mendatangi keluarga,
salah satu tujuanya adalah memungkinkan akses keluarga terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif. Asuhan keluarga di berikan kepada individu,
keluarga, kelompok masyarakat. Diagnosa keperawatan keluarga adalah
tunggal dengan penerapan asuhan keperawatan keluarga yang
mengaplikasikan 5 tujuan khusus. Dengan memodifikasi SDKI, NOC, NIC
hasil capaian adalah sebagai berikut:
1. TUK 1: Mampu mengenal masalah
Domain capaian hasil: pengetahuan kesehatan dan perilaku yaitu
pengetahuan tentang proses penyakit.
19

2. TUK 2: Mampu mengambil keputusan


Domain capaian hasil: domain kesehatan dan perilaku yaitu
kepercayaan mengenai kesehatan, keputusan terhadap ancaman
kesehatan, persepsi terhadap perilaku kesehatan, dukungan care
giver dan emosional.

3. TUK 3: Mampu merawat


Domain capaian hasil adalah kesehatan keluarga, yaitu kapasitas
keluarga untuk terlibat dalam perawatan, peranan care giver,
emosional, interaksi dalam peningkatan status kesehatan.

4. TUK 4: Mampu memodifikasi lingkungan


Domain capaian hasil yaitu kesejahteraan keluarga dengan
menyediakan lingkungan yang mendukung peningkatan
kesehatan, lingkungan, yang aman dengan mengurangi faktor
resiko.

5. TUK 5: Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan


Domain capaian hasil yaitu pengetahuan tentang kesehatan dan
perilaku yaitu pengetahuan tentang sumber-sumber kesehatan.

Teori di atas sesuai dengan pernyataan Achjar (2010) yang menyatakan


askep keluarga untuk mencapai kemampuan keluarga dalam memelihara
fungsi kesehatan dengan 5 tujuan khusus, aplikasi dalam asuhan keperawatan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Identitas pasien
Berisi tentang identitas pasien meliputi Nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat(KK), suku, agama.
20

2) Data kesehatan keluarga


Pada pengkajian ini fokus pada yang sakit yang mencakup
diagnosa penyakit, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, riwayat
perawatan, gangguan kesehatan serta kebutuhan dasar manusia apa
saja yang terganggu. Dan kemudian pemeriksaan seluruh anggota
keluarga yang bmencakup pemeriksaan head to to dan kepala,
ekstremitas atas, ekstremitas bawah,serta area genetalia.

3) Data kesehatan lingkungan


Berupa kondisi rumah meliputi : tipe rumah, ventilasi, kebersihan
rumah, bagaimana pencahayaan rumah, kelembapan lingkungan
dan kebersihan lingkungan rumah serta bagaimana sarana MCK
yang ada di lingkungan rumah

4) Struktur keluarga
Pada bagian ini menjelaskan tentang tipe keluarga, peran anggota
keluarga, dan bagaimana komunikasi di dalam keluarga, sumber-
sumber kehidupan dan sumber penunjang kehidupan keluarga.

5) Fungsi keluarga
Pada bagian fungsi keluarga mengkaji fungsi pemeliharaan
kesehatan keluarga berdasarkan kemampuan keluarga yaitu:
a) KMK mengenal masalah kesehatan
Meliputi persepsi terhadap keparahan penyakit, pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab persepsi keluarga terhadap
penyakit.

b) KMK mengambil keputusan


Meliputi sejauh mana keluarga menegnai sifat dan luasnya
masalah, masalah yang di rasakan keluarga, keluraga
menyerah terhadap masalah yang di alami, sikap negatif
21

terhadap masalah kesehatan, kurang percaya terhadap tenaga


kesehatan.

c) KMK merawat anggota yang sakit


Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit, sifat dan
perkembangan perawatan yang di buruhkan,sumber-sumber
yang ada dalam keluarga, sikap keluarga terhadap yang sakit.

d) KMK memelihara kesehatan/memodifikas /memelihara


lingkungan keuntungan/manfaat pemeliharaan, pentingnya
hygiene sanitasi, dan upaya pencegahan penyakit.

e) KMK menggunakan fasilitas kesehatan

b. Prioritas masalah

Table 2.2

Skala prioritas keperawatan keluarga

Kriteria Bobot Skor

2 3
1
Sifat masalah Aktual :3

1 Resiko :2
Potensial :1

Kemungkinan masalah 2 Mudah :2


untuk di pecahkan Sebagian :1
Tidak dapat : 0

Potensi masalah untuk Tinggi : 3


di cegah 1 Cukup : 2
Rendah :1
22

Menonjolnya masalah Segera di atasi :2


Tidak segera di atasi :1
1
Tidak di rasakan :0

Keterangan skoring :

Setelah menentukan skala prioritas sesuai dengan table di atas, langkah


selanjutnya adalah membuat skoring

Skoring skala prioritas

Skoring bobot
Angka tertinggi

Dengan adanya skala prioritas , maka kita akan mengetahui tingkat


kedaruratan pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau lambat.
Masing-masing kriteria memberikan sumbangan masukan atas
penanganan.
1) Kriteria sifat masalah
Menentukan sifat masalah ini berangkat dari tiga poin pokok, yaitu
tidak, kurang, sehat, ancaman kesehatan dan keadaan sejahtera
tidak atau kurang sehat merupakan kondisi dimana anggota
keluarga terserang suatu penyakit. Yang mengacu pada kondisi
sebelum terkena penyakit. Ancaman kesehatan merupakan kondisi
yang memungkinkan anggota keluarga terserang penyakit atau
mencapai kondisi penyakit yang ideal tentang penyakit.ancaman ini
bisa berlaku dari penyakit yang ringan sampai yang berat.

2) Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah


Kriteria ini mengacu pada tingkat penanganan kasus pada pasien.
Yang terdiri dari tiga bagian, yaitu mudah, sebagian dan tidak ada
kemungkinan masalah untuk di ubah.
23

3) Kriteria potensi pencegahan masalah


Potensi ini juga mengacu pada tingkat yaitu: tinggi, cukup dan
rendah. Berbedanya tingkat di pengaruhi oleh berbagai faktor.

4) Kriteria masalah yang menonjol


Masalah yang menonjol biasanya mudah terlihat saat menangani
pasien. Namun masih tetap memerlukan pemeriksaan terlebih
dahulu agar tindakan yang di lakukan tepat.

Prioritas yang harus di tangani yaitu: 1). Masalah yang benar-benar


harus di tangani 2). Ada masalah tetapi tidak harus di tangani 3). Ada
masalah tapi tidak di rasakan

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai keluarga atau
masyarakat yang di peroleh melalui proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menerapkan tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakanya. (suarni & apriyani,
2017:43)
a. Problem (p/masalah)
Kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi ideal atau dengan
perkembangannya. Tujuan dari diagnosis ini yaitu untuk menjelaskan
status kesehatan pasien dan masalah yang sedang di hadapi dengan cara
yang jelas agar dapat dengan mudah di pahami.

b. Etiologi (E/penyebab)
Dari masalah yang ada, di cari penyebab yang dapat menunjukan
permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai