Anda di halaman 1dari 17

Tanggal praktikum 23 Februari 2021

Nama mahasiswa : Januarius Dharma Anugerah Putra


Kelas : 2E JTD

PRACTICE-2
MERENCANAKAN ARUS BIAS DC-2
(1X TATAP MUKA)
A. TUJUAN

o Merencanakan arus bias DC pada BJT untuk sinyal output AC simetri.


o Mensimulasikan hasil perencanaan pada multisim.
o Merencanakan ulang jika hasil sinyal output belum simetri.
o Mengaplikasikan penguat pada common emitor, common basis, dan
common kolektor dan menganalisa hasilnya.
o Menganalisa respon frekuensi penguat.

B. DIAGRAM RANGKAIAN

R1
R2

C
B

R3

C. URAIAN PEKERJAAN

Rencanakan komponen untuk rangkaian pada diagram rangkaian sehingga sinyal


output AC simetri untuk beban AC R L = 1000 ohm dengan output maksimum 5 Vpp.

D. PROSEDUR

1. Pilih komponen transistor dan dapatkan informasi tentang V CE mak dan


nilai hfe atau beta DC transistor tersebut.
2. Pilih nilai R1 sama dengan RL
3. PIlih nilai R3 mendekati 25% R1.
4. Hitung nilai VE mendekati 10% nilai Vcc yang dipilih.
5. Hitung IE
6. Hitung re mendekati 26 dibagi Ie
7. Hitung IB
8. Hitung R2
9. Pilih C1,C2, dan C3 (dalam satuan mikro)
10. Hitung Av (penguatan tegangan dimana Av= (RL//R2)/re
11. Hitung Vin (AC) maksimumnya. ( Vin (mak) = Vout AC mak. dibagi Av)
12. simulasikan hasilnya pada multisim untuk frekuensi 20 MHz.
13. Rancang ulang jika belum simeteri
14. Bangun penguat CE, CB, dan CC
15. Analisa hasil simulasi
16. Analisa respon frekuensinya.
17. Buat kesimpulan.

E. HASIL PEKERJAAN

hFE max +h FE min


1. hFE =
2
20+150
=
2
= 85Ω
2. VCC max = VCE max
= 15 V
3. R2 = RL
= 1kΩ
4. R3 ≈ 25% R2
= 225 Ω
5. VE ≈ 10% VCC
= 1,5 V
6. IE = VE
R3
= 1,5
225
= 0,00667 A
7. RE = 26
IE
= 26
0,0066667
= 3.898,05 Ω
8. IB = IE
hFE +1
= 0,00667
85+1
= 7,7558 ×10−5 A
9. R2 = V CC−V BE−I B ( h FE +1 ) ( R1 + R3 )
IB
= 15−0,7−7,7558 ×10−5 × 86× 1225
7,7558× 10−5
= 79.028,143 Ω
10. AV = R L × R1
RL + R1
RE
= 1000 ×1000
1000+1000
3.898,05
= 500
3.898,05
= 0,1282
11. Vin max = V out max
AV
= 5
0,1282
= 39,00156 V

1. Rangkaian Penguat CE
2. Rangkaian Penguat CC
3. Rangkaian Penguat CB
F. ANALISA HASIL PEKERJAAN
F.1 Analisa Osiloskop
1. Gambar osiloskop rangkaian CE

Dalam gambar osiloskop rangkaian CE pada skala timebase 10 ns/Div,


didapatkan hasil dimana sinyal output (channel A, warna merah) dan sinyal input
(channel B, warna biru) ditunjukkan memiliki fase yang berbeda mendekati 180
derajat. Sinyal output memiliki nilai Vpp yang berbeda ketika berada pada puncak
positif dan pada puncak negatif. Pada puncak positif, nilai Vpp diketahui untuk sinyal
input adalah -9,918 mV dan sinyal output adalah 829,771 mV, sedangkan nilai Vpp
pada puncak negatif diketahui untuk sinyal input adalah 9,933 mV dan sinyal output
-1,040 V.

2. Gambar osiloskop rangkaian CC

Dalam gambar osiloskop rangkaian CB pada skala timebase 10 ns/Div,


didapatkan hasil dimana sinyal output (channel A, warna merah) dan sinyal input
(channel B, warna biru) ditunjukkan memiliki fase yang sama dan Vpp yang hampir
sama juga. Pada osiloskop diketahui sinyal input memiliki Vpp 9,947 mV dan sinyal
output adalah 9,680 mV.

3. Gambar osiloskop rangkaian CB


Dalam gambar osiloskop rangkaian CB pada skala timebase 10 ns/Div,
didapatkan hasil dimana sinyal output (channel A, warna merah) dan sinyal input
(channel B, warna biru) ditunjukkan memiliki fase yang hampir sama. Sinyal output
memiliki nilai Vp yang berbeda ketika berada pada puncak positif dengan pada
puncak negatif. Pada puncak positif, nilai Vpp diketahui untuk sinyal input adalah
9,937 mV dan sinyal output adalah 830,575 mV, sedangkan nilai Vpp pada puncak
negatif diketahui untuk sinyal input adalah 9,937 mV dan sinyal output -1,042 V.

F.2 Analisa Bode Plotter


1. Gambar bode plotter rangkaian CE
Jadi, dalam gambar respon frekuensi rangkaian CE dapat dilihat di gambar
bahwa respon frekuensi mengalami kenaikan, waktu stabil dan penurunan. Pada
gambar ditunjukan bahwa nilai respon frekuensi berada pada nilai yang terendah
ketika frekuensi berada pada nilai kurang dari 10,034 kHz. Terdapat saat dimana
penurunan tidak terlalu signifikan ketika berada pada frekuensi 10,225 – 56,3 Hz
dengan penguatan antara 4,385 – 8,409 dB. Ketika berada pada frekuensi antara
10,034 kHz hingga 50,776 MHz, respon frekuensi pada nilai tertinggi dengan
penguatan stabil berada pada nilai 39,115 dB. Kemudian mengalami penurunan pada
frekuensi 50,776 MHz – 240,614 GHz hingga mencapai nilai -21,553 dB yang berarti
pelemahan dan nilai tersebut stabil hingga frekuensi lebih tinggi.

2. Gambar bode plotter rangkaian CC


Jadi, dalam gambar respon frekuensi rangkaian CC dapat dilihat di gambar
bahwa respon frekuensi mengalami kenaikan, waktu stabil dan penurunan sama
seperti pada rangkaian CE, tetapi pada bagian frekuensi bawah tidak mengalami
perubahan nilai yang menyebabkan grafik sedikit landa seperti pada rangkaian CE.
Pada gambar ditunjukan bahwa nilai respon frekuensi berada pada nilai yang
terendah ketika frekuensi berada pada nilai kurang dari 92,664 Hz. Ketika berada
pada frekuensi antara 92,664 Hz hingga 4,144 GHz, respon frekuensi pada nilai
tertinggi dengan nilai stabil berada pada -0,351 dB. Kemudian mengalami penurunan
pada frekuensi 4,144 GHz – 1,25 THz hingga mencapai nilai -11,661 dB dan nilai
tersebut stabil hingga frekuensi lebih tinggi. Kemampuan respon frekuensi rangkaian
CC meskipun nilai tertinggi hanya mendekati nili 0 dB, tetapi bisa dikatakan bahwa
penguatan pada rangkaian ini bisa mendekati nilai asli karena hanya mengalami
sedikit pelemahan.

3. Gambar bode plotter rangkaian CB


Jadi, dalam gambar respon frekuensi rangkaian CB dapat dilihat di gambar
bahwa respon frekuensi mengalami kenaikan, waktu stabil dan penurunan. Gambar
grafik respon frekuensi pada rangkaian CB memiliki perbedaan dari rangkaian CE dan
CC yang terletak pada adanya penuruan nilai yang sangat drastis pada frekuensi tinggi
yang akhirnya akan naik lagi dan mengalami kestabilan. Pada gambar ditunjukan
bahwa nilai respon frekuensi berada pada nilai yang terendah ketika frekuensi berada
pada nilai kurang dari 11,003 kHz. Ketika berada pada frekuensi antara 11,003 kHz
hingga 46,643 MHz, respon frekuensi pada nilai tertinggi dengan penguatan stabil
berada pada nilai 39,167 dB. Kemudian mengalami penurunan yang drastis pada
frekuensi 46,643 MHz hingga 9,847 GHz hingga mencapai nilai -12,753 dB yang berarti
pelemahan. Kemudian terjadi kenaikan lagi pada frekuensi 9,847 GHz hingga 209,711
GHz sehingga berada pada nilai -0,807 dB dan nilai tersebut stabil hingga frekuensi
lebih tinggi.
G. KESIMPULAN
Dengan menggunakan rangkaian arus bias DC dengan menggunakan
transistor BJT frekuensi tinggi, bisa digunakan untuk menguatkan sinyal AC. Dengan
rangkaian arus bias DC yang terdiri dari rangkaian CE, CC, dan CB, hasil output juga
berbeda. Tetapi tetap bisa digunakan dalam penguatan sinyal AC menggunakan DC.
Dengan menggunakan transistor, resistor, dan kapasitor yang sama, tidak
didapatkan hasil yang gagal pada percobaan simulasi menggunakan multisim. Hal
yang perlu diperhatikan ialah penyambungan tiap komponen agar tetap teliti dan nilai
dari transistor, input dan resistor, berdasarkan pada hasil perhitungan sebagai acuan.
Jika didapatkan hasil yang kurang simetri pada osiloskop, bisa diperhatikan
pada perhitungan, atau pemasangan komponennya. Sering kali masalah disebabkan
pada rumus pada perhitungan yang kurang tepat, hasil perhitungan yag kurang teliti,
pemasangan komponen yang keliru dan tidak teliti. Nilai pada frekuensi generator
juga mempengaruhi gambar sinyal pada osiloskop. Pengecekan ulang serta ketelitian
diperlukan untuk mencari kesalahan. Bisa juga menggunakan metode percobaan
dengan mengganti nilai dari beberapa komponen untuk mengetahui efek dari
perubahan tersebut pada gambar osiloskop dan bode plotter.
Percobaan dengan menggunakan rangkaian CE, CC, dan CB didapatkan hasil
yang berbeda pada fase gelombang dan nilai Vpp yang dapat dilihat pada osiloskop
serta grafik respon frekuensi yang bisa dilihat pada bode plotter. Tiap rangkaian
memiliki perbedaan. Pada grafik gelombang yang ditunjukan osiloskop ditunjukan
bahwa rangkaian CE memiliki perbedaan pada fase antara gelombang sinyal input
dengan sinyal output yang mencapai 180 derajat dan nilai Vpp sinyal output antara
puncak positif dan negatif yang berbeda. Rangkaian CC menunjukan sinyal input dan
output memiliki fase yang sama dan nilai Vpp antara sinyal input dan output yang
juga hampir sama. Sedangkan rangkaian CB memiliki fase yang hampir sama antara
sinyal input dan output (seperti rangkaian CC) dan memiliki nilai Vpp sinyal output
antara puncak positif dan negatif yang berbeda (seperti rangkaian CE).
Pada bode plotter sendiri, tiap rangkaian juga menunjukkan perbedaan.
Rangkaian CE memiliki saat ketika kenaikan menjadi landai pada frekuensi bawah.
Rangkaian CC memiliki kenaikan, saat stabil dan penurunan hingga nilai menjadi stabil
pada frekuensi atas. Sedangkan rangkaian CB memiliki suatu penurunan dan kenaikan
ketika berada pada frekuensi tinggi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai