Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut (Sya'diyah, 2018):206 dan (Asikin, 2013) :36
a. Faktor kerentanan genetik.
b. Reaksi imunologi.
c. Usia lebih dari 40 tahun
d. Jenis kelamin wanita lebih sering
e. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.
f. Proses inflamasi yang berkepanjangan.
g. Kepadatan tulang
3. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi
edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru,
eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang
5
6
Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai
dengan adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi,
sedangkan orang yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka
kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang progresif. (Asikin,
2013): 37
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut
(Asikin, 2013):40
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih
>2000µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam,
pemeriksaan jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis.
c. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan
osteoporosis tulang yang berdekatan.
6. Penatalaksanaan medis
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah,
2018:212) dan (Asikin, 2013):41
a. Pengobatan farmakologi
1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
2) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
8
3) Kortikosteroid
4) Terapi biologi
7. Komplikasi
Menurut (Sya'diyah, 2018):212 komplikasi yang mungkin muncul adalah
:
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di
tangan dan kaki.
b. Anemia
c. Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
d. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
8. Prognosis
Menurut (Noor, 2016):217, Klinis Arthritis Rheumatoid bersifat suatu
eksaserbasi dan remisi. Sekitar 40% dari pasien dengan Arthritis
Rheumatoid menjadi cacat setelah 10 tahun, tetapi hasilnya akan sangat
bervariasi. Arthritis Rheumatoid yang tetap terus- menerus aktif selama
lebih dari satu tahun mungkin akan menyebabkan cacat sendi. Periode
progresivitas berlangsung hanya beberapa minggu atau beberapa bulan
diikuti oleh remisi spontan. Tingkat kematian pada pasien Arthritis
9
mengirimkan darah dan sel darah putih ke jaringan injuri, protein serum
memegang peranan utama dalam inflamasi. Protein serum meliputi kinin,
amino, vasoaktif, prostaglandin. Injuri menyebabkan kerusakan jaringan
dan kemungkinan nekrosis. Akibatnya tubuh melepaskan mediator kimia
yang meyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil.
Akibatnya cairan, protein dan sel masuk ke ruang interstisial yang
meningkatkan tekanan pada ujung syaraf menyebabka rasa nyeri.
b. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada
tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya
kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan
bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika
terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri
saat sendi digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
d. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami
deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada
kegiatan sehari-hari.
e. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada
pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya
12
f. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
g. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman
konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
h. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat:
mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti:
kacang-kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi
i. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain
j. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris.
k. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
l. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
13
m. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman,
deformitas skeletal,penurunan kekuatan otot
c. Risiko cidera b.d kelemahan otot
d. Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis
e. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan
aktivitas sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas
3. Rencana keperawatan
Tabel 2.1
Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
Dx keperawatan
1 2 3 4
1. Nyeri b.d proses Kontrol nyeri (247) Manajemen nyeri
inflamasi kriteria hasil:
akumulasi cairan, a. Mengenali a. Lakukan
destruksi sendi d.d kapan nyeri pengkajian nyeri
mengeluh nyeri, terjadi secara
tampak meringis, komprehensif
frekuensi nadi b. Menggambarka meliputi: lokasi,
meningkat, sulit n faktor karakteristik,
tidur. penyebab durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas,dan
teknik intensitas
14
1 2 3 4
c. pengurangan b. Berikan informasi
(nyeri), tanpa mengenai nyeri,
analgesik seperti penyebab
nyeri, berapa lama
d. mengenali apa nyeri dirasakan.
yang terkait
dengan gejala c. Kurangi faktor-
nnyeri faktor yang dapat
meningkatkan
nyeri
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(seperti teknik
relaksasi dan
kompres hangat
daerah yang
merasa nyeri)
e. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri.
1 2 3 4
c. Intruksikan pasien
untuk
menggerakkan kaki
terlebih dahulu
kemudian badan
ketika memulai
berjalan dari posisi
berdiri
d. Bantu pasien
melakukan latihan
fleksi untuk
memfasilitasi
mobilisasi
punggung
e. Anjurkan
modifikasi rumah
untuk
meningkatkan
keamanan.
16
1 2 3 4
4. Gangguan pola Tidur Peningkatan tidur
tidur b.d nyeri d.d Kriteria hasil :
sulit tidur, merasa
tidak puas tidur, a. Jam tidur a. Tentukan pola tidur/
istirahat tidak normal akivitas pasien
cukup. b. Kualitas tidur
c. Perasaan segar b. Monitor/catat pola
setelah tidur tidur pasien dan
d. Tidak jumlah jam tidur
kesulitan
memulai tidur c. Sesuaikan
e. Buang air lingkungan
kecil di malam (misalnya
hari kebisingan,cahaya,
suhu).
d. Anjurkan pasien
untuk menghindari
makanan sebelum
tidur dan minuman
yang mengganggu
tidur
e. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot atau
bentuk non
farmakologi untuk
memancing tidur.
1 2 3 4
kelamin pasien
terkait citra diri
d. Bantu pasien
mendiskusikan
perubahan-
perubahan bagian
tubuh disebabkan
adanya penyakit
ataupembedahan,d
engan cara yang
tepat
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan
tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ ketergantungan ( dependent). (Tartowo & Wartonah , 2015)
5. Evaluasi
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien
digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:
S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan
O : Data objektif
18
4) Struktur keluarga
Pada bagian ini menjelaskan tentang tipe keluarga, peran anggota
keluarga, dan bagaimana komunikasi di dalam keluarga, sumber-
sumber kehidupan dan sumber penunjang kehidupan keluarga.
5) Fungsi keluarga
Pada bagian fungsi keluarga mengkaji fungsi pemeliharaan
kesehatan keluarga berdasarkan kemampuan keluarga yaitu:
a) KMK mengenal masalah kesehatan
Meliputi persepsi terhadap keparahan penyakit, pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab persepsi keluarga terhadap
penyakit.
b. Prioritas masalah
Table 2.2
2 3
1
Sifat masalah Aktual :3
1 Resiko :2
Potensial :1
Keterangan skoring :
Skoring bobot
Angka tertinggi
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai keluarga atau
masyarakat yang di peroleh melalui proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menerapkan tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakanya. (suarni & apriyani,
2017:43)
a. Problem (p/masalah)
Kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi ideal atau dengan
perkembangannya. Tujuan dari diagnosis ini yaitu untuk menjelaskan
status kesehatan pasien dan masalah yang sedang di hadapi dengan cara
yang jelas agar dapat dengan mudah di pahami.
b. Etiologi (E/penyebab)
Dari masalah yang ada, di cari penyebab yang dapat menunjukan
permasalahan.