Anda di halaman 1dari 8

Perpajakan 1

Monic Sabrina 63200484 (63.2A.26)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan
hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut
berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Dan pada kesempatan ini saya akan melampirkan beberapa berita terkait perpajakan
yang terjadi pada tahun 2020-2021.

1. Penerimaan PPnBM kendaraan pada tahun 2020 menurun Rp. 5 triliun.


Dilansir dari laman internet republika.co.id bahwasannya pencatatan
penerimaan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) kendaraan mengalami
penurunan sebesar Rp 5 triliun sepanjang 2020. Tercatat
penerimaan PPnBM dari industri otomotif sebesar Rp 10 triliun pada 2019. Direktorat
Jeneral Pajak (DJP) menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya virus
Covid-19 di Indonesia menyebabkan penerimaan harga kendaraan mengalami
penurunan yang drastis. Beliau mengatakan pada Rabu (17/3) "Gambaran penerimaan
sektor industri otomotif paling tidak dua tahun terakhir, pada 2020 lebih kecil dari
2019. Industri kendaraan bermotor betul-betul luar biasa alami pengecilan dan kalau
tidak dibantu akan memiliki mengalami kondisi hampir sama dengan 2020 demikian
juga PPnBM. Kelesuan 2020 akibatnya penerimaan PPnBM menurun luar biasa."
Pula disebutkan pada laman internet finance.detik.com perihal pemerintah
yang menerapkan diskon PPnBM mulai 1 Maret 2021 guna mendorong penjualan itu
berlaku untuk kategori mobil berkapasitas silinder 1.500 cc dengan penggunaan
tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 70%. Dalam artikel tersebut juga
disebutkan tentang 2 skema yang diusulkan oleh ibu Sri Mukyani, yaitu tentang
PPnBM untuk BEV tetap 0%, sedangkan untuk PHEV naik jadi 5% dan Full-Hybrid
dari 2%, 5% dan 8% menjadi 6%, 7% dan 8%. (pada skema yang pertama ini tidak
gratis dan bersyarat). Sedangkan skema 2 tentang pergerakan proesif dari skema 1
yaitu tarif PPnBM untuk BEV tetap 0%, lalu untuk PHEV menjadi 8%. Sedangkan
untuk Full-Hybrid dari 6%, 7% dan 8% menjadi 10%, 11% dan 12%. Pemerintah juga
menyiapkan insentif dalam bentuk tax holiday (salah satu bentuk insentif pajak yang
paling sering diberikan dalam upaya menarik investasi asing) hingga 10 tahun jika
investor kendaraan listrik berinvestasi sebesar Rp 5 triliun.

2. Pajak Barang Impor Online Rp 45.000 Berlaku Akhir Januari 2020.

Dilansir dalam laman internet finance.detik.com bahwa Direktorat Jenderal


Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan memutuskan untuk resmi menurunkan
batasan atau threshold untuk bea masuk barang impor via online atau e-commerce.
Pada awalnya batasan nilai bebas bea masuk maksimal US$ 75 atau Rp 1.050.000,
kemudian kini diturunkan menjadi maksimal US$ 3 atau Rp 45.000. Jika harganya di
atas US$ 3 maka akan kena bea masuk.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Syarif Hidayat,


mengatakan "Kemungkinan pada akhir bulan ini. Ketika kami selesai dalam minggu
ini, kami akan sosialisasi dengan pihak-pihak terkait. Yang jelas akhir bulan ini,"
dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (4/1/2020). "Maka industri barang sejenis di
Indonesia terkena dampak karena mereka masuk tidak membayar pajak. Sementara
barang-barang sejenis yang diproduksi oleh UMKM mereka membayar pajak,
sehingga ini kan menjadi persaingan yang tidak fair. Maka akhirnya kami
mengenakan peraturan ini agar terjadi persaingan yang fair antarbarang yang
didatangkan dari luar negeri dengan produsen yang ada di dalam negeri," ujarnya.

Selain itu, barang kiriman impor ini 98% adalah barang konsumsi seperti tas,
sepatu, dan pakaian ,yang hampir semuanya didatangkan dari China. Syarif menilai,
pemberlakuan peraturan tarif bea masuk yang baru ini tidak akan mengganggu arus
perdagangan dari luar masuk ke Indonesia. "Justru importasi barang-barang tersebut
malah bisa menekan terhadap industri dan perekonomian kita. Karena efek impor
yang terlalu besar bisa mempengaruhi nilai tukar dan makro ekonomi kita," katanya.

3. Inggris menaikan pajak perusahaan sebesar 25%.

Beralih ke mancanegara tepatnya di Inggris, UK. Dikabarkan bahwa Negara


tersebut menerapkan penaikanpajak perusahaan sebesar 25%. Kabarnya kebijakan
baru ini akan diterapkan pada April 2023 mendatang. Hal tersebut diupaykan oleh
pemerintah Inggris dalam rangka menanggulangi masalah perekonomian Negara yang
menurun karena adanya Covid-19. Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak
mengatakan perubahan akan berlaku setelah Office for Budget Responsibility (OBR)
dan mengharapkan ekonomi Inggris akan kembali pulih ke level sebelum COVID-19.
OBR mengharapkan ekonomi Inggris untuk kembali ke level sebelum COVID pada
pertengahan 2022, dengan PDB tumbuh sebesar 4% pada 2021 dan 7,3% pada 2022.

Dikutip dari laman finance.detik.com bahwasannya hal ini dilakukan untuk


melindungi para pebisnis kecil yang memiliki pendapatan yang masih kurang atau di
bawah rata-rata. "Kedua, saya melindungi bisnis kecil dengan keuntungan £50.000 ($
69.816) atau kurang, dengan menciptakan tingkat keuntungan kecil, dipertahankan
pada tingkat saat ini sebesar 19%," kata Sunak.

"Ini berarti sekitar 70% perusahaan-1,4 juta bisnis-tidak akan terpengaruh sama
sekali," sambungnya.

Di atas £50.000, pengurangan akan diperkenalkan, sehingga hanya perusahaan dengan


keuntungan lebih dari £250.000 yang akan dikenakan pajak dengan tarif 25% penuh.

4. Selama pandemic, UMKM tetap wajib bayar pajak atau tidak?

Seperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19 yang tersebar di Indonesia dari
tahun 2020 lalu mengakibatkan banyak dampak yang buruk termasuk dalam masalah
perekonomian baik dari lingkup keluarga hingga Negara. Pada masa ini pemerintah
banyak memutar otak untuk menemukan berbagai cara agar masalah perekonomian
ini bisa cepat ditanggulangi. Pada permasalahan kali ini yaitu menganai beban pajak
yang sebelumnya ditanggung oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Besar
(UMKM) pada era pendemi ini dapat ditangguhkan atau tidak.

Dikutip dari artikel pada laman internet finance.detik.com dijelaskan bahwa


“Mengenai UMKM tidak bayar pajak saat Pandemi apakah diperbolehkan? Untuk
menjawab ini maka kami sampaikan bahwa peraturan perundang-undangan yang
terkait adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 ("PMK
9/PMK.03/2021") Tentang Insentif Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corono Virus
Disase 2019. Sehingga saudara sebagai UMKM berhak mengajukan insentif pajak
pada Pasal 5 ayat (1) dan (3) yang intinya menyebutkan PPh final atas penghasilan
untuk wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
ditanggung Pemerintah.” Teks tersebut bersumber dari kantor hukum ADAMS & Co
di bilangan Jenderal Sudirman, Jakarta.

5. Setoran pajak yang masih seret di awal tahun 2021

Masih membahas tentang dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian


Negara. pada kesempatan ini telah dikabarkan bahwa masuknya setoran pajak di awal
2021 masih seret dan cenderung tidak sesuai target. Dimana pemerintah menetapkan
target penerimaan pajak sebesar Rp 1.229,6 triliun. Hingga 31 Januari 2021,
realisasinya baru mencapai Rp 68,5 triliun atau 5,6% dari target. Menteri keuangan
Sri Mulyani menjelaskan tentang rendahnya penerimaan pajak di awal 2021 karena
salah satu kebijakan pemberian insentif yang dilanjutkan hingga pertengahan tahun
ini.

Dilansir dari laman internet finance.detik.com dijelaskan tentang salah satu


faktor seretnya penerimaan pajak di awal tahun 2021, kata Sri Mulyani karena setoran
yang berasal dari sektor migas.

"Harga dari migas kita dibandingkan Januari tahun lalu, meski sudah di atas asumsi,
itu masih di bawah kondisi harga minyak tahun 2020. Jadi, memang mengalami
penurunan," kata dia dalam video conference APBN KiTa, Selasa (23/2/2021).

6. Pemutihan pajak kendaraan bermotor di beberapa Provinsi di Indonesia.

Kebijakan penghapusan denda pajak kendaraan bermotor (PKB) masih


diterapkan di sejumlah provinsi di Indonesia. Terdapat sekitar 14 provinsi yang
masih meberlakukan kebijakan tersebut diantaranya adalah:

1. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)


2. Jawa Tengah
3. Jawa Barat
4. Banten
5. Bali
6. Sumatera Barat
7. Sulawesi Utara
8. Sulawesi Tengah
9. Sulawesi Selatan
10. Sulawesi Tenggara
11. Riau
12. Aceh
13. Bengkulu
14. Papua Barat

Kabarnya kebijakan ini berakhir di penghujung tahun 2020 di beberapa Provinsi.


Berikut beberapa artikel terkait tentang berita tersebut:

 https://bali.tribunnews.com/2020/12/03/terakhir-bulan-ini-pemutihan-pajak-
kendaraan-di-bali-dan-13-provinsi-lainnya?page=4
 https://nasional.okezone.com/read/2020/11/09/337/2306763/14-provinsi-
berlakukan-pemutihan-pajak-kendaraan-berikut-daftarnya
 https://www.cnbcindonesia.com/news/20201205131333-4-207053/14-
provinsi-bebas-denda-pajak-kendaraan-terakhir-bulan-ini

7. Adanya relaksasi pajak di sektor industri.

Beberapa waktu belakangan sudah terdengar tentang adanya relaksasi pajak di


sektor industri. Dengan adanya relaksasi pajak di sektor industri inimenurut analisis
dapat membantu memperbaiki neraca dan mendongkrak laba emiten. Berdasarkan
artikel yang ditulis pada laman www.liputan6.com bahwasannya penurunan tarif PPh
Final atas jasa konstruksi sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor
4/2021 antara lain:
1. PPh final sebesar 1,75 persen sebelumnya dua persen untuk
pekerja konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa dengan kualifikasi usaha orang
perseorangan dan kualifikasi usaha kecil.

2. PPh final sebesar 2,65 persen sebelumnya 3 persen untuk pekerja konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi
usaha atau usaha orang perseorangan dan kualifikasi usaha kecil.

3. PPh final sebesar 3,5 persen sebelumnya 4 persen untuk pekerja konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha.

Analis Sucor Sekuritas, Joey Faustian menuturkan, ada rencana insentif untuk
sektor konstruksi tersebut berdampak positif untuk emiten konstruksi karena
menghemat pajak. Sentimen insentif pajak positif untuk emiten konstruksi dalam
jangka panjang.

Salah satunya tarif Pph final yang turun menjadi 2,65 persen dari sebelumnya
3 persen dan 3,5 persen dari sebelumnya 4 persen. Joey menilai, penghematan pajak
berkontribusi terhadap laba bersih emiten. Namun, hal tersebut berbeda-beda terhadap
emiten konstruksi.

"WIKA epsnya akan naik 9 persen, PTPP 15 persen, ADHI Karya 19 persen, dan
Waskita Karya 20 persen,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

8. Isu terkait pajak digital global.

Seiring berkembangnya teknologi era ekonomi digital juga berkembang secara


pesat seiring berjalannya waktu. Era ekonomi digital di Indonesia sendiri ditunjukkan
dengan mulai banyaknya bisnis e-commerce yang mampu menyediakan akses bagi
pengadaan dan persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat secara online.
Pesatnya kegiatan transaksi online pula menimbulkan beberapa isu terkait tentang
pajak digital global. Pajak digital global sendiri secara umum dapat diartikan sebagai
kebijakan perpajakan yang diberlakukan atau dibebankan kepada perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam bisnis digital secara global.
Dikutip dari website pajak.go.id mengenai perpajakan di era ekonomi digital,
menyatakan bahwa menurut OECD BEPS Action  1 isu mengenai direct tax (Pajak
Penghasilan) dan indirect tax (Pajak Pertambahan Nilai) merupakan dua isu utama
yang dihadapi dalam era ekonomi digital seperti saat ini.

Apalagi di era pandemi Covid-19 ini pemerintah sangat menekankan untuk


menetapkan protokol kesehatan salah satunya dengan menyediakan layanan
keburtuhan masyarakat secara online seperti, membeli bahan pokok melalui apalikas
online, aplikasi bimbingan belajar untuk membantu para siswa yang bersekolah dari
rumah, layanan digital untuk menghibur seperti beberapa aplikasi untuk menonton
film juga disediakan. Kebijakan perpajakan berupa perlakuan perpajakan atas PMSE
menjadi salah satu pengaturan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020. Sedikitnya terdapat 2 poin penting yang
tercantum pada pasal 6, yakni:

1. Punjukan pedagang atau penyedia jasa luar negeri dan penyelenggara


PMSE, baik dalam negeri maupun luar negeri, sebagai pemungut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). 

2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atau pajak transaksi elektronik atas


kegiatan PMSE yang dilakukan oleh subjek pajak luar negeri (SPLN),
yang memenuhi ketentuan significant  economic presence atau
kehadiran ekonomi signifikan.

Berikut beberapa factor pendukung berhasilnya pajak digital:

1. Adanya pertukaran data dan informasi pajak antar negara untuk meminimalkan
adanya perpindahan keuntungan dan penghindaran pajak dari wajib pajak.

2. Political will dari setiap anggota G-20 untuk memberi perlakuan dan kesempatan
yang sama bagi wajib pajak. Sehingga, tidak ada lagi negara yang dijadikan
tempat bersembunyi untuk menghindari pajak.
Walaupun sampai saat ini, proses pembentukan kesepakatan bersama
tentang pengaturan pajak digital global masih terus berlangsung, Indonesia
optimis karena sejak Maret 2019, Indonesia telah bekerja sama dengan setidaknya
94 negara atau yurisdiksi pajak untuk melakukan kerja sama pertukaran informasi
perpajakan secara otomatis atau yang sering disebut dengan Automatic Exchange
of Information (AEOI).

Anda mungkin juga menyukai