Anda di halaman 1dari 12

JRL Vol. 4 No.

1 Hal 27-38 Jakarta, Januari 2008 ISSN : 2085-3866

STRATEGI MEMPERPANJANG UMUR


TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH DI INDONESIA
Adi Mulyanto
Balai Teknologi Lingkungan (BTL), BPPT
Gedung 412, PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang-15314

Abstract

The existence of Municipal Solid Waste (MSW) is not received by the community. The problem is MSW
always be generated by the activities of human being. All of the cities, especially in Java Island, face
difficulties to look for an area for dumping the MSW. The most effective strategy is the prolongation of
landfill site. The method applied is to build the small facility of MSW handling in small area such as RWs
(administrative unit at the next-to-lowest level in city) or in the villages. The main product will be compost
and other recyclable materials such as plastics, metals, and so forth. Therefore, maximum about 10% to
20% of MSW will be discard in the landfill site. To realize the facility of MSW handling in the area, it needs
several equipment to help for producing the good compost.

Key words: MSW, composting process.

1. Pendahuluan bisa berbeda. Sebagai contoh adalah komposisi


bahan organik dalam sampah rumah tangga di
1.1 Latar Belakang DKI Jakarta. Pada tahun 1995, komposisi bahan
organiknya adalah 21%, tetapi pada tahun 2005,
Sampah merupakan limbah yang berbentuk komposisi bahan organik di dalam sampah rumah
padat. Keberadaan sampah ini tidak disukai oleh tangga tinggal 19%. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat, padahal sampah ada merupakan ketersediaan bahan yang berpotensi menjadi
konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Oleh sampah sudah berubah. Misalnya masyarakat
karena itu diperlukan upaya untuk pengelolaan (dalam hal ini para pedagang) memilih bahan
dan pengolahan yang baik berdasarkan asas- kemasan yang terbuat dari plastik atau kertas
asas yang berlaku, seperti misalnya asas daripada bahan dari daun-daunan. Pilihan ini tentu
lingkungan, keekonomian dan kemudahan dalam saja karena bahan plastik atau kertas lebih mudah
mengelola dan mengolah sampah. Keberadaan didapat dan harganyapun lebih murah dibanding
sampah pada saat ini harus merupakan suatu dengan daun-daunan.
sumber daya, bukan material yang semata-mata Kandungan bahan organik di dalam sampah
harus dibuang begitu saja. Salah satu fungsi di kota besar jauh lebih rendah dibanding di kota
sumber daya sampah yang pada saat ini belum yang lebih kecil. Sebagai contoh, komposisi
digali dengan baik adalah sampah organiknya. bahan organik dan anorganik di dalam sampah
Komposisi bahan organik sampah sangat berbeda rumah tangga di daerah perumahan Cimindi
dari satu daerah dengan daerah yang lain. Pada Raya, Cimahi Utara adalah sebagai berikut:
satu daerahpun komposisi bahan organiknya bahan organik sebesar 62% dan bahan anorganik

27 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


sebesar 38%. Salah satu pemanfaatan sampah 1.2 Tujuan
organik sebagai sumber daya adalah sebagai
bahan baku pembuatan kompos. Kompos yang Teknologi pembuatan kompos ini sudah
adalah pengkondisi tanah (bukan pupuk) sangat sangat lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
dibutuhkan oleh lahan di seluruh Indonesia. Lahan Namun dalam realisasinya, bahan organik di
di Indonesia dinyatakan oleh para ahli tanah dalam sampah rumah tangga hanya sebesar
mempunyai kondisi yang sangat memprihatinkan. kurang dari 1% yang diupayakan diproses
Kondisi tanah di Indonesia sudah dinyatakan menjadi kompos. Untuk itu akan dibahas teknologi
dalam keadaan sakit. Lahan pertanian dan pengkomposan sebagai alternatip pengolahan
perkebunan di Indonesia hanya mengandung sampah untuk memperpanjang usia TPA.
bahan organik <2%, padahal lahan dinyatakan
sehat kalau kandungan bahan organiknya 3-5%. 2. Pembahasan
Sumber bahan organik yang sangat baik untuk
diaplikasikan ke lahan adalah kompos. Untuk 2.1 Kebiasaan yang Berlaku Pada Saat Ini
mencapai kondisi sehat, lahan di Indonesia
memerlukan kompos antara 5 ton sampai 20 ton Keberadaan sampah di lingkungan sekitar
per hektar. cukup memprihatinkan. Sebagai contoh penutupan
TPA Bantar Gebang di Bekasi pada tahun 2000,
Isu NIMBY (Not In My Back Yard) juga
perusakan TPST (Tempat Pengolahan Sampah
merupakan hal yang sangat umum. Orang
Terpadu) Bojong pada November 2004, serta
tidak mau menampung atau menerima sampah
longsornya sampah di TPA Leuwigajah di Bandung
dari tetangga. Satu wilayah tidak akan mau
pada 21 Februari 2005. Peristiwa tersebut telah
menerima sampah dari wilayah lain. Tetapi satu
menjadi suatu pertanda mengenai buruknya
wilayah tentunya akan senang hati menerima
penanganan sampah di Indonesia pada saat ini.
kompos yang sudah jadi dari wilayah lain.
Dengan demikian, proses pembuatan kompos Kebiasaan yang berlaku pada saat ini
menjadi suatu alternatif yang paling mudah untuk dalam pengelolaan sampah rumah tangga (dan
dilakukan. sampah domestik yang lain) adalah pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan. Kebiasaan
Pengaruh terhadap lingkungan, pembuatan
tersebut adalah kebiasaan lama yang pada saat
kompos akan menjaga kelestarian bercocok
ini sudah harus ditinggalkan.
tanam, menjaga pertanian yang berkelanjutan.
Keuntungan lain adalah mencegah timbulnya Kebiasaan lama tersebut mengandung
gas metana apabila sampah organik dibiarkan banyak sekali kelemahan ditinjau dari sudut
ditumpuk begitu saja di TPA yang pada umumnya lingkungan dan ekonomi. Lahan untuk
masih menggunakan sistem open dumping. pembuangan akhir sampah pada saat ini sangat
terbatas keberadaannya. Kalaupun masih
Perlu diketahui, bahwa gas metana ini
ada, maka harganya sudah sangat mahal dan
mempunyai tingkat bahaya sebesar 21 kali lipat
lokasinyapun sudah semakin jauh dari sumber
dibanding dengan gas karbon dioksida dalam
penghasil sampah. Lokasi yang semakin jauh
hal penyebab kerusakan lapisan ozon. Cara
tersebut pada umumnya dipilih daerah yang
pembuatan kompos yang cepat menggunakan
berbatasan dengan wilayah lain. Dengan makin
proses aerob. Gas yang dihasilkan adalah karbon
jauhnya tempat pengolahan sampah akhir, maka
dioksida. Keuntungan lain yang tidak kalah
masalah transportasipun akan muncul. Masyarakat
pentingnya adalah dengan dibuatnya kompos dari
yang tinggal di daerah yang dilalui kendaraan
sampah organik ini dapat memperpanjang umur
pengangkut sampah akan mengadakan protes
pakai dari tempat pengolahan sampah akhir.
keras. Kemacetan lalu lintas yang akhir-akhir ini

28 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


menjadi masalah di banyak wilayah menyebabkan belum sama antara keluarga satu dengan
biaya dan waktu untuk mengangkut sampah lainnya.
dari tempat pengumpulan sementara ke tempat
Jadi dalam pengelolaan dan pengolahan
pembuangan akhir menjadi tidak efisien. Tempat
sampah ini berlaku pedoman sebagai berikut: Kalau
pembuangan akhir sampah yang pada saat ini
bisa kecil, mengapa harus besar. Ukuran kecil
ada adalah open dumping, bukan sanitary landfill,
disini adalah skala kawasan. Dengan melakukan
sehingga berbahaya terhadap kualitas air sumur
pengelolaan dan pengolahan sampah berskala
dan menjadi tempat subur untuk berkembang
kawasan ini, maka diharapkan para penduduk yang
biaknya berbagai hewan penyebab penyakit,
tinggal di kawasan tersebut dapat menyaksikan
seperti lalat dan tikus.
betapa repotnya sampah yang sudah mereka
Pembuangan sampah yang dilakukan campur dari rumah tersebut dipilah. Dengan
secara open dumping tersebut juga merupakan demikian diharapkan akan timbul kesadaran untuk
‘bom waktu’ yang harus diwaspadai. ‘Bom waktu’ memilah sampah mereka sendiri di rumah-rumah
tersebut adalah dalam bentuk gas metana. penduduk, sehingga dapat menolong petugas
Gas ini mempunyai sifat yang sangat mudah pengelola dan pengolah sampah kawasan. Dengan
terbakar. Pada umumnya, setelah suatu tempat mengelola dan mengolah sampah kawasan ini,
pembuangan sampah akhir sudah penuh, maka maka akan tersedia paling tidak tiga sumber
serta merta tempat tersebut ditinggalkan begitu penghasilan, yakni iuran warga, penjualan barang-
saja. Kemudian ada beberapa pihak yang barang seperti plastik, besi dan lain-lain, serta
memanfaatkannya untuk mendirikan tempat penjualan kompos.
tinggal (rumah, perkantoran dan fasilitas lainnya)
di atas bekas tumpukan sampah tersebut. Sampah 2.2 Kebiasaan Baik yang Harus
organik yang tertumpuk tersebut masih aktif untuk Ditumbuhkan
menghasilkan gas metana selama puluhan tahun
sejak tempat pembuangan sampah akhir tersebut Kebiasaan baik yang harus ditumbuhkan
dinyatakan penuh dan tertutup. pada masyarakat adalah pendekatan Produksi
Bersih (Cleaner Production). Produksi bersih ini
Pendapat lain yang juga sudah menjadi
merupakan salah satu pendekatan seperti:
kebiasaan di kalangan pengambil kebijakan
adalah membangun tempat pengolahan sampah • merancang ulang suatu industri yang tidak
yang mempunyai skala besar dan proses efisien,
pemilahan di rumah tangga. Pendapat tersebut
• merubah pola kerja dalam industri
tidaklah salah. Namun, untuk Indonesia, langkah-
tersebut,
langkah tersebut belum dapat diterapkan. Langkah
tepat untuk Indonesia dalam hal pengelolaan dan • mengganti bahan baku atau bahan
pengolahan sampah adalah dilakukan di setiap penolong yang lebih ramah lingkungan dan
kawasan, misalnya RT, RW, atau paling besar tindakan yang lain yang bertujuan untuk
kawasan kelurahan. Sedangkan pengelolaan mencari cara-cara pengurangan produk-
dan pengolahan sampah skala rumah tangga produk samping yang berbahaya,
masihsangat sulit untuk direalisasikan, mengingat • mengurangi polusi secara keseluruhan, dan
bahwa tingkat kesadaran dan kemauan untuk menciptakan produk-produk serta limbah
melakukan pengelolaan (misalnya pemilahan) yang aman dalam kerangka siklus ekologi.

29 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


Gambar 1. Kegiatan kumpul-angkut-buang di salah satu TPA sampah.

Gambar 2. Kebiasaan yang berlaku saat ini (kumpul-angkut-buang).

30 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


Prinsip-prinsip Produksi Bersih bisa dilakukan 2.3 Proses Pembuatan Kompos
dengan cara:
• Reduce (mengurangi); sebisa mungkin Proses pembuatan kompos dari sampah
lakukan minimalisasi barang atau material rumah tangga pada pengelolaan dan pengolahan
yang kita pergunakan. Semakin banyak secara kawasan dilakukan melalui beberapa
kita menggunakan material, semakin tahapan proses, yaitu : pengangkutan sampah
banyak sampah yang dihasilkan. Hal ini dari rumah-rumah dalam kawasan tersebut ke
membuktikan bahwa dalam segala proses, tempat pengelolaan dan pengolahan sampah,
tidak mungkin dicapai efisiensi sampai pemilahan sampah antara sampah organik
dengan 100%. dan anorganik, pencacahan sampah organik,
formulasi bahan baku kompos, penumpukan
• Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin
bahan baku, pengamatan suhu dan pembalikan
pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
tumpukan, serta pemanenan kompos. Agar
kembali. Hindari pemakaian barang-barang
kompos yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang sekali pakai, terus dibuang. Hal ini
yang baik, maka setelah pemanenan dilakukan
dimaksudkan untuk dapat memperpanjang
proses penghancuran dan pengayakan
waktu pemakaian barang sebelum ia akhirnya
kompos sebelum dilakukan pengepakan
tidak berguna dan menjadi sampah.
kompos (dalam karung atau kantong plastik).
• Recycle (mendaur ulang); sebisa mungkin,
barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, Biasanya, petugas kebersihan mengambil
bisa didaur ulang. Tidak semua barang sampah dari rumah-rumah masih dalam keadaan
bisa didaur ulang, namun saat ini sudah tercampur dan ditempatkan di dalam kantong-
banyak industri non-formal dan industri kantong plastik atau karung. Sebagai gambaran,
rumah tangga yang memanfaatkan sampah suatu kawasan dengan jumlah 300 kepala
menjadi barang lain. Dengan demikian kita keluarga akan menghasilkan sampah rata-
menjadikan sampah sebagai sumber daya rata 1m 3 per hari. Dengan jumlah sampah
yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut. sebesar itu, maka aktivitas pengambilan sampah
dapat dilakukan sekali dalam dua hari. Dengan
• Replace (mengganti); teliti barang yang kita
demikian, sampah yang terkumpul sebanyak
pakai sehari-hari. Gantilah barang- barang
2 m3 per dua hari. Karena tempat pengelolaan
yang hanya bisa dipakai sekali dengan
dan pengolahan sampah ada di dalam kawasan
barang yang bisa dipakai berkali-kali dan
tersebut, maka pada hari itu juga dapat dilakukan
lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita
aktivitas pemilahan antara bahan organik dan
hanya memakai barang-barang yang
anorganik. Sampah sebanyak 2m3 tersebut dipilah
lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti
oleh 2 orang dan memerlukan waktu sekitar 4
kantong keresek kita dengan keranjang
jam. Sampah anorganik yang mempunyai nilai
bila berbelanja, dan jangan pergunakan
jual kemudian dikumpulkan menurut jenisnya
styrofoam karena kedua bahan ini tidak
dan ditempatkan di dalam karung-karung
bisa didegradasi secara alami.
sambil menunggu pembeli, sedangkan sampah
Langkah yang menganut produksi bersih anorganik lain, seperti popok, pampers dan lain-
yang dapat dan mudah untuk dilakukan lain seyogyanya dibakar di dalam insinerator yang
adalah memproses bahan organik yang memenuhi syarat. Bahan organik hasil pemilahan
ada di dalam sampah menjadi kompos. kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah
Kecuali untuk kepentingan lingkungan, sampah organik. Tujuan proses pencacahan ini
kompos yang dihasilkan juga merupakan untuk memperluas permukaan sampah, membuka
sumber bahan organik yang sangat ideal sel-sel sampah (yang berupa daun-daunan), dan
sebagai pengkondisi lahan pertanian/ dapat juga meningkatkan bulk density sampah,
perkebunan. sehingga dalam luasan atau volume ruang tertentu

31 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


dapat mengolah sampah lebih banyak dari pada mengemukakan bermacam-macam metoda
sebelum dilakukan pencacahan terhadap sampah. yang menggunakan proses kimia maupun fisik
Sebelum ditumpuk (menggunakan sistem open yang mengenyampingkan proses biologi. Metode
wind row), cacahan sampah ini kadang diberi pembuatan kompos yang paling murah untuk
bioaktivator dengan tujuan untuk mempercepat skala diatas 100 kepala rumah tangga dilakukan
terjadinya proses pengkomposan atau dicampur dengan cara penimbunan terbuka (open wind
dengan kotoran sapi atau kotoran ternak lain. row). Tumpukan atau timbunan bahan organik
Pada dasar tumpukan dilengkapi dengan yang akan dikomposkan diletakkan di ruangan
terowongan udara untuk memperlancar proses yang beratap dan lantai yang (paling tidak)
aerasi terhadap tumpukan sampah. Tumpukan diplester menggunakan semen. Plesteran ini
sampah ‘dicetak’ sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan agar supaya air lindi yang terjadi
hasilnya merupakan tumpukan sampah organik tidak meresap ke dalam tanah yang pada
tercacah berbentuk kotak. Bentuk ini terlihat rapi. gilirannya akan mengakibatkan tercemarnya
air sumur. Air lindi ini dapat digunakan untuk
Setelah tersusun rapi, maka dilakukan
membasahi tumpukan dengan cara menyemprot
pengamatan suhu dari tumpukan tersebut.
tumpukan tersebut dengan alat semprot (sprayer).
Pengamatan suhu menggunakan termometer
Apabila berlebih, air lindi ini dapat diolah lebih
yang dimasukkan ke dalam tumpukan. Apabila
lanjut secara aerob untuk menghasilkan cairan
temperatur di dalam tumpukan sudah mencapai
yang sangat disukai oleh mikroba tanah, sehingga
sekitar 70 oC atau lebih, maka perlu dilakukan
tanah yang disemprot dengan air lindi terolah
proses pembalikan. Proses pembalikan ini
ini menjadi lebih subur. Untuk mempercepat
membentuk tumpukan lagi yang diletakkan
berlangsungnya proses pembuatan kompos,
disamping tumpukan yang lama. Jangan lupa
penggunaan bio-aktivator perlu ditambahkan.
terowongan udara juga dibuat pada dasar
tumpukan yang baru. Pengukuran suhu terus Secara garis besar ada 4 fase yang terjadi
dilakukan pada setiap hari. Satu minggu kemudian dalam proses pembuatan kompos, yaitu:
(bahkan mungkin kurang dari waktu tersebut)
a) Fase Mesophilic
suhu di dalam tumpukan akan mencapai sekitar
70 oC kembali. Untuk itu proses pembalikan harus Fase ini memerlukan asupan oksigen yang
kembali dilakukan dan seterusnya sampai suhu optimum. Asupan oksigen dilakukan dengan
di dalam tumpukan menunjukkan suhu ambient cara pembalikan tumpukan sampah. Oksigen
(lingkungan sekitar). Kompos dinyatakan matang juga masuk melalui terowongan udara yang
setelah melalui proses perlakukan selama 1 dibuat di dasar tumpukan. Proses masuknya
sampai 2 bulan. Setelah matang, kompos kembali udara ke dalam tumpukan adalah menyerupai
dihancurkan dan diayak dengan lubang ayakan efek cerobong (chimney effect), dimana udara
sekitar 1 cm untuk memperoleh tekstur kompos panas akan menuju ke bagian atas tumpukan dan
yang bagus dan mempunyai nilai jual yang lebih meninggalkan tumpukan. Aksi ini akan menyedot
tinggi. Setelah diayak, kompos dimasukkan ke udara masuk ke dalam tumpukan. Kelembaban
dalam karung-karung dan siap dipakai untuk yang optimum juga dibutuhkan untuk mempercepat
media tanam yang sehat. pertumbuhan dan perkembangbiakan mikro-
organisme (bacteria, fungi dan actinomycetes).
2.3.1 Fase Pengkomposan Kelembaban yang dibutuhkan sekitar 60%.
Secara fisik, kelembaban tersebut bisa diukur
Kompos merupakan hasil proses yang dengan cara menggenggam material tumpukan
terkontrol dari dekomposisi atau pelapukan dan memerasnya, kemudian mengendorkan
bahan organik yang dilakukan oleh mikro- remasan tersebut. Pada saat diperas, hendaknya
organisme. Jadi pembuatan kompos dilakukan tidak mengeluarkan air. Kalau mengeluarkan air,
secara biologis. Definisi tersebut sangat penting maka menandakan bahwa material tumpukan
mengingat pada saat ini banyak orang yang tersebut terlalu basah dan bila perlu ditambah

32 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


material lain yang relatif lebih kering (misalnya 12. Dalam fase ini kompos siap untuk dikemas
hasil cacahan dari daun kering). Kemudian pada dan diaplikasikan ke lahan pertanian atau
saat melepaskan genggaman, material hendaknya perkebunan.
buyar kembali (tidak terus menggumpal). Apabila
terus menggumpal, menandakan bahwa material 2.3.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada
tersebut masih terlalu basah. Temperatur pada Proses Pengkomposan
fase ini bisa mencapai 40 oC. Proses degradasi
atau pelapukan ini akan menghasilkan panas. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam
Oleh sebab itu, temperatur pada fase ini bisa proses pembuatan kompos adalah: rasio C/N dan
mencapai lebih dari 40 oC. Pada temperatur ini, nutrisi, ukuran bahan, kelembaban, keasaman,
aktivitas bakteri mesophilic akan terhenti. Bahkan temperatur, kandungan oksigen dan aerasi, ukuran
bakteri mesophilic tersebut bisa mati. Asam-asam tumpukan dan penambahan bio-aktivator.
organik yang terbentuk dari aktivitas bakteri
Faktor-faktor tersebut dapat diterangkan
mesophilic akan menurunkan pH dari timbunan
sebagai berikut:
kompos.
A. Rasio C/N dan Nutrisi
b) Fase Thermophilic
Rasio C/N yang optimum dari bahan
Aktivitas mikro-organisme yang meningkat
yang akan dikomposkan harus bernilai sekitar 25
akan menaikkan temperatur sampai dengan
– 35. Carbon dikonsumsi oleh mikro-organisme
40 – 60 oC dalam waktu 4 – 6 hari. Mikro-
sebagai sumber tenaga, sedangkan nitrogen
organisme thermophilic yang hidup subur ini akan
digunakan untuk pertumbuhan sel dan sintesis
memproduksi amoniak, sehingga nilai pH dari
protein. Pada saat nilai karbon terlalu tinggi, maka
tumpukan kompos akan naik. Pada temperatur
perlu ditambahkan bahan yang mengandung
lebih dari 60 oC, aktivitas fungi akan terhenti.
unsur nitrogen tinggi, misalnya ditambahkan
Proses selanjutnya akan dilakukan oleh bacteria
daun-daunan dari keluarga polong-polongan
dan actinomycetes. Temperatur kemudian akan
atau bahkan dilakukan penambahan urea yang
meningkat mencapai sekitar 70 – 80 oC. Pada
mengandung unsur N tinggi, yaitu sekitar 46%.
temperatur ini, mikro-organisme pathogen dan
Sebaliknya, apabila unsur N terlalu tinggi, maka
biji-biji gulma akan mati. Dengan demikian,
dapat ditambahkan bahan yang kaya akan karbon,
secara sederhana dapat dikatakan bahwa proses
misalnya rumput kering, jerami atau daun-daunan
sterilisasi terjadi selama pengkomposan. Dan
dari pohon yang tidak termasuk ke dalam polong-
panas yang ditimbulkan oleh aktivitas mikroba
polongan. Nilai unsur karbon dan nitrogen ini
menyebabkan matinya mikroba yang bersangkutan.
secara sekunder terdapat dalam beberapa literatur.
Dengan demikian, kompos adalah produk yang
B. Ukuran Material
sangat aman dan ramah terhadap lingkungan.
Bahan baku seyogyanya dihancurkan
c) Fase Pendinginan
menjadi potongan-potongan kecil untuk
Karena berkurangnya bahan makanan dan mempercepat proses pengkomposan. Dengan
tingginya temperatur, maka mikro-organisme akan melakukan proses pencacahan, maka luas
mati. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktivitas permukaan dari bahan yang akan dikomposkan
metabolisme di dalam mikro-organisme. Oleh dengan drastis akan bertambah. Kecuali itu,
karena itu, temperatur akan turun sampai dengan bagi daun-daunan yang masih segar, proses
temperatur ambien. pencacahan akan memecah sel sehingga akan
mempermudah aktivitas mikroba pengkomposan.
d) Fase Pematangan
Proses pencacahan ini akan menghasilkan
Dalam fase ini, temperatur kompos telah cacahan sampah sampai dengan sekitar 5 cm.
mencapai kondisi yang stabil. Rasio atau Proses pencacahan juga bisa menaikkan nilai bulk
perbandingan C/N akan mencapai sekitar 10 – densitas dari sampah tercacah. Sebagai hasilnya,

33 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


dalam luasan atau volume tertentu, suatu tempat tumpukan yang teralu basah adalah terhambatnya
akan dapat menampung lebih banyak sampah proses aerasi yang diakibatkan oleh terhambatnya
yang akan dikomposkan. Mesin pencacah yang difusi udara atau oksigen ke dalam tumpukan.
baik dapat mereduksi volume sampah menjadi
D. Keasaman
25% sampai 30%.
Bahan baku yang baik yang digunakan
C. Kelembaban
mempunyai nilai pH antara 5 and 7. Dengan
Kelembaban yang optimum di dalam pengontrolan proses, misalnya dengan cara
proses pembuatan kompos dijaga pada rentang pembalikan, pH optimum akan dicapai (nilainya
50 – 65%. Proses pembasahan tumpukan diantara 6.5 – 8.5). Hal ini merupakan akibat dari
sampah tercacah bisa menggunakan air lindi hasil proses thermophilic yang menghasilkan amoniak.
dari tumpukan itu sendiri. Perlu diingat, bahwa Tetapi apabila pH terlalu rendah (asam), maka
kelembaban tidak boleh kurang atau lebih dari dapat ditambahkan kapur ke dalam tumpukan
rentang tersebut di atas. Apabila kurang, maka untuk menaikkan nilai derajat keasaman (pH).
mikroorganisme di dalam tumpukan sampah Nilai pH ini dapat diukur menggunakan pH meter
tercacah akan terhambat aktivitasnya, demikian sebagaimana yang dipakai untuk mengukur pH
juga kalau tumpukan terlalu basah. Akibat lain dari tanah.

Gambar 3. Mesin pencacah sampah organik.

34 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


E. Temperatur F. Kandungan Oksigen dan Aerasi
Temperatur supaya dijaga pada 55 – 60 oC Kondisi aerobik harus dijaga dengan cara
untuk rentang waktu lebih kurang 3 – 4 hari untuk pembalikan terhadap tumpukan kompos dan juga
membunuh mikro-organisme pathogen dan biji-biji pembuatan terowongan udara di dasar tumpukan.
gulma. Dengan demikian, proses sterilisasi/disinfeksi Dasar melakukan pembalikan adalah kenaikan
dilakukan sendiri oleh sistem pengkomposan suhu di dalam tumpukan. Untuk kapasitas yang
tersebut. Hal ini sangat penting sebab bahan baku besar, maka proses pembalikan dilakukan
yang dikomposkan mengandung baik kotoran sapi menggunakan mesin pembalik kompos (gambar
maupun kotoran hewan lainnya yang ditambahkan 4.).
ke dalam tumpukan.

Gambar 4. Mesin pembalik kompos.

35 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


G. Ukuran Tumpukan 2.4 Kompos yang Dihasilkan
Ukuran tumpukan cacahan sampah yang Untuk memperbaiki tekstur kompos yang
mudah diterapkan dan mudah dikontrol adalah: sudah matang, maka kompos tersebut perlu
lebar= 1,5 m, panjang = 2 m, dan tinggi tumpukan dilembutkan dengan alat pelembut kompos. Alat
= 1,5 m. Ukuran tersebut adalah untuk proses tersebut bisa sama dengan alat penghancur sampah
pengkomposan ukuran kecil (skala kawasan). organik. Setelah dilembutkan, maka kompos disaring
Pada skala besar, maka panjang bisa tidak menggunakan mesin penyaring kompos (gambar 5.).
terbatas dan tinggi bisa lebih dari 1,5 m. Hal Alat penyaring kompos ini mempunyai lubang (ram)
ini dimungkinkan karena proses pembalikan berukuran ½ inchi. Sebagai penggerak, terdapat dua
dilakukan menggunakan mesin pembalik. pilihan, yaitu diesel dan elektromotor.
H. Penambahan Bio-aktivator Untuk memperbaiki kualitas kompos yang
juga akan digunakan sebagai pupuk, maka
Bio-aktivator yang digunakan untuk
kompos yang sudah matang diperkaya dengan
mempercepat proses dekomposisi bahan
berbagai unsur hara, misalnya N, P, K, Ca, Co,
kompos adalah bio-aktivator yang bisa didapat
Mo, Mg dan sebagainya. Penambahan unsur
dari pasaran.
hara ini dilakukan di dalam suatu alat, yaitu mixer
kompos (gambar 6.). Penggerak yang dipakai
menggunakan diesel. Gambar 7. menunjukkan
bentuk dari mesin pencacah plastik.

Gambar 5. Mesin penyaring kompos.

36 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


Kompos yang dihasilkan sebelum berdasarkan standar kualitas kompos Bank Dunia
diperkaya dengan unsur hara mempunyai standar seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel : Standar Kualitas Kompos

Parameter Unit Standar kualitas kom-


pos Bank Dunia

1. Umum % < 45
a. Kandungan air. tak berdimensi < 20
b. Rasio C/N. mg/kg basis kering < 45
2. Logam berat s.d.a < 150
a. Cr (Chromium) s.d.a < 150
b. Cu (Cuprum) s.d.a < 400
c. Pb (Plumbum)
d. Zn (Zinc)

Gambar 6. Mixer kompos.

37 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38


Gambar 7. Mesin pencacah botol/lembaran plastik.

3. Kesimpulan Daftar Pustaka


1. Anonim, 2005. Report on Composting
Sampah, apabila dijadikan sumber daya
Subsidiary Program on Western Java
akan sangat memperkecil masalah. Bahan
Environmental Management Project
organik yang mencapai 60% dari total sampah
(WJEMP), CV. Agro Duta. Bandung.
dapat dijadikan kompos sebagai sumber
bahan organik tanah yang sangat baik untuk 2. Anonim, 2005. Seminar Nasional Peran
pengkondisian tanah, sehingga dengan aplikasi Pengomposan dalam Pengelolaan
kompos ini, maka tanah menjadi sehat, tanah Sampah dan Pameran Produk Daur
mempunyai kemampuan untuk menyimpan air, Ulang, Kementerian Lingkungan Hidup
melepaskan unsur hara dengan teratur, kaya dan the World Bank, Jakarta.
akan mikroba tanah yang menguntungkan dan 3. Simarmata, 2003. Teknologi Produksi
sangat baik porositasnya, sehingga pernafasan Kompos dan Paradigma Pengelolaan
akar berjalan dengan baik. Limbah Perkotaan yang Berkelanjutan
di Indonesia. Materi Pelatihan Pupuk,
Kebiasaan yang kurang baik hendaknya
Bandung.
diubah. Kebiasaan kumpul-angkut-buang
hendaknya diubah menjadi kebiasaan yang
produktif. Mesin-mesin pengolah sampah sudah
tersedia dan siap untuk digunakan.

38 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 27-38

Anda mungkin juga menyukai