Anda di halaman 1dari 10

Bahasa Indonesia

Topik 1
1.1 SEJARAH BAHASA INDONESIA
            Indonesia dahulunya dikenal dengan nama Nusantara.  Menurut Yunani (2016:125)
Istilah Nusantara  berasal dari Bahasa Jawa  kuno, yaitu nusa berarti pulau-pulau dan antara
berarti di luar/ hubungan. Secara sederhana Nusantara dapat diartikan sebagai rangkaian pulau-
pulau atau negara kepulauan (kepulauan di luar jawa dari Sumatera sampai Papua).

            Kehidupan masyarakat Nusantara pada masa itu sebagian besar  hidup dari perdagangan
tepatnya di daerah perairan. Untuk melengkapi kebutuhan hidup sehari-hari atau keperluan
lainnya, mereka melakukan transaksi perdagangan. Masyarakat yang tinggal di daerah perairan
pada umumnya adalah suku Melayu.  Secara umum bahasa yang digunakan untuk perdagangan
adalah bahasa Melayu. Setiap masyarakat yang ingin melakukan transaksi perdagangan baik dari
suku lain atau bahkan saudagar-saudagar dari luar negeri haruslah menguasai bahasa melayu.

Contoh studi kasus:

Seseorang  pedagang dari Karo (A) ingin melakukan perdagangan. pedagang tersebut ingin
membeli ikan laut dan menukarkan dengan berbagai jenis buah dan sayuran.

Pedagang A: “Mejile kap ikanndu enda Bi. Baci ku tukar ikanndu enda sada tumba ras buahku
enda telu iket?”

Pedagang B: “ikan tumba?”

Pedagang A: “ikanndu e ku tukar ras 3 iket buahku e”

Pedagang B: “/////////////////” (hanya diam)

             Pada percakapan di atas pedagang  A mengatakan “Bagus ikannya ya Bik. Bisa saya
tukar ikannya 1 tumba (1 tumba = 1 kilo) dengan 3 ikat buah?”. Namun, pedagang B tidak
mengerti apa yang telah dikatakan oleh pedagang A dan mengatakan “ikan tumba” dapat
diartikan sebagai “ikan (takaran)”.  Berdasarkan percakapan tersebut dapat disimpulkan tidak
terjadinya penyampian informasi dengan baik.

            Pemakaian Bahasa Melayu pada masa itu sangat memegang peranan penting dalam
kehidupan perdagangan masyarakat Nusantara. Setiap masyarakat yang ingin melakukan
perdagangan dituntut untuk mampu menggunakannya. Secara otomatis  Bahasa Melayu
menyebar ke seluruh Nusantara. Seiring berjalannya waktu, penggunaan Bahasa Melayu sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan perdagangan sehari-hari. Perkebangan ini juga
mempengaruhi peradaban tatanan kebudayaan masyarakat. Pemakaian Bahasa Melayu
digunakan sebagai penghubung antar suku, budaya, dan komunikasi sehari-hari.
            Perkembangan Bahasa Melayu di Nusantara mendorong rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa. Salah satu wujud konkret terbentuknya jiwa persaudaraan tersebut yaitu pergerakan
pemuda budi utumo. Pergerakan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme.
Salah satu jiwa nasionalisme yang diusung adalah mengangkat Bahasa Melayu menjadi Bahasa
Indonesia. Sehingga pada 28 Oktober 1928 ditetapkanlah Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu yang tertuang dalam “Sumpah Pemuda”.

            Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia

                Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia 

                Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

1.2 PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


             Perkembangan Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu sebelum masa
kolonial, masa kolonial, dan pergerakan nasional (Ritonga, dkk, 2007: 21-26).

1.      Sebelum  Masa Kolonial

             Bahasa Melayu di Nusantara sudah digunakan pada abad ke-7 M (pada masa kerajaan).
Penggunaan Bahasa Melayu pada masa kerajaan memang tidak dapat dipastikan secara autentik.
Namun, peninggalan-peninggalan pada masa kerajaan seperti prasasti dapat membuktikan bahwa
Bahasa Melayu memang digunakan oleh masyarakat nusantara secara luas. Berikut beberapa
peninggalan berupa prasasti sebagai bukti keberadaan penggunaan Bahasa Melayu di Nusantara.

a.       Prasasti Kedukan Bukit (683 M)

b.      Prasasti Talang Tuwo Palembang (684 M)

c.       Prasasti Kota Kapur Bangka (686 M)

d.      Prasasti Karang Birahi Jambi (688 M)

(Ritonga, dkk, 2007: 22)

            Peninggalan kerajaan berupa 4 prasasti tersebut diperkuat oleh penelitian Dr. J.G.
Casparis (dalam Ritonga, dkk, 2007: 22) mengatakan bahwa terdapat satu prasasti yang telah
ditemukan dengan nama Gandasuli di Kedu-Jawa Tengah (882 M) tertera menggunakan Bahasa
Melayu.

2.      Masa Kolonial

             Kedatangan bangsa Kolonial ke Nusantara menghadapi beberapa peristiwa. Salah satu


peristiwa yang dihadapi adalah masyarakat Nusantara sudah memiliki bahasa persatuan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam dunia perdagangan. Penggunaan Bahasa Melayu tidak
terpengaruhi oleh kedatangan bangsa kolonial ke Nusantara.
              Kedatangan bangsa Kolonial ke Nusantara bertujuan selain berdagang juga untuk
melakukan misionaris. Namun, usaha-usaha yang dilakukan selalu mengalami kendala.
Masyarakat Nusantara lebih suka menggunakan Bahasa Melayu dibandingkan harus belajar
menggunakan bahasa Barat (kolonial). Kepentingan penggunaan Bahasa Melayu bagi
masyarakat Nusantara disadari oleh bangsa Kolonial.

3.      Masa Pergerakan Nasional 

            Pada masa pergerakan nasional banyak ditandai dengan terbentuknya organisasi-
organiasi kemasyarakatan untuk melawan penjajahan, seperti Jong Sumatera, Jong Java, Jong
Ambon, dsb. Beberapa oraganisasi-organisasi tersebut pada mulanya melakukan pertemuan
dengan menggunakan bahasanya sendiri. Namun, lama-kelamaan mereka menyadari bahwa
untuk menyatukan visi misi haruslah mampu menjalin komunikasi yang baik. Oleh sebab itu,
dikrarkanlah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928 sebagai wujud persatuan.

            Selain dari pada itu, beberapa peristiwa-peristiwa juga turut menyertai perkembangan
bahasa indonesia pada masa pergerakan nasional yaitu sebagai berikut:

a.  Pada tahun 1901 disusunlah ejaan Bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang
dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen.
b. Pada tahun 1908 didirikan sebuah badan penerbitan buku-buku dengan nama  Commisie
voor de Volkslecetuur (taman baca anak-anak) yang kemudian pada tahun 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka.
c. Pada 28 Oktober 1928 dideklarasikannya “Sumpah Pemuda”.
d.  Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah angkatan sastrawan yang disebut dengan
angkatan Pujangga Baru.
e. Pada 25-28 Juni 1938 dilaksanakannya Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
f. Pada 18 Agustus 1945 ditandatanganinya UUD RI 1945 (Pasal 36 “Bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara)
g. Pada 19 Maret 1947 diresmikanya Ejaan Republik (Ejaan Suwandi) sebagai pengganti
Ejaan Van Ophuijsen.
h. Pada tahun 1959 diresmikannya Ejaan Melindo sebagai pengganti Ejaan Suwandi.
i. Pada tahun 1972 diresmikannya Ejaan yang Disempurnakan.

Sumber Rujukan

Depdiknas. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesa 1. Jakarta: Pusat Bahasa.

Ritonga, dkk. 2007. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Medan: Bartong Jaya.

Sudaryanto. 2018. Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia (1928-2009): Kajian Linguistik
Historis. Jurnal Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia, Vol.2 No. 1, Juni 2018.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/aksis/article/view/7346. (diakses pada 25 september 2020).

Yunani. 2016. Tinjauan Sejarah Terhadap Penetapan Pulau-pulau di Indonesia. Jurnal


Criksetra Vol 5, No. 10, Agustus 2016. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php
/criksetra/article/download/4809/2555 (diakses pada 25 September 2020).
TOPIK 2

2.1. Sejarah Singkat Bahasa Indonesia                                     


SEJARAH SINGKAT BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu termasuk ke
dalam rumpun bahasa Austronesia yang telah digunakan
sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal
penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk
informalnya (Alek,dkk. 2010:8). Bentuk bahasa sehari-hari
ini sering dinamai dengan istilah melayu pasar. Jenis ini
sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan efektif,
dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah
menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang
digunakan para penggunanya. Selain Melayu pasar terdapat
pula istilah Melayu Tinggi. Pada masa lalu Melayu tinggi
digunakan kalangan keluarga krajaan di sekitar Sumatera,
Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit kerana
penggunaanya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak
seekspresif bahasa Melayu pasar. Pemerintah kolonial
Belanda yang menganggap kelenturan Melayu pasar
mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda
berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa
Melayu tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra
dalam bahasa Melayu tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi
bahasa Melayu pasar sudah terlanjur diambil oleh banyak
pedagang yang melewati Indonesia. Bahasa Indonesia
dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan
tumbuh terus. Pada waktu akhirakhir ini perkembangannya
itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah
menjelma menjadi bahasa moderen, yang kaya akan
kosakata dan mantap dalam strukturnya. Pada tanggal 28
oktober 1928, para pemuda dan pelajar mengikrarkan
Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda tahun
1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut:
“Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua: Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bahasa Indonesia. Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia
menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Berdasarkan putusan kongres pemuda di atas tergambar
begitu tingginya Nasionalisme kaum muda dan pelajar pada
masa itu untuk mengangkat derajat dan martabat bahasa
Indonesia 288 Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa
UNIB2015 di Nusantara, tanpa paksaan ataupun tekanan
dari pihak manapun. Kaum muda dan pelajar begitu
bekobarnya semangat memperjuangkan kemerdekaan dan
pengakuan bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia di mata
dunia. Berdasarkan penjelassan di atas kita kaum muda dan
pelajar masa kini tinggal melanjutkan perjuangan untuk
kedepanya. Kaum muda dan pelajar harus mampu
memupuk jiwa nasionalisme terhadap bahasa Indonesia,
bersemangat untuk mengembangkan dan melestarikan agar
bahasa yang selama ini diperjuangkan keberadaanya tidak
rusak apa lagi hilang tergerus zaman dan masa. Kita harus
mampu menyesejajarkan bahasa Indonesia dalam barisan
bahasa Internasional yang lainya, tidak boleh kalah dengan
bahasa asing yang selama ini terus masuk dan di agung-
agungkan. Kaum muda dan pelajar NKRI harus bersatu
dengan tekad 28 Oktober 1928 untuk terus menjaga bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan.
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membentuk persatuan dan
kesatuan di Indonesia. Bukti nyatanya terletak pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan
bunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Hal ini
kemudian ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa,
dan lambing Negara, serta Lagu Kebangasaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara
ialah Bahasa Indonesia.”

Kedudukan bahasa Indonesia terbagi menjadi, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional,
lambang identitas nasional, alat pemersatu, dan alat penghubung antarbudaya antardaerah.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan
pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan mengenai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara.

1. Bahasa Nasional

Kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa
Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 - 28 Februari 1975 menegaskan bahwa
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfunsi sebagai:

a. Lambang Kebanggaan Nasional

Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial budaya
luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus
bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi dari kebanggaan terhadap
bangsa Indonesia, maka kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak
acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

b. Lambang Identitas Nasional

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Hal
ini berarti jika seorang menggunakan bahasa Indonesia orang akan dapat mengetahui identitas
seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan wataknya sebagai bangsa Indonesia. Kita harus
menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

c. Alat Pemersatu

Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial
budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita,
rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi
hidupnya, karena mereka tidak bersaing dan tidak lagi merasa ‘dijajah’ oleh masyarakat suku
lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas
suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing.
Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan,
bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d. Alat Penghubung Antarbudaya Antardaerah

Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehiduopan sehari-hari. Dengan bahasa
Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Sehingga,
walaupun ia ke pelosok daerah yang memiliki bahasa yang berbeda dengan sukunya. Adanya
bahasa Indonesia akan menjembatani komunikasi di antara mereka. Sehingga, lancarnya
komunikasi ini tentu saja membuat segala aktivitas berjalan lancar dan dapat berkembang dengan
baik dari segi ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya.

2. Bahasa Negara (Bahasa Resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Dalam  Hasil  Perumusan  Seminar  Politik  Bahasa  Nasional  yang  diselenggarakan  di Jakarta
pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

a. Bahasa Resmi Kenegaraan


Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya bahasa
Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia
digunakan dalam berbagai upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.

b. Bahasa Pengantar REsmi di Lembaga-lembaga Pendidikan

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar
mengajar, materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia.
Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini
dilakukan, maka akan sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penggunaa bahasa Indonesia juga mendukung
pada pendidikan multikultur yang pada masyarakat perkotaan sangat dominan. Sehingga, dari
manapun asal suku anak tersebut, mereka dapat memahami pelajaran karena menggunakan
bahasa Indonesia.

c. Bahasa Resmi  dalam Perhubungan pada Tingkat Nasional untuk


Kepentingan Perencanaan  dan Pelaksanaan Pembangunaan Serta Pemerintah

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi
kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu
tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan dapat diterima oleh
masyarakat.

d. Bahasa Resmi dalam Pengembangan Kebudayaan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan


Serta Teknologi Modern

Kebudayaan nasional yang beragam berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula.
Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas,
penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-
majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang
dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

2.4 Fungsi Bahasa Indonesia


                                                                                                             FUNGSI BAHASA
INDONESIA

Bahasa  memiliki  dua  fungsi.  Fungsi  ini  terbagi  ke  dalam  fungsi  umum  dan  fungsi khusus.
Fungsi umum terdiri dari sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan
diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, serta sebagai alat
kontrol sosial. Adapun fungsi khusus terdiri dari mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-
hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari bahasa-bahasa kuno, dan mengekploitasi iptek.
Masing-masing fungsi tersebut akan dijabarkan.

2.5 Fungsi (Umum) Bahasa Indonesia


1. Fungsi Umum

a. Sebagai Alat untuk Mengungkapkan Perasaan atau Mengekspresikan Diri

Bahasa sarana untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat
menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Dengan
demikian, apapun hal yang hendak disampaikan akan dapat diterima oleh siapapun.Akan sangat
sulit jika seseorang yang sedang marah, sedih, atau bahagia tidak dapat berbahasa. Hal ini akan
membuat orang-orang di sekitarnya tidak mengerti apa yang diinginkannya. Dapat dibayangkan
betapa sulitnya perasaan kita jika tidak tersampaikan. Oleh karena itu, manulis atau curhat
(curahan hati) seringkali dijadikan sebagai alat terapi untuk mengobati stres.

b. Sebagai Alat Komunikasi

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik seseorang membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan
sarana agar apa yang disampaikan kepada orang lain dapat diterima dan dipahami. Penyampaian
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi
verbal berkaitan dengan komunikasi langsung atau dengan lisan, sedangkan komunikasi
nonverbal berarti komunikasi tak langsung atau tulis.

c. Sebagai Alat Berintegrasi dan Beradaptasi Sosial

Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan
tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang
nonstandar (tidak resmi) pada saat berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa
standar (resmi) pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Kemampuan untuk
menentukan pilihan ragam bahasa tersebut akan sangat membantu dalam berintegrasi di dalam
masyarakat.

Selain itu, dalam rangka beradaptasi sosial, kemampuan menguasai bahasa daerah tempat
seseorang tinggal akan sangat membantu ia dalam beradaptasi. Sebagai ilustrasi, seorang yang
tinggal di Amerika jika ia pandai berbahasa Inggris maka ia akan cepat mengenal lingkungannya.
Paling tidak ia dapat berkomunikasi di antara tetangga maupun temannya.

d. Sebagai Alat Kontrol Sosial


Bahasa seringkali dikaitkan dengan keprbadian seseorang. Bagaimana seseorang menggunakan
bahasa akan terlihat bagaimana pandangan hidupnya. Hal ini bisa dilihat bagaimana tuturan
seseorang yang tidak berpendidikan akan jauh berbeda dengan yang berpendidikan, ataupun
tuturan seorang yang beradab dengan yang tidak beradab akan tercermin dari bahasanya tersebut.
Oleh karena itu, bahasa dapat dijadikan parameter perkembangan sosial.gkali dikaitkan dengan
keprbadian seseorang. Bagaimana seseorang menggunakan bahasa akan terlihat bagaimana
pandangan hidupnya. Hal ini bisa dilihat bagaimana tuturan seseorang yang tidak berpendidikan
akan jauh berbeda dengan yang berpendidikan, ataupun tuturan seorang yang beradab dengan
yang tidak beradab akan tercermin dari bahasanya tersebut. Oleh karena itu, bahasa dapat
dijadikan parameter perkembangan sosial. 

Contoh kongkrit mengenai hal ini adalah ketika zaman Romawi para penyair seringkali
menyenandungkan puisi-puisi berkaitan dengan kerajaan yang diambilnya dari aspirasi
masyarakat yang ia temui di pasar, di kedai-kedai minuman, maupun di rumah-rumah.

Untuk itu, para raja saat itu bila ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat mengenai
kebijakan yang telah diambil raja, maka raja cukup memanggil penyair.

Dari contoh tersebut, jelas bahwa puisi atau dalam hal ini bahasa menjadi tolak ukur atau kontrol
sosial yang mujarab dalam menilai perkembangan sosial.

2.6 Fungsi (Khusus) Bahasa Indonesia


2.        Fungsi Khusus

a.        Mengadakan Hubungan dalam Pergaulan Sehari-hari

Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk
sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan nonformal.

Dalam pergaulan sehari-hari kedua ragam bahasa tersebut silih berganti digunakan yang
disesuaikan dengan waktu dan lawan tutur. Jika dalam situasi formal atau berhadapan dengan
orang yang lebih dihormati/orang tua maka bahasa maka bahasa formal yang digunakan,
sebaliknya jika dalam situasi tidak formal dan berhadapan dengan orang yang lebih muda/akrab
maka bahasa nonformal yang digunakan.

b.        Mewujudkan Seni (Sastra)

Bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi belaka, namun ia juga merupakan alat untuk
mewujudkan seni, dalam hal ini karya sastra. Seseorang mampu menyampaikan perasaan
estetiknya dan pengalaman literernya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya untuk
dituangkan dalam karya-karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, maupun naskah drama.

c.         Mempelajari Bahasa-bahasa Kuno

Bahasa menjadi bukti penting dari peradaban manusia. Kemajuan peradaban suatu bangsa baik
Yunani maupun Romawi dapat terekam sejarahnya karena penggunaan bahasa dalam tradisi
intelektualnya. Hal yang sama terjadi, pada sejarah Melayu kuno yang memiliki khazanah
keilmuan yang sangat tinggi.
Namun karena peradaban bahasa dan simbol-simbolnya yang masih rumit. Maka untuk dapat
menikmati dan mempelajari semua bukti peradaban masa lalu tidak ada cara lain selain
mempelajari bahasa tersebut.

d.        Mengeksploitasi IPTEK

Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang sudah
diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Adanya bahasa mampu membuat manusia
mengeksplorasikan segala keingintahuannya mengenai berbagai aspek kehidupan.

Bahasa juga membuat teknologi ini dapat dinikmati dan dapat menyebar ke berbagai sudut dunia.
Maka saat ini, dapat dipastikan bahwa tak ada orang yang tak mengenal
teknologi handphone dan tahu bagaimana cara mengoperasikannya.

Anda mungkin juga menyukai