Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap.
Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja saat itu tindakan gereja sangat membelenggu
kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang
yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya
penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama
( teologi ) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan ketat. Yang
berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada
juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian
diadakan pengejaran (inkusisi)1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah filsafat pada abad pertengahan ?
2. Apakah ciri filsafat pada abad pertengahan ?
3. Bagaimana periode pada abad pertengahan ?
4. Bagaimanakah perkembangan filsafat pada abad pertengahan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah filsafat pada abad pertengahan.
2. Untuk mengetahui ciri filsafat pada abad pertengahan.
3. Untuk mengetahui periode pada abad pertengahan.
4. Untuk mengetahui perkembangan filsafat pada abad pertengahan
1
Ali maksum hlm99
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Simon petrus hlm102
3
Rizal mustansyir hlm66
4
Surajiyo hlm157
5
Simon petrus hlm102
2
C. Periode-periode pada abad pertengahan
Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu
Zaman patristik dan zaman skolastik
a. Zaman Patristik
Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak.
Yang dimaksudkan adalah para pujangga Gereja dan tokoh-tokoh Gereja yang sangat berperan
sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada
pengembangan teologi, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tak dapat menghindarkan diri dari
wilayah kefilsafatan Masa Patristik dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan
Patristik Latin (atau Patristik Barat).
Bapak gereja pada masa itu antara lain Tertullianus(160-222),justinus,Celemens dari
Alexandria(150-251),Origenes(185-254)Geregorius dari Naziznza(330-390Basilus agung(330-
379) Gregorius dari Nyssa(335-394)Amborisius,Hyeronimus,Agustinus(354-430)
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir
pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa adalah
tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus
adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan
masa muda yang hedonistis. Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan
sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan.
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut
Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Menurut Agustinus
Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos).
Artinya dalam menciptakan dunia dan isinya Allah tidak menggunakan bahan6 Filsafat patristik
mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan
pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
b. Zaman Skolastik
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-
pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada
zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan
sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari
lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Filsafat mereka disebut Skolastik dari kata Latin (scolastucus) guru karena pada periode ini
filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara dan universitas-universitas menurut suatu
kurikulum yang baku dan bersifat internasional
Tokoh tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524) Johanes Scotus
Eriugena (810-877) Anselmus dari Canterbury (1033-1109)Petrus Abelardus(1079-1142)
Bonaventura (1221-1274)
6
MKD hlm26
3
Anselmus mengemukakan semboyan (credo ut intelligam) yang artinya aku percaya agar aku
mengerti. Kepercayaan digunakan untuk mencari pengertian filsafat sebagai alat pikiran teologi
sebagai kepercayaan. Sumbangan terpenting Anselmus yaitu suatu ajaran ketuhanan yang
bersifat filsafat. Dalam menjelaskan kedatangan dan kematian Kristus Anselmus menjelaskan
bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan malaikat dan manusia. Hal ini
merupakan penghinaan bagi Tuhan yang patut dikenai hukuman. Untuk menyelamatkan
manusia, Tuhan menjelma menjadi anakNya agar hukuman dapat ditanggung. Dengan demikian
keadilan, rahmat dan kasih Tuhan telah genap dan dipenuhi
Bagi Thomas Aquinas, tidak ada perbedaan antara akal dan wahyu Kebenaran iman hanya
dapat dicapai melalui keyakinan dan wahyu (dunia diciptakan Tuhan dalam 6 hari). Ada
kebenaran teologis alamiah yang dapat ditemukan pada akal dan wahyu (sebagai jalan
menemukan kebenaran) tetapi hanya ada satu kebenaran yaitu teologi iman Pengetahuan tidak
sama dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat dari indra dan diolah dari akal tetapi akal tidak
bisa mencapai realitas tertinggi Dalil akal harus diperkuat oleh agama
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio
murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Problem yang hangat
didiskusikan pada masa ini adalah masalah universalia dengan konfrontasi antara “Realisme”
dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad ke-12, ada
pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran
religious pun mendapat tempat.
2. Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan skolastik : dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan
ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna dominan pada alam
pemikiran Abad Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani
semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan
4
filsafat Arab dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris
(1170), Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-13,
dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan filsafat Yunani. Tokoh-
tokohnya adalah Yohanes Fidanza (1221-1257), Albertus Magnus (1206-1280), dan Thomas
Aquinas (1225-1274). Hasil sintesis besar ini dinamakan summa (keseluruhan).
3. Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang
berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak
memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Kepercayaan orang pada kemampuan rasio memberi jawaban atas masalah-masalah iman mulai
berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio
tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
D. Perkembangan Filsafat Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan ini perkembangan ilmu mencapai kemajuan yang pesat karena
adanya penerjemahan karya filsafat Yunani klasik ke bahasa Latin juga penerjemahan kembali
karya para filsuf Yunani oleh bangsa Arab ke bahasa Latin. Karangan para filsuf Islam menjadi
sumber terpenting penerjemahan buku, baik buku keilmuan maupun filsafat. Diantara karya
filsuf islam yang diterjemahkan antara lain astronomi (Al Khawarizmi), kedokteran (Ibnu Sina),
dan karya-karya Al Farabi, Al Kindi, Al Ghazali.
Masa abad pertengahan adalah masa pembentukan kebudayaan Barat dengan ciri khas
ajaran Masehi (filsafat skolastik) yang diwarnai oleh perkembangan peradaban Kristen.
Peradaban Kristen menjadi dasar bagi kebudayaan masa modern. Peninggalan kebudayaan abad
pertengahan dapat dilihat dari karya seni musik, bangunan bercorak gothik sebagai bentuk
pemujaan terhadap gereja
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan
adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad pertengahan memiliki sebutan lain
misalnya abad kegelapan, jaman skolastik atau masa patristik, yang semuanya menggambarkan
corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibentuk sesuai dengan perkembangan peradaban
Kristen.
Abad ini ditandai dengan keruntuhan budaya Romawi dan upaya untuk kembali
membangun peradaban berdasarkan ajaran filsafat Yunani dan ajaran agama Kristen.
Perkembangan ilmu dan filsafat berlangsung di gereja-gereja pada awalnya, untuk kemudian
mengalami perpecahan dikarenakan domininasi kuat agama terhadap berbagai aspek kehidupan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat berlangsung dengan lambat tetapi pasti
sejalan dengan kontak budaya dengan budaya Islam dan semangat untuk kembali pada kejayaan
peradaban Yunani. Masa ini berakhir dengan pemisahan kekuasaan dan pemikiran antara ajaran
agama yang bertahan di gereja dan perkembangan keilmuan yang mendapat tempat di lembaga
sekolah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.
6
DAFTAR PUSTAKA