PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi
diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi
saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15% - 20%.
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan
kadang non infeksi. Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. (Suriani, 2006). Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut
pada bronchus dan disebut bronchopneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus (bronchopneumonia).
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronchopneumonia) disebut Pneumonia. Dalam keperawatan pneumonia atau
bronkhopneumonia pada anak (bayi) termasuk masalah yang serius dan mengancam keselamatan
jiwa. Karena sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu, perawat maupun tim
kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang ada pada anak (bayi)
yang menderita pnuemonia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa memahami tentang konsep dasar asuahan keperawatan pada anak
dengan pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep medis tentang pneumonia.
b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada anak dengan pneumonia.
c. Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan pada anak dengan
pneumonia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES.
2006)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang
dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi
pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini
terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan
saluran trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
B. Etiologi
2
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
3
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah
infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat
yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin
A (IgA).
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta,
Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo
menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas,
Menggigil, Berkeringat, Lelah.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah:
1. kulit yang lembab
2. mual dan muntah
3. kekakuan sendi.
1. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
4
2. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan
hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal
atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis
metabolik, dan gagal nafas.
3. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu
pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
4. Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat
daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
a. Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari
b. Penebalan pleura pada pleuritis
c. Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel
F. Penatalaksanaan Terapi
1. Bila dispnea berat berikan Oksigen
2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24
jam.
3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/
hari dibagi dalam 4 dosis.
5
- Sistem Pulmonal : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru,
- Sistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun
- Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
- Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
- Sistem genitourinaria : produksi urine menurun/normal,
- Sistem digestif : konsistensi feses normal/diare
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.
b. Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan
pertahanan utama.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.
N DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Kerusakan a. Menunjukkan a. Kaji frekuensi, a. Manifestasi
pertukaran gas perbaikan ventilasi kedalaman, dan distres
berhubungan dan oksigenasi kemudahan pernapasan
dengan gangguan jaringan dengan bernapas tergantung
pengiriman GDA dalam rentang b. Tinggikan kepala pada/indikasi
oksigen. normal dan tak ada dan dorong sering derajat
gejala distres mengubah posisi, keterlibatan paru
pernapasan. napas dalam, dan dan status
b. Berpartisipasi pada batuk efektif. kesehatan umum
tindakan untuk c. Pertahankan b. Tindakan ini
memaksimalkan istirahat tidur. meningkatkan
oksigenasi. Dorong inspirasi
menggunakan maksimal,
teknik relaksasi meningkatkan
dan aktivitas pengeluaran
senggang sekret untuk
6
d. Observasi memperbaiki
penyimpangan ventilasi
kondisi, catat c. Mencegah terlalu
hipotensi lelah dan
banyaknya menurunkan
jumlah sputum kebutuhan/konsu
merah msi oksigen
muda/berdarah, untuk
pucat, sianosis, memudahkan
perubahan tingkat perbaikan infeksi
kesadaran, d. Syok dan edema
dispnea berat, paru adalah
gelisah. penyebab umum
kematian pada
pneumonia dan
membutuhkan
intervensi medic
segera.
2. Infeksi, Resiko a. Mencapai waktu a.Pantau tanda vital a. Selama periode
Tinggi Terhadap perbaikan infeksi dengan ketat, waktu ini,
(penyebaran) berulang tanpa khusunya selama potensial
berhungan dengan komplikasi. awal terapi komplikasi fatal
Ketidakadekuatan b. Mengidentifikasi b.Anjurkan pasien (\hipotensi/syok)
pertahanan utama intervensi untuk memperhatikan dapat terjadi
mencegah/menuru pengeluaran sekret b. Meskipun pasien
nkan resiko (mis., dapat
infeksi meningkatkan menemukan
pengeluaran pengeluaran dan
daripada upaya membatasi
menelannya) dan atau
melaporkan menghindarinya,
perubahan warna, penting bahwa
jumlah dan bau sputum harus
sekret. dikeluarkan
c.Tunjukkan/dorong dengan cara
7
tehnik mencuci aman
tangan yang baik. c. Efektif berarti
d. Batasi menurunkan
pengunjung sesuai penyebaran
indikasi. /tambahan
infeksi.
d. Menurunkan
pemajanan
terhadap patogen
infeksi lain.
3. Ketidakefektifan a. Tidak mengalami a. Kaji a. Takipnea,
bersihan jalan nafas aspirasi frekuensi/kedala pernapasan
berhubungan b. Menunjukkan batuk man pernapasan dangkal, dan
dengan yang efektif dan dan gerakan dada. gerakan dada tak
pembentukan peningkatan b. Auskultasi area simetris sering
pertukaran udara paru, catat area terjadi karena
dalam paru-paru. penurunan/tak ada ketidaknyamanan
aliran udara dan gerakan dinding
bunyi napas dada dan/atau
adventisius, mis., cairan paru.
krekels, megi. b. Penurunan aliran
c. Bantu pasien udara terjadi
napas sering. pada area
Tunjukkan/bantu konsolidasi
pasien dengan cairan.
mempelajari Bunyi napas
melakukan batuk, bronkial (normal
mis., menekan pada bronkus)
dada dan batuk dapat juga terjadi
efektif sementara pada area
posisi duduk konsolidasi.
tinggi. Krekels, ronki,
d. Penghisapan dan mengi
sesuai indikasi. terdengar pada
inspirasi dan/atau
8
ekspirasi pada
respons terhadap
pengumpulan
cairan, sekret
kental, dan
spasme jalan
napas/obstruksi
c. Napas dalam
memudahkan
ekspansi
maksimum paru-
paru/jalan napas
lebih kecil. Batuk
adalah
mekanisme
pembersihan
jalan napas
alami, membantu
silia untuk
mempertahankan
jalan napas
paten. Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan
dada dan posisi
duduk
memungkinkan
upaya napas
lebih dalam dan
lebih kuat.
d. Merangsang
batuk atau
pembersihan
jalan napas
9
secara mekanik
pada pasien yang
tak mampu
melakukan
karena batuk tak
efektif atau
penurunan
tingkat
kesadaran.
BAB III
TINJAUAN KASUS
10
A. Pengkajian
Biodata
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Ayah
Nama : “Tn.N”
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
11
Alamat : Jl R.A. Kartini
Ibu
Nama : “Ny.M”
Umur : 24 Thn
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2) Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami
sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
III. Riwayat kesehatan
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang
lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
b. Natal
c. Post natal
IV. Riwayat Imunisasi
13
No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah
Pemberian
1 BCG 1bulan Demam
5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln –
a. Pertumbuhan fisik
b. Berat badan baru lahir :2,8 kg
c. Panjang badan: 50 cm
d. Perkembangan tiap tahap
a. Berguling :4bulan
b. duduk :6bulan
c. merangkak :7bulan
d. senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan
e. bicara pertama kali:1bulan
f. berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa
VI. Riwayat nutrisi
1. Pemberian asi
a. Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
b. cara pemberian:setiap kali bayi menangis
2. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini
14
VII. Riwayat psikososial
a. Anak tunggal
b. lingkungan berada di kota
c. rumah dekat dengan masjid
d. tidak ada tempat bermain
e. tidak punya kamar sendiri
f. ada tangga yang berbahaya
g. anak tidak punya ruang bermain
h. hubungan antara anggota keluarga harmonis
i. pengasuh anak adalah ibunya sendiri
VIII. Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien
cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
IX. Reaksi hospitalisasi
Pola Makan:
15
Menu makanan
ASI+ bubur beras merah
Frekuensi makan
2. sesuai diet
3x sehari
Makanan pantangan
3. 2x sehari
Pembatasan pola makan
tidak ada
Cara makan
4. makanan berminyak
tidak ada
5. tidak ada
disuapin
6. disuapin
Pola minum:
Pola Eliminasi
BAK
BAB
16
lunak,
Konsistensi keras,
khas,
Bau khas,
kuning.
Warna kuning.
Gangguan waktu tidur tidak ada. tida bisa tidur karena sesak
nafas.
Pola aktivitas
a. Tanda-tanda Vital
b. Tekanan darah :100/80 mmHg
17
c. Nadi :98 x/Mnt
d. Suhu :39 ºC
e. Pernapasan :32 x/Mnt
f. Antropometri
g. Panjang badan : 75 cm
h. Berat badan : 8 kg
i. LILA : 10 cm
j. Lingkar kepala : 30 cm
k. Lingkar dada : 35 cm
l. Lingkar perut : 40 cm
2. Sistem pernapasan
a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan
cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan
cepat (takipneu).
b. Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran
antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d. Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
e. clubbing finger : tidak ada.
4. Sistem cardiovaskuler
a. Mata
18
1) Kelopak mata : Tidak edema
2) Bulu mata : Menyebar
3) Alis : Menyebar
4) Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada
b. Hidung
1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada
trauma di hidung, mimisan tidak ada
2) Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman
c. Telinga
1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang
bersih, serumen tidak ada.
2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh
ke arah suara tersebut.
7. Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
b. Kesadaran
a) Eyes : 4
b) Motorik : 6
c) Verbal : 5
d) GCS : 15 (normal 13-15)
d. Fungsi Cranial
a) Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi
b) Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi
c) Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata
tidak diidentifikasi
d) Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
e) Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
f) Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat
diidentifikasi.
19
g) Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
h) Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi
i) Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat
diidentifikasi
j) Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
e. Fungsi motorik
a) Massa otot : lemah
b) Tonus otot : menurun
c) kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat
menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
f. Fungsi sensorik
g. Fungsi Cerebellum
h. Refleks
i. Iritasi Meningen
8. Sistem Muskuloskeletal
20
a) Kepala
Bentuk : Normal
b) Vertebrae
c) Pelvis
d) Lutut
e) Kaki
tidak bergerak.
f) Tangan
9. Sistem Integument
a) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
b) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit
menyebar, tidak ada tahi lalat.
c) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah
patah,kuku pendek dan agak bersih.
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
Tidak dikaji
XIII. Penatalaksanaan
a) Terapi oksigen
b) Cairan glukosa 10%
c) Kloramfenikol 250 mg 3X sehari
Umur : 7 bulan
No.Registrasi : 7544
22
– Klien nampak sesak
DS:
– Ibu klien mengatakan Pembentukan sel eksudat
anaknya sesak.
Alveoli dibronciolus
DO: berisi eksudat eritrosit,
fibrin dan bakteri
– Klien nampak batuk
berlendir dan beringus.
2
– terdengar bunyi ronchi, Penumpukan
stridor pada lapang paru. secret/mucus
23
DS :
– Klien mengatakan dadanya
terasa sakit saat batuk.
DO :
– KU : Lemah
Stimulus chemoreseptor
hipotalamus.
– Suu : 39 C
DS :
Termoregulator
– Klien mengeluh badannya
panas.
3
Peningkatan
metabolisme
DO :
– Porsi makan tidak
dihabiskan
Kompensasi cadangan
lemak yang
– Selera makan menurun
dipergunakan oleh tubuh
– BB : 1 5 kg
TB : 120 cm
24
DS :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
C. INTERVENSI
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan
dan bunyi nafas abnormal.
2) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam,
3) Beri therapy oksigen sesuai program.
4) Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.
5) Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.
7) Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.
8) Beri minum yang cukup.
9) Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.
10) Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler
alveolus.
25
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara
optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.
2. Beri posisi fowler/semi fowler.
3. Beri oksigen sesuai program.
4. Monitor analisa gas darah.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.
6. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.
Rencana Tindakan :
1. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral
serta hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.
2. Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.
3. Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.
4. Lakukan oral hygiene.
E. Evaluasi
No.Regristasi : 7544
No Tanggal Evaluasi
1. 28 – 10 – 2012 S : Klien mengeluh Sesak
26
O : Klien masih batuk
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
28
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
29