Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi:
ALKOHOL

Oleh:
Nama: NIM :
1. Abdur Rohman 21030117130146
2. Lisna Hanifah 21030117130127
3. Varit Eka Pradita 21030117120019

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
SEMARANG
2019
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

ALKOHOL

Oleh :

Nama: NIM :
1. Abdur Rohman 21030117130146
2. Lisna Hanifah 21030117130127
3. Varit Eka Pradita 21030117120019

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Laboratorium Mikrobiologi Industri i


HALAMAN PENGESAHAN

Materi : Alkohol

Kelompok : 4 Kamis

Anggota : 1. Abdur Rohman NIM : 21030117130146

2. Lisna Hanifah NIM : 21030117130127

3. Varit Eka Pradita NIM : 21030117120019

Telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pengampu pada

hari : Rabu

tanggal : 12 Juni 2019

Semarang,12 Juni 2019

Menyetujui,

Dosen Pengampu Pranata Laboratorium Dosen Pengampu

Prof. Dr. Widayat, ST, MT Jufriyah, S.T Ratna Juwita Sari

NIP 197206091998031001 NIP 197001091997032001 NIM 21030115140162

Laboratorium Mikrobiologi Industri ii


RINGKASAN
Etanol atau etil alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna,
terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan
polusi udara yang besar bila bocor. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat
alkohol dari jeruk mentah, Mempelajari pengaruh penambahan ragi terhadap
pertumbuhan yeast pada pembuatan starter, Mempelajari pengaruh persentase
glukosa substrat terhadap konversi pembuatan alkohol.
Secara umum mekanisme pembuatan bioetanol di bagi menjadi tiga tahap
yaitu hidrolisis, fermentasi, dan destilasi. Proses fermentasi terdiri atas glikolisis
dan reaksi yang menghasilkan NAD+ melalui transfer elektron dari NADH ke
piruvat. Saccharomyces cerevisiae digunakan secara luas dalam produksi alkohol
dan makanan melalui proses fermentasi. Bioetanol merupakan salah satu sumber
bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan
mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %.
Pada praktikum ini menggunakan alat-alat yaitu erlenmeyer, buret, statif,
klem, gelas ukur, pengaduk, beaker glass, autoclave, kompor listrik, dan pipet tetes.
Dan bahan-bahan sebagai berikut: buah belimbing, glukosa, KH2PO4, MgSO4,
urea, NaOH, H2SO4, indikator MB, aquadest, ragi roti (fermipan), fehling A dan B.
Praktikum ini melalui 2 tahap, yakni pembuatan starter dan fermentasi.
Pada hasil dan pembahasan ada beberapa hal yang dibicarakan yaitu
pengaruh penambahan ragi terhadap densitas starter, hubungan densitas dengan
jumlah Yeast, pengaruh oksigen terhadap jumlah koloni pada starter B dan starter
D, pengaruh %V terhadap konversi alkohol, pengaruh waktu fermentasi terhadap
densitas, dan fenomena titrasi. Pada pengaruh penambahan ragi terhadap dan
jumlah koloni didapakan hasil berbanding terbalik dengan teori yaitu densitas
menurun dengan bertambahnya koloni dan regi, pengaruh oksigen terhadap
jumlah koloni didapatkan hasil bahwa semakin banyak oksigen saat pembuatan
starter maka jumlah koloni semakin banyak.
Pembuatan alkohol dengan media jeruk mentah (siam), dengan
penambahan ragi 0,5; 5; dan 6 gr/L. KH2PO4 (4 gr/L), MgSO4 (4 gr/L), dan urea
(4 gr/L). Pengaruh penambahan ragi terhadap densitas dan jumlah koloni yaitu
densitas menurun dan jumlah koloni meningkat. Pengaruh penambahan %V starter
terhadap densitas dan kadar alkohol yaitu semakin besar %V starter yang
ditambahkan maka densitas semakin menurun dan kadar etanol semakin
meningkat. Pada praktikum kali ini %V starter yang rendah memiliki kadar etanol
yang besar hal ini disebabkan oleh bakteri tidak dapat merubah galaktosa menjadi
etanol dan masih banyak bakteri yang belum berikatan dengan glukosa.

Laboratorium Mikrobiologi Industri iii


SUMMARY
C2H5OH ethanol or ethyl alcohol in the form of clear colorless liquid,
biodegradable, low toxicity and does not cause large air pollution if leaked. The
purpose of this experiment is to make alcohol from raw oranges, study the effect of
adding yeast to yeast growth in making starters, study the effect of the percentage
of glucose substrate on alcohol conversion.
In general, the mechanism for making bioethanol is divided into three
stages, namely hydrolysis, fermentation, and distillation. The fermentation process
consists of glycolysis and a reaction that produces NAD + by transferring electrons
from NADH to pyruvate. Saccharomyces cerevisiae is widely used in the production
of alcohol and food through a fermentation process. Bioethanol is an alternative
fuel source that is processed from plants, where it has the advantage of being able
to reduce CO2 emissions by up to 18%.
In this lab using tools such as erlenmeyer, burette, statif, clamp,
measuring cup, stirrer, beaker glass, autoclave, electric stove, and dropper pipette.
And the ingredients as follows: star fruit, glucose, KH2PO4, MgSO4, urea, NaOH,
H2SO4, indicator MB, aquadest, bread yeast (fermipan), fehling A and B. This
practicum through 2 stages, namely making starter and fermentation.
In the results and discussion there are several things discussed, namely
the effect of adding yeast to the starter density, the relationship of density with the
number of Yeasts, the effect of oxygen on the number of colonies on starter B and
starter D, the effect of% V on alcohol conversion, the effect of fermentation time on
density, and phenomena titration. On the effect of adding yeast to and the number
of colonies the results were inversely proportional to the theory, namely density
decreased with increasing colonies and energy, the effect of oxygen on the number
of colonies showed that the more oxygen when making starters the more colonies.
Making alcohol with raw orange media (siam), with the addition of 0.5
yeast; 5; and 6 gr / L. KH2PO4 (4 gr / L), MgSO4 (4 gr / L), and urea (4 gr / L). The
effect of adding yeast to the density and number of colonies is decreasing density
and the number of colonies increases. The effect of adding% V starter to the density
and alcohol content is the greater the% V starter added, the density decreases and
the ethanol content increases. In this practice, a low% V starter has a large ethanol
content because bacteria cannot convert galactose to ethanol and there are still
many bacteria that have not bound to glucose.

Laboratorium Mikrobiologi Industri iv


PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Praktikum Bioproses ini
dapat diselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.

Dalam proposal ini berisi pembahasan mengenai praktikum dengan materi


alkohol. Kami meyakini sepenuhnya bahwa tidaklah mungkin menyelesaikan
laporan ini tanpa doa, bantuan dan dukungan yang baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga pada kesempatan ini kami ingin memberikan ucapan
terima kasih kepada :

1. Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. selaku Penanggung jawab Laboratorium


Mikrobiologi Industri Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
2. Jufriyah, S.T selaku Pranata Laboratorium Mikrobiologi Industri Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
3. Diny Dwi Anugrainy selaku Koordinator Asisten Laboratorium Mikrobiologi
Industri.
4. Prof. Dr. Widayat, ST, MT Selaku Dosen Pengampu materi Alkohol
5. Ratna Juwita Sari selaku Asisten Pengampu materi Alkohol
6. Seluruh Asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri.
7. Seluruh teman-teman angkatan 2017 Teknik Kimia Universitas Diponegoro.

Pasti masih banyak kekurangan dalam laporan ini dan harus diperbaiki. Oleh karena
itu, kritik dari pembcaca sangat diharapkan untuk menyempurnakan isi laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.

Penulis

Laboratorium Mikrobiologi Industri v


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii
RINGKASAN ....................................................................................................iii
SUMMARY .........................................................................................................iv
PRAKATA .........................................................................................................v
DAFTAR ISI .....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan ...............................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum .............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jeruk.....................................................................................................3
2.2 Bioetanol ..............................................................................................4
2.2.1 Pengertian Bioetanol..................................................................4
2.2.2 Mekanisme Bioetanol ...............................................................5
2.2.3 Siklus Metabolisme Bioetanol ...................................................7
2.3 Starter (Sacharomyces Cerevicae) .......................................................8
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan Praktikum ..........................................................................10
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan ...................................................10
3.1.2 Variabel Operasi .......................................................................10
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan .........................................................11
3.2.1 Bahan yang Digunakan .............................................................11
3.2.2 Alat yang Digunakan ................................................................12
3.2.3 Gambar Alat..............................................................................13
3.3 Prosedur Praktikum .............................................................................13
3.3.1 Pembuatan Starter .....................................................................13

Laboratorium Mikrobiologi Industri vi


3.3.2 Mengukur Variabel Respon ......................................................13
3.3.3 Fermentasi.................................................................................14
3.3.3 Metode Analisis Gula ...............................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Penambahan Ragi Terhadap Densitas Starter ......................17
4.2 Hubungan Densitas Dengan Jumlah Yeast Pada Tabel .......................18
4.3 Pengaruh Oksigen Terhadap Jumlah Koloni Pada Starter B dan Starter
D ........................................................................................................... 19
4.4 Pengaruh %V Terhadap Konversi Alkohol .........................................20
4.5 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Densitas .................................23
4.6 Fenomena Titrasi .................................................................................24
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................26
5.2 Saran ....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................27

Laboratorium Mikrobiologi Industri vii


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi 100 gram Jeruk Siam .............................................. 3


Tabel 4.1 Hubungan Densitas Dengan Jumlah Yeast ........................................... 18

Laboratorium Mikrobiologi Industri viii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Molekul Etanol .................................................................... 5

Gambar 2.2 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Selulosa ............................................ 7

Gambar 2.3 Siklus Metabolisme Bioetanol .......................................................... 8

Gambar 3.1 Skema Rancangan Proses Pembuatan Starter ................................... 11

Gambar 3.2 Skema Rancangan Percobaan pada Fermentasi ................................ 11

Gambar 3.3 Tabung Erlenmeyer ........................................................................... 13

Gambar 3.4 Buret, Statif, dan Klem...................................................................... 13

Gambar 3.5 Autoclave .......................................................................................... 14

Gambar 3.6 Gelas Ukur......................................................................................... 14

Gambar 3.7 Pengaduk ........................................................................................... 14

Gambar 3.8 Pipet Tetes ......................................................................................... 14

Gambar 3.9 Beaker Glass...................................................................................... 14

Gambar 3.10 Kompor Listrik ................................................................................ 14

Gambar 3.11 Tampilan Hemositometer Menggunakan Mikroskop ..................... 14

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Penambahan Ragi Terhadap Densitas Starter ........ 19

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Oksigen Terhadap Jumlah Koloni ......................... 22

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh %V Starter A Terhadap Konversi Alkohol ............ 23

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh %V Starter B Terhadap Konversi Alkohol ............ 24

Gambar 4.5 Grafik Pengaruh %V Starter C Terhadap Konversi Alkohol ............ 24

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Densitas Alkohol ..... 25

Gambar 4.7 Reaksi Pada Uji Fehling .................................................................... 28

Laboratorium Mikrobiologi Industri ix


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan


umumnya menggunakan proses fermentasi. Etanol atau etil alkohol C 2H5OH
berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable),
toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yang besar bila bocor.
Etanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Bioetanol
biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman keras, untuk
keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan yang sedang popular saat ini adalah
pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternative (Putri, 2014).

Krisis energi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini disebabkan


menipisnya cadangan minyak bumi sedangkan tingkat penggunaannya cukup
tinggi. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi duniapun pastiakan habis. Ini
disebabkan oleh persediaan yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui.
Keadaan ini mendorong banyak negara di dunia meningkatkan upayanya untuk
menggunakan biofuel sebagai bahan bakar alternatif. Biofuel adalah bahan
bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan organik dan dapat
diperbaharui. Cadangan minyak bumi yang semakin berkurang memerlukan
adanya sumber energi alternatif terutama energi yang dapat diperbaharui, salah
satu contohnya adalah bioetanol. Penggunaan etanol sebagai bioetanol
mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah mengurangi
ketergantungan terhadap minyak bumi, menciptakan lapangan kerja di daerah
dan mengurangi polusi udara karena meminimalkan pembentukan gas CO 2
(Putri, 2014).

Laboratorium Mikrobiologi Industri 1


1.2 Rumusan Masalah

Salah satu fungsi alkohol diantaranya sebagai energi yang dapat


diperbarui, hal ini sangat bermanfaat bagi kehidupan kita karena dapat menjadi
bahan bakar alternatif. Sebagaimana yang diketahui bahan bakar yang
digunakan sekarang merupakan sesuatu yang tidak dapat diperbarui. Maka dari
itu kami perlu melakukan praktikum pembuatan alkohol. Alkohol dapat dibuat
dengan metode fermentasi dan menggunakan bahan yang mengandung
glukosa, salah satunya adalah jeruk. Perumusan masalah yang didapatkan
dalam praktikum ini adalah mengenai pembuatan alkohol dari jeruk mentah,
mengetahui pengaruh penambahan nutrien terhadap jumlah koloni dan densitas
pada pertumbuhan starter, serta pengaruh penambahan starter terhadap
konversi alkohol.

1.3 Tujuan Percobaan

1. Membuat alkohol dari jeruk mentah


2. Mempelajari pengaruh ragi terhadap pertumbuhan yeast pada pembuatan
starter.
3. Mempelajari pengaruh volume starter yang ditambahkan terhadap
konversi pembuatan alkohol.

1.4 Manfaat Percobaan

1. Mahasiswa mampu membuat alkohol dari jeruk mentah


2. Mahasiswa mampu mempelajari pengaruh ragi terhadap pertumbuhan
yeast pada pembuatan starter.
3. Mahasiswa mapu mempelajari pengaruh volume sarter yang ditambahkan
terhadap konversi pembuatan alkohol.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jeruk

Jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya
sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk
sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Banyak
sekali jenis jeruk yang dibudidayakan di Indonesia, diantaranya adalah Jeruk
Keprok (Citrus sinensis) dan Jeruk Siam (Citrus nobilis). Jeruk Siam (Citrus
nobilis) merupakan salah satu jenis jeruk yeng paling banyak dikembangkan di
Indonesia karena produksinya tinggi dan disukai konsumen (Qomariah dkk,
2013). Jeruk Siam merupakan jenis jeruk yang paling banyak dibudidayakan
di Indonesia, produktivitas komoditas jeruk siam di Indonesia pada tahun 2012
yaitu sebesar 32,44 ton/Ha (Wulandari, 2014 dalam Sugiyatno, 2018).

Dalam taksonomi tumbuhan, Jeruk Siam diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)


2) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
3) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
4) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
5) Ordo : Rutales
6) Famili : Rutaceae
7) Genus : Citrus
8) Spesies : Citrus nobilis
(Deptan, 2012 dalam Sugiyatno, 2018)

Laboratorium Mikrobiologi Industri 3


Tabel 2.1 Kandungan nutrisi 100 gram jeruk siam
Komponen Kadar
Kalori (Kal) 44,00
Protein (g) 0,80
Lemak (g) 0.30
Karbohidrat (g) 8,90
Kalsium (mg) 33,00
Fosfor (mg) 23,00
Zat besi (mg) 0.40
Vitamin A (S.I) 420,0
Vitamin B (mg) 0.07
Vitamin C (mg) 31,00
Air (g) 87,30

Jeruk siam memiliki beberapa manfaat salah satunya yaitu


mampu meningkatkan fungsi otak dan mampu menurunkan kolestrol,
selain itu jeruk siam memiliki 16 karbohidrat yang mengandung 70
kalori (Sugiyatno, 2018).
2.2 Bioetanol

2.2.1 Pengertian Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan


umumnya menggunakan proses fermentasi. Etanol atau etil alkohol
C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis
(biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara
yang besar bila bocor. Etanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida
(CO2) dan air. Bioetanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk
membuat minuman keras, untuk keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan
yang sedang popular saat ini adalah pemanfaatan bioetanol sebagai bahan
bakar alternatif (Putri, 2014).
Bioetanol merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif
yang diolah dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu

Laboratorium Mikrobiologi Industri 4


menurunkan emisi CO2 hingga 18%. Menurut Balai Besar Teknologi Pati
(B2TP) ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang
mengandung pati (seperti singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa,
kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan nyamplung), bergula
(seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira tebu, dan nira surgum manis)
dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan
bagas) (Wusnah, 2016).
Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang
membedakannya hanyalah bahan baku pembuatan dan proses
pembuatannya. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer
modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus
kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer
konstitusional dari dimetil eter.

Gambar 2.1 Struktur Molekul Etanol


Bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar
merupakan etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang
ditemukan pada minuman beralkohol. Etanol seringkali dijadikan bahan
tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. (Wusnah, dkk.,
2016).

Laboratorium Mikrobiologi Industri 5


2.2.2 Mekanisme Bioetanol
Secara umum mekanisme pembuatan bioetanol di bagi menjadi
tiga tahap yaitu hidrolisis, fermentasi, dan destilasi:
1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di
dalam biomassa lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa
menjadi monomer gula penyusunnya. Hidrolisis menghasilkan satu
zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan
menggunakan air (Putri, 2014). Mekanisme hidrolisis dapat terlihat
pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Gambar Mekanisme Reaksi Hidrolisis Selulosa

Hidrolisis selulosa menjadi glukosa dapat dilakukan


menggunakan cara kimiawi dan hayati. Hidrolisis dengan cara
kimiawi menggunakan asam, sedangkan dengan cara hayati
menggunakan enzim murni atau mikroorganisme penghasil enzim
selulase (Putri, 2014).
2. Fermentasi
Fermentasi adalah proses perubahan senyawa-senyawa
kompleks dari suatu bahan yang mengandung karbohidrat menjadi
senyawa sederhana dengan disertai bau yang spesifik atau khusus
oleh aktivitas mikroba halofilik. Fermentasi dapat terjadi karena
adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada subtrat yang
sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan
bahan pangan, misalnya aroma alkohol dan asam pada peuyeum

Laboratorium Mikrobiologi Industri 6


(tape). Cara pengawetan pangan dengan proses fermentasi adalah
memperbanyak jumlah mikroba dan membiakkan metabolisme
dalam makanan (Winarno, FG, 2004). Pada mulanya yang disebut
fermentasi adalah pemecahan gula menjadi alkohol dan CO2. Namun,
banyak proses yang disebut fermentasi tidak selalumenggunakan
subtrat gula tapi menghasilkan alkohol serta CO2 (Winarno, FG, 2004
dalam Putri, 2014).
Menurut Nurdin (2011) fermentasi untuk menghasilkan
etanol memiliki 2 tahap, tahap pertama adalah glikolisis yaitu
perubahan molekul glukosa menjadi piruvat. Tahap kedua adalah
fermentasi secara anaerobik piruvat menjadi bioetanol dan
karbondioksida (Putri, 2014).

3. Distilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang
didasarkan pada perbedaan tingkat volatilitas (kemudahan suatu zat
untuk menguap) pada suhu dan tekanan tertentu. Destilasi merupakan
proses fisika dan tidak terjadi adanya reaksi kimia selama proses
berlangsung.
Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah
perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun
dari campuran homogen pada tekanan tertentu. Dalam proses
destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan
dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair
atau padatan (Putri, 2014).

Laboratorium Mikrobiologi Industri 7


2.2.3 Siklus Metabolisme Bioetanol

Gambar 2.3 Siklus Metabolisme Bioetanol

Fermentasi alkohol merupakan proses pembuatan alkohol dengan


memanfaatkan aktivitas yeast. Proses fermentasi anaerob, yaitu
mengubah glukosa menjadi alkohol, tetapi dalam pembuatan starter
dibutuhkan suasana aerob dimana oksigen diperlukan untuk pembiakan
sel.
Proses fermentasi terdiri atas glikolisis dan reaksi yang
menghasilkan NAD+ melalui transfer elektron dari NADH ke piruvat.
Glikolisis merupakan proses pengubahan satu molekul glukosa menjadi
dua molekul piruvat. Pada fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi

Laboratorium Mikrobiologi Industri 8


etanol (etil alkohol) dalam dua langkah. Langkah pertama yaitu dengan
melepaskan karbondioksida dari piruvat selanjutnya diubah menjadi
senyawa asetaldehida berkarbon dua. Langkah kedua asetaldehida
direduksi oleh NADH menjadi etanol (Diwan, 2007 dalam Ar Rahim,
2009).

2.3 Starter / Sacharomyces Cerevicae

Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu spesies khamir yang


memiliki daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Mikroba ini biasanya
dikenal dengan baker’s yeast dan metabolismenya telah dipelajari dengan baik.
Produk metabolit utama adalah etanol, CO2 dan air, sedangkan beberapa produk
lain dihasilkan dalam jumlah sedikit. Khamir ini bersifat fakultatif anaerobik.
Saccharomyces cerevisiae memerlukan suhu 30 0C dan pH 4-4,5 agar dapat
tumbuh dengan baik. Selama proses fermentasi akan timbul panas. Bila tidak
dilakukan pendinginan, suhu akan terus meningkat sehubungan proses fermentasi
terhambat (Khodijah.S dan Ahmad.A, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Saccharomyces


cerevisiae antara lain (Pratiwi.T.R,2018) :

a. Nutrien

Nutrien yang dibutuhkan yaitu Nitrogen yang berguna untuk sintesis


protein yang di dapatkan dari ion Ammonium, sedangakan beberapa dapat
menggunakan nitrat dan nitrit yang didapat dari penambahan pupuk yang
mengandung ZA, urea, pepton, dan lain-lain. Kemudian sumber karbon,
hidrogen dan oksigen terdapat pada karbohidrat, sulfur dari sulfat di medium.
Pada pertumbuhan sintetik dibutuhkan unsur kelumit berupa boron, coper,
zink, mangan, besi, iodium dan molibdenum.

b. Keasaman (pH)

Untuk fermentasi alkoholis, memerlukan keadaan kondisi media


pertumbuhan antara pH 4-5.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 9


c. Suhu

Suhu optimum untuk pengembangbiakan Saccharomyces cerevisiae yaitu


30oC.

d. Udara

Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerob. Namun udara dibutuhkan


dalam pembibitan sebelum fermentasi untuk pengembangbiakan sel yeast.

Saccharomyces cerevisiae pada umumnya melakukan proses reproduksi


dengan cara pertunasan multipolar atau melalui pembentukan aksospora.
Aksospora terbentuk setelah terjadi konjugasi atau berasal dari sel diploid. Waktu
yang diperlukan untuk bereproduksi menghasilkan dua sel anakan atau waktu
generasi tidak selalu tepat bergantung pada faktor dalam medium, spesies umur
dan lingkungannya. Yeast yang dimasukkan kedalam media baru umumnya perlu
adanya penyesuaian diri sehingga tidak akan langsung berkembang biak, tetapi
akan memerlukan waktu penyesuaian.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 10


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Praktikum

Sari Buah Jeruk Masukan nutrient Disterilkan lalu


(4x200 ml) sesuai variabel atur pH (pH 5)

Masukan urea sesuai


Hitung densitas variabel, tutup dengan
dan jumlah koloni Diinokulasi alumunium foil yang
setiap hari selama 2 hari dilubangi (starter 4 tutup
rapat)

Gambar 3.1 Skema Rancangan Proses Pebuatan Starter

Persiapan Atur pH media Diatur kadar


(disterilkan) glukosa sesuai
(pH 5) variabel

Hitung densitas dan


kadar glukosa Fermentasikan Masukan starter
sesuai waktu yang selama 5 hari sesuai variabel
ditentukan

Gambar 3.2 Skema Rancangan Percobaan pada Fermentasi

Laboratorium Mikrobiologi Industri 11


3.1.2 Variabel Operasi
a. Variabel Tetap :
Starter : KH2PO4 (4 gr/L), MgSO4 (4 gr/L), Urea (4 gr/L), pH (5) dan
waktu (2 hari)
Fermentasi : % SB (10,5%), pH (5) dan waktu (5 hari)
b. Variabel Berubah
Starter :
Starter A : Ragi 0,5 gr/L
Starter B : Ragi 5 gr/L
Starter C : Ragi 6 gr/L
Starter D : Ragi 5 gr/L
Variabel A, B, dan C ditutup alumunium foil lalu dilubangi
Variabel D ditutup alumunium foil rapat
Fermentasi :
Variabel 1 : 13% volume starter A
Variabel 2 : 13% volume starter B
Variabel 3 : 13% volume starter C
Variabel 4 : 10% volume starter A
Variabel 5 : 10% volume starter B
Variabel 6 : 10% volume starter C
Variabel 7 : 2% volume starter A
Variabel 8 : 2% volume starter B
Variabel 9 : 2% volume starter C
c. Variabel Respon
Starter : Densitas dan jumlah koloni
Fermentasi : : Densitas dan konversi glukosa
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan

3.2.1 Bahan yang Digunakan

1. Sari buah jeruk


2. Glukosa
3. MgSO4

Laboratorium Mikrobiologi Industri 12


4. KH2PO4
5. NaOH
6. CH3COOH
7. Indikator MB
8. Aquadest
9. Ragi roti (Fermipan)
10. Fehling A dan Feling B

3.2.2 Alat yang Digunakan

1. Erlenmeyer
2. Buret, statif, klem
3. Picnometer
4. Gelas ukur
5. Pengaduk
6. Pipet tetes
7. Beeker glass
8. Kompor listrik

3.2.3 Gambar Alat

Gambar 3.3 Tabung Erlenmeyer Gambar 3.4 Buret, Statif, dan Klem

Laboratorium Mikrobiologi Industri 13


Gambar 3.5 Picnometer Gambar 3.6 Gelas Ukur

Gambar 3.7 Pengaduk Gambar 3.8 Pipet Tetes

Gambar 3.9 Beaker Glass Gambar 3.10 Kompor Listrik

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Pembuatan Starter

a. Mula-mula persiapkan sari buah jeruk untuk bahan starter. Dengan


mempersiapkan Sari buah jeruk yang telah bebas dari ampas sesuai variabel.

b. Sari buah jeruk disterilkan dengan cara dididihkan. Adonan didinginkan


sampai suhu kamar.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 14


c. Sari buah sebanyak 200 ml ditambahkan KH2PO4, MgSO4, urea sebanyak 0,8
gr sebagai nutrient.

d. pH diatur 5

e. Ragi/fermipan sebanyak 0,1 gr, 1 gr, dan 1,2 gr ditambahkan ke dalam larutan
tersebut.

f. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama 2 hari
sampai dengan konstan.

3.3.2 Pengukuran Variabel Respon

1. Metode perhitungan yeast

Cara Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Hemositometer

a. Sampel sebanyak 1 mL diencerkan 100x.

b. Sampel diteteskan pada meja hemositometer .

c. Hemositometer diletakkan pada mikroskop.

d. Gambar/preparat dicari dengan mengatur perbesaran.

e. Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer.

Gambar 3.1. Tampilan Hemositometer Menggunakan Mikroskop

Laboratorium Mikrobiologi Industri 15


f. Jumlah yeast/mikroorganisme dihitung dengan mengalikan faktor
pengenceran.

Jumlah mikroorganisme per sampel:

1
× 𝑓𝑝 × 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 × ∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙
80 × 25. 10−5 × 10−3

2. Analisis densitas

a. Timbang berat piknometer kosong.

b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.

c. Timbang piknometer berisi sampel.

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

3.3.3 Fermentasi

1. Persiapan sari buah

a. Mula-mula persiapkan 200 ml sari buah jeruk untuk bahan starter. Dengan
mempersiapkan Sari buah yang telah bebas dari ampas sesuai variabel.

b. Sari buah jeruk disterilkan dengan cara dididihkan.

c. Sari buah jeruk didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH 5

d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis gula).

Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.

Bila %SB > %sari buah yang diinginkan perlu diencerkan:

%𝑆𝐵 × 𝑉 𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵
%𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 = × 100%
(𝑉𝑎𝑞 × 𝜌𝑎𝑞) + (𝑉 𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵)

Bila %SB < %sari buah yang diinginkan perlu dtambah sukrosa:

180𝑋 + (%𝑆𝐵 × 𝑉 𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵)


%𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 = × 100%
342𝑋 + (𝑉 𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵)

Laboratorium Mikrobiologi Industri 16


Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram

Y gram dilarutkan ke dalam substrat tersebut

2. Fermentasi media sari buah

a. Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil.

b. Substrat ditambahkan starter sesuai variabel.

c. Fermentasi anaerob selama 5 hari

d. Lakukan analisan glukosa dan pengukuran densitas sebelum dan sesudah


fermentasi.

3.3.4 Metode analisis gula

a. Analisa Glukosa Standar

1. Pembuatan glukosa standar.

2. 1,25 gram glukosa anhidrit dilarutkan dengan aquadest pada labu takar
500ml

3. Standarisasi kadar glukosa

a. 5 mL glukosa standar, diencerkan sampai 100 mL, diambil 5 mL,


dinetralkan pHnya.

b. Larutan ditambahkan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B.

c. Larutan dipanaskan hingga 60°C s.d. 70°C.

d. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60°C70°C


sampai warna biru hampir hilang, ditambahkan 2 tetes MB.

e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60°C


s.d 70°C sampai warna biru menjadi merah bata.

f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.

F = V titran

Laboratorium Mikrobiologi Industri 17


b. Mengukur kadar glukosa sari buah

1. Ukur densitas sari buah

2. Cari M

a. 5 ml sari buah, diencerkan hingga 100 ml, diambil 5 ml dan dinetralkan


pHnya.

b. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B, ditambahkan


5 ml glukosa standar yang telah diencerkan.

c. Larutan dipanaskan hinga 60°C s.d. 70°C.

d. Larutan dititrasi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C s.d.


70°C, sampai warna biru hampir hilang, lalu ditambahkan 2 tetes MB.

e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C


s.d. 70°Csampai warna biru menjadi merah bata.

f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.

M = V titran

g. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:

Vtotal Vpengenceran
(F  M )  
Vtitrasi Vyangdiambil
%SB = 100%  0.0025
Vtotal  

Laboratorium Mikrobiologi Industri 18


BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Penambahan Ragi Terhadap Densitas Starter

1,12
Densitas Starter (gr/mL)

1,1
1,08
starter A
1,06
starter B
1,04
1,02 Starter C

1
0,98
0 1 2 3
Hari

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Penambahan Ragi Terhadap Densitas Starter


Pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa penambahan ragi terhadap
densitas starter alkohol terus mengalami penurunan. Penurunan paling banyak
terjadi pada starter A yang disebabkan jumlah ragi yang ditambahkan paling
sedikit dibandingan dengan starter B dan C. Pembuatan Starter bertujuan untuk
mengembang biakkan atau pembibitan Saccharomyce cerevisiae yang berguna
dalam fermentasi alkohol.

Pada pembuatan starter Saccharomyce cerevisiae tumbuh dengan baik pada


kondisi aerob (N.Azizah dkk,2012). Hasil yang didapat tidak sesuai dengan
teori yang ada, dimana densitas turun seiring bertambahnya waktu. Hal ini
dapat terjadi karena terbentuknya CO2 yang dihasilkan oleh ragi. Adanya enzim
invertase dan enzim zimase, membuat ragi dapat mendekomposisi gula.
Pertama enzim invertase menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, lalu
enzim zimase mendokomposisi gula menjadi CO2 (Azizah, 2012). Reaksi yang
dapat terjadi

C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi

(Desi,2016)

Laboratorium Mikrobiologi Industri 19


Gas CO2 yang terbentuk, dapat menjadi zat yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Gas CO2 yang terbentuk akan bereaksi dengan
molekul air (H2O) membentuk H2CO3 sebagai reaksi karbonasi. H2CO3 akan
memberikan suasana asam sehingga pH akan menurun. (Hawusiwa, 2015).

Turunnya pH dapat menyebabkan kematian bakteri. Paparan pada


kondisi asam dapat mengakibatkan kerusakan membran dan lepasnya
komponen intraseluler hilangnya komponen-komponen intraseluler seperti
Mg, K dan lemak dari sel, yang mampu menyebabkan kematian bakteri
(Samsul, 2017). Kematian bakteri akan mengurangi jumlah koloni, dan
menurut teori, nilai jumlah koloni berbanding lurus dengan densitas,
meningkatnya jumlah koloni akan diikuti dengan meningkatnya nilai densitas
(Susanti, 2008). Sehingga dengan kematian bakteri akan mengurangi densitas
inokulum.

4.2 Hubungan Densitas Dengan Jumlah Yeast Pada Tabel


Tabel 4.1 Hubungan Densitas dengan Jumlah Yeast
Data Starter
Tanggal Starter A Starter B Starter C Starter D
Densitas Jumlah Densitas Jumlah Densitas Jumlah Densitas Jumlah
Koloni Koloni Koloni Koloni
21/03/2019 1,0935 2,8 X 1,0965 1,8 X 1,0991 1,6 X 1,0965 1,8 X
10 10 10
10 10 10 1010
22/03/2019 1,079 3,1 X 1,0824 3,6 X 1,0846 4,5 X 1,0865 3,0 X
10 10 10
10 10 10 1010
23/03/2019 1 11,4 X 1,0285 13,7 X 1,0268 14,0 X 1,0272 10,3 X
1010 1010 1010 1010

Pada tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa densitas pada masing-masing starter
mengalami penurunan akan tetapi jumlah yeast bertambah. Pada Starter A,B,C
dan D terbesar pada hari terakhir pembuatan starter dan jumlah yeast terbanyak
ada pada starter C yaitu 14 X 1010.

Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana densitas
turun seiring bertambahnya waktu. Hal ini dapat terjadi karena terbentuknya
CO2 yang dihasilkan oleh ragi. Adanya enzim invertase dan enzim zimase,
membuat ragi dapat mendekomposisi gula. Pertama enzim invertase

Laboratorium Mikrobiologi Industri 20


menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, lalu enzim zimase
mendokomposisi gula menjadi CO2 (Azizah, 2012). Reaksi yang dapat terjadi

C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi

(Desi,2016)

Gas CO2 yang terbentuk, dapat menjadi zat yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Gas CO2 yang terbentuk akan bereaksi dengan
molekul air (H2O) membentuk H2CO3 sebagai reaksi karbonasi. H2CO3 akan
memberikan suasana asam sehingga pH akan menurun.(Hawusiwa, 2015).

Turunnya pH dapat menyebabkan kematian bakteri. Paparan pada


kondisi asam dapat mengakibatkan kerusakan membran dan lepasnya
komponen intraseluler hilangnya komponen-komponen intraseluler seperti
Mg, K dan lemak dari sel, yang mampu menyebabkan kematian bakteri
(Samsul, 2017). Kematian bakteri akan mengurangi jumlah koloni, dan
menurut teori, nilai jumlah koloni berbanding lurus dengan densitas,
meningkatnya jumlah koloni akan diikuti dengan meningkatnya nilai densitas
(Susanti, 2008). Sehingga dengan kematian bakteri akan mengurangi densitas
inokulum.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 21


4.3 Pengaruh Oksigen Terhadap Jumlah Koloni Pada Starter B dan Starter D

16

14

12

Jumlah Koloni (*1010)


10

8
Starter B
6
Starter D
4

0
0 1 2 3
Hari

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Oksigen Terhadap Jumlah Koloni


Pada gambar 4.2 jumlah koloni yang dihasilkan mengalami peningkatan.
Peningkatan terbesar terdapat pada starter B. Starter B didapatkan dengan
membuat starter dengan penutup aluminium foil berlubang dan Starter D
didapatkan dengan membuat starter dengan penutup aluminium foil tanpa
lubang sehingga oksigen tidak dapat masuk. Oksigen merupakan salah satu
faktor penting dalam pengembang biakan mikroorganisme.

Saccharomyces cerevisiae tumbuh dengan baik pada kondisi aerob. Pada


kondisi aerob Saccharomyces cerevisiae menghidrolisis gula menjadi air dan
CO2, tetapi dalam keadaan anaerob gula akan diubah oleh Saccharomyces
cerevisiae menjadi alkohol dan CO2. Jika tujuan penggunaan Saccharomyces
cerevisiae adalah untuk menghasilkan alkohol maka dibutuhkan kondisi
anaerob, tetapi untuk pembuatan starter (biakan awal) diperlukan kondisi aerob
(N.Azizah dkk,2012).

Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerob. Namun udara dibutuhkan


dalam pembibitan sebelum fermentasi untuk pengembangbiakan sel yeast
(Pratiwi,T.R,2018). Sehinga saat pembuatan starter B (pembibitan) yang
tutupnya diberi lubang akan memungkinkan oksigen yang diterima semakin

Laboratorium Mikrobiologi Industri 22


banyak dan menyebabkan jumlah koloni semakin meningkat. Sehingga dari
grafik diatas dapat disimpukan dengan adanya oksigen yang masuk akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri semakin meningkat menyebabkan jumlah
koloni bertambah dari waktu ke waktu. Sehingga dari hasil percobaan diatas
sesuai dengan teori yang ada.

4.4 Pengaruh %V Terhadap Konversi Alkohol

96

94

92
Konversi alkohol (%)

90

88 variabel 1(13%V)

86 variabel 4 (10%V)
variabel 7 (2%V)
84

82

80
0 1 2 3 4
Hari

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh %V Starter A Terhadap Konversi Alkohol


Pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa kadar atau konversi alkohol
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Pada penambahan
starter 2%V dihasilkan kadar etanol (alkohol) yang lebih besar dibandingkan
dengan penambahan starter 10%V dan 13%V.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 23


97
96
Konversi Alkohol (%) 95
94
93 variabel 2 (13%V)
92
variabel 5 (10%V)
91
90 variabel 8 (2%V)
89
88
87
86
0 1 2 3 4
Hari

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh %V Starter B Terhadap Konversi Alkohol


Pada Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa kadar atau konversi alkohol
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Pada penambahan
starter 2%V dihasilkan kadar etanol (alkohol) yang lebih besar dibandingkan
dengan penambahan starter 10%V dan 13%V.

98
97
96
Konversi Alkohol (%)

95
94
variabel 3(13%V)
93
Variabel 6(10%V)
92
Variabel 9(2%V)
91
90
89
0 1 2 3 4
Hari

Gambar 4.5 Grafik Pengaruh %V Starter C Terhadap Konversi Alkohol


Pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa kadar atau konversi alkohol
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Pada penambahan

Laboratorium Mikrobiologi Industri 24


starter 2%V dihasilkan kadar etanol (alkohol) yang lebih besar dibandingkan
dengan penambahan starter 10%V dan 13%V.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Khodijah dan Ahmad (2015)


perbedaan persentase ragi pada pembuatan bioetanol ada pengaruh secara
signifikan terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Karena dengan
penambahan starter 25% dihasilkan kadar etanol yang lebih besar
dibandingkan dengan starter 5% dan 15% hal ini disebabkan Saccharomyces
cerevisiae tumbuh dengan drastis dan persediaan nutrien yang menunjang
petumbuhan Saccharomyces cerevisiae masih banyak seiring penambahan
starter lebih besar sehingga bakteri yang merubah glukosa menjadi etanol
semakin besar, proses ini akan terhenti jika kadar alkohol tidak dapat ditolerir
oleh mikroba (Khodijah.S dan Ahmad.A,2015).

Pada teori diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar penambahan


%V starter dapat meningkatkan kadar etanol sehingga dari percobaan yang
kami dapat berbanding terbalik dengan apa yang ada pada teori.
Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah gula sederhana menjadi etanol,
Namun sejumlah penelitian menyebutkan bahwa Saccharomyces cerevisiae
tidak mampu mengonversi galaktosa menjadi etanol. Sehingga dalam proses
fermentasi bioetanol dari sumber laktosa, hanya glukosa saja yang diubah
menjadi etanol. Hal ini diungkapkan oleh O’leary et al. (2004) yang
menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae menghidrolisis laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Kemudian glukosa akan dikonversi menjadi etanol
sedangkan galaktosa tidak mampu diubah menjadi etanol. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Rubio dan Texeira (2005) yang menyatakan bahwa
Saccharomyces cerevisiae lebih mampu beradaptasi dalam substrat yang
mengandung glukosa daripada galaktosa (N.Azizah dkk,2012). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa masih ada kandungan galaktosa dan masih adanya bakteri
yang tidak membentuk etanol yang menyebabkan kadar etanol pada
penambahan starter 2%V akan lebih besar dari kadar etanol (alkohol) pada
penambahan starter 13%V.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 25


4.5 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Densitas

1,17

1,16
Variabel 1 (13% Starter A)
Densitas (Gram/mL)

1,15 Variabel 2 (13% Starter B)


Variabel 3 (13% Starter C)
1,14
Variabel 4 (10% Starter A)
1,13
Variabel 5 (10% Starter B)
1,12 Variabel 6 (10% Starter C)
Variabel 7 (2% Starter A)
1,11
Variabel 8 (2% Starter B)
1,1 Variabel 9 (2% Starter C)
0 1 2 3 4
Hari

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Densitas Alkohol


Pada Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa densitas semakin meningkat
dengan bertambahnya waktu fermentasi. Densitas terbesar berada pada
variabel 7 dengan jumlah starter A yang ditambahkan 2%V.

Perbedaan waktu fermentasi dan persentase ragi pada pembuatan bioetanol


mempengaruhi besar kecilnya nilai densitas yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan lama fermentasi memiliki pengaruh terhadap densitas alkohol
yang diuji dimana pengaruh tersebut berupa suatu penurunan dalam nilai
densitas seiring bertambahnya waktu, bahwa semakin lama fermentasi
aktivitas mikrobia mengalami pertumbuhan dengan berkembang biak
semakin banyak, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba
maka semakin banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol. Lama
fermentasi juga berkaitan dengan pertumbuhan dari Saccharomyces
cerevisiae. Seperti mikroorganisme yang lain, pertumbuhan dari
Saccharomyces cerevisiae dapat digambarkan dengan kurva pertumbuhan
yang menunjukkan masing-masing fase pertumbuhan. Ada 4 fase
pertumbuhan yang meliputi fase adaptasi, fase tumbuh cepat, fase stasioner,

Laboratorium Mikrobiologi Industri 26


dan fase kematian. Fase adaptasi digambarkan dengan garis kurva dari
keadaan nol kemudian sedikit ada kenaikan. Di dalam fase ini Saccharomyces
cerevisiae mengalami masa adaptasi dengan lingkungan dan belum ada
pertumbuhan. Fase tumbuh cepat yang digambarkan dengan garis kurva yang
mulai menunjukkan adanya peningkatan yang tajam. Pada fase ini
Saccharomyces cerevisiae mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Di
dalam fase ini terjadi pemecahan gula secara besar-besaran guna memenuhi
kebutuhan pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Hasil pemecahan gula
oleh Saccharomyces cerevisiae dalam keadaan anaerob menghasilkan
alkohol. Kemungkinan dihasilka alkohol paling tinggi pada fase ini (N.Azizah
dkk,2012). Dengan meningkatnya jumlah alkohol ini maka massa atau
densitas daripada campuran alkohol-air akan semakin rendah. Semakin tinggi
persentase ragi maka semakin rendah nilai densitas. Hal ini karena ragi
Saccharomyces cerevisiae merubah glukosa menjadi etanol, dimana jika ragi
yang diberikan banyak maka etanol yang dihasilkan juga akan semakin
banyak dan begitu juga sebaliknya, sehingga densitasnya akan semakin
rendah (Khodijah.S dan Ahmad.A,2015). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data yang diperoleh pada grafik diatas tidak sesuai dengan teori.

Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah gula sederhana menjadi etanol,


Namun sejumlah penelitian menyebutkan bahwa Saccharomyces cerevisiae
tidak mampu mengonversi galaktosa menjadi etanol. Sehingga dalam proses
fermentasi bioetanol dari sumber laktosa, hanya glukosa saja yang diubah
menjadi etanol. Hal ini diungkapkan oleh O’leary et al. (2004) yang
menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae menghidrolisis laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa. Kemudian glukosa akan dikonversi menjadi
etanol sedangkan galaktosa tidak mampu diubah menjadi etanol. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Rubio dan Texeira (2005) yang menyatakan
bahwa Saccharomyces cerevisiae lebih mampu beradaptasi dalam substrat
yang mengandung glukosa daripada galaktosa (N.Azizah dkk,2012).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih ada kandungan galaktosa dan

Laboratorium Mikrobiologi Industri 27


masih adanya bakteri yang tidak membentuk etanol yang menyebabkan
densitas terus meningkat.

4.6 Fenomena Titrasi


Titrasi Redoks pada Uji Fehling
Uji fehling merupakan salah satu cara menghitung konsentrasi gula. Dalam
perhitungan konsentrasi gula dengan cara uji fehling, digunakan pereaksi
fehling. Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai
sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri
atas dua larutan yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B. Larutan fehling
A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan fehling B adalah larutan
garam KNatartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan
terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu
karbohidrat. Dalam Gambar 2.1. Struktur Molekul Selulosa 8 pereaksi ini ion
CU2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan
endapan merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer
misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau
kekuningan. Reaksi identifikasi gula dengan uji fehling dapat dilihat pada
Gambar 4.7. (Ciptasari.R,2015)

Gambar 4.7 Reaksi Pada Uji Fehling

Laboratorium Mikrobiologi Industri 28


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengaruh penambahan ragi terhadap densitas dan jumlah koloni yaitu


densitas menurun dan jumlah koloni semakin meningkat, pada densitas
starter terjadi penurunan sehingga hal ini berbanding terbalik dengan teori.
2. Pengaruh oksigen terhadap jumlah koloni pada starter yaitu semakin banyak
oksigen yang masuk akan menambah jumlah koloni.
3. Pengaruh penambahan %V starter terhadap densitas dan kadar etanol yaitu
semakin besar %V starter yang ditambahkan maka densitas semakin
menurun dan kadar etanol semakin meningkat. Pada praktikum kali ini %V
starter berkurang karena faktor bakteri yang digunakan tidak dapat merubah
galaktosa menjadi etanol dan masih banyak bakteri yang belum dapat
berikatan dengan glukosa.
5.2 Saran
1. Pada saat pembuatan starter harus lebih teliti sehingga faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri dapat di maksimalkan dan agar tidak
terjadi pembentukan CO2 yang akan menyebabkan densitas starter
menurun.
2. Pada fermentasi alkohol akan terdapat galaktosa. galaktosa dapat
menyebabkan tidak dapat terjadinya pembentukan etanol hal ini dapat kita
hindari dengan penambahan gula atau glukosa sehingga lebih banyak etanol
yang dapat terbentuk.
3. Pada saat pembuatan starter juga sebaiknya nutrient yang ditambahkan
sesuai kondisi optimum karena jumlah koloni akan terus meningkat
sehingga jika nutrient hanya sedikit kemungkinan jumlah koloni akan
semakin sedikit karena terjadi fase kematian.

Laboratorium Mikrobiologi Industri 29


DAFTAR PUSTAKA

Ar Rahim, Dicka. 2009. Produksi Etanol oleh Saccharomyces cereviseae var.


ellipsoideus dari Sirup Dekstrin Pati Sagu (Metroxylon sp) Menggunakan
Metode Aerasi Penuh dan Aerasi dihentikan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor

Khodijah.S dan Ahmad A. 2015. Analisis Pengaruh Variasi Persentase Ragi


(Saccharomyces cerevisiae) dan Waktu Pada Proses Fermentasi Dalam
Pemanfaatan Duckweed (Lemna minor) Sebagai Bioetanol. Jurnal Neutrino
Vol.7

N Azizah, dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan
Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Whey Dengan Substitusi Kulit
Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 1 No.2

Pratiwi, Ryta Tri. 2018. Pengaruh Konsentrasi Starter Saccharomyces cerevisiae


Dan Waktu Fermentasi Umbi Suweg (Amorphophallus paeoniifolius
(Dennst.) Nicolson) Terhadap Kadar Alkohol Dan Uji Nyala Api (Flash
Point) Sederhana Sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma

Putri, Eleny Sania. 2014. Pemanfaatan Limbah Tandan Kelapa Untuk Pembuatan
Bioetanol Melalui Proses Hidrolisis Dan Fermentasi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang

Sugiyatno, Devita. 2018. Pengaruh Jenis Gula Pada Pembuatan Wine Dari Jeruk
Siam (Citrus nobilis) Terhadap Cita Rasa Dan Kadar Etanol Wine.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Wusnah, dkk. 2016. Proses Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminata B. C) Secara Fermentasi. Lhokseumawe: Universitas
Malikussaleh Lhokseumawe

Laboratorium Mikrobiologi Industri 30


LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

ALKOHOL

Disusun Oleh :

Kelompok : 4 Kamis

Nama : 1. Abdur Rohman 21030117130146

2. Lisna Hanifah 21030117130127

3. Varit Eka Pradita 21030117120019

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat alkohol dari sari buah semangka
2. Mempelajari pengaruh ragi terhadap pertumbuhan yeast peda pembuatan
starter
3. Mempelajari pengaruh persentase sari buah semangka terhadap konversi
pembuatan alkohol

II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
1. Sari buah semangka 2600 ml 7. Indikator MB
2. Glukosa 8. Aquadest
3. KH2PO4 3,2 gr 9. Ragi roti 3,3 gr
4. MgSO4, 3,2 gr 10. Fehling A
5. NaOH 11. Fehling B
6. CH3COOH 12. Urea 3,2 gr
2.2 Alat Yang Dipakai
1. Erlenmeyer 5. Pengaduk
2. Buret, Statif, Klem 6. Aoutoclave
3. Gelas ukur 7. Kompor Listrik
4. Beaker glass 8. Pipet tetes

2.3 Cara Kerja


A. Pembuatan Starter
1. Mula-mula persiapkan sari buah jeruk siam untuk bahan starter.
Dengan mempersiapkan Sari buah semangka yang telah bebas dari
ampas sesuai variabel.
2. Sari buah jeruk siam disterilkan dengan cara dididihkan. Adonan
didinginkan sampai suhu kamar
3. Sari buah jeruk siam sebanyak 200 ml ditambahkan KH2PO4,
MgSO4, urea sebanyak variabel sebagai nutrient.
4. pH diatur 5

A-2
5. Ragi/fermipan sebanyak 0,1 gr; 1 gr; 1,2 gr; dan 1 gr ditambahkan
ke dalam larutan tersebut
6. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama
2 hari sampai dengan konstan.

B. Pengukuran Variabel Respon


1. Metode perhitungan yeast
Cara Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan
Hemositometer
a. Sampel sebanyak 1 mL diencerkan 100x.
b. Sampel diteteskan pada meja hemositometer .
c. Hemositometer diletakkan pada mikroskop.
d. Gambar/preparat dicari dengan mengatur perbesaran.
e. Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer.
f. Jumlah yeast/mikroorganisme dihitung dengan mengalikan
faktor pengenceran.

Gambar 3.1 tampilan hemosistometer menggunakan mikroskop

Jumlah mikroorganisme per sampel :


1
× 𝑓𝑝 × 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 × ∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙
80 × 25. 10−5 × 10−3

2. Analisis densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.

A-3
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

C. Fermentasi
1. Persiapan sari buah
a. Mula-mula persiapkan sari buah jeruk siam untuk bahan
starter. Dengan mempersiapkan Sari buah semangka yang telah
bebas dari ampas sesuai variabel.
b. Sari buah jeruk siam disterilkan dengan cara dididihkan.
c. Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH 5.
d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis
gula)
Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.
Bila %SB > %sari buah yang diinginkan perlu diencerkan:
%𝑆𝐵 × 𝑉𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵
%𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 = × 100%
(𝑉𝑎𝑞 × 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵 )
Bila %SB < %sari buah yang diinginkan perlu dtambah
sukrosa :
180𝑋 + (%𝑆𝐵 × 𝑉𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵 )
%𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 =
324𝑋 + (𝑉𝑆𝐵 × 𝜌𝑆𝐵 )
Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram
Y gram dilarutkan ke dalam substrat tersebut
2. Fermentasi Sari buah
a. Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil.
b. Substrat ditambahkan starter sesuai variabel.
c. Fermentasi anaerob selama 5 hari
d. Lakukan analisan glukosa dan pengukuran densitas sebelum
dan sesudah fermentasi
D. Metode Analisis Gula
a. Analisa Glukosa Standar
1. Pembuata glukosa standar

A-4
2. 1,25 gram glukosa anhidrit dilarutkan dengan aquadest pada labu
takar 500 ml
3. Standarisasi kadar glukosa
a. 5 mL glukosa standar, diencerkan sampai 100 mL, diambil 5
mL, dinetralkan pHnya.
b. Larutan ditambahkan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B.
c. Larutan dipanaskan hingga 60°C s.d. 70°C.
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan
60°C-70°C sampai warna biru hampir hilang, ditambahkan 2
tetes MB.
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambil
dipanaskan 60°C s.d. 70°Csampai warna biru menjadi merah
bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
F = V titran
b. Mengukur Kadar Glukosa Sari buah
1. Ukur densitas sari buah jeruk siam
2. Cari M
a. 5 ml sari buah jeruk siam, diencerkan hingga 100 ml, diambil
5 ml dan dinetralkan pHnya.
b. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B,
ditambahkan 5 ml glukosa standar yang telah diencerkan.
c. Larutan dipanaskan hinga 60°C s.d. 70°C.
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standart sambil dipanaskan
60°C s.d. 70°C, sampai warna biru hampir hilang, lalu
ditambahkan 2 tetes MB.
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standart sambil
dipanaskan 60°C s.d. 70°Csampai warna biru menjadi merah
bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
M = V titran
g. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:

A-5
𝑉 𝑉𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
(𝐹‐ 𝑀) × 𝑉𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 × 𝑉
𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑓 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑣𝑏𝑖𝑙
%𝑆𝐵 = × 100% × 0,0025
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝜌
C. Analisis Densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel.
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙‐ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

2.4 HASIL PERCOBAAN

Data Awal
ρsari buah Kalibrasi Piknometer:
Massa picno kosong = 29,94 gram
Massa picno+aquadest = 79,67 gram
Massa aquadest : 49,73 gram
𝑚 79.67−29.94
V aquadest = = = 49,929 ml
ρ 0.996

Densitas sari buah:


massa = 81,67 gr
massa piknometer kosong = 29,94 gram
(81.67 − 29.94)
𝜌= = 1.0361 𝑔𝑟/𝑚𝐿
49.929
Vsari buah Basis = 200 ml
Volume starter = 13% x 200ml = 26 ml
Volume sari buah variabel 1,2,3 = V
Basis-Volume starter = 200 – 26 = 174 ml
Volume starter = 10% x 200 ml = 20 ml
Volume sari buah variabel 4,5,6 = V
Basis-Volume starter = 200 – 20 = 180 ml
Volume starter = 2% x 200 ml = 4 ml
Volume sari buah variabel 7,8,9 = V
Basis-Volume starter = 200 – 4 = 196 ml

A-6
% SB 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
(𝐹 − 𝑀)𝑥 𝑥
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑉 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
= 𝑥 100% 𝑥 0.0025
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝜌
200 100
(31 − 21)𝑥 𝑥
= 20 5 𝑥 100% 𝑥 0.0025
200 𝑥 1.061
= 0,0241%

Data Starter
Tanggal Starter A Starter B Starter C Starter D
Densitas Jumlah Densitas Jumlah Densitas Jumlah Densitas Jumlah
Koloni Koloni Koloni Koloni
21/03/2019 1,0935 2,8 X 1,0965 1,8 X 1,0991 1,6 X 1,0965 1,8 X
1010 1010 1010 1010
22/03/2019 1,079 3,1 X 1,0824 3,6 X 1,0846 4,5 X 1,0865 3,0 X
1010 1010 1010 1010
23/03/2019 1 11,4 X 1,0285 13,7 X 1,0268 14,0 X 1,0272 10,3 X
1010 1010 1010 1010

Kadar sari buah yang 10,5%


diinginkan
Berat Sukrosa 39,778 gram
MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN

Rohman Lisna Varit Ratna Juwita Sari


21030115140162

A-7
LEMBAR PERHITUNGAN

 Starter
1. Kalibrasi Aquadest (t = 0)
Mpicno kosong = 29,94 gram
Mpicno+aquadest = 79,67 gram
𝜌 aquadest = 0,996 gram/Ml
M aquadest = 49,73 gram
𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 49,73 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = = 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 49,929 𝑚𝐿
𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 0,996 𝑚𝐿

2. Kalibrasi Aquadest (t = 1,2,3,4 dan 5 hari)


Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+aquadest = 79,5 gram
𝜌 aquadest = 0,996542 gram/mL
M aquadest = 48,66 gram

𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 48,66 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝑉𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = = 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 48.828 𝑚𝐿
𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 0,996542
𝑚𝐿
3. Kalibrasi Starter
Tanggal: 21 Maret 2019
 Starter A
Mpicno kosong = 29,94 gram
Mpicno+starter A = 84,54 gram
M starter A = (84,54 - 29,94) gram = 54,6 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐴 54,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐴 = = = 1,0935 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 49,929 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 28 = 2,8 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
 Starter B
Mpicno kosong = 29,94 gram
Mpicno+starter B = 84,69 gram
M starter B = (84,69 - 29,94) gram = 54,75 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐵 54,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐵 = = = 1,0965 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 49,929 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 18 = 1,8 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
 Starter C
Mpicno kosong = 29,94 gram
Mpicno+starter C = 84,82 gram
M starter C = (84,82 - 29,94) gram = 54,88 gram

Laboratorium Mikrobiologi B-1


𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐶 54,88 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐶 = = = 1,0991 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 49,929 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 16 = 1,6 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
 Starter D
Mpicno kosong = 29,94 gram
Mpicno+starter D = 84,69 gram
M starter D = (84,69 - 29,94) gram = 54,75 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐷 54,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐷 = = = 1,0965 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 49,929 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 18 = 1,8 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
Tanggal: 22 Maret 2019
 Starter A
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter A = 83,53 gram
M starter A = (83,53 - 30,84) gram = 52,69 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐴 52,69 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐴 = = = 1,079 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 31 = 3,1 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
 Starter B
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter B = 83,69 gram
M starter B = (83,69 - 30,84) gram = 52,85 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐵 52,85 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐵 = = = 1,0824 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 36 = 3,6 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
 Starter C
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter C = 83,80 gram
M starter C = (83,80 - 30,84) gram = 52,96 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐶 52,96 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐶 = = = 1,0846 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 45 = 4,5 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
 Starter D
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter D = 83,89 gram
M starter D = (83,89 - 30,84) gram = 53,05 gram

Laboratorium Mikrobiologi B-2


𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐷 53,05 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐷 = = = 1,0865 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = × 100 × 200 × 30 = 3,0 × 1010
80 × 25. 10−5 × 10−3
Tanggal: 23 Maret 2019
 Starter A
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter A = 79,668 gram
M starter A = (79,668 - 30,84) gram = 48,828 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐴 48,828 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐴 = = = 1,0 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = −5 −3
× 100 × 200 × 114 = 11,4 × 1010
80 × 25. 10 × 10
 Starter B
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter B = 81,059 gram
M starter B = (81,059 - 30,84) gram = 50,219 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐵 50,219 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐵 = = = 1,0285 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = −5 −3
× 100 × 200 × 137 = 13,7 × 1010
80 × 25. 10 × 10
 Starter C
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter C = 80,976 gram
M starter C = (80,976 - 30,84) gram = 50,136 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐶 50,136 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐶 = = = 1,0268 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = −5 −3
× 100 × 200 × 140 = 14,0 × 1010
80 × 25. 10 × 10
 Starter D
Mpicno kosong = 30,84 gram
Mpicno+starter D = 80,996 gram
M starter D = (80,996 - 30,84) gram = 50,156 gram
𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐷 50,156 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝐷 = = = 1,0272 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = −5 −3
× 100 × 200 × 103 = 10,3 × 1010
80 × 25. 10 × 10
 Fermentasi
V Jeruk = 200 mL
1.Variabel 1 = 13%V Starter A
2.Variabel 2 = 13%V Starter B

Laboratorium Mikrobiologi B-3


3.Variabel 3 = 13%V Starter C
4.Variabel 4 = 10%V Starter A
5.Variabel 5 = 10%V Starter B
6.Variabel 6 = 10%V Starter C
7.Variabel 7 = 2%V Starter A
8.Variabel 8 = 2%V Starter B
9.Variabel 9 = 2%V Starter C
 Hari 0
F = 31 mL
M = 21 mL
Mpicno+Jeruk = 81,43 gram
Mpicno kosong = 30,84 gram
M jeruk = ( 81,43 -30,84 gram) = 50,59 gram
V = 48,828 mL
%SB yang diinginkan = 10,5%
𝑀𝑗𝑒𝑟𝑢𝑘 50,59 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝐽𝑒𝑟𝑢𝑘 = = = 1,0361 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 21 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,0241 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,0361 𝑚𝐿

180𝑋 + (0,0241 × 200 × 1,0361)


10,5% = × 100%
342𝑋 + (200 × 1,0361)
𝑋 = 0,1163
𝑌 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑢𝑘𝑟𝑜𝑠𝑎) = 𝑋 × 342 = 39,778 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Variabel 1
Mpicno+sampel 1 = 86,37 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 1 = (86,37 - 30,84 gram) = 55,53 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 55,53 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1372 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 2
Mpicno+sampel 2 = 86,04gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 2 = (86,04 - 30,84 gram) = 55,20 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2 55,20 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1304 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 3
Mpicno+sampel 3 = 85,66 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 3 = (85,66 - 30,84 gram) = 54,82 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3 54,82 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1227 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 4

Laboratorium Mikrobiologi B-4


Mpicno+sampel 4 = 85,37gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 4 = (85,37 - 30,84 gram) = 54,53 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 4 54,53 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1167 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 5
Mpicno+sampel 5 = 84,76gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 5 = (84,76 - 30,84 gram) = 53,92 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 5 53,92 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1042 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 6
Mpicno+sampel 6 = 85,60 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 6 = (85,60 - 30,84 gram) = 54,76 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 6 54,76 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1214 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 7
Mpicno+sampel 7 = 85,62 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 7 = (85,62 - 30,84 gram) = 54,78 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 7 54,78 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1218 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 8
Mpicno+sampel 8 = 85,49 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 8 = (85,49 - 30,84 gram) = 54,65 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 8 54,65 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1192 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Variabel 9
Mpicno+sampel 9 = 85,19 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 9 = (85,19 - 30,84 gram) = 54,35 gram
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 9 54,35 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1131 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
 Hari 1
F = 31 mL
 Variabel 1
Mpicno+sampel 1 = 86,78 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 1 = (86,78 - 30,84 gram) = 55,94 gram
M1 = 22 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 55,94 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1456 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿

Laboratorium Mikrobiologi B-5


200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 22 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,964 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1456 𝑚𝐿

 Variabel 2
Mpicno+sampel 2 = 86,19 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 2 = (86,19 - 30,84 gram) = 55,35 gram
M2 = 25 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2 55,35 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1335 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 25 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,3233 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1335 𝑚𝐿

 Variabel 3
Mpicno+sampel 3 = 85,68 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 3 = (85,68 - 30,84 gram) = 54,84 gram
M3 = 26 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3 54,84 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1231 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 26 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,1129 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1231 𝑚𝐿

 Variabel 4
Mpicno+sampel 4 = 85,84gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 4 = (85,84 - 30,84 gram) = 55 gram
M4 = 26,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 4 55 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1264 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 26,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,9987 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1264 𝑚𝐿

 Variabel 5
Mpicno+sampel 5 = 85,86gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 5 = (85,86 - 30,84 gram) = 55,02 gram
M5 = 27 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 5 55,02 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1218 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿

Laboratorium Mikrobiologi B-6


200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,8874 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1218 𝑚𝐿

 Variabel 6
Mpicno+sampel 6 = 86,07 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 6 = (86,07 - 30,84 gram) = 55,23 gram
M6 = 27,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 6 54,23 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1311 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,7735 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1456 𝑚𝐿

 Variabel 7
Mpicno+sampel 7 = 85,67 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 7 = (85,67 - 30,84 gram) = 54,83 gram
M7 = 28 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 7 54,83 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,122
𝑉 48,828 𝑚𝐿 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 28 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,6102 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,122 𝑚𝐿

 Variabel 8
Mpicno+sampel 8 = 85,55 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 8 = (85,55 - 30,84 gram) = 54,71 gram
M8 = 28,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 8 54,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1204 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 28,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,5578 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1456 𝑚𝐿

 Variabel 9
Mpicno+sampel 9 = 85,48 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 9 = (85,48 - 30,84 gram) = 54,64 gram
M9 = 29 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 9 54,64 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1190 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿

Laboratorium Mikrobiologi B-7


200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 29 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,4468 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1190 𝑚𝐿

 Hari 2
F = 31 mL
 Variabel 1
Mpicno+sampel 1 = 86,7 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 1 = (86,7 - 30,84 gram) = 55,86 gram
M1 = 23 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 55,86 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1440 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 23 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,7482 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1440 𝑚𝐿

 Variabel 2
Mpicno+sampel 2 = 86,71 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 2 = (86,71 - 30,84 gram) = 55,87 gram
M2 = 25,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2 55,87 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1442 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 25,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,2017 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1442 𝑚𝐿

 Variabel 3
Mpicno+sampel 3 = 86,55 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 3 = (86,55 - 30,84 gram) = 55,71 gram
M3 = 26,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3 55,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1409 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 26,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,9986 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1409 𝑚𝐿

 Variabel 4
Mpicno+sampel 4 = 86,39 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 4 = (86,39 - 30,84 gram) = 55,55 gram
M4 = 27 mL

Laboratorium Mikrobiologi B-8


𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 4 55,55 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1376 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,8790 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1456 𝑚𝐿

 Variabel 5
Mpicno+sampel 5 = 86,61 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 5 = (86,61 - 30,84 gram) = 55,77 gram
M5 = 27,3 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 5 55,77 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1421 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27,3 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,8099 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1421 𝑚𝐿

 Variabel 6
Mpicno+sampel 6 = 87,11 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 6 = (87,11 - 30,84 gram) = 56,27 gram
M6 = 27,7 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 6 56,27 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1524 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27,7 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,7159 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1524 𝑚𝐿

 Variabel 7
Mpicno+sampel 7 = 87,01 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 7 = (87,01- 30,84 gram) = 56,17 gram
M7 = 28,2 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 7 56,17 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1503 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 28,2 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,6085 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1503 𝑚𝐿

 Variabel 8
Mpicno+sampel 8 = 86,71 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 8 = (86,71 - 30,84 gram) = 55,87 gram
M8 = 28,8 mL

Laboratorium Mikrobiologi B-9


𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 8 55,87 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1442 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 28,8 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,4806 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1442 𝑚𝐿

 Variabel 9
Mpicno+sampel 9 = 87,03 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 9 = (87,03 - 30,84 gram) = 56,19 gram
M9 = 29,2 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 9 56,19 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1507 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 29,2 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,3911 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1507 𝑚𝐿

 Hari 3
F = 31 mL
 Variabel 1
Mpicno+sampel 1 = 86,82 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 1 = (86,82 - 30,84 gram) = 55,98 gram
M1 = 24 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 55,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1464 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 24 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,5265 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1464 𝑚𝐿

 Variabel 2
Mpicno+sampel 2 = 87,31 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 2 = (87,31 - 30,84 gram) = 56,47 gram
M2 = 25,8 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2 56,47 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1565 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 25,8 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 1,124 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1565 𝑚𝐿

 Variabel 3
Mpicno+sampel 3 = 87,22 gram
Mpicno = 30,84 gram

Laboratorium Mikrobiologi B-10


Msampel 3 = (87,22 - 30,84 gram) = 56,38 gram
M3 = 26,8 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3 56,38 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1546 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 26,8 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,9094 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1546 𝑚𝐿

 Variabel 4
Mpicno+sampel 4 = 87,13gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 4 = (87,13 - 30,84 gram) = 56,29 gram
M4 = 27,2 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 4 56,29 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1530 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27,2 𝑚𝐿) × ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,8239 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1530 𝑚𝐿

 Variabel 5
Mpicno+sampel 5 = 87,62 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 5 = (87,62 - 30,84 gram) = 56,78 gram
M5 = 27,6 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 5 56,78 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1628 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 27,6 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,7309 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,11628 𝑚𝐿

 Variabel 6
Mpicno+sampel 6 = 87,28 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 6 = (87,28 - 30,84 gram) = 56,44 gram
M6 = 28 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 6 56,44 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1558 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 28 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,6489 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1558 𝑚𝐿

 Variabel 7
Mpicno+sampel 7 = 87,15 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 7 = (87,15 - 30,84 gram) = 56,31 gram

Laboratorium Mikrobiologi B-11


M7 = 28,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 7 56,31 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1532 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 28,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,5419 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1532 𝑚𝐿

 Variabel 8
Mpicno+sampel 8 = 87,31 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 8 = (87,31 - 30,84 gram) = 56,47 gram
M8 = 29 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 8 56,47 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1565 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 29 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,4323 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1565 𝑚𝐿

 Variabel 9
Mpicno+sampel 9 = 87,05 gram
Mpicno = 30,84 gram
Msampel 9 = (87,05 - 30,84 gram) = 56,21 gram
M9 = 29,5 mL
𝑀𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 9 56,21 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= = = 1,1511 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑉 48,828 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
( 31 − 29,5 𝑚𝐿) ×
%𝑆𝐵 = 20 𝑚𝐿 × 5 𝑚𝐿 × 100% × 0,0025 = 0,3257 %
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 𝑚𝐿 × 1,1511 𝑚𝐿

 Konversi Alkohol
 Starter A 13%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 1,964%
%SB2 = 1,7482%
%SB3 = 1,5265%
10,5 − 1,964
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 81,295%
10,5
10,5 − 1,7482
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 83,3505%
10,5
10,5 − 1,5265
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 85,4619%
10,5

Laboratorium Mikrobiologi B-12


 Starter A 10%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 0,9987%
%SB2 = 0,8790%
%SB3 = 0,8239%
10,5 − 0,9987
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 90,488%
10,5
10,5 − 0,8790
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 91,628%
10,5
10,5 − 0,8239
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 92,153%
10,5
 Starter A 2%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 0,6102%
%SB2 = 0,6085%
%SB3 = 0,5419%
10,5 − 0,6102
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 91,188%
10,5
10,5 − 0,6085
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 94,205%
10,5
10,5 − 0,5419
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 94,839%
10,5
 Starter B 13%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 1,3233%
%SB2 = 1,2017%
%SB3 = 1,124%

10,5 − 1,3233
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 87,397%
10,5
10,5 − 1,2017
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 88,555%
10,5
10,5 − 1,124
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 89,295%
10,5
 Starter B 10%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 0,8874%
%SB2 = 0,8099%
%SB3 = 0,7309%

Laboratorium Mikrobiologi B-13


10,5 − 0,8874
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 91,549%
10,5
10,5 − 0,8099
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 92,287%
10,5
10,5 − 0,7309
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 93,039%
10,5
 Starter B 2%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 0,5578%
%SB2 = 0,4806%
%SB3 = 0,4323%
10,5 − 0,5578
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 94,688%
10,5
10,5 − 0,4806
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 95,423%
10,5
10,5 − 0,4323
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 95,833%
10,5
 Starter C 13%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 1,1129%
%SB2 = 0,986%
%SB3 = 0,9094%
10,5 − 1,1129
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 89,401%
10,5
10.5 − 0.986
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 90.61%
10.5
10.5 − 0.9094
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 91.339%
10.5
 Starter C 10%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 0.7735%
%SB2 = 0,7159%
%SB3 = 0,6489%
10.5 − 0.7735
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 92.633%
10.5
10.5 − 0.7159
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 93.182%
10.5
10.5 − 0.6489
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 93.82%
10.5
 Starter C 2%V
Hari = 0,1,2,3
%SB0 = 10,5%
%SB1 = 0.4468%

Laboratorium Mikrobiologi B-14


%SB2 = 0,3911%
%SB3 = 0,3257%
10.5 − 0.4468
1. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 95.745%
10.5
10.5 − 0.3911
2. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 96.275%
10.5
10.5 − 0.3257
3. 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = | | × 100% = 96.898%
10.5

Laboratorium Mikrobiologi B-15


LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO

PRAKTIKUM KE : 2
MATERI : STARTER ALKOHOL
HARI : KAMIS
TANGGAL : 21 MARET 2019
KELOMPOK : 4 KAMIS
NAMA : Abdur Rohman
Lisna Hanifah
Varit Eka Pradita
ASISTEN : Ratna Juwita Sari
KUANTITAS REAGEN

Starter
(a) 200 ml sari jeruk mentah + 4 gr/L KH2PO4 + 4 gr/L MgSO4 + 4gr/L Urea + 0,5
gr/L ragi
(b)200 ml sari jeruk mentah + 4 gr/L KH2PO4 + 4 gr/L MgSO4 + 4gr/L Urea + 5
gr/L ragi
(c) 200 ml sari jeruk mentah + 4 gr/L KH2PO4 + 4 gr/L MgSO4 + 4gr/L Urea + 6
gr/L ragi
(d) Idem (b) tapi tidak di lubangi tutupnya t = 2 hari
Data = Densitas dan jumlah koloni Tutup : Alumunium foil (dilubangi) pH = 5
Fermentasi
Basis 200 ml sari jeruk mentah
13% (starter A,B,C) %SB = 10,5% Data : Densitas dan %SB
10% (starter A,B,C) pH = 5Tutup : Alumunium foil (Tidak dilubangi)
2% (starter A,B,C) t = 5 hari

TUGAS TAMBAHAN

- Bawa sampel, fermipan, mm blok, al.foil saat starter


- Bawa sampel, gula pasir, al.foil saat fermentasi

Semarang,15 Maret 2019


ASISTEN

Ratna Juwita Sari


21030115140162
E-1
REFERENSI
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6
F-7
F-8
F-9
F-10
F-11
F-12
F-13
F-14
F-15
F-16
F-17
F-18
F-19
F-20
F-21
F-22
F-23
F-24
F-25
F-26
F-27
F-28
F-29
F-30
F-31
F-32
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
TANDA
KETERANGAN
TANGAN
NO TANGGAL

1. 2 Mei 2019 BAB I, IV


Perbaiki kata density menjadi
densitas

2. 6 Mei 2019 BAB IV

3. 16 Mei 2019 BAB IV

4. 21 Mei 2019 BAB IV, Ringkasan, BAB V

5. 22 Mei 2019 BAB V

6. 27 Mei 2019 ACC


F-2

Anda mungkin juga menyukai