Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Antika Popy Rosalina (191210003)


2. Miftah Nur Azizah (191210011)
3. Niken Lora Kusuma F (191210015)
4. Triagutina Wulandari (191210020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2020
DAFTAR ISI

Halama Judul

Kata Pengantar………………………………………………………………………………..1

Daftar Isi......................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian..........................................................................................................................5
2.2 Etiologi..............................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................................................6
2.4 Patofisiologi......................................................................................................................7
2.5 Pathway.............................................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS
3.1 Pengkajian.........................................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................................11
3.3 Implementasi.....................................................................................................................12
3.4 Evaluasi.............................................................................................................................12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................13
4.2 Saran.................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Sang Penguasa
sekalian alam yang maha pengasih dan maha penyayang. Shalawat serta salamsenantasa
terarah kepada Nabi Muhammad SAW. Pemimpin para Nabi saya sertaumat-umat,
keluarga serta sahabat sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan ASKEP dengan judul
”HIV/AIDS”.

Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah
PASIEN SAFETY KEPERAWATAN. Dalam penyusunan makalah ini terdapat kesulitan dan
hambatan. Berkat bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun ke arah perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan semua. Akhir kata semoga Allah SWT selalu
memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Jombang, 26 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asuhan keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan dalam pelaksanaan
tugas dalam keperawatan. Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana asuhan
keperawatan terhadap pasien HIV/AIDS. Sebenarnya Virus HIV tidak menyebabkan
kematian secara langsung, akan tetapi menurunkan system imun penderitanya secara
perlahan hingga akhirnya mengakibatkan tubuh dengan mudahnya terserang infeksi bagi
penderitanya.

Berdasarkan studi yang dilakukan,ditemukan bahwa kompikasi pada penderita AIDS


tersebut adalah rendahnya kadar hemoglobin pasien atau biasa disebut anemia. Keberadaan
virus HIV dalam tubuh menyebabkan penderita merasakan gejala kelelahan. Kelelahan atau
disebut fatigue banyak dilaporkan pada penderita HIV/AIDS dengan prevalensi berkisar
antara 20% sampai 60%. Perawat merupakan peran yang paling penting pada pengelolaan
stress si penderita, dan mengarahkan pasien agar lebih percaya diri dan tabah untuk
menjalani kehidupan. Serta agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya dan pemberian
dukungan sosial, berupa dukungan emosional, informasi dan material.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari HIV/AIDS terhadap pengaruh psikologis penderita?

2. Bagaimana diagnosis keperawatan yang tepat untuk pasien HIV/AIDS ?

3. Apa model asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien HIV/AIDS?


1.3 TUJUAN
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mempunyai kemampuan:

1) Menjelaskan pengaruh stres psikologis pada modulasi respons imun.

2) Membuat diagnosis keperawatan yang tepat untuk pasien dengan HIV/AIDS

3) Menelaah model asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien HIV/AIDS

4) Menjelaskan prinsip-prinsip asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

1. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang
berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)
(KPA, 2007).
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk
dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan
DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang
panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik
laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan
beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu,
virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).

2. AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit
lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009). Virus HIV ini
akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel CD4 yang berperan
dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia.

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV yaitu suatu virus yang masuk ke
dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini juga bisa dapat ditularkan melalui penularan
seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal (Bararah
& Jauhar, 2013, p. 295)
HIV sendiri termasuk kelompok retrovirus, virus yang mempunyai enzim
(protein) yang dapat mengubah asam rebonukleatnya(RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat(DNA). Kemampuan HIV untuk tetap tersembunyi yang
menyebabkan virus ini tetap ada seumur hidup bahkan dengan pengobatan yang
efektif. Penularan virus dapat ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual yang tidak terlindungi atau tanpa kondom dengan orang yang
telah terinfeksi HIV
2. Jarum sunti yang tidak disterilkan dan sering dipakai secara bergantian
3. Mendapatkan tranfusi darah dari penderita virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI) (Gallant,
2010, hal. 24-25).

2.3 Manifestasi Klinis


1. Fase 1 : Terinfeksi HIV
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai
antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama
window period antara 15 hari sampai 6 bulan. Dalam fase ini umumnya
seseorang yang telah terinfeksi HIV masih tampak dan merasa sehat-sehat
saja, tanpa menunjukkan gejala apapun bahwa ia sudah tertular HIV akan
tetapi orang ini juga sudah menularkan HIV pada orang lain (Katiandagho,
2015, p. 32)
2. Fase 2 : Gejala-gejala mulai terlihat
Dalam fase ini umumnya gejala-gejala mulai nampak, seperti
hilangnya selera makan, gangguan pada rongga mulut dan tenggorokan,
diare, pembengkakan kelenjar, bercak-bercak dikulit, demam serta
keringat berlebihan di malam hari tetapi gejala diatas belum dapat di
jadikan patokan bahwa itu adalah AIDS, karena itu masih gejala-gejala
umum  dan harus di periksakan ke dokter untuk hasil yang lebih spesifik
(Katiandagho, 2015, p. 33)

3. Fase 3 : Penyakit AIDS


Dalam fase ini HIV benar-benar menimbulkan AIDS. Sistem
kekebalan tubuh semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan
terhadap penyakit yang menyerang termasuk kanker dan infeksi.
Perwujudan penyakit yang menyerang tubuh seseorang tergantung pada
virus, bakteri, jamur atau  protozoa yang menyebabkan infeksi, sehingga
orang tersebut akan menderita penyakit yang parah (Katiandagho, 2015,
p. 33)
4. Fase 4 : Penderita Meninggal karena salah satu Penyakit
Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa tanpa sistem
kekebalan tubuh yang baik sulit bagi seseorang untuk mempertahankan
hidupnya dari serangan penyakit. Seseorang bisa bertahan hidup terhadap
berbagai penyakit pada tahapan AIDS, tetapi hanya berlangsung selama
1-2 tahaun saja, selanjutnya penderita akan meninggal dunia karena
penyakt atau komplikasi dari beberapa penyakit yang ia derita (Nurarif &
Kusuma, 2015).
2.4 Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral, subset limfosit ini yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit mekanisme infeksi
HIV yang menyebabakan penuruan sel CD4.
Virus HIV secar istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen   permukaan CD4,
yang bekerja sebagai resepetor viral, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik
sel CD4 itu sendiri, induksi apoptosis melalui antigen viral yang dapat bekerja sebagai
superantigen. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit, infeksi HIV pada
monosit tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel.
Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai resorvoir virus laten tetapi tidak
dapat diinduksi dan dapat membawa virus ke organ, erutama otak. Patologi terkait
HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah
kerusakan terutama disebabkan oleh virus lokal atau komlikasi infeksi lain atau
autoimun.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir meskipun “periode
inkubasi” , secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada
infeksi HIV dewasa. Selama fase ini gangguan regulasi imun sering tampak pada saat
tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B hipergameglobulinemia dengan produksi
antibodi nonfungsional lebih unifersal di antara anak-anak yang terinfeksi HIV
daripada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan (Bararah & Jauhar,
2013, p. 297)
2.5 Pathway
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
a) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA
Western blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan system imun, yaitu:
Hematokritb
LED
RasioCD4/CDLimpositd
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobin
2.7 Penatalaksanaan
Penyakit AIDS belum ditemukan cara penyembuhanya ,yang perlu dilakukan
adalah pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk
mencegahterpajannya Human Immunodeficiency Virus(HIV) ,bisa dilakukan dengan:
a. Melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak terinfeksi
b. Melakukan pemeriksaan Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi
c. Menggunakan alat kontraseps iatau pelindung jika berhubungan dengan orang
yang tidak jelas status HIV nya.
d. Tidak melakukan pertukaran jarumsuntik ,jarutato, dan sebagainya.
e. Melakukan pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin
Jika terinfeksi HIV maka pengendaliannya yaitu:
a. Terapi Infeksi Opurtunistik
Terapi ini bertujuan menghilangkan, pemulihan pengendalian infeksi,
nasokomial, sepsisatauopurtunistik. Melakukan pengendalian inveksi yang aman
untuk pencegahan kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat anti viral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi anti viral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa anti viral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus/memutuskan rantai reproduks ivirus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah:
a. Didanosinee
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidineg
d. Recombinant CD4 dapat larut
e. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
f. Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian di bidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
g. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun.
h. Menghindari infeksilain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan selT
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus(HIV).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas
seksual yang tidakterlindung, seksanal, homoseksual, penggunaan kondom
yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan
kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan
kekeringan/friabilita vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik
yang bergantian, riwayat menjalani transfuse darah berulang, dan mengidap
penyakit defesiensi imun.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, suli ttidur, merasa tidak berdaya, putu sasa, tidak
berguna, rasa bersalah, kehilangan control diri, depresi, nyeri panggul,
rasat erbakar saat miksi, diare intermitten, terus-menerus yang
disertai/tanpak ramabdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa
sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan,
pusing ,sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi menurun,
tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun,
ketajaman penglihatan menurun, kesemutan padae kstremitas, nyeri, sakit,
dan rasa terbakar pada kaki.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS,
keluarga pengguna obat-obatan terlarang.

b) Pengkajian Fisik
a. Aktivitas Dan Istirahat
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan
pernafasan.
b. Sirkulasi
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume
nadi perifer, pucat/sianosis, capi llary refill time meningkat.
c. Integritas Ego
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresitakut,
perilakumarah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyakj anji.
d. Eliminasi
Diare inter mitten ,terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan
abdomen, lesi/abses rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai
mucus atau darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dan
karakteristik urine.
e. Makanan Atau Cairan
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan
kurus, menurunnya lemak sub kutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi
pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna; kurang
nya kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal;edema
f. Hygiene
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis,
retardasi psikomotor/respon melambat .Ideparanoid, ansietas
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflex tidak
normal, menurunnya kekuatan otot,gaya berjalan ataksia.
h. Nyeri/keamanan
Pembengkakan sendi ,nyeri tekan, penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan/pincang, gerakotot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas
adventisius, batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif,
sputum kuning(pada pneumonia yang menghasilkan sputum).
j. Keamanan
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam, mis. Ekzema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, ukuran/warna mola,mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
k. Seksualitas
Herpes, kulit atau rabas pada kulit genetelia
l. Interaksi Sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang
tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
3.2 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Resiko  Keseimbangan  Manajemen cairan
ketidakseimbangan cairan 1. Monitor status hidrasi ( mis.
volume cairan Setelah dilakukan Frekuensi nadi, kekuatan
berhubungan dengan tindakan selama 3x24 nadi, akral, pengisian kapiler,
diare jam diharapkan pasien kelembapan mukosa, turgor
mampu: kulit dan tekanan darah)
1. Dehidrasi (3) 2. Monitor berat badan harian
2. Kelembapan 3. Catat intake-output dan
membrane mukosa hitung balance cairan 24 jam
(3) 4. Kolaborasi pemberian
3. Asupan cairan (3) diuretic, jika perlu
4. Turgor kulit (3)
Berat badan (3)
2 Defisit nutrisi kurang  Status nutrisi  Manajemen Nutrisi
dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan tindakan selama 3x24 2. Monitor berat badan
kehilangan nafsu jam diharapkan pasien 3. Lakukan oral hygiene
makan mampu: sebelum makan
1. Nafsu makan (3) 4. Sajikan makanan secara
2. Sariawan (3) menarik dan suhu yang
3. Kekuatan otot sesuai
pengunyah (3) 5. Ajarkan diet yang
Kekuatan otot diprogramkan
menelan (3) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan.
3 Resiko kerusakan  Integritas kulit dan  Perawatan integritas kulit
integritas kulit jaringan 1. Identifikasi penyebab
berhubungan dengan Setelah dilakukan gangguan integritas kulit
ruam tindakan selama 3x24 (mis.perubahan sirkulasi,
jam diharapkan pasien status nutrisi, penurunan
mampu: kelembapan, suhu
1. Elastisitas (3) lingkungan ekstrim dan
2. Kemerahan (3) penurunan mobilitas)
3. Pigmentasi abnormal 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
(3) tirah baring
4. Suhu kulit (3) 3. Anjurkan menggunakan
pelembap (mis. Lotion,
serum)
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.

3.3 Implementasi
Pengertian implementasi adalah sebuah tindakan atau proses gagasan yang sudah
disusun dengan begitu cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas sesudah
di anggap permanen.
Implementasi ini tidak cuma aktivitas, namun sebuah kegiatan yang direncanakan
serta dikerjakan dengan serius dengan berpedoman pada beberapa norma spesifik
mencapai maksud kegiatan. Oleh sebab itu, proses tidak berdiri dengan sendirinya
namun dipengaruhi juga oleh objek selanjutnya.

3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah sebuah
kegiatan atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil mencapai tujuan
atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir dengan apa yang
seharusnya dicapai.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia.1 HIV yang tidak terkendali
akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS
merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh karena infeksi HIV. Menurunnya kekebalan tubuh orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) menyebabkan orang tersebut sangat mudah terkena berbagai
penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang berakibat kematian.
4.2 Saran
Dengan permasalahan remaja yang terkena HIV DAN AIDS dikalangan
masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang tidak terpantau, dengan
sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari orang yang bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Lutfiani D. I, Linnie Pondang, Abram Babakal. (2015). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Perawat Dalam Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Interna RSUD Datoe Bhinangkang. E-Journal Keperawatan (e-kep) , 3,4.

Andriani Rita Benya, Johana E. Prawita Sari, Sri Werdati. (2013). Analisis Kepuasan Pasien
terhadap Asuhan Keperawatan di Ruang Inap RSUD dr. Muwardi Surakarta. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan , 2, 211-216. Astuti Witri, Widia Ningsih. (2017). Aplikasi Concept
Mapping dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Stase Maternitas. Nurscop. Jurnal
Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah , 3, 19-26. Husna Cut, Ita Fitriani. (2016). Kompetensi
Perawat Pelaksana Dalam Merawat HIV/AIDS. Idea Nursing Journal , 7, 70-77.

Ibrahim Kusman, Yusshy Kurnia H, Laili Rahayu Wati, Baik Emi Nurmalisa. (2017). Hubungan
Antara Fatigue, Jumlah CD4, dan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Yang Terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). JKP , 5, 271-280. Kurniawati. (2018). Asuhan Keperawatan
Klien Ganggungan Sistem Imunologi(HIV/AIDS) dengan KetidakEFEKtifan Bersihan Jalan
Nafas. Jurna Edu Nursing , 2,- 13.

Milala, I. K. (2019, September 27). Teknik Penerapan Berpikir Kritis Bagi Seorang Perawat.
Osf.io . Nursalam. 2005. Model Asuhan Keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Disertasi.
Program Pasca Sarjana Unair. Surabaya. Nursalam. 2005. The effect of Nursing Care Approach
on the Increase of CD4 cell count for patient with HIV Infection. Folia Medica Indonesiana. 41
(3: 212-216). Nursalam. 2006. Efek Strategi Koping dalam Asuhan Keperawatan pada respons
psikologis dan biologis pasien dengan HIV-AIDS. Jurnal Ners. 1 (1: 1-7).

Anda mungkin juga menyukai