Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam yang menunjang kehidupan manusi,
hal ini dikarenakan tanah merupakan tempat tinggal dan tempat mata pencaharian
setiap orang. Tanah juga merupakan kekayaan nasional yang dibutuhkan baik
individu ataupun badan hukum yang penguasaannya diatur oleh negara dan
digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diatur pada Pasal 33
ayat (3) yang menyatakan “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”. Pengaturan tentang tanah sendiri telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang
selanjutnya disebut UUPA. Hukum tanah disini bukan mengatur tanah dalam segala
aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya saja, yaitu aspek
yuridisnya yang disebut hak-hak penguasaan atas tanah. Aspek yang cukup banyak
dicermati adalah aspek kepemilikkan dan penguasaan atas tanah serta
perkembangannya. Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan
bumi yang terbatas. Pasal 4 ayat (2) memberi ketentuan bahwa kepada pemegang
hak atas tanah diberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan,
demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang di atasnya sekedar diperlukan untuk
kepentingan langsung yang berhubungan dengan penguasaan tanah itu dalam batas-
batas menurut UUPA. Penguasaan tanah di Indonesia dibatasi oleh pemerintah
sesuai dengan UUPA.
Salah satu pembatasan ini adalah yang sesuai dalam Pasal 6 UUPA yang
member ketentuan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi social. Atas
dasar ini maka seseorang harus melepaskan hak-hak atas tanahnya demi
kepentingan umum. Hal ini juga didukung dengan adanya hirarki, dimana hak
menguasai negara kedudukannya lebih tinggi dibandingkan hak individual. Oleh
Karen itu, kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam prinsip fungsi social
tanah merupakan bagian dari hak menguasai oleh negara, sehingga negara
mempunyai wewenang untuk memanfaatkan tanah sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Saat ini peranan pembangunan sangat dirasakan dan begitu
penting sehingga kebutuhan akan tanah untuk meningkatkan pembangunan sangat
di perlukan. Kebutuhan akan tanah sebagai salah satu penunjang pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah, member keharusan kepada pemerintah untuk
melakukan pengadaan tanah bagi kepentingan umum yang berupa gedung sekolah,
rumah sakit, pasar, stasiun kereta apai, tempat ibadah, jembatan, proyek pelebaran
jalan, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menunjang berbagai
sektor demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan fungsi social atas tanah ini telah dituangkan dalam Pasal 6
UUPA yang memberi ketentuan semua hak atas tanah mempunyai fungsi social,
sehingga seseorang tidak dibenarkan mempergunakan hak miliknya semata hanya
untuk kepentingan ribadinya, apalagi jika hal itu merugikan kepentingan
masyarakat. Prinsip fungsi social merupakan landasan yuridis negara untuk
mengambilalih atau mencabut hak atas tanah yang dimiliki dan dikuasai rakyat
untuk kepentingan umum. Pemerintah mempunyai wewenang untuk melakukan
pemngambilalihan guna kepentingan umum, akan tetapi pelaksanaannya tidak boleh
dilakukan dengan sewenang-wenang. Pasal 18 UUPA member ketentuan bahwa
untuk kepentinmgan umum, termasuk kepentingan bangasa dan negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan member
ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang benar yang diatur dengan undang-
undang.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis tentang
penerapan fungsi social atas tanah dalam pembangunan nasional.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan fungsi social atas tanah dalam pembangunan nasional?
PEMBAHASAN

A. Dasar-Dasar Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah


Asas fungsi social atas tanah berasal dari teori fungsi social hak atas
tanah yang dikemukakan oleh ahli hukum Perancis, Leon Duguit. Awal teori ini
berkembang dan muncul akibat adanya upaya untuk menentang konsep liberal
klasik yang berkembang saat itu. Konsep liberal klasik mendominasi konsep
politik dan hukum modern. Sheila R. Foster dan Daniel Bonilla dalam artikelnya
menyatakan bahwa, konsepsi liberal klasik berkaitan dengan kepemilikkan
property atau hak kepemilikkan tanah mendominasi pemikiran hukum dan
politik modern. Gagasan yang berkembang dari konsep tersebut bahwa
kepemilikkan hak atas tanah adalah hak subyektif dan bersifat mutlak. Pada
umumnya warga masyarakat, politisi, dan akademisi beranggapan bahwa
kepemilikkan hak atas tanah sebagai hak yang hanya dibatasi oleh hak orang
lain dan kepentingan umum. Gagasan-gagasan tersebut memunculkan konsep
alternative yang paling memberikan keyakinan dan berpengaruh pada abad ke
dua puluh, yakni fungsi social hak atas tanah. Fungsi social hak atas tanah
didasari teori yang dikembangkan pertama kali oleh Leon Duguit pada 1922.
Duguit berpendapat bahwa property tau dikenal dengan kepemilikkan hak atas
tanah bukan merupakan hak, tetapi lebih dari itu merupakan fungsi social.
Pemilik memiliki kewajiban sehubungan dengan fungsi sosialnya sehingga tidak
bias hanya melakukan apa yang dia ingini atas kepemilikkannya (Foster &
Bonilla, 2011, Hlm. 103).
Menurut teori fungsi social, hak adalah fungsi social dalam arti
bahwa kekuasaan yang dimiliki seseorang dibatasi oleh kepentingan
masyarakatnya (Rasjidi, Lili, dkk, 2001, hlm. 120). Parlindungan menyatakan
bahwa konsep fungsi social tidak ada hak subyektif, namun yang ada hanya
fungsi social. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Notonagoro yang
menyatakan bahwa hak milik yang mempunyai fungsi social itu sebenarnya
mendasarkan atas diri individu yag kemudian ditempelkan kepada sifat yang
social. Dengan kata lain, di dalam hak milik tercantum sifat diri dan di samping
itu memiliki sifat kolektif, sehingga bukan sifat hak milik privat perorangan
(Notonagoro, 1992, hlm. 51). Merujuk pendapat dari Carl Wellman, fungsi hak
berhubungan dengan pengakuan atas kepentingan pribadi yang member
kewenangan kebebasan bertindak. Sedangkan fungsi suatu hak hukum untuk
memberikan kewenangan terkait kepemilikkan sesuatu agar dapat dipergunakan
dalam batas-batas sesuai hukum. Martin Dixon juga menyatakan bahwa tanah
merupakan asset fisik dan merupakan hak.tanah mengandung kekhususan yakni
harus memenuhi kebutuhan social, yang mengandung makna adanya system
hukum tanah yang berfungsi menjaminkemanfaatan tanah untuk kepentingan
bersama. Pendapat tersebut diperkuat oleh Maria S.W. Sumardjono (2007,hlm
4) yang menegaskan keberadaan tanah sebagai asset social dan capital asetl.
Aset social tanah merupakan sarana pengikat kesatuan social dikalangan
masyarakat untuk hidup dan berkehidupan, sedangkan capital asset merupakan
factor modal dalam pembangunan dan telah tumbuh sebagai benda ekonomi
yang sangat penting sekaligus sebagai bahan perniagaan. Secara teori, asas
fungsi social hak atas tanah mengandung pengakuan adanya kepentingan
perorangan, kepentingan social, dan kepentingan umum atas tanah. Asas fungsi
social hak atas tanah member kewenangan kepada pemilik hak untuk
mempergunakan kepemilikkan atas tanah dalam batas-atas yang ditentukan oleh
hukum, dengan memeprhatikan kepentingan masyarakat dan negara.
Kepemilikkan atas tanah bukan hanya merupakan hak tapi lebih dari itu
merupakan fungsi social. Kondisi ini memunculkan konsekuensi adanya hak dan
kewajiban pemegang hak atas tanah dalam memanfaatkan tanah. Selain itu,
negara berkewajiban untuk melindungi tanah sebagai asset social dan asset
capital untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
B. Asas Fungsi Sosial di Indonesia
Asas fungsi social hak atas tanah merupakan salah satu asas yang
menjadi dasar dalam menerapkan hukum agrarian di Indonesia. Secara yuridis,
asas fungsi social hak atas tanah diatur dalam UUPA pada Pasal 6. Selanjutnya
menurut penjelasan umum UUPA pada Huruf A, angka romawi II, khusunya
angka (4) member ketentuan :
Dasar yang keempat diletakkan dalam Pasal 6, yaitu “Semua hak atas tanah
mempunyai fungsi social”. Hal ini berarti bahwa hak atas tanah apapun yang
ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan
dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi jika hal itu
menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus
disesuaikan dengan keadaanya dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat
bagi masyarakat dan negara. Tetapi dalam pada itu ketentuan tersebut tidak
berarti, bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh
kepentingan umum. Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan
haruslah saling mengimbangi, hingga akhirnya tercapai tujuan pokok
kemakmuran, keadilan, dan kebahagiaan bagi rakyat.
Pasal 6 UUPA menegaskan bahwa semua hak atas tanah
mempunyai fungsi social, hal ini merupakan pencerminan dari ketentuan Pasal
33 ayat (3) UUD 1945 sebagai ketentuan yang menegaskan pentingnya
perlindungan atas bumi, air, dan kekayaan alam termasuk didalamnya
pengertian tanah sebesar-besar nya bagi kemakmuran rakyat. Secara yuridis
kedua ketentuan tersebut mengandung makna yang secara eksplisit saling
berhubungan, bahwa tanah dalam pemahaman fungsi social harus dilindungi
keberadaannya agar dapat memberikan kemakmuran rakyat. Hal ini
mengandung kewajiban seluruh rakyat dalam memanfaatkan tanah tidak hanya
mementingkan kepentingan pribadinya saja namun juga harus memperhatikan
kepentingan masyarakat maupun kepentingan umum. Kewajiban memberikan
perlindungan atas tanah dilakukan oleh negara untuk kepentingan kemakmuran
seluruh rakyat, sehingga menjadi kewajiban seluruh rakyat dibawah kekuasaan
negara dalam memnfaatkan tanah harus sebaik-baiknya, tanpa menghilangkan
potensi tanah sebagai sumber daya kehidupan manusia.
Asas fungsi social hak atas tanah dalam hukum nasional,
mengandung makna bahwa hak atas tanah apapun pada seseorang, tidak dapat
dibenarkan bahwa tanahnya itu akan dipergunakan semata-mata untuk
kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Fungsi social hak atas tanah ditegaskan pula dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional
tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Pasal 11 ayat (1) Undang-
Undang tersebut menyatakan bahwa hak setiap orang atas standar kehidupan
yang layak. Keberadaan fungsi social hak atas tanah tersebut merupakan salah
satu dari 3 kewajiban UUPA. Dasar landasan yuridis, asas fungsi social hak atas
tanah menjadi dasar untuk memberikan kepastian dan perlindungan tanah, agar
dalam memanfaatkan serta tidak memanfaatkan tanah, tidak boleh semata-
mayta untuk kepentingan pribadi, apalagi sampai merugikan pihak lain. Hal ini
bukan berarti subyek hak yang melaksanakan fungsi social akan kehilangan hak
atas tanahnya, akan tetapi disini dimaksudkan agar ada keseimbangan antara
kepentingan perorangan, kepentingan social, dan kepentingan umum atas tanah.
Penerapan asas fungsi social hak atas tanah mengandung prinsip penggunaan
tanah yang tidak merugikan kepentingan perorangan, kepentingan social, dan
kepentingan umum atas tanah.
Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai suatu hak atas
tanah, contohnya tanah pertanian, diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan
sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan. Selain itu juga
memeloihara tanah, termasuk kesuburannya serta mencegah kerusakannnya
adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak ekonomi
lemah. Hal ini tentu akan terlaksana baik, ketika kesadaran masyarakat akan
fungsi social atas tanah demi kemakmuran rakyat dimiliki dengan baik. Secara
teori, asas fungsi social hak atas tanah pada hakekatnya mengandung makna
adanya pengakuan atas kepentingan perseorangan, kepentingan social, dan
kepentingan umum atas tanah berdasarkan prinsip reforma agrarian dan hak
asasi manusia. Asas fungsi social hak atas tanah memberi kewenangan kepada
pemilik hak untuk mempergunakan kepemilikkan atas tanah dalam batas-batas
yang ditentukan oleh hukum, dengan memeperhatikan kepentingan masyarakat
dan negara. Landasan yuridis fungsi social hak atas tanah didasarkan pada Pasal
6 UUPA dan Pasal 18 UUPA sebagai pencerminan dari ketentuan Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945 sebagai ketentuan yang menegaskan pentingnya perlindungan
tanah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Asas fungsi social hak atas
tanah mengandung prinsip yang diwujudkan dalam berbagai norma hukum
untuk memberikan pengakuan hak atas tanah, yang menjamin kemanfaatan
tanah, baik sebagai asset social maupun capital asset berdasarkan Pancasila.
Secara substansi hukum asas fungsi social hak atas tanah diwujudkan dlaam
berbagai norma hukum, walaupun secara khusus tidak ada namun dijabarkan
dalam berbagai aturan tentang landreform, konsolidasi tanah, redistribusi tanah,
penetiban tanah-tanah terlantar, dan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
KESIMPULAN

Asas fungsi social hak atas tanah dalam hukum nasional, mengandung
makna bahwa hak atas tanah apapun pada seseorang, tidak dapat dibenarkan bahwa
tanahnya itu akan dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi
kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Pelaksanaan fungsi social atas
tanah ini telah dituangkan dalam Pasal 6 UUPA yang memberi ketentuan semua hak
atas tanah mempunyai fungsi social, sehingga seseorang tidak dibenarkan
mempergunakan hak miliknya semata hanya untuk kepentingan ribadinya, apalagi
jika hal itu merugikan kepentingan masyarakat. Prinsip fungsi social merupakan
landasan yuridis negara untuk mengambilalih atau mencabut hak atas tanah yang
dimiliki dan dikuasai rakyat untuk kepentingan umum. Pemerintah mempunyai
wewenang untuk melakukan pemngambilalihan guna kepentingan umum, akan
tetapi pelaksanaannya tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang. Pasal 18
UUPA member ketentuan bahwa untuk kepentinmgan umum, termasuk kepentingan
bangasa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan member ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang benar
yang diatur dengan undang-undang. Penerapan asas fungsi social hak atas tanah
mengandung prinsip penggunaan tanah yang tidak merugikan kepentingan
perorangan, kepentingan social, dan kepentingan umum atas tanah.
.
POLITIK HUKUM AGRARIA

PENERAPAN ASAS FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH

Disusun Oleh :

Vernando Rony Oktivani / 175202707

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2018

Anda mungkin juga menyukai