Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI

A. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Putusan pengadilan merupakan wujud kewenangan

pengadilan dalam hal menerapkan hukum di masyarakat. Putusan

tersebut dapat bersifat penetapan, meniadakan atau menimbulkan

suatu keadaan hukum maupun putusan yang bersifat

penghukuman yang setimpal dengan perbuatan tindak pidana

tersebut.

Putusan pengadilan dalam perkara tindak pidana

dikeluarkan sebagaimana diatur dalam Pasal 182 ayat (1) KUHAP

jika proses penuntutan, pembelaan, dan jawaban atas pembelaan

terdakwa telah berakhir. Putusan tersebut dikeluarkan oleh

pengadilan berdasarkan surat dakwaan, dikarenakan suatu

dakwaan merupakan landasan pemeriksaan pidana1.

Jaksa penuntut umum menyadari bahwa, dilihat dari tindak

pidana yang disidangkan, maka materi persidangan perkara ini

sesungguhnya bukan merupakan sesuatu yang istimewa, karena

secara materiil hanyalah mengadili perkara korupsi dalam bentuk

yang sangat sederhana yaitu penerimaan hadiah atau penyuapan,

namun demikian karena perkara ini memiliki kebersinggungan baik

1
M. Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP; Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 346

1
2

secara langsung maupun tidak langsung dengan pemegang

otoritas.

Di sisi lain, persidangan perkara korupsi semakin

memperlihatkan bahwa korupsi itu telah sedemikian rupa

memperhatikan. Bahkan korupsi telah menjadi penyakit masyarakat

yang semakin membudaya bagi para pejabat sehingga sering

disebut sebagai “white collar criminal crime”.

Putusan kasus terdakwa tindak pidana korupsi Muhammad

Nazarudiin No. 69/Pid.B/TPK/2012/PB.JKT.PST sudah tidak asing

lagi bagi masyarakat Indonesia karena kronologis kasus ini yang

sangat fenomenal. Namun demikian, pada saat yang lain rakyat

Indonesia yang beberapa tahun belakang ini sering dikecewakan

oleh perilaku pejabat yang tidak bermoral. Oleh sebab kasus

putusan ini akan menjadi symbol betapa hukum positif harus

ditegakan dengan baik oleh aparat penegak hukum.

Tercapainya tujuan hukum dalam kasus ini akan menjadi

olak ukur keberhasilan para aparat penegak hukum dalam

menerapkan hukum positif mengenai tindak pidana korupsi. Oleh

sebab itu pemahaman objektif tentang tujuan penegakkan hukum

dari sisi yang beragam harus dilakukan secara bersama-sama.

Putusan pemidanaan yang dilakukan oleh hakim harus

sesuai dengan tujuan pemidanaan demi tercapainya kepastian dan

keadilan. Tercapainya tujuan pemidaan pun tidak akan terlepas dari


3

pembuktian hakim terhadap fakta-fakta hukum yang dihadirkan di

dalam persidangan. Fakta-fakta hukum tersebut termasuk ke

dalamnya adalah alat-alat bukti seperti keterangan saksi, barang

bukti, keterangan ahli, dan termasuk pula keyakinan hakim.

Terdakwa Muhammad Nazaruddin, S.E sebagai anggota

DPR RI Periode 2009-2014 yang menyalahgunakan

kewenangannya sebagai anggota legislative karena telah

membantu secara subjektif terhadap proyek pengadaan Wisma

Atlet di Palembang Sumatera Selatan. Terdakwa menguapayakan

PT. DGI Tbk tersebut melalui Muhamad El Idris dengan tujuan

mendapat imbalan sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak.

Sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 5 angka 4 UU No. 28

Tahun 1999 Tentang Penyelenggraan Negara yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan Keputusan DPR RI

No. 16/DPR-RI/I/2005-2005 Tentang Kode Etik DPR-RI tanggal 29

September 2004 jo Peraturan DPR-RI No. 1 Tahun 2011.

Kemudian terdakwa dijatuhi pidana penjara 4 tahun 10 bulan

dan pidana denda Rp. 200.000.000,- yang didasari oleh dakwaan

Jaksa Penuntut Umum Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999

sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001.

Berdasarkan alat-alat bukti yang dihadirkan di persidangan, pada

pokoknya Terdakwa telah menerima hadiah atau imbalan sebesar

Rp. 4.675.700.000,- yang dianggap merugikan Negara dan


4

melanggar kode etik penyelenggara Negara. Perbuatan terdakwa

termasuk pula ke dalam tindak pidana sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 12 huruf b UU No. 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tipikor sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 20 Tahun 2001.

Berdasarkan hal tersebut, penjatuhan pidana bagi koruptor

diharapkan dapat mencegah terjadinya korupsi di masa yang akan

datang atau sebagai pencegahan sehingga lamanya pemidanaan

atau besarnya pidana denda yang dijatuhkan harus tepat

berdasarkan unsur-unsur delik yang dibuktikan.

Dari hal-hal tersebut di atas penulis tertarik untuk

mengangkat kasus Terdakwa Muhammad Nazaruddin, S.E ini yang

diberi judul : STUDI KASUS PUTUSAN PERKARA NO.

69/PID.B/TPK/2011/PN.JKT.PST TENTANG TINDAK PIDANA

SUAP YANG DILAKUKAN OLEH M. NAZARUDDIN, S.E.

BERDASARKAN PASAL 11 UU NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAIMANA

TELAH DIUBAH DENGAN UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG

PERUBAHAN ATAS UU NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG TINDAK

PIDANA KORUPSI.
5

B. Kasus Posisi

Terdakwa adalah seorang anggota Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR-RI) masa jabatan tahun 2009-2014 yang sekaligus

adalah pemilik dan pengendali kelompok usaha Permai Group

bersama-sama dengan Neneng Sri Wahyuni (istri terdakwa), yang

mana PT. Anak Negeri adalah salah satu Perusahaan dibawah

kelompok usaha Permai Group yang beralamat sama di Jalan

Warung Buncit Raya No. 27 Mampang Prapatan Jakarta Selatan.

Terdakwa pada sekitar bulan Januari 2010 bertempat di

Nippon Kan Restaurant Hotel Sultan Jakarta Selatan

memperkenalkan Mindo Rosalina Manulang selaku marketing PT.

Anak Negeri kepada Angelina Sondakh selaku angora badan

anggaran (Banggar) dari Komisi X DPR-RI dan kemudian meminta

kepada Angelina Sondakh agar Mindo Rosalina Manulang

difasilitasi untuk mendapatkan proyek-proyek di Kemenpora, dalam

kesempatan tersebut Angelina Sondakh meminta Terdakwa dan

Mindo Rosalina Manulang agar juga menghubungi pihak

Kemenpora.

Kemudian, sekitar bulan April 2010 bertempat di rumah

makan Acardia di belakang Hotel Century Senayan Jakarta Pusat,

terdakwa memperkenalkan Mindo Rosalina Manulang kepada

Wafid Muharam selaku sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga


6

(Sesmenpora), kemudian meminta kepada Wafid Muharam agar

Mindo Rosalina Manulang dapat difasilitasi untuk mendapatkan

Proyek Pembanguan Wisma Atlet di Jakabiring Palembang

Sumatera Selatan dan merekomendasikan PT. DGI Tbk sebagai

perusahaan yang akan mengerjakan proyek tersebut, karena PT.

DGI Tbk merupakan perusahaan swasta yang baik dan telah

berpengalaman membangun gedung Grand Indonesia. Atas

permintaan terdakwa tersebut, Wafid Muharam bersedia

melaksanakannya asalkan pimpinan dan anggota DPR yang lain

menyetujui. Lalu kemudian ditanggapi oleh Terdakwa bahwa hal

tersebut sudah “clear and clean” serta telah disetujui oleh anggota

DPR Komisi X DPR-RI bahkan sebentar lagi anggarannya akan

turun dengan jumlah yang besar.

Atas perintah Terdakwa, Mindo Rosalinda Manulang, pada

sekitar bulan Mei 2010 di kantor Kemenpora RI Pintu I Gelora Bung

Karno Senayan Jakarta Pusat, beberapa kali menemui Wafid

Muharam terkait dengan Proyek Pembangunan Wisma Atlet di

Jakabiring Palembang Sumatera Selatan, sebagai tindak lanjutnya

Wafid Muharam meminta agar Mindo Rosalina Manulang

menghubungi pihak-pihak yang akan melaksanakan proyeknya di

daerah.

Terdakwa pada sekitar bulan Juni 2010, bertempat di kantor

PT. Anak Negeri (Permai Group), Jl. Warung Buncir Raya Nomor
7

27, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, melakukan pertemuan

dengan Mohammad El Idris selaku Manager Marketing PT. DGI

Tbk. dan Dudung Purwadi selaku Direktur Utama PT. DGI Tbk.

yang juga dihadiri oelh Minda Rosalina Manulang, untuk membahas

keikutsertaan PT. DGI Tbk dalam proyek Pembangunan Wisma

Atlet di Jakabiring Palembang Sumatera Selatan dan selanjutnya

Terdakwa meminta Mohammad El Idiris dan Dudung Purwadi

supaya berhubungan dengan Mindo Rosalina Manulang.

Atas perintah Terdakwa, Mindo Rosalina Manulang

bertempat di ruang kerja Sesmenpora di kantor Kemenpora RI pintu

I Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta Pusat, memperkenalkan

Mohammad El Idris dan Dudung Purwadi kepada Wafid Muharam

terkait dengan keiukutsertaan PT. DGI Tbk dalam proyek

Pembangunan Wisma Atlet tersebut. Selanjutnya Mohammad El

Idris dan Dudung Purwadi memberikan penjelasan tentang

Company Profile PT. DGI Tbk. Atas penjelasan tersebut, Wafid

Muharam meminta agar Mindo Rosalina Manulang dan Muhammad

El Idris mengurusnya juga ke daerah.

Untuk menindaklanjuti pengurusan proyek tersebut dengan

pihak daerah, pada sekitar bulan Agustus 2010 bertempat di

sebuah restaurant di Plaza Senayan, Jakarta, Minso Rosalina

Manulang dan Muhammad El Idris melakukan pertemuan dengan

Rizal Abdullah selaku Ketua Komite Pembangunan Wisma Atlet


8

dan meminta supaya PT. DGI Tbk yang mengerjakan

pembangunan proyek tersebut.

Pada tanggal 16 Agustus 2010, di kantor Kemenpora RI

pintu I Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, saat

pengurusan perjanjian kerjasama (MoU) antara Kemenpora dengan

Komite Pembangunan Wisma Atlet tentang Bantuan Pembangunan

Wisma Atlet Propinsi Sumatera Selatan sebesar Rp.

199.635.000.000,- (seratur Sembilan puluh Sembilan enam ratus

tiga puluh lima juta rupiah), Wafid Muharam meminta Rizal

Abdullah agar PT. DGI Tbk dibantu supaya menjadi pelaksana

pekerjaan dalam Proyek Pembangunan Wisma Atlet di Jakabiring

Palembang Sumatera Selatan, atas permintaan Wafid Muharam

tersebut, Rizal Abdullah menyanggupinya.

Atas arahan dari Wafid Muharam, pada bulan September

2010 bertempat di kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya

Palembang Sumatera Selatan, Muhammad El Idris bersama

dengan Wawan Karmawan ( karyawan PT. DGI Tbk) menemui

Rizal Abdullah dan meminta supaya PT. DGI Tbk yang mengerjaka

Proyek Pembangunan Wisma Atlet di Jakabiring Palembang

Sumatera Selatan serta menyampaikan bahwa Wawan Karmawan

yang akan mengurus keikutsertaan PT. DGI Tbk dalam proses

pelelangan;
9

Selanjutnya Mohamad El Idris bersama Wawan Karmawan

beberapa kali melakukan pertemuan dengan Rizal Abdullah, yaitu

antara bulan September sampai dengan bulan Desember 2010,

bertempat di kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya

Palembang Sumatera Selatan dan di Hotel Park Cawang Jakarta

Timur, yang dalam beberapa pertemuan tersebut dihadiri juga oleh

M. Arifin selaku Ketua Panitia Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa

Kegiatan Pembangunan Wisma Atlet di Jakabiring Palembang

Sumatera Selatam, untuk memberikan data perencanaan, gambar

desain dalam Proyek Pembangunan Wisma Atlet di Jakabiring

Palembang Sumatera Selatan kepada Pihak Komite Pembangunan

Wisma Atlet serta menyerahkan data personil perusahaan dan

peralatan yang dimiliki PT. DGI Tbk sekaligus data-data

perusahaan pendamping kepada M. Arifin selaku Ketua Panitia

Pelelangan/Pengadaan, dalam rangka melakukan pengaturan agar

PT. DGI Tbk mendapatkan proyek tersebut.

Selanjutnya, M. Arifin selaku Ketua Panitia

Pelelangan/pengadaan dengan tanpa perubahan menggunakan

gambar desain tersebut untuk membuat Harga Perkiraan Sendiri

(HPS) yang akan digunakan sebagai dokumen pelelangan dalam

Proyek Pembangunan Wisma Atlet, yang mana pada akhirnya PT.

DGI Tbk dinyatakan sebagai pemenang dengan nilai kontrak


10

sebesar Rp. 191.672.000.000,- (seratus Sembilan puluh satu milyar

enam ratus tujuh puluh dua juta rupiah).

Terdakwa pada sekitar bulan Januari 2011 memerintahkan

Mindo Rosalina Manulang untuk menanyakan kepada Muhammad

El Idris mengena fee berupa uang yang akan diberikan kepada

pihak-pihak yang dianggap telah membantu dan berjasa dalam

memenangkan PT. DGI Tbk sebagai pelaksana proyek tersebut.

Pada akhirnya disepakati adanya pemberian uang kepada

Terdakwa sebesar 13%, untuk daerah (Gubernur Sumatera

Selatan) sebesar 2,5%, untuk Komite Pembangunan Wisma

Atlet,sebesar 2,5%, untuk panitia Pelelangan/pengadaan sebesar

0,5%, untuk Sesmenpora sebesar 2% , sedangkan untuk Mindo

Rosalina Manulang sebesar 0,2% dari nilai kontrak setelah

dikurangi Ppn dan Pph.

Selanjutnya Muhammad El Idris bertempat di PT. Anak

Negeri (Permai Group), Jl. Warung Buncit Raya No. 27 Mampang

Jakarta Selatan, menyerahkan cek senilai Rp. 4.675.700.000,-

(empat milyar enam ratus tujuh puluh lima juta tujuh ratus ribu

rupiah) kepada Terdakwa melalui Yulianis dan Oktarina Furi

als.Rina (keduanya staf bagian keuangan PT. Anak Negeri)

sebagai realisasi dari sebagian kesepakatan pemberian fee

sebesar 13% dari nilai kontrak Proyek Pembangunan Wisma Atlet

tersebut yang penjabarannya sebagai berikut :


11

- Pada bulan Februari 2011 sejumlah 2 (dua) lembar cek yaitu

cek BCA No. AN 344079 dengan nilai Rp. 1.065.000.000,- (satu

milyar enam puluh lima juta rupiah) dan cek BCA No. AN

344083 dengan nilai Rp. 1.105.000.000,- (satu milyar seratus

lima juta rupiah) yang diterima oleh Yulianis yang dicairkan pada

tanggal 25 Februari 2011;

- Beberapa hari setelah penyerahan pertama, sejumlah 2 (dua)

lembar cek yaitu cek BCA No. AN 232166 nominal Rp.

1.120.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh juta rupiah) dan

cek BCA No. AN 232170 nominal Rp. 1.050.000.000,- (satu

milyar lima puluh juta rupiah) yang diterima oleh Oktarina Furi

als.Rina yang dicairkan pada tangga; 18 Februari 2011;

- Pada bulan Maret 2011, 1 (satu) lembar cek Bank Mega No.

578809 nominal Rp. 335.700.000,- (tiga ratus tiga puluh lima

juta tujuh ratus ribu rupiah) yang diterima oleh Yulianis dan

dicairkan pada tanggal 4 April 2011;

- Bahwa 5 (lima) lembar cek yang diserahkan oleh Muhammad El

Idris kepada Terdakwa tersebut dikeluarkan dari rekening PT.

Hastatunggal Persadabhakti dan rekening PT. Bina Bangun

Abadi yang pengelolaannya di bawah manajemen PT.DGI Tbk,

dan kelima cek tersebut telah dicairkan. Selanjutnya uangnya

disimpan di dalam brankas PT. Anak Negeri yang mana brankas

tersebut berada di bawah penguasaan Terdakwa dan Neneng


12

Sri Wahyuni (isteri Terdakwa) selaku Direktur Keuangan PT.

Anak Negeri.

Berdasarkan kronologis tersebut diatas, pada pokoknya

hakim di dalam persidangan menjatuhkan pidana penjara selama 4

tahun 10 bulan dan pidana denda sebesar Rp. 200.000.000,- (dua

ratus juta rupiah) yang didasari oleh dakwaan ketiga dari Jaksa

Penuntut umum menurut Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah oleh UU No. 20 Tahun 2001.

Anda mungkin juga menyukai