Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANALISIS PANGAN
DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
J1A119026
R-001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui kadar air biskuit
dengan menggunakan metode thermogravimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada analisis ini adalah biskuit yang
beredar di Pasar Banjarbaru.
KESIMPULAN
Alkham, F.F. 2014. Uji Kadar Protein dan Organoleptik Biskuit Tepung Terigu
dan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Penambahan Jamur
Tiram (Pleurotus ostreatus). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gita, R.S.D & S. Danuji. 2018. Studi Pembuatan Biskuit Fugsional dengan
Substitusi Tepung Ikan Gabus dan Tepung Daun kelor. Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains.;1(2):155-162.
Hairunnisa, Suherman & Supriadi. 2017. Analisis Zat Gizi Makro dari Tepung
Kombinasi Kakao (Theobroma cacao L.) dan Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Sebagai Bahan Dasar Biskuit. Jurnal Akademika Kimia.
Tahar, N., M. Fitrah, & N.A.M. David. 2017. Penentuan Kadar Protein Daging
Ikan Terbang (Hyrundicthys oxycephalus) Sebagai Substitusi Tepung dalam
Formulasi Biskuit. Jurnal Farmasi.
ANALISIS PANGAN
DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
J1A119026
R-001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.6. Tujuan
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui kadar lemak pada
coklat bubuk merek van houten dan coklat bubuk tanpa merek dengan
menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5. Lemak
Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri
dari suatu fase padat dan fase cair. Sumber-sumber lemak dan minyak
dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : sumber dari tumbuh-
tumbuhan dan sumber-sumber dari hewan. Lemak yang digunakan dalam
makanan sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari
gliserol, komponen-komponen lain yang mungkin terdapat meliputi
fosfolipid, sterol, vitamin dan zat warna yang larut dalam lemak seperti
klorofil dan karotenoid. Trigliseridadapat berwujud padat atau cair, dan hal
ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Peran dari
pada lemak (lipid) dalam makanan manusia dapat merupakan zat gizi yang
menyediakan energi bagi tubuh ; dapat bersifat psikologis dengan
meningkatkan nafsu makan ; atau dapat membantu memperbaiki tekstur
dari bahan pangan yang diolah ( Buckle, 1987 ).
Secara defenitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang
dapat larut dalam pelarut-pelarut organik yang memiliki kecenderungan
nonpolar. Maka kelompok lipida ini secara khusus berbeda dengan
karbohidrat dan protein yang tak larut dalam pelarut-pelarut organik.
Bahan-bahan pelarut yang umum dipakai untuk ekstraksi lipida adalah
heksan, ether atau khloroform. Untuk golongan lipida yang lebih polar,
bahan pelarut yang dipakai untuk ekstraksi juga dipilih yang lebih polar
misalnya kloroform, etanol, metanol ataupun campuran beberapa pelarut.
Lemak dan minyak secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipida, trigliserida ini merupakan senyawa
hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Dialam bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida dan monogliserida
hanya terdapat sangat sedikit pada tanaman, dalam dunia perdagangan
lebih banyak dikenal digliserida dan monogliserida dipakai dalam
teknologi makanan misalnya sebagai bahan pengemulsi, penstabil, dan
lain-lain. Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam
kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat dan minyak adalah
trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak
ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini
(Sudarmadji,1989)
METODOLOGI
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada analisis ini adalah HCl, hexane,
coklat bubuk merek van houten, cklat bubuk tanpa merek, aquadest
dan AgNO3.
3.2.Prosedur Kerja
3.2.1. Preparasi Labu Lemak
Sebelum digunakan, labu lemak harus dipreparasi terlebih
dahulu pertama dikeringkan labu lemak yang berisi batu didih
kedalam oven suhu 105°Cselama 3 jam . Selanjutnya dinginkan
dalam desikator selama 30 menit, dan ditimbang sampai bobot
konstan.
4.1.Hasil
Hasil percobaan kadar lemak dalam bubuk coklat merek van
houten dan bubuk coklat tanpa merekdapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Data kadar lemak dalam bubuk coklat merek Van Houten
W1 (g) Kadar
No. Sampel W (g) Wo (g) Lemak
I II III (%)
Coklat 5,0045 136,5142 137,0939 137,0885 137,0842 11,4
Bubuk
1. Merek 4,9947 102,1166 102,6838 102,6792 102,6789 11,3
Van
Houten 5,0439 135,7296 136,2967 136,2927 136,2924 11,2
4.2.Perhitungan
𝑊1−𝑊0
Kadar Lemak (%) = 𝑥 100%
𝑊
Keterangan :
W= Berat contoh ( gr )
W0= Berat labu kosong ( gr )
W1= Berat contoh + berat labu setelah dikeringkan ( gr )
4.3.Pembahasan
Hasil penentuan kadar lemak coklat bubuk merek van houten
perlakuan pertama 11,4 %, perlakuan kedua 11,3 %, perlakuan ketiga 11,2
% dan kadar lemak coklat bubuk tanpa merek perlakuan pertama diperoleh
4,01 %, perlakuan kedua 4,02 %, dan perlakuan ketiga 3,98 %. Selisih
hasil perlakuan pertama, kedua, dan ketiga dari masing-masing coklat
bubuk dapat disebabkan oleh kurang dan lebihnya waktu pengeringan di
dalam oven setelah proses hidrolisis.
Proses hidrolisis yaitu penambahan air kedalam suatu zat dengan
tujuan untuk menghilangkan zat warna yang ada pada makanan. Apabila
bahan masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit
masuk kedalam jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga
pada proses ektraksi kadar lemak yang dihasilkan kurang efisien.
Pemanasan bahan yang terlalu tinggi (misalnya untuk menghilangkan
sebagian air yang ada dalam bahan) juga tidak baik untuk proses ekstraksi
lipida, karena sebagian lipida akan terikat dengan protein dan karbohidrat
yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk diekstraksi
(Sudarmadji , 1989).
Hasil kadar lemak pada coklat bubuk tanpa merek tidak memenuhi
syarat SNI yang telah ditetapkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya lamanya waktu proses fermentasi, semakin lama waktu
fermentasi kandungan lemak semakin tinggi . Kandungan lemak tinggi
diperoleh pada biji kakao fermentasi sempurna karena pada proses
fermentasi terjadi penurunan kandungan bahan bukan lemak seperti
protein, polifenol, dan karbohidrat yang terurai sehingga secara relatif
kadar lemak akan meningkat . Kadar lemak pada coklat bubuk juga dapat
disebabkan oleh suhu pada saat pengempaan lemak kakao yang kurang
dari 35 °Cdan tekanan kempa yang kurang kuat, sehingga masih banyak
lemak kakao yang belum terekstraksi (Towaha , 2012).
Kadar lemak pada coklat bubuk juga dapat dipengaruhi oleh
kualitas biji coklat, biji coklat yang bermutu baik mempunyai berat rata-
rata 1,0-1,2 gram atau sekitar 83-100 biji tiap 100 gram. Berat biji
berkaitan erat dengan kandungan lemak, bila berat biji kurang dari 1 gram
tiap biji maka kandugan lemaknyaturun . Ukuran berat biji ini ada
kaitannya juga dengan pengolahan dipabri, biji yang ukurannya seragam
akan mencapai derajat penyangraian yang seragam pula . Biji yang kecil
cenderung tersangrai lebih cepat (Susanto , 1994) .
Berdasarkan uraian diatas bahwa kadar lemak coklat bubuk tanpa
merek tidak mencukupi syarat SNI 3747:2009 yang telah ditetapkan yaitu
minimal 10,0% karena proses fermentasi yang kurang sempurna, tekanan
saat pengepresan kurang kuat, suhu kurang tinggi, proses penyangraian
yang terlalu lama, dan kualitas dari biji coklat yang akan diolah .
BAB V
KESIMPULAN
Dewi, K.H . Zuki, M. dan Subagio, M. 2012. Kajian Suhu dan Lama Waktu
Penyangraian Nibs Terhadap Mutu Bubuk Coklat. Universitas Bengkulu,
Vol.2 , No.1, 42-47.
Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao. Yogyakarta : Kanisius. Hlm: 20-25 , 173-
176.
Towaha, J. Anggraini, D.A. dan Rubiyo. 2012. Keragaman Mutu Biji Kakao dan
Produk Turunannya Pada Berbagai Tingkat Fermentasi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bali, Vol.28, No.3, 169-172 .
Widayat, H.P. 2013. Perbaikan Mutu Bubuk kakao Melalui Proses Ekstraksi
Lemak dan Alkalisasi. Universitas Syiah Kuala, Vol.5, No.23, 12-15.