Anda di halaman 1dari 14

Nama asisten : Novia Oktaviani

Tanggal Praktikum : 23 Oktober 2019


Tanggal Pengumpulan : 14 November 2019

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA


ORGANISME DARI BAHAN PENGAWET ALAMI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Aditya Nugraha (240210180100)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: aditya18018@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Salah satu kerusakan pangan yang sering terjadi disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme. Untuk menekan angka kerusakan pangan karena aktivitas
mikroorganisme, dibuatlah zat antimikroba untuk menekan pertumbuhan mikroba.
Tujuan praktikum ini yaitu dapat mempelajari pengujian efektifitas senyawa
antimikroba dari bahan pengawet alami. Pengujian antimikroorganisme ini dilakukan
dengan menggunakan bahan pengawet alami. Bahan pengawet alami yang digunakan
yaitu asam jawa, bawang putih bubuk, bawang putih segar, jahe segar, jeruk nipis,
kunyit bubuk, kunyit segar, lada putih bubuk, lengkuas merah, pala bubuk, dan sereh
segar. Metode yang digunakan adalah disc diffusion test (tes Kirby Bauer) yang
dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan
petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri. Hasil dari pengujian kali
ini menunjukan bahwa sampel jeruk nipis memiliki efektivitas paling tinggi diantara
semua sampel.

Kata Kunci : Antimikroba, Disc Diffusion Test, Mikroorganisme

PENDAHULUAN Antimikorba atau antimikrobial


merupakan suatu zat yang mampu
Penggunaan mikroorganisme menghambat atau mengganggu
dalam proses pengolahan bahan pangan pertanaman dan metabolisme mikroba
sangat banyak macamnya. Namun tidak (Pelczar & Chan, 2005). Antimikroba
semua mikroorganisme menguntungkan dapat bersifat bakterisidal (membunuh
bagi produk pangan. Mikroorganisme bakteri) atau bakteriostatik
yang menguntungkan akan (menghambat pertanaman bakteri) (Lay
dimanfaatkan sebagai bahan untuk & Hastowo, 1992). Fungsi antimikroba
melakukan fermentasi, sedangkan tersebut pada bahan pangan dapat
mikoorganisme yang merugikan akan memeperpanjang umur simpan suatu
dihindari dengan sebaik baiknya, salah bahan pangan sebab antimikroba
satu cara untuk menghambat bekerja menghambat pertanaman
pertumbuhan bakteri yag tidak mikroorganisme atau membunuh
diinginkan adalah dengan penggunaan mikroorganisme target sehingga dapat
zat anti mikroba. mempertahankan mutu bahan pangan
dan memperpanjang umur simpannya. serta menghambat permeabilitas
Terjadinya proses daya hambat tersebut membran sel. Zat antimikroba dapat
karena pelekatan bahan antimikroba menghambat metabolisme sel, karena
pada permukaan sel mikroba atau zat ini mengganggu proses
senyawa terseut berdifusi ke dalam sel pembentukan asam folat, sehingga
(Pelczar & Chan, 2005). menghasilkan asam folat yang non
Menurut Pelczar dan Chan (2005), fungsional dan metabolisme dalam sel
cara kerja zat antimikroba dalam mikroba akan terganggu (Setiabudy,
melakukan efeknya terhadap 2007). Zat antimikroba juga dapat
mikroorganisme adalah sebagai berikut: menghambat sintesis dinding sel dan
a. Merusak dinding sel protein, karena senyawa antimikroba
b. Merubah protein dan asam dapat merusak dan mencegah proses
nukleat sintesis terjadi, sehingga akan
c. Merubah permeabilitas sel menyebabkan terbentuknya sel yang
d. Menghambat kerja enzim peka terhadap tekanan osmotik
e. Menghambat sintesa DNA, (Waluyo, 2004).
RNA, dan protein Zat antimikroba yang digunakan
Pengujian antimikroba dapat sebagai sampel pada praktikum ini,
dilakukan dengan metode difusi agar, terdiri dari zat antimikroba alami dan
dengan media Mueller Hinton Agar zat antimikroba sintetik (buatan). Zat
(MHA). Teknik yang digunakan adalah antimikroba yang digunakan pada
disc diffusion dengan metode Kirby praktikum kali ini adalah asam jawa,
Bauer. Prinsip metode ini adalah dengan bawang putih segar, bawang putih
mengamati adanya zona terang di segar, jahe, jeruk nipis, kunyit bubuk,
sekitar paper disc yang sudah direndam kunyit segar, lada putih, lengkuas
dengan larutan Penicilin dan diukur merah, pala bubuk, dan sereh.
dengan menggunakan penggaris. Tujuan dari praktikum kali ini
Kelebihan dari metode ini adalah efisien adalah untuk mempelajari cara
dan mudah pengerjaannya, selain itu pengujian efektivitas senyawa
juga bahan yang digunakan relatif antimikroba dari bahan pengawet alami.
murah. Sedangkan kekurangan metode
ini adalah zona terang ini tidak selalu METODOLOGI
muncul, tergantung dari faktor inkubasi, Alat dan Bahan
dan preinkubasinya, sehingga Alat yang digunakan pada
pengamatan yang dilakukan tidak selalu praktikum kali ini adalah
berhasil. bunsen/pembakar spirtus, cawan petri,
Mekanisme kerja zat antimikroba penggaris, pinset, dan swab steril.
dapat mengganggu bagian-bagian yang Bahan yang digunakan yaitu
peka dalam sel, seperti menghambat aquades steril & Cholaramfenicol, asam
metabolisme sel, menghambat sintesis jawa, bawang putih bubuk, bawang
protein, menghambat sintesis dinding putih segar, jahe segar, jeruk nipis,
sel, merusak asam nukleat dan protein, kultur Pseudomonas aeruginosa/
Escherichia coli dalam larutan NaCl senyawa antimikroba alami dengan
0,85% 24 jam (jumlah sel ± 106 cfu/ml), senyawa antimikroba sintetis. Semua
kunyit bubuk, kunyit segar, lada putih sampel diaplikasikan kepada bakteri
bubuk, lengkuas merah, media Mueller- spesifik Escherichia coli, dan
Hinton agar, pala bubuk, paper-disc Pseudomonas aeruginosa yang
(random dalam sampel selama ± 10 dibiakkan pada media NA. Penggunaan
menit), sereh segar. media NA dapat menyebabkan
mudahnya terjadi kontaminasi baik
Prosedur bakteri maupun kapang khamir karena
Prosedur yang dilakukan dalam media NA merupakan media umum
pengujian efektifitas senyawa sehingga kondisi steril harus selalu
antimikroba dari bahan pengawet alami dijaga oleh praktikum baik
yaitu pertama-tama media agar menggunakan sarung tangan, masker,
dituangkan pada cawan petri sebanyak dan menjaga kesterilan lingkungan
±10-15 ml, dibiarkan hingga membeku. dengan penggunaan bunsen dan
Streak kultur mikroba menggunakan alkohol.
swab diatas permukaan agar secara Metode pengujian yang digunakan
aseptis. Didiamkan kultur hingga pada praktikum kali ini adalah metode
meresap. Diambil paper-disc pada cakram Kirby-Bauer, yaitu dengan cara
sampel menggunakan pinset, lalu cakram yang telah mengandung
tempatkan diatas agar dengan sedikit antibiotik diletakkan diatas pelat agar
ditekan agar menempel. Cawan petri yang mengandung mikroorganisme
diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu yang akan diuji Efektivitas antibiotik
37OC. Diamati adanya zona bening ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona
disekita paper-disc, diukur luas zona hambatan tampak sebagai area jernih
tersebut menggunakan penggaris atau bersih yang mengelilingi cakram
hingga mm terdekat. tempat aktivitas antimikroba terdifusi
(Harnita & Radji, 2006). Berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran Resistant (R) memiliki
Praktikum kali ini menguji rentang < 5 mm, Intermediet (I) 5-10
beberapa jenis rempah untuk menguji mm dan Sensitive (S) memiliki rentang
tingkat efektivitas senyawa antimikroba >10 mm.
yang dikandung dalam rempah-rempah Resisten atau (R) adalah ketahan
tersebut. Sampel yang digunakan adalah suatu mikroorganisme terhadap suatu
asam jawa, bawang putih segar, bawang anti mikroba atau antibiotik tertentu
putih segar, jahe, jeruk nipis, kunyit atau zat yang tidak bisa menjadi
bubuk, kunyit segar, lada putih, antimikroba. Resisten dapat berupa
lengkuas merah, pala bubuk, sereh, dan resisten alamiah, resisten karena adaya
Chloramfenicol. mutasi spontan (resisten kromonal) dan
.Percobaan terhadap resisten karena terjadinya pemindahan
chloramfenicol dilakukan untuk gen yang resisten (resistensi
membandingkan tingkat efektivitas ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan
bahwa suatu mikroorganisme dapat Bawamg putih sudah lama dikenal
resisten terhadap obat-obat antimikroba, sebagai bumbu dapur, selain itu juga
karena mekanisme genetik atau non- bawang putih cukup dikenal sebagai
genetik (Djide M, 2008) salah satu obat obatan alami karena
Intermediet atau (I) adalah suatu bawang putih mengandung allicin yang
keadaan dimana terjadi pergeseran dari bersifat sebagai antibakteri (Pajan et al.,
keadaan sensitif ke keadaan yang 2016). Allicin sendiri adalah zat aktif
resisten tetapi tidak resisten yang dapat dengan efektif membunuh
sepenuhnya. Pada keadaan ini mikroba, seperti penyebab flu dan
antimikroba tidak dapat membunuh demam. Berbagai penyakit dan infeksi
mikroba secara langsung. terjadi lebih mudah melalui masuknya
Sensitivitas atau (S) adalah suatu makanan yang terkontaminasi ke
keadaan dimana mikroba sangat peka seluruh tubuh, salah satunya adalah
terhadap antibiotik atau sensitivitas Escherichia coli dan Pseudomonas
adalah kepekaan suatu antibiotik yang aeruginosa.
masih baik untuk memberikan daya Berdasarkan pengamatan yang
hambat terhadap mikroba. Pada keadaan dilakukan oleh kelompok 2A (bakteri
ini antimikroba dapat membunuh Pseudomonas aeruginosa) dan 2B
mikroba. (bakteri Escherichia coli), didapatkan
bahwa sampel milik kelompok 2B tidak
Chloramphenicol terlihat adanya zona bening. Sedangkan,
Chloramphenicol merupakan pada sampel kelompok 2A ditemukan
antibiotik berspektrum luas yang zona bening yang berukuran 1 mm.
bekerja dengan menghambat sintesis Berdasarkan ukuran zona beningnya,
protein dan memiliki efek dapat dikatakan bahwa bawang putih
bakteriostatik. Percobaan terhadap bubuk adalah antimikroba dengan
Chloramphenicol dilakukan untuk kategori rendah. Hasil ini berebda dari
membandingkan tingkat efektivitas literature , hal ini bisa terjadi karena
senyawa antimikroba alami dengan bawang putih bubuk yang digunakan
senyawa antimikroba sintetis. Semua pada praktikum ini sudah ditambahkan
sampel diaplikasikan kepada bakteri bahan bahan kimia lainnya sehingga
spesifik Escherichia coli, dan mempengaruhi aktivitas zat
Pseudomonas aeruginosa yang antimikroba.
dibiakkan pada media NA.
Berdasarkan hasil pengamatan Pala Bubuk
Chloramphenicol menghasilkan zona Pala adalah salah satu rempah
bening sebesar 17,57 mm pada bakteri khas Indonesia yang memiliki nilai
Escherichia Coli. Dan sebesar 24 mm ekonomis cukup tinggi. Rempah satu ini
pada bakteri Pseudomonas aeruginosa. juga dikenal sebagai obat obatan alami.
Kandungan dari pala sendiri terdiri dari
Bawang Putih Bubuk minyak astiri, minyak lemak, zat samak
dan pati. Pada bijinya terdapat minyak
astiri, minyak lemak, saponin, mengatakan bahwa senyawa gingerol
miristisin, elemisi, enzim lipase, pectin, yang terdapat di dalam jahe tergolong
hars, zat samak, lemonena dan asam ke dalam zat antimikroba ringan (Nair,
oleanolat. Kulit buah mengandung 2013). Hal ini bisa terjadi karena
minyak astiri dan zat samak. Senyawa tanaman jahe yang digunakan pada
antimikroba yang terdapat pada pala praktikum kali ini terlalu lama terpapar
dapat menghambat pertumbuhan bakteri udara terbuka, sehingga zat antimikroba
antara lain Staphylococcus aureus dan yang terkandung mengalami perubahan.
Streptococcus pyogenes. (Kurniawati, Berdasarkan pengelompokan
1998). suseptibilitas, jahe segar dan jahe bubuk
Berdasarkan pengamatan sampel termasuk kedalam resisten. (Cappuccino
yang dilakukan oleh kelompok 3A dan Sherman, 2001).
(bakteri Pseudomonas aeruginosa) dan
3B (bakteri Escherichia coli), sampel Sereh Segar
kelompok 3B tidak ditemui zona Sereh segar mengandung saponin,
bening, sedangkan sampel di kelompok flavonid, polifenol, alkaloid, dan
3A, terdapat zona bening dengan minyak atsiri. Minyak atsiri sereh
diameter 3 mm. Sehingga dapat memiliki aktivitas mikroba dan
disimpulkan bahwa pala adalah antibakteri. Senyawa fenol dan
antimikroba kategori rendah. flavonoid merupakan salah satu zat
Pengamatan ini sesuai dengan literatur antibakteri yang bekerja dengan
yang ada, dimana pala tergolong merusak membrane sitoplasma.
efektivitas yang rendah atau resisten. Alkaloid bersifat antibakteri dengan
merusak komponen penyusun
Jahe Segar peptidoglikan pada bakteri. Berbagai
Tanaman jahe di Indonesia kandungan senyawa aktif yang
banyak dikenal sebagai obat-obatan terkandung dalam sereh menunjukan
tradisional dalam bentuk jamu untuk bahwa sereh memiliki aktivitas
menyembuhkan penyakit-penyakit antibakteri yang cukup tinggi.
seperti batuk, demam, dan sebagainya. (Zulfitriany, 2014)
Tanaman jahe juga menghasilkan Jenis bakteri yang dapat dihambat
senyawa metabolit sekunder yang pertumbuhannya oleh sereh antara lain
umumnya dapat menghambat bakteri Escherichia coli, Staphylococcus
patogen yang dapat merugikan manusia, aureus, Staphylococcus epidermidis,
seperti Escherichia coli, Bacillus dan Streptococcus agalactiae
subtilis, dan yang lainnya. (Poeloengan, 2009).
Berdasarkan pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan
kelompok 4A (bakteri Pseudomonas sereh segar oleh kelompok 5B (terhadap
aeruginosa), dan 4B (bakteri bakteri Escherichia coli) dan kelompok
Escherichia coli), kedua sampel tidak 5A (terhadap bakteri Pseudomonas
ada yang memiliki zona bening. Hasil aeruginosa) dapat dilihat pada
ini tidak sesuai denan literatur yang kelompok 5B terdapat zona bening
dengan diameter rata-rata sebesar
2,25mm. Sedangkan kelompok 5A tidak Jeruk Nipis
terdapat zona bening. Hasil ini Ekstrak daun jeruk nipis
menunjukan bahwa sereh segar didapatkan aktivitas antioksidan kuat
memiliki efektivitas yang rendah dan sebesar 93,41 ppm menurut kriteria
tidak sesuai dengan literatur, dimana Blois. Dekontaminasi perasan jeruk
sereh segar seharusnya memililiki nipis akan menurunkan bakteri
antimikroba yang cukup tinggi. Jika Salmonella dan E. coli sampai dengan
dibandingkan dengan kontrol, bakteri 96,43% pada dada karkas ayam broiler.
jauh lebih resisten jika diberi serai Perasan jeruk nipis segar mengandung
daripada diberi Chloramphenicol asam sitrat 6,15%, asam laktat 0,09%,
serta sejumlah kecil asam tartarat.
Lada Putih Aktivitas antibakteri dari buah jeruk
Lada adalah suatu rempah- nipis disebabkan oleh kandungan
rempah yang mempunyai nama latin sejumlah asam organik seperti asam
Piper ningrum L. Lada mengandung sitrat yang merupakan komponen
1.0-2.5 % minyak atsiri dan 5-9% utama, kemudian asam malat, asam
alkaloid golongan pipermida yang laktat dan asam tartarat. Penghambatan
terakumulasi pada kulit buah dan biji sebagai antibakteri dari asam organik
lada, dengan kandungan utama adalah karena penurunan pH dibawah kisaran
piperin, kavisin, piperitin, resin, dan pertumbuhan mikroorganisme dan
nonyak. Adanya senyawa tersebut penghambatan metabolisme oleh
menyebabkan lada berpotensi sebagai molekul asam yang terkondisosiasi
antimikroba. Lada mengandung minyak (Fajarwati, 2013).
atsiri dengan banyak khasiat salah Berdasarkan hasil pengamatan
satunya adalah antimikroba (Deshwal, jeruk nipis oleh kelompok 7B (terhadap
2013). bakteri Escherichia coli) dan kelompok
Berdasarkan pengamatan 7A (terhadap bakteri Pseudomonas
kelompok 6A (bakteri Pseudomonas aeruginosa) dapat dilihat pada
aeruginosa) dan 6B (bakteri kelompok 7B terdapat zona bening
Escherichia coli), pada kelompok 6A dengan diameter rata-rata sebesar
ditemukan zona bening dengan diameter 41,5mm. Sedangkan kelompok 7A
rata-rata 19,66 mm dan pada kelompok terdapat zona bening berdiameter
6B ditemukan zona bening dengan 14mm. Hasil ini menunjukan bahwa
diameter rata-rata 7,75 mm, sehingga jeruk nipis memiliki efektivitas yang
dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi. Jika dibandingkan dengan
antimikroba ini dikategorikan kedalam kontrol, bakteri pada E. Coli, jeruk nipis
kelompok sensitive Pseudomonas lebih efektif dalam menghambat
aeruginosa, dan intermediet untuk pertumbuhan bakteri dibandingkan
bakteri Escherichia coli. Akan tetapi, dengan Chloramphenicol. Tetapi bakteri
efektifitas antimikroba pada lada putih P. aeruginosa lebih resisten jika diberi
lebih rendah dari Cholaramfenicol. jeruk nipis daripada diberi
Chloramphenicol. Dapat disimpulkan lebih resisten jika diberi kunyit daripada
antimikroba ini dikategorikan kedalam diberi Chloramphenicol.
kelompok intermediet terhadap bakteri Kunyit Bubuk
Pseudomonas aeruginosa, dan resisten Kunyit bubuk tidak berbeda jauh
pada bakteri Escherichia coli. dengan kunyit segar. Bedanya, kunyit
bubuk mengalami proses lebih banyak
Kunyit Segar lagi daripada kunyit segar untuk
Kunyit mengandung senyawa menjadi bentuk sebuk. Hal ini bisa
aktif yaitu kurkumin yang berperan mempengaruhi zat antimikroba yang
sebagai antitumor, antimikroba dan terkandung di dalam kunyit bubuk.
antioksidan (Joe, 2004). Kurkumin Berdasarkan pengamatan
berwarna kuning alami dan termasuk kelompok 9A (bakteri Pseudomonas
kelompok senyawa polifenol yang dapat aeruginosa) dan 9B (bakteri
menyebabkan denaturasi protein dan Escherichia coli), dapat dilihat bahwa
merusak membran sel. Beberapa kelompok 9A tidak terdapat zona
penelitian sebelumnya, telah diteliti bening sedangkan pada kelompok 9B
aktivitas senyawa aktif dalam rimpang terdapat zona bening dengan diameter 2
kunyit mampu menghambat mm. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit
pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri merupakan antimikroba yang rendah
baik gram positif dan negatif seperti dan tak sesuai dengan literatur. Dapat
Escherichia coli, Klebsiela pneumonia, disimpulkan pula bahwa efektivitas dari
Listeria monocytogenes, dan kunyit bubuk lebih rendah daripada
Salmonella (Hidayati dkk, 2002). kunyit segar. Hal ini terjadi karena
Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses ekstrasi pembuatan kunyit
kunyit segar oleh kelompok 8B bubuk menyebabkan hilangnya
(terhadap bakteri Escherichia coli) dan kandungan-kandungan seperti
kelompok 8A (terhadap bakteri komponen aktif volatil di dalam kunyit
Pseudomonas aeruginosa) didapati murni, termasuk kurkumin sehingga
pada kelompok 8B tidak terdapat zona menjadi tidak efektif dalam membunuh
bening. Sedangkan kelompok 8A bakteri. Jika dibandingkan dengan
terdapat zona bening berdiameter kontrol, bakteri lebih resisten jika diberi
3,25mm. Hasil ini menunjukan bahwa kunyit daripada diberi
kunyit segar memiliki efektivitas yang Chloramphenicol.
rendah. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan literature yang mengungkapkan Lengkuas Merah
bahwa kunyit merupakan bahan Lengkuas dan jahe sekilas
pengawet alami yang mempunyai memiliki rupa yang hamper mirip,
antimikroba yang baik. Hal ini bisa hanya saja lengkuas berwarna lebih
terjadi karena kunyit yang digunakan kemerahan dibanding jahe. Lengkuas
dosisnya tidak terlalu banyak sehingga dan jahe memiliki senyawa antimikroba
belum bisa membunuh bakteri. Jika yang sama yaitu fenol yang terdapat
dibandingkan dengan kontrol, bakteri dalam minyak atsiri. Pada konsentrasi
rendah, fenol bekerja dengan merusak lebih dapat menghambat pertumbuhan
membran sel sehingga menyebabkan bakteri daripada menggunakan lengkuas
kebocoran sel. Pada konsentrasi tinggi, merah.
fenol dapat berkoagulasi dengan protein
seluler dan menyebabkan membran sel Bawang Putih Segar
menjadi tipis (Buchbaufr, 2003). Zat bioaktif yang berperan
Adanya fenol mengakibatkan struktur sebagai antimikroba dalam bawang
tiga dimensi protein terganggu dan putih adalah allicin yang mudah
terbuka menjadi struktur acak tanpa menguap (volatil) dengan kandungan
merusak struktur kerangka kovalen sulfur (Harris, 2001). Komponen
protein. Hal ini mengakibatkan protein bioaktif lainnya adalah dialildisulfida,
sel bakteri berubah sifat. Deret asam dan dialiltrisulfida yang juga memiliki
amino protein tersebut tetap utuh aktivitas antimikroba (Avato dkk.,
setelah berubah sifat, namun aktivitas 2000). Bawang putih efektif
biologisnya menjadi rusak sehingga menghambat pertumbuhan bakteri S.
protein tidak dapat melakukan aureus, E.coli, S. typhimurium dan P.
fungsinya (Florensia dkk, 2012). aeruginosa pada konsentrasi 50%, 25%
Menurut litelatur, bahan alami pada dan 12,5%. Semakin tinggi konsentrasi
lengkuas merah dapat membunuh bawang putih, semakin besar zona
mikroorganisme dan membentuk zona bening yang dihasilkan, artinya aktivitas
bening. antimikroba semakin tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan
lengkuas merah oleh kelompok 10B bawang putih segar oleh kelompok 11B
(terhadap bakteri Escherichia coli) dan (terhadap bakteri Escherichia coli) dan
kelompok 10A (terhadap bakteri kelompok 11A (terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa) dapat dilihat Pseudomonas aeruginosa) dapat dilihat
pada kelompok 10B terdapat zona pada kelompok 11B terdapat zona
bening dengan diameter rata – rata bening dengan diameter rata – rata
sebesar 3,75mm. Sedangkan kelompok sebesar 20,9mm. Sedangkan kelompok
10A terdapat zona bening berdiameter 11A terdapat zona bening berdiameter
6mm. Hasil pengamatan ini 14mm. Hasil pengamatan ini
menunjukan bahwa lengkuas segar menunjukan bahwa bawang putoh segar
tergolong efektivitas yang rendah atau memiliki efektivitas tinggi. Jika
resisten. Hal ini bisa terjadi karena dibandingkan dengan kontrol, bakteri
jumlah lengkuas segar yang digunakan jauh lebih resisten jika diberi bawang
sedikit sehingga antimikroba yang putih daripada diberi Chloramphenicol.
terkandungnya juga sedikit, perendaman
paper disc didalam lengkuas kurang Asam Jawa
lama sehingga minyak atsiri pada Asam jawa mengandung
lengkuas belum seluruhnya terserap senyawa aktif seperti tanin, saponin, dn
oleh paper disc. Jika dibandingkan flavonoid. Tanin memiliki zat
dengan kontrol, Chloramphenicol masih antibakteri dengan menginaktivasikan
enzim, flavonoid dengan cara karena tidak memiliki zona steril di
mendenaturasi protein yang dapat setiap pengamatan kelompok 4A
menghentikan metabolisme sel dari maupun 4B.
bakteri. Saponin memiliki zat
antibakteri dengan kemampuannya DAFTAR PUSTAKA
merusak membran seldengan cara
meningkatkan permeabilitas dari Avato, P., E. Tursil, C. Vitali, V.
membran sel bakteri. (Puspodewi, dkk, Miccolis and V. Candido. 2000.
2015). Allylsulfide constituents of garlic
Berdasarkan hasil pengamatan volatile oil as antimicrobial agents.
asam jawa oleh kelompok 12B Phytomedicine. 7:239-243.
(terhadap bakteri Escherichia coli) dan Buchcaufr G. 2003. Original research
kelompok 12A (terhadap bakteri paper. Acta pharm 53:73-81
Pseudomonas aeruginosa) dapat dilihat Diakses pada tanggal 1 Mei 2018.
pada kelompok 12B terdapat zona Cappuccino, J. G., & Sherman, N. 2001.
bening dengan diameter rata – rata Microbiology A Laboratory
sebesar 39,65mm. Sedangkan kelompok Manual. Benjamin-Cummings
12A terdapat zona bening berdiameter Publishing Company, New York.
10mm. Hasil pengamatan ini Djide M, N. 2008. Dasar-dasar
menunjukan bahwa asam jawa memiliki Mikrobiologi. Makassar:
efektivitas tinggi. Jika dibandingkan Universitas Hasanuddin
dengan control bakteri E. Coli, asam Fajarwati, Alni Rahmawati & Fauziyah.
jawa lebih efektif dalam menghambat (2013). Statistika, Edisi
pertumbuhan bakteri dibandingkan 1.Yogyakarta: Laboratorium
dengan Chloramphenicol. Dan bakteri Manajemen FE UMY.
P. aeruginosa lebih resisten jika diberi Florensia, S., Dewi, P., Utami, N.R.
asam jawa daripada diberi 2012. Pengaruh Ekstrak Lengkuas
Chloramphenicol. pada Perendaman Ikan Bandeng
terhadap Jumlah Bakteri. Unnes
KESIMPULAN Journal of Life Science : Vol. 01
(2) halaman 113-118.
Kesimpulan yang dapat diambil Harnita, & Radji, M. 2006. Buku Ajar
dari praktikum kali ini adalah Jeruk Analisis Hayati Ed. 3. Jakarta.
nipis mempunyai diameter rata – rata Buku Kedokteran EGC.
tertinggi yaitu 41,5mm hasil dari Harris, J. 2001. Antimicrobial
pengamatan kelompok 7B yang properties of Allium sativum
menunjukan bahwa jeruk nipis (garlic). Appl. Microbiol.
merupakan antimikroba paling efektif Biotechnology volume 57 halaman
dari semua jenis antimikroba yang diuji 282-286.
pada praktikum kali ini. Sedangkan jahe Hidayati E, Juli N, Marwani E. 2002.
bisa dikatakan yang paling lemah Isolasi Enterobacteriaceae Patogen
diantara semua sampel yang diujikan, Dari Makanan Berbumbu dan
Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. 2005.
longa L.) Serta Uji Pengaruh Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI
Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) Press: Jakarta.
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Poeloengan, M. 2009. Pengaruh Minyak
yang Diisolasi. Departemen Atsiri Serai (Andropogon citratus
DC.) terhadap Bakteri yang
Biologi, Bandung.
Diisolasi dari Sapi Mastitis
Joe. 2004. Senyawa kimia yang terdapat Subklinis. Balai Besar Penelitian
pada rempah–rempah. Universitas Veteriner, Bogor.
Indonesia Press, Jakarta. Puspodewi, D,Sri., D & Endang, E.
Kurniawati, I,. 1998. Efektivitas 2015 Daya Hambat Daun Asam
Minyak Atsiri Cengkeh (Eugenia Jawa (Tamarindus indica)
aromatic Kuntze) sebagai Bahan Terhadap Pertumbuhan
Antimikroba. Skripsi. Fakultas Salmonella typhi Penyebab
Biologi UGM. Yogyakarta. Demam Tifoid. University
Lay, B. W. and Hastowo. 1992. Research Coloquium. Vol 1.(2):
Mikrobiologi. Rajawali Press: 45-50.
Jakarta Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi
Nair, K. P. P. 2013. The Argonomy and dan Terapi Edisi V. Gaya Baru,
Economy of Turmeric and Ginger. Jakarta.
Elsevier Pub, USA. Waluyo, S. 2004. Mikrobiologi Umum.
Pajan, Waworuntu, dan Leman. 2016. UMM Press, Malang.
Potensi Antibakteri Air Perasan Zulfitriany. 2014. Implementasi Ipteks
Bawang Putih (Allium sativum L) bagi Inovasi dan Kreativitas
terhadap Pertumbuhan Kampus Tanaman Sanseviera
Staphlycoccus aureus. Universitas Politeknik Pertanian Negeri
Sam Ratulangi, Manado. Pangke. Majalah Aplikasi Ipteks
Ngayah. Vol. 5.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Antimikroba
No Antimikroba/kelompo Gambar Keterangan
. k
Chloramfenicol/1B D1(+): 17,57mm
D2(-) : -

Kultur : Escherichia
coli
1
Chloramfenicol/1A D1(+): 24mm
D2(-) : -
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Bawang putih bubuk/2B Tidak ada zona steril


Kultur : Escherichia
coli

2
Bawang putih bubuk/2A D1 : 1mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Pala bubuk/3B Tidak ada zona steril


Kultur : Escherichia
coli

3
Pala bubuk/3A D : 3mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

4 Jahe/4B Tidak ada zona steril


Kultur : Escherichia
coli
Jahe/4A Tidak ada zona steril
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Sereh/5B D1 : 2,5mm
D2 : 2mm
Kultur : Escherichia
coli

5 Sereh/5A Tidak ada zona steril


Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Lada putih/6B D1 : 8mm


D2 : 7,5mm
Kultur : Escherichia
coli

6
Lada putih/6A D1 : 19,6mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Jeruk nipis/7B D1 ; 51mm


D2 : 32mm
Kultur : Escherichia
coli

7
Jeruk nipis/7A D1 : 14mm
D2 : 14mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa
Kunyit segar/8B Tidak ada zona steril
Kultur : Escherichia
coli

8
Kunyit segar/8A D : 3,25mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Kunyit bubuk/9B D1 : 2mm duplo


Kultur : Escherichia
coli

9 Kunyit bubuk/9A Tidak ada zona steril


Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Lengkuas merah/10B D1 : 3,5mm


D2 : 4mm
Kultur : Escherichia
coli

10
Lengkuas merah/10A D1 : 6mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Bawang putih segar/11B D1 : 14,8mm


D2 : 12,2mm
Kultur : Escherichia
11 coli
Bawang puth segar/11B D
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Asam jawa/12B D1: 42,8mm


D2 : 36,5mm
Kultur : Escherichia
coli

12
Asam jawa/12A D1 : 10mm
D2 : 10mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Anda mungkin juga menyukai