Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH KEBERADAAN AL-IRSYAD

UNTUK MEMENUHI TUGAS SEJARAH INDONESIA MADYA II

Dosen pengampu Atim Hariyadi,M.M

Prodi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh :

Citra Wulandari (NIM : 1987200100131)

Endang Setiyawati (NIM : 198720100151)

Yuda Prasetyo (NIM :198720100141)

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sejarah

Universitas PGRI Banyuwangi

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
ini dengan judul “Sejarah Perkembangan Organisasi Al-Irsyad”.Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan sejarah Indosia madya II.Dalam
makalah ini mengulas tentang sejarah perkembangan organisasi Al-irsyad di Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.Penulis juga berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Dengan segala kerendahan hati,kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan
memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Banyuwangi,7 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 2
BAB I......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 6
2.1 Sejarah berdirinya organisasi Al-irsyad................................................................................ 6
2.2 Pendiri-pendiri organisasi Al-irsyad...................................................................................... 9
2.3 Perkembangan organisasi Al-irsyad....................................................................................... 9
2.4 Peranan organisasi Al-irsyad dalam memajukan peradaban islam di Indonesia 12
BAB III.................................................................................................................................................... 14
PENUTUP.............................................................................................................................................. 14
3.1KESIMPULAN................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gerakan pembaharuan Islam,tidak bisa dilepaskan dari peran Muhammad bin Abdul
Wahhab (1703-1787M) di Arab Saudi dan Muhammad Abduh (1849-1905M) di Mesir.
Abdul Wahhab berdakwah secara otentik,sebuah pola dakwah model Islam pada
zaman Nabi dan sahabatnya.Kala itu kaum muslimin hidup berpegang teguh pada Al-
Qur’an dan hadits,tanpa intervensi akal atau ijtihad terhadap Al-Qur’an.Mereka inilah
yang disebut kaum salafi.
Lain Abdul Wahhab,lain pula Muhammad Abduh.Menurut Abduh,kembali ke ajaran
Salafi-kembali ke al-Qur’an dan As-Sunah saja tidak cukup.Ajaran Islam,menurut
Abduh,harus dikembalikan kepada aslinya dengan interpretasi yang disesuaikan
dengan keadaan modern.Karena itu,dalam pandangan Abduh,pintu ijtihad perlu
dibuka,taklid buta pada pendapat ulama mesti di hindari.
Al-Qur’an dalam pandangan Abduh,berbicara kepada akal,bukan kepada hati
manusia.Dan,akal itu bias diasah serta ditumbuh kembangkan melalui system
pendidikan.Karena itu,gerakan pembaharuan Abduh,yang dilanjutkan seorang
muridnya,Rasyid Ridha (1865-1935) adalah dengan memperbaiki kurikulum
pendidikan.Dengan cara itu,umat Islam akan mengalami kemajuan berarti dalam
pergaulan global.
Semangat Abdul Wahhab dan Abduh diwarisi oleh generasi sesudahnya.
Implementasinya bisa beragam bentuk.Mulai dari kancah ilmiah,pendidikan,dakwah
bil-lisan dan bil hal, sampai politik praktis.Semua dengan semangat tunggal :
menegakkan syiar Islam di bumi Allah ini.
Hal ini juga yang diharapkan dengan berdirinya Al-Irsyad oleh para pendirinya,
yaitu untuk mensiarkan pengetahuan alam sesuai Islam dan menyebarkan kebudayaan
Arab yang sesuai dengan ajaran Allah (Al-Qur’an dan Sunah).

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :

1. Bagaimana awal mula organisasi Al-irsyad berdiri ?


2. Siapakah pendiri-pendiri organisasi Al-irsyad ?
3. Bagaimana perkembangan organisasi Al-irsyad ?
4. Bagaimana peranan organisasi Al-irsyad dalam memajukan peradaban islam di
Indonesia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas untuk mata kuliah
sejarah Indonesia madya II,untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang
organisasi Al-irsyad yang ada di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya organisasi Al-irsyad

Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah (Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah)


berdiri pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H).Tanggal itu mengacu pada pendirian
Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang pertama,di Jakarta.Pengakuan hukumnya sendiri
baru dikeluarkan pemerintah Kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915.

Tokoh sentral pendirian Al-Irsyad adalah Al-’Alamah Syeikh Ahmad Surkati Al-Anshori,
seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan.Pada mulanya Syekh Surkati datang
ke Indonesia atas permintaan perkumpulan Jami’at Khair yang mayoritas anggota
pengurusnya terdiri dari orang-orang Indonesia keturunan Arab golongan sayyid,dan
berdiri pada 1905.Nama lengkapnya adalah SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD
ASSOORKATY AL-ANSHARY.

Para pendiri adalah sebagai berikut :

 Syekh Ahmad Surkati


 Umar Manqush
 Sa'id bin Salim Masy'abi
 Shalih 'Ubaid 'Abdat
 Salim bin 'Iwad Balwa'al

Al-Irsyad adalah organisasi Islam nasional.Syarat keanggotaannya,seperti tercantum dalam


Anggaran Dasar Al-Irsyad adalah: “Warga negara Republik Indonesia yang beragama Islam
yang sudah dewasa.” Jadi tidak benar anggapan bahwa Al-Irsyad merupakan
organisasi warga keturunan Arab.

Perhimpunan ini adalah perhimpunan mandiri yang sama sekali tidak menpunyai kaitan
dengan organisasi politik apapun juga,serta tidak mengurusi masalah-masalah politik
praktis.Perhimpunan Al-Irsyad mempunyai sifat khusus,yaitu perhimpunan yang
berakidah islamiyyah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,di bidang
pendidikan,pengajaran,serta sosial dan dakwah tingkat nasional.

Syekh Ahmad Surkati tiba di Indonesia bersama dua kawannya: Syeikh Muhammad Tayyib
al-Maghribi dan Syeikh Muhammad bin Abdulhamid al-Sudani. Di negeri barunya ini,
Syeikh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia.
Syeikh Ahmad Surkati diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami’at Khair
di Jakarta dan Bogor.

6
Berkat kepemimpinan dan bimbingan Syekh Ahmad Surkati, dalam waktu satu tahun,
sekolah-sekolah itu maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di
Jami’at Khair karena perbedaan paham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami’at
Khair, yang umumnya keturunan Arab sayyid (alawiyin).

Sekalipun Jami’at Khair tergolong organisasi yang memiliki cara dan fasilitas moderen,
namun pandangan keagamaannya, khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum
terserap baik. Ini nampak setelah para pemuka Jami’at Khair dengan kerasnya menentang
fatwa Syekh Ahmad tentang kafaah (persamaan derajat).

Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami’at Khair, pada 6
September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan di hari itu juga Syekh Ahmad bersama
beberapa sahabatnya mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta organisasi untuk
menaunginya: Jam’iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berganti nama
menjadiJam’iyat al-Islah wal-Irsyad al-Islamiyyah).

Setelah tiga tahun berdiri, Perhimpunan Al-Irsyad mulai membuka sekolah dan cabang-
cabang organisasi di banyak kota di Pulau Jawa. Setiap cabang ditandai dengan berdirinya
sekolah (madrasah). Cabang pertama di Tegal (Jawa Tengah) pada 1917, dimana
madrasahnya dipimpin oleh murid Syekh Ahmad Surkati angkatan pertama, yaitu Abdullah
bin Salim al-Attas. Kemudian diikuti dengan cabang-cabang Pekalongan, Cirebon, Bumiayu,
Surabaya, dan kota-kota lainnya.

Al-Irsyad di masa-masa awal kelahirannya dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di


Nusantara, bersama Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis). Tiga tokoh utama
organisasi ini: Ahmad Surkati, Ahmad Dahlan, dan Ahmad Hassan (A. Hassan), sering
disebut sebagai “Trio Pembaharu Islam Indonesia.” Mereka bertiga juga berkawan akrab.
Malah menurut A. Hassan, sebetulnya dirinya dan Ahmad Dahlan adalah murid Syekh
Ahmad Surkati, meski tak terikat jadwal pelajaran resmi.

Namun demikian, menurut sejarawan Belanda G.F. Pijper, yang benar-benar merupakan
gerakan pembaharuan dalam pemikiran dan ada persamaannya dengan gerakan
reformisme di Mesir adalah Gerakan Pembaharuan Al-Irsyad. Sedang Muhammadiyah, kata
Pijper, sebetulnya timbul sebagai reaksi terhadap politik pemerintah Hindia Belanda pada
waktu itu yang berusaha untuk menasranikan orang Indonesia.

Muhammadiyah lebih banyak peranannya pada pembangunan lembaga-lembaga


pendidikan. Sedang Al-Irsyad, begitu lahir seketika terlibat dengan berbagai masalah
diniyah. Ofensif Al-Irsyad kemudian telah menempatkannya sebagai pendobrak, hingga
pembinaan organisasi agak tersendat. Al-Irsyad juga terlibat dalam permasalahan di
kalangan keturunan Arab, hingga sampai dewasa ini ada salah paham bahwa Al-Irsyad
merupakan organisasi para keturunan Arab.

7
Sejak didirikannya, Al-Irsyad Al-Islamiyyah bertujuan memurnikan tauhid, ibadah dan
amaliyah Islam. Bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk merealisir tujuan ini,
Al-Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan lembaga pendidikan non-formal di
seluruh Indonesia. Dan dalam perkembangannya kemudian, kegiatan Al-Irsyad juga
merambah bidang kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit. Yang terbesar
saat ini adalah RSU Al-Irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan.

2.3 Perkembangan organisasi Al-irsyad

Tercatat banyak lulusan Al-Irsyad, baik dari kalangan keturunan Arab maupun non-Arab
yang telah memainkan peran penting di berbagai bidang. Lulusan pribumi yang turut
berperan penting dalam modernisme Islam di Indonesia antara lain:

Yunus Anis: Alumnus Al-Irsyad yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang menonjol
dari Gerakan Muhammadiyah. Ia mendapat kehormatan dijuluki “tulang punggung
Muhammadiyah” karena pengabdiannya sebagai sekretaris jenderal di organisasi tersebut
selama 25 tahun.

Prof. Dr. T.M. Hasby As-Shiddique: Putera asli Aceh, penulis terkenal dalam masalah
hadist, tafsir, dan fikih Islam moderen. Guru besar di IAIN Yogyakarta ini bahkan pernah
menjabat Rektor Universitas Al-Irsyad di Solo (sekarang sudah tutup)

Prof. Kahar Muzakkir: Berasal dari Yogyakarta. Lulus dari Madrasah Al-Irsyad, Kahar
Muzakkir melanjutkan studinya di Dar al-Ulum di Kairo. Ia sangat aktif berjuang untuk
kemerdekaan Indonesia dan termasuk penandatangan Piagam Jakarta 22 Juni 1945.
Kemudian ia menjadi Rektor Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.

Muhammad Rasjidi: Menteri Agama Republik Indonesia yang pertama, berasal dari
Yogyakarta. Ia pernah menjadi professor di McGill University di Montreal, Kanada, dan juga
mengajar di Universitas Indonesia, Jakarta. Semasa hidupnya menulis banyak buku.

Prof. Farid Ma’ruf: Asli Yogyakarta, profesor di IAIN, yang juga salah satu tokoh besar
Muhammadiyah di awal-awal berdirinya. Lulusan Madrasah Al-Irsyad ini sempat menjabat
Direktur Jenderal Urusan Haji di Departemen Agama.

Al-Ustadz Umar Hubeis: Jabatan pertamanya adalah sebagai Direktur Madrasah Al-Irsyad
Surabaya. Di waktu yang bersamaan ia aktif di Masyumi (Majelis Syura Muslimin
Indonesia). Umar Hubeis bahkan pernah menjadi anggota DPR mewakili Masyumi. Ia juga
menjadi professor di Universitas Airlangga, Surabaya. Semasa ia hidupnya beliau juga
menulis beberapa buku, terutama fikih. Yang terkenal adalah Kitab FATAWA.

Said bin Abdullah bin Thalib al-Hamdani: Lulusan Al-Irsyad Pekalongan ini sangat
menguasai fikih dan menjadi professor di Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta. Ia juga
menulis buku-buku fikih. Di kalangan cendekiawan dan intelektual Islam Indonesia, ia

8
dijuluki Faqih Al-Irsyadiyin (cendekiawan terkemuka di bidang hokum Islam dari Al-
Irsyad). Sayang kebanyakan bukunya yang umumnya ditulis dalam bahasa Arab, belum
diterjemahkan.

Abdurrahman Baswedan: Pendiri Partai Arab Indonesia (PAI) dan aktifis Masyumi ini
pernah menjadi Wakil Menteri PeneranganRI.

Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki empat organ aktif yang menggarap segmen
anggota masing-masing. Yaitu Wanita Al-Irsyad, Pemuda Al-Irsyad, Puteri Al-Irsyad, dan
Pelajar Al-Irsyad. Peran masing-masing organisasi yang tengah menuju otonomisasi ini
(sesuai amanat Muktamar 2000), cukup besar bagi bangsa. Pemuda Al-Irsyad misalnya,
ikut aktif menumpas pemberontakan G-30-S PKI bersama komponen bangsa lainnya.
Sedang Pelajar Al-Irsyad termasuk salah satu eksponen 1966 yang ikut aktif melahirkan
KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia).

Di luar empat badan otonom tersebut, Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki majelis-majelis,


yaitu Majelis Pendidikan & Pengajaran, Majelis Dakwah, Majelis Sosial dan Ekonomi,
Majelis Awqaf dan Yayasan, dan Majelis Hubungan Luar Negeri. Di luar itu ada pula
Lembaga Istisyariyah, yang beranggotakan tokoh-tokoh senior Al-Irsyad dan kalangan
ahli).

2.4 Peranan organisasi Al-irsyad dalam memajukan peradaban islam di Indonesia

1) Gerakan Al-Irsyad didasarkan pada lima prinsip,yaitu :

 Untuk memegang kepercayaan Keesaan Allah dengan memurnikan ketaatan dan


ibadah dari kontaminasi oleh elemen kemusyrikan
 Untuk mewujudkan kesetaraan di antara umat Islam dan untuk mencari penilaian
hukum yang ditemukan dalam Quran dan Sunnah dan untuk mengikuti cara salaf
dalam solusi untuk semua masalah agama yang diperselisihkan.
 Untuk memerangi apa yang disebut taqlid a'ma (penerimaan buta) yang
bertentangan dengan aqli (akal) dan naqli (Alquran dan Hadis)
 Untuk menyebarkan ajaran Islam dan budaya Arab yang disetujui oleh Allah
 Berusaha menciptakan saling pengertian antara Muslim Indonesia dan Arab

Beberapa upaya Organisasi ini adalah membangun sekolah, panti asuhan, merawat rumah dan
rumah sakit.

2) Dengan melalui media informasi,diantaranya :


Selain dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan berbagai jenjang atau tahapan,al-
Irsyad juga menyebarkan ide-idenya dengan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan,tabligh,
ceramah,kelompok studi,serta penerbitan brosur atau bulletin berkala melalui Sharikah Tijariyah

9
li-al-Tab wa al-Nashr ( usaha untuk percetakan dan penerbitan) yang dibentuk di bawah naungan
Sayyid Muhammad bin Rais bin Thalib.Lembaga tersebut telah mencetak berbagai bulletin untuk
kemajuan al-Irsyad,diantaranya :
• Pada tahun 1920,telah menerbitkan majalah yang pertama dengan nama al-Salam
• Majalah kedua,dengan nama al-Irsyad
• Pada tahun 1923,kembali menerbitkan bulletin yang diberi nama al-Dhakhirah (peringatan),
yang isinya banyak mengandung kupasan tentang persoalan keagamaan dan menjawab persoalan
yang diajukan para pembacanya
• Pada tahun 1925,telah menerbitkan al-Masail al-Thalath, berisi tentang fatwa kepada pimpinan
Muhammadiyah yang mempertanyakan mengenai al-din (agama),al-dunya (dunia) dan Ijtihad.
Jawaban-jawaban Ahmad Soorkati dalam bentuk fatwa pada Muhammadiyah ini terangkum
dalam terbitan tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

3.1KESIMPULAN

Organisasi Al-Irsyad diprakarsai orang-orang Arab non-sayyid yang tidak puas dengan
Jamiat Khair.Ketidakpuasan itu dilatar belakangi perbedaan pandangan tentang stratifikasi social
dalam masyarakat Arab di Indonesia, diantaranya dalam permasalahan :
a) Kafa’ah (kesetaraan dalam perkawinan) Tidak diperbolehkan untuk menikahkan wanita sayyid
dengan non-sayyid, walaupun ia menyetujuinya dan mengesampingkan hak kesejajarannya
bahkan dengan persetujuan wali. Hak kesejajaran didasari harga diri.
b) Taqbil (mencium tangan sayyid bila bersalaman)

Orang bukan sayyid diwajibkan mencium tangan kalangan Arab yang menyandang gelar
sayyid.Para pendirinya sebagian besar pedagang atau pengusaha dan ulama keturunan suku
Arab.Pendiri-pendiri al-Irsyad diantaranya adalah :

a) Syeikh Ahmad Soorkati


b) Syeikh Umar bin Manggus
c) Saleh bin Ubaid Abdat
d) Said bin Salim Masyhabi
e) Salim bin Umar Balfas
f) Abdullah Harharah,dan
g) Umar bin Saleh bin Nahdi

11
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah Hanun, 1992. SejarahPendidikan Islam Cet : 1;  Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Azra, Azyumardi,1999. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam Cet. 1.,  Logos
Wacana Ilmu, Jakarta.
Maksum, 1999., Madrasah Sejarah dan Perkembangannya Cet I : Logos Wacana Ilmu,
Jakarta.
Mughi, Syafiq A dan Hasan Bandung., 1994.  Pemikiran Islam Radikal Cet II., Bina Ilmu,
Surabaya.
Noer, Delian., 1991., Gerakan Modern Islam di Indonesia., LP3ES., jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai