Anda di halaman 1dari 13

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 205

E-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index


10 2015

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI


KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

Indarto

Program Studi Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung; e-mail: indartoalkimia@yahoo.com

Abstrak: Tumbuhan Artocarpus dadah Miq. merupakan salah satu spesies Artocarpus dari famili
Moraceae yang termasuk tumbuhan langka di alam. Tumbuhan ini dikenal sebagai sumber utama
senyawa turunan fenolik yaitu senyawa flavon di atau tri-oksigenasi dan terisoprenilasi pada posisi
C-3, dan juga dikenal sebagai sumber utama senyawa fenolik turunan flavonoid, aril-benzofuran,
stilbenoid dan santon turunan flavonoida, yang memiliki aktivitas biologi sebagai promotor
antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, antikanker dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa fenolik yang terkandung dalam tumbuhan A. dadah
yang diperoleh dari desa Purwoasri, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro, Provinsi Lampung.
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan dan persiapan sampel kemudian ekstraksi,
isolasi, dan pemurnian senyawa menggunakan metode KCV, kromatografi flash, KKG, dan KLT,
sedangkan identifikasi senyawa dilakukan menggunakan spektroskopi ultraungu-tampak (UV-VIS)
dan inframerah (IR). Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tiga senyawa, yang salah satunya
diperkirakan senyawa flavonoid berdasarkan data spektrum UV-VIS dan IR yang juga memiliki
aktivitas tinggi terhadap sel murine leukemia P-388 dengan IC50 3,1 μg/mL. Berdasarkan data
spektrum IR untuk dua senyawa yang lain terdapat serapan –OH pada daerah 3200-3500 cm-1,
serapan C=C aromatik di daerah 1600-1400 cm-1, sehingga diperkirakan kedua senyawa tersebut
merupakan senyawa golongan fenolik.

Kata Kunci: artocarpus dadah, fenolik, isolasi

PENDAHULUAN proses rekayasa bioteknologi alami


[3].
Indonesia merupakan negara Tumbuhan Artocarpus dadah
tropis yang kaya akan sumber daya Miq. merupakan salah satu spesies
alam terutama tumbuhan. Indonesia dari Artocarpus yang termasuk
dikenal sebagai megabiodiversity tumbuhan langka di alam. A. dadah
terbesar ke dua di dunia setelah ini merupakan tumbuhan yang
Brasilia. Tumbuhan merupakan endemik hanya di Indonesia dan
sumber bahan kimia hayati (chemical masih sedikit sekali orang yang
resources), sehingga biodiversitas meneliti. A. dadah dikenal sebagai
dapat dipandang sebagai suatu sumber utama senyawa turunan
industri atau pabrik bahan kimiawi fenolik yaitu senyawa flavon di atau
yang berproduksi sepanjang tahun tri-oksigenasi dan terisoprenilasi pada
menghasilkan bahan kimia berguna posisi C-3. Tumbuhan A. dadah ini
(Chemical Prospectives) melalui juga dikenal sebagai sumber utama
206 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217

senyawa fenolik turunan flavonoid, BAHAN DAN METODE


aril-benzofuran, stilbenoid dan santon
turunan flavonoida, yang memiliki Bahan
aktivitas biologi sebagai promotor Bahan kimia yang dipakai
antitumor, antibakteri, antifungal,
meliputi diklorometana, etil asetat,
antiimflamatori, antikanker dan lain-
lain [3]. Oleh sebab itu perlu metanol, n-heksana, aseton, akuades,
dilakukan penelitian terhadap serium sulfat 1,5% dalam H2SO4 2N,
tumbuhan Artocarpus ini, khususnya
NaCl 1%, silika gel Merck G 60
A. dadah.
Senyawa fenolik terdiri dari untuk KCV, silika gel Merck 60 (35-
beragam senyawa dengan ciri yang 70 Mesh) untuk KKG, untuk KLT
sama, yaitu cincin aromatik yang
digunakan plat KLT silika gel Merck
mempunyai satu atau lebih substituen
hidroksil. Senyawa fenolik banyak kiesegal 60 F254 0,25 mm. Pereaksi
diteliti karena diketahui mempunyai geser untuk analisis spektrofotometer
aktivitas biologis dan efek ultraungu-tampak adalah natrium
farmakologi yang menarik, seperti
antibakteri [7], anti-HIV [2], hidroksida.
antiinflamasi [4], dan antijamur [1].
Dari fraksinasi ekstrak Metode Pengumpulan dan
etilasetat A. dadah telah berhasil persiapan sampel
diisolasi tiga turunan stilbenoid Sampel berupa kulit akar A.
terprenilasi baru yaitu 3-(γ,γ- dadah diambil dari akar tumbuhan A.
dimetilalil) resveratrol, 5-(γ,γ- dadah dan dipisahkan antara kulit
dimetilalil) oksiresveratrol, 3-(2,3- akar dan kayunya. Kulit akar lalu
dihidroksi-3-metilbutil) resveratrol, dibersihkan dan dipotong kecil-kecil.
dan satu turunan benzofuran baru, 3- Sampel kulit akar yang telah dipotong
(γ,γ-dimetilpropenil) moracin M [6]. kemudian dikering-anginkan. Kulit
Senyawa-senyawa fenolik yang batang yang telah kering kemudian
ditemukan pada tumbuhan tropika dihaluskan hingga berbentuk serbuk
Indonesia mempunyai tingkat halus.
oksidasi yang lebih maju
dibandingkan tumbuhan dari tempat Ekstraksi dengan metanol
lain, keadaan geologis yang berbeda Sebanyak 2,4 kg kulit akar A.
akan mempengaruhi kandungan dadah yang telah dihaluskan,
senyawa dalam suatu tumbuhan [3]. dimaserasi selama 24 jam dengan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 207

sekali maserasi sebanyak 200 gram, kering dengan alat vakum dan siap
maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. digunakan.
Ekstrak metanol yang diperoleh Ekstrak kasar yang telah
disaring kemudian dipekatkan dengan dilarutkan dalam aseton dan
menggunakan penguap putar vakum diimpregnasikan kepada silika gel,
pada suhu 45-50˚C dengan laju kemudian dimasukkan pada bagian
putaran 120-150 rpm. Ekstrak pekat atas kolom yang telah berisi fasa diam
metanol tersebut ditambahkan NaCl dan kemudian dihisap secara
1% sebanyak 20% dari volume perlahan-lahan ke dalam kemasan
ekstrak metanol dan kemudian dengan cara memvakumkannya.
dipartisi dengan diklorometana- Setelah itu kolom dielusi dengan
etilasetat 20%. Hasil partisi tersebut metanol-diklorometana 10% sampai
kemudian dipekatkan kembali dengan dengan metanol 100%. Kolom
menggunakan penguap putar vakum dihisap sampai kering pada setiap
pada suhu 30-40˚C dengan kecepatan penambahan eluen (tiap kali elusi
120-150 rpm. dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi
yang terbentuk dikumpulkan
Kromatografi cair vakum (KCV) berdasarkan pola fraksinasinya.
Ekstrak kasar hasil partisi Fraksinasi sampel dengan teknik
dengan etilasetat dilarutkan dalam KCV dilakukan berulang kali dengan
aseton kemudian difraksinasi dengan perlakuan yang sama seperti tahapan
KCV. Terlebih dahulu fasa diam KCV awal.
silika gel Merck G 60 sebanyak 10
kali berat sampel dimasukkan ke Kromatografi lapis tipis (KLT)
dalam kolom. Kemudian kolom Sebelum difraksinasi, terlebih
dikemas kering dalam keadaan vakum dahulu dilakukan uji KLT untuk
menggunakan alat vakum. Eluen melihat pola pemisahan komponen-
yang kepolarannya rendah, komponen senyawa yang terdapat
dimasukkan ke permukaan silika gel dalam ekstrak kasar. Uji KLT juga
terlebih dahulu kemudian divakum dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang
kembali. Kolom dihisap sampai akan difraksinasi dan juga fraksi-
fraksi yang didapat setelah perlakuan
208 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217

fraksinasi. Uji KLT dilakukan KLT sebelum fraksinasi, dimulai dari


menggunakan sistem campuran eluen yang kepolarannya rendah kemudian
menggunakan pelarut n-heksana, ditingkatkan kepolarannya. Kolom
etilasetat, aseton, diklorometana, dan diberi tekanan dari atas kolom,
metanol. Hasil kromatogram diamati sehingga eluen akan terdorong cepat
di bawah lampu UV dengan panjang turun ke bawah. Kolom jangan
gelombang 254 nm agar dapat dilihat sampai kering pada setiap
pola pemisahan komponen-komponen penambahan eluen (tiap kali elusi
senyawanya. Hasil kromatogram dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi
tersebut kemudian disemprot yang terbentuk dikumpulkan
menggunakan larutan serium sulfat berdasarkan pola fraksinasinya.
untuk menampakkan bercak/noda dari Fraksinasi sampel dengan teknik
komponen senyawa tersebut. Setiap kromatografi flash dilakukan berulang
fraksi yang menghasilkan pola kali dengan perlakuan yang sama
pemisahan dengan Rf (Retention seperti tahapan awal.
factor) yang sama pada kromatogram,
digabung dan dipekatkan sehingga Kromatografi kolom gravitasi
diperoleh beberapa fraksi gabungan (KKG)
yang akan difraksinasi lebih lanjut. Setelah dihasilkan fraksi-
fraksi dengan jumlah yang lebih
Kromatografi flash sedikit, tahapan fraksinasi selanjutnya
Kromatografi flash digunakan dilakukan menggunakan teknik
untuk memisahkan ekstrak sampel kromatografi kolom gravitasi (KKG).
dengan kuantitas yang tidak terlalu Fasa diam silika gel Merck (35-70
besar. Teknik yang dilakukan sama Mesh) dilarutkan dalam pelarut yang
seperti pada KCV. Ekstrak hasil akan digunakan dalam proses
KCV yang telah dilarutkan dalam pengelusian. Campuran tersebut
aseton dan diimpregnasikan kepada diaduk hingga diperoleh suatu slurry,
silika gel, kemudian dimasukkan pada campuran tersebut dimasukkan ke
bagian atas kolom yang telah berisi dalam kolom dan diusahakan agar
fasa diam. Setelah itu kolom dielusi kolom tidak kehabisan pelarut.
dengan eluen yang cocok dari hasil Kemudian atur fasa diam hingga rapat
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 209

(tidak berongga) dan rata. dahulu digerus hingga berbentuk


Selanjutnya masukkan sampel yang serbuk. Kemudian kristal yang akan
telah dijerapkan pada silika gel ke ditentukan titik lelehnya diletakkan
dalam kolom yang telah berisi fasa pada lempeng kaca, diambil sedikit
diam. Pada saat sampel dimasukkan, dengan menggunakan pipet kapiler,
usahakan agar kolom tidak alat dihidupkan dan titik leleh diamati
kering/kehabisan pelarut karena akan dengan bantuan kaca pembesar. Suhu
mengganggu fasa diam yang telah pada saat kristal pertama kali meleleh,
dikemas rapat, sehingga proses elusi itulah titik leleh dari senyawa
tidak akan terganggu. tersebut. Pengukuran titik leleh
dilakukan sebanyak tiga kali. Apabila
Uji kemurnian menunjukan titik leleh yang sama,
Uji kemurnian dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
dengan metode KLT dan uji titik senyawa yang diperoleh sudah murni.
leleh. Uji kemurnian secara KLT
menggunakan beberapa campuran Spektrofotometer ultraungu–

eluen. Kemurnian suatu senyawa tampak (UV-VIS)

ditunjukkan dengan timbulnya satu Sampel berupa kristal murni

noda dengan berbagai campuran eluen sebanyak 0,0001 gram dilarutkan

yang digunakan, dengan pengamatan dalam 10 mL metanol. Larutan ini

noda dilakukan di bawah lampu UV digunakan sebagai persediaan untuk

dengan panjang gelombang 254 nm beberapa kali pengukuran. Pertama,

dan kemudian disemprot sampel diukur serapan maksimumnya

menggunakan larutan serium sulfat dalam metanol. Selanjutnya larutan

untuk menampakkan bercak/noda dari persediaan dibagi menjadi beberapa

komponen senyawa tersebut. bagian. Kemudian masing-masing

Untuk uji titik leleh, sebelum larutan persediaan ditambah dengan

dilakukan pengukuran, alat pengukur pereaksi-pereaksi geser seperti

titik leleh tersebut dibersihkan natrium hidroksida (NaOH),

terlebih dahulu dari pengotor yang kemudian larutan diukur serapan

ada. Selanjutnya, untuk kristal yang maksimumnya.

berukuran besar, kristal terlebih


210 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217

Spektrofotometer inframerah (IR) Penambahan NaCl 1% bertujuan


Sampel kristal hasil isolasi untuk mengendapkan tanin yang ada,
yang telah murni dianalisis sehingga tidak ikut terekstrak oleh
menggunakan spektrofotometer diklorometana/etil asetat 20%. Pada
inframerah. Kristal yang telah murni awalnya partisi menggunakan etil
dibebaskan dari air kemudian digerus asetat, tetapi karena ekstrak metanol
bersama-sama dengan halida dengan etil asetat menyatu dan tidak
anorganik, KBr. Gerusan kristal terpisah sehingga ditambahkan
murni dengan KBr dibentuk menjadi diklorometana supaya terpisah
lempeng tipis atau pelet dengan membentuk dua cairan yang tidak
bantuan alat penekan berkekuatan 8- saling bercampur. Penggunaan etil
10 ton per satuan luas. Kemudian asetat untuk partisi ekstrak metanol
pelet tersebut diukur puncak karena kandungan air dalam ekstrak
serapannya. metanol tersebut masih cukup banyak,
sehingga untuk memisahkannya
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan cara partisi ini. Etil asetat
akan mengekstrak senyawa
Pada penelitian ini membagi organiknya dan terpisah dari air.
2400 gram sampel ke dalam 200 gram Kepolarannya tidak terlalu besar
untuk satu tahap maserasi, sehingga sehingga dapat meminimalkan
ada 12 tahap maserasi. Satu tahap tertariknya senyawa-senyawa yang
maserasi perlakukannya selama 24 sangat polar. Setelah itu,
jam dengan tiga kali pengulangan. menguapkan kembali dengan
Maserasi menggunakan pelarut menggunakan penguap putar vakum
metanol, pemilihan pelarut ini pada suhu 30-40˚C dengan kecepatan
dikarenakan senyawa fenolik 120-150 rpm.
merupakan senyawa polar, sehingga Dari proses penguapan dengan
untuk mengekstrak senyawa polar alat penguap putar vakum ini
diperlukan pelarut yang juga polar. menghasilkan ekstrak etil asetat
Kemudian menyaring dan sebanyak 151,28 gram. Ekstrak ini
menguapkan hasil ekstraksi kemudian dilihat pola pemisahan
menggunakan penguap putar vakum komponen-komponen senyawanya
pada suhu 45-50˚C dengan laju menggunakan kromatografi lapis tipis
putaran 120-150 rpm. (KLT). Eluen yang digunakan untuk
Pada penguapan dengan alat KLT adalah metanol/diklorometana
penguap putar vakum ini diperoleh 10% dengan fasa diam Silika Gel
ekstrak pekat sampel hasil maserasi Merck 60 GF254 0,25mm.
metanol. Kemudian menambahkan Sebanyak 151,28 gram ekstrak
NaCl 1% sebanyak 20% dari volume etil asetat ini kemudian dilakukan
ekstrak metanol ke dalam ekstrak fraksinasi menggunakan teknik
metanol dan kemudian mempartisinya kromatografi cair vakum (KCV)
dengan diklorometana/etil asetat 20%. dengan cara membagi menjadi 4 tahap
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 211

KCV, pembagian menjadi 4 tahap menjadi 3 fraksi utama yaitu A2 (1),


KCV dimaksudkan karena B2 (2-4), dan C2 (5-6). Tahap 3
keterbatasan alat KCV yang tidak bisa sebanyak 48 gram ekstrak
menampung sampel secara menghasilkan 12 fraksi yang
keseluruhan. KCV tahap pertama selanjutnya disederhanakan menjadi 4
menggunakan 31,5 gram ekstrak fraksi utama yaitu A3 (1-3), B3 (4-8),
kering, KCV tahap kedua 14,7 gram, C3 (9-10), dan D3 (11-12). Untuk
KCV tahap ketiga 48 gram, dan KCV tahap 4 sebanyak 57,08 gram ekstrak
tahap keempat menggunakan sisanya menghasilkan 12 fraksi yang
yaitu 57,08 gram. Pada setiap selanjutnya disederhanakan menjadi 4
tahapan di atas, ekstrak kering fraksi utama yaitu fraksi A4 (1-3), B4
dilarutkan dalam aseton kemudian (4-6), C4 (7-10), dan D4 (11-12).
diimpregnasi pada Silika Gel Merck Setelah fraksinasi, selanjutnya adalah
60 (35-70 Mesh). Setelah itu mengidentifikasi hasil fraksinasi
fraksinasi dengan cara KCV, dimana dengan KL. Fraksi-fraksi yang
proses awal setelah mendapatkan diperoleh kemudian dilakukan
hasil impregnasi ekstrak terhadap pemisahan lebih lanjut hingga
Silika Gel adalah mempersiapkan diperoleh tiga senyawa yang murni
kolom kromatografinya, diawali yaitu C1B2, C523 dan 8BB.
dengan alat kromatografi yang
dirangkai sedemikian rupa. Analisis Spektrometri
Pembuatan kolom silika, dengan cara 1. Analisis Spektrometri
memadatkan silika agar tidak pecah Ultraungu-Tampak
saat kromatografi. Setelah itu baru Senyawa flavonoid
memasukkan hasil impregnasinya, mempunyai sistem karbonil yang
dan kemudian mengelusi dengan berkonjugasi dengan cincin aromatik,
eluen yang digunakan. sehingga senyawa ini menyerap sinar
Eluen yang digunakan untuk pada panjang gelombang tertentu di
masing-masing tahap adalah daerah ultraungu. Senyawa flavon
campuran metanol/diklorometana, mempunyai serapan di daerah UV
dari 0% metanol sampai 100% pada dua panjang gelombang, yaitu
metanol (0%-100%) yang sekitar 310-350 nm pada pita I dan
ditingkatkan kepolarannya secara sekitar 250-280 nm pada pita II [5].
bertahap. Proses KCV awal ini untuk Gambar 1 memperlihatkan
tahap 1 sebanyak 31,5 gram ekstrak data serapan senyawa hasil isolasi
menghasilkan 8 fraksi yang C1B2 yang diperoleh dari kulit akar
selanjutnya disederhanakan menjadi 4 tumbuhan A. dadah terhadap sinar
fraksi utama berdasarkan pola KLT UV yang memberikan serapan
yaitu A1 (1-2), B1 (3-4), C1 (5-6), maksimum pada  maks 204 nm (a =
dan D1 (7-8). Tahap 2 sebanyak 14,7 33,76 cm-1g-1L), 279 nm (a = 33,48
gram ekstrak menghasilkan 6 fraksi cm-1g-1L), dan 328 nm (a = 11,80 cm-
1 -1
yang selanjutnya disederhanakan g L) dalam metanol dengan
212 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217

konsentrasi 0,0001 g/0,01 L (0,1 karakteristik untuk resonansi gugus


mg/10 mL). Data spektrum UV sinamoil dari cincin B. Serapan
menunjukkan karakteristik serapan maksimum pada  maks 279 nm
untuk senyawa flavon. Serapan merupakan spektrum khas flavon
maksimum di daerah ultraviolet pada pada pita II yang karakteristik untuk
 maks 328 nm merupakan spektrum resonansi gugus benzoil dari cincin A.
khas flavon pada pita I yang

Gambar 1. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 dalam metanol

Untuk menentukan kedudukan hidroksil yang lebih asam dan tidak


gugus hidroksil fenol pada senyawa tersubstitusi. Adanya pergeseran
flavonoid dilakukan dengan batokromik pada pita I menunjukkan
penambahan pereaksi geser pada adanya gugus hidroksil pada posisi
pengukurannya, yaitu dengan cara C3, C4’, dan C7 [5].
mengamati pergeseran puncak yang Data spektrum UV pada
terjadi. Pereaksi geser NaOH penambahan pereaksi geser natrium
digunakan untuk mendeteksi gugus hidroksida (NaOH) terjadi pergeseran
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 213

puncak serapan pada pita I sebesar 40 hidroksil pada posisi C3, C4’, dan C7.
nm yaitu dari 328 nm bergeser Senyawa hasil isolasi C523 dan 8BB
menjadi 368 nm (Gambar 2). Adanya belum dilakukan analisis spektroskopi
pergeseran batokromik pada pita I UV-VIS.
memberikan petunjuk adanya gugus

Gambar 2. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 (a) dalam MeOH,


(b) dalam MeOH + NaOH

2. Analisis spektrometri inframerah membentuk ikatan hidrogen. Puncak


Dari data spektrum inframerah serapan pada daerah 2975 cm-1 dan
(IR) senyawa hasil isolasi C1B2 dapat 2924 cm-1 merupakan petunjuk
diketahui adanya pita melebar pada adanya gugus C-H alifatik. Puncak
daerah bilangan gelombang 3200- serapan pada daerah bilangan
3600 cm-1 yang merupakan vibrasi gelombang 1655 cm-1 menunjukkan
ulur dari gugus hidroksil yang dapat adanya gugus karbonil (C=O) yang
214 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217

berkonjugasi dengan C=C. Puncak- alkohol. Spektrum IR senyawa hasil


puncak serapan pada daerah 1619 isolasi dapat dilihat pada Gambar 3.
dan 1466 cm-1 menunjukkan adanya Dari data spektrum UV dan IR
C=C aromatik, hal ini diperkuat senyawa hasil isolasi C1B2 dari kulit
dengan adanya serapan C-H aromatik akar tumbuhan A. dadah
pada bilangan gelombang 900-600 menunjukkan adanya kerangka
cm-1. Puncak serapan pada bilangan fenolik dan diperkirakan termasuk
gelombang 1352, 1298, dan 1243 cm- golongan flavonoid.
1
menunjukkan uluran ikatan C-O

Gambar 3. Spektrum IR senyawa hasil isolasi C1B2

Dari data spektrum inframerah merupakan petunjuk adanya gugus C-


(IR) senyawa hasil isolasi C523 dapat H alifatik. Puncak-puncak serapan
diketahui adanya pita melebar pada pada daerah 1612, 1517, dan 1471
daerah bilangan gelombang 3300- cm-1menunjukkan adanya C=C
3500 cm-1 yang merupakan vibrasi aromatik, hal ini diperkuat dengan
ulur dari gugus hidroksil yang dapat adanya serapan C-H aromatik pada
membentuk ikatan hidrogen. Puncak bilangan gelombang 900-600 cm-1.
serapan pada daerah 2931 cm-1 Puncak serapan pada bilangan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 215

gelombang 1389 dan 1248 cm-1 isolai C523 memiliki kerangka


menunjukkan uluran ikatan C-O fenolik. Spektrum IR senyawa hasil
alkohol. Dari data spektrum IR isolasi dapat dilihat pada Gambar 4.
menunjukkan bahwa senyawa hasil

Gambar 4. Spektrum IR senyawa hasil isolasi C523

Dari data spektrum inframerah 2767 cm-1 merupakan petunjuk


(IR) senyawa hasil isolasi 8BB dapat adanya gugus C-H alifatik. Puncak-
diketahui adanya pita melebar pada puncak serapan pada daerah 1626,
daerah bilangan gelombang 3200- 1522, dan 1467 cm-1menunjukkan
3500 cm-1 yang merupakan vibrasi adanya C=C aromatik, hal ini
ulur dari gugus hidroksil yang dapat diperkuat dengan adanya serapan C-H
membentuk ikatan hidrogen. Puncak aromatik pada bilangan gelombang
serapan pada daerah 2936 cm-1 dan 900-600 cm-1. Puncak serapan pada
216 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217

bilangan gelombang 1376, 1288, dan isolai 8BB memiliki kerangka fenolik.
1243 cm-1 menunjukkan uluran ikatan Spektrum IR senyawa hasil isolasi
C-O alkohol. Dari data spektrum IR dapat dilihat pada Gambar 5.
menunjukkan bahwa senyawa hasil

Gambar 5. Spektrum IR senyawa hasil isolasi 8BB

Dari ketiga senyawa yang untuk kedua senyawa yang lain belum
berhasil diisolasi dari kulit akar dilakukan pemeriksaan aktivitas
tumbuhan A. dadah, senyawa hasil terhadap sel murine leukemia P-388.
isolasi C1B2 telah dilakukan
pemeriksaan aktivitas terhadap sel SIMPULAN
murine leukemia P-388, dan hasilnya
menunjukkan aktivitas yang tinggi Pada penelitian ini telah
dengan IC50 3,1 μg/mL. Sedangkan berhasil diisolasi tiga senyawa, yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi’ 04 (2) (2015) 205-217 217

salah satunya diperkirakan senyawa of Vitis amurensis and the


flavonoid berdasarkan data spektrum Conformations of the Seven
UV-VIS dan IR yang juga memiliki Membered Ring in Some
aktivitas tinggi terhadap sel murine Oligostilbenes.
leukemia P-388 dengan IC50 3,1 Phytochemistry. 58. 357-362.
μg/mL. Berdasarkan data spektrum IR Markham, K.R. 1988. Cara
untuk dua senyawa yang lain terdapat Mengidentifikasi Flavonoid.
serapan –OH pada daerah 3200-3500 Penerbit ITB. Bandung. Hlm 1-
cm-1, serapan C=C aromatik di daerah 113.
Su, B.N., M. Cuendet, M.E. Hawthorne,
1600-1400 cm-1, sehingga
L.B. S. Kardono, S. Riswan,
diperkirakan kedua senyawa tersebut
H.H.S. Fong, R.G. Mehta, J.M.
merupakan senyawa golongan Pezzuto, and A.D. Kinghorn.
fenolik. 2002. Constituents of the bark
and twigs of Artocarpus dadah
DAFTAR PUSTAKA with cyclooxygenase inhibitory
activity. J. Nat. Prod., 65(2):
Bokel, M., Diyasena, M.N.C., Leslie, 163–169.
A.A., Gunatilaha, & Sultanbawa, M.U.S., Surendrakumar, S.,
Sotheeswaran, S. 1988. & Bladon, P. 1987. Distichol,
Canaliculatol, An Antifungal An Antibacterial Polyphenol
from Shorea disticha.
Resveratrol Trimer from
Phytochemistry. 26(3). 799-
Stemonoporous
801.
canaliculatus.
Phytochemistry. 27(2), 377-
380.
Dai, J.R., Hallock, Y.F., Cardellina,
J.H.H., & Boyd, M.R. 1998.
HIV-Inhibitory and
Cytotoxicity Oligostilbenes
from the Leaves of Hopea
malibato. J. Nat. Prod. 61.
351-353.
Ersam, T. 2004. Keunggulan
Biodiversitas Hutan Tropika
Indonesia Dalam Merekayasa
Model Molekul Alami.
Prosiding Seminar Nasional
Kimia VI, ITS. Surabaya. Hlm
1-12.
Huang, K., Mao Lin, & Gui-Fang
Cheng. 2001. Anti-
inflammatory Tetramers of
Resveratrol from the Roots

Anda mungkin juga menyukai