Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di indonesia sudah mengalami peningkatan lima tahun

terakhir. Meskipun begitu, perkembangan ini masih belum sebanding dengan

kualitas kesehatan indonesia yang ideal bagi seluruh rakyat indonesia. Oleh

karena itu, indonesia terus berusaha untukmengembangkan kualitas kesehatan

masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat

secara keseluruhan dan merata. Usaha tersebut tertuang dalam Visi dan Misi

Rencana Strategi Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019, diantaranya yaitu

meningkatkan pemberdayaan masyarakat, baik masyarakat swasta maupun

masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan,meningkatkan pelayanan yang

merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta meningkatkan pengembangan

dan pendayagunaan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan yang merata

dan bermutu. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan petugas

kesehatan yang kompeten dalam bidang kesehatan serta memiliki kemampuan

untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

(Depkes RI, 2014).

Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia dalam

mencapai peningkatan produktivitas dan kesejahteraan umum maka untuk

mencapai hal tersebut pembangunan kesehatan pada dewasa ini diajukan pada

1
peningkatan pemerataan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan yang

profesional dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu bersalin dan

anak (Prawirohardjo, 2013).

Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara-

negara berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi

dinegara berkembang, sedangkan dinegara maju hanya 1-2%. Sebenarnya

sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat

pertolongan pertama yang adekuat (Prawirohardjo, 2013).

Menurut data WHO pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan meninggal

saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di

negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per

100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9

negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2013).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesis masih termasuk yang tertinggi

dibandingkan dengan negara-negara di Asia misalnya Thailand dengan AKI

130/100.000 sedangkan menurut data SDKI tahun 2007 mencatat AKI di

indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup (KH). AKI yang tinggi

menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang

dilaporkan di Kabupaten Nabire sampai dengan bulan Desember tahun 2019


sebanyak 13 kasus yang disebabkan oleh komplikasi persalinan (Dinkes

Kabupaten Nabire, 2019).

Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan salah satunya adalah presentasi

bokong dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan

bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2013).

Kehamilan presentasi bokong jika dibandingkan dengan presentasi kepala akan

menghadapi resiko yang lebih besar baik pada ibu maupun pada bayi (Fadlun

dkk, 2012).

Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status

kesehatan ibu dan anak. Masa nifas dimulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau

setelah proses persalinan kala I sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan

bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi

dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan

memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia (Cunningham, 2013).

Mortalitas perinatal (kematian perinatal) dengan presentasi bokong 13 kali lebih

tinggi dari pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal pada presentasi bokong 5-

7 kali lebih tinggi dari pada presentasi kepala. Gambaran ini di pengaruhi oleh

usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong (Sarwono, 2010).
}}}}
Di Kabupaten Nabire yang menjadi penyebab terbesar kematian ibu yaitu

perdarahan sebesar 50,69% dan biasanya terjadi pada ibu hamil dengan resiko

tinggi dan ibu bersalin yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan (Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Nabire 2017).

Data yang diambil dari Ruang Bersalin RSUD Rodofado Kabupaten Waropen

didapatkan jumlah pasien dengan post partum normal dengan jumlah pasien

dalam 5 bulan terakhir sejumlah 56 pasien dan terdapat 11 kejadian dalam 5

bulan terakhir pasien datang atas indikasi mal presentasi yaitu presentasi bokong

yang datang ke Ruang Bersalin RSUD Nabire Kabupaten Nabire.

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan

Keperawatan Maternitas Pada Ny. K Post Partum spontan atas Indikasi

Presentasi Bokong Nifas Hari Pertama Di Ruang Bersalin RSUD Nabire

Kabupaten Nabire”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang

program studi s1 profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri tahun

2021.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menggambarkan “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.

K Post Partum Spontan atas Indikasi Presentasi Bokong Nifas Hari Pertama
di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Nabire Kabupaten Nabire

tanggal 19-20 Desember 2020” secara komprehensif meliputi aspek bio-

psiko-sosio-spritual pada klien dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian status kesehatan klien dengan benar

b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan post

partum spontan presentasi bokong

c. Membuat rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang muncul pada klien dengan post partum spontan

presentasi bokong

d. Melaksanakan tindakan keperawatan mandiri maupun kolaboratif pada

klien post partum spontan presentasi bokong

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dan perkembangan klien baik

tindakan mandiri maupun kolaboratif

f. Mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilaksanakan.

C. Ruang Lingkup

Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. K Post Partum Spontan Dengan

Presentasi Bokong Nifas Hari Kesatu Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum

Daerah Nabire Kabupaten Nabire Tanggal 19-20 Desember 2020.


D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam laporan ini adalah deskriptif, yaitu

metode yang menggambarkan keadaan yang sebenar-benarnya dan pendekatan

laporan kasus. Data diperoleh dari wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi

atau catatan perawatan, partisipasi aktif dan studi kepustakaan.

E. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan dari laporan kasus ini meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam BAB I yaitu Pendahuluan terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan, Metode

Penulisan, dan Sistematika Laporan.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II merupakan Tinjauan Teori dimana di dalam Tinjauan Teori terdapat :

Konsep Dasar Letak Sungsang dan Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

Di dalam BAB III terdiri dari 5 unsur asuhan keperawatan yang terdapat pada

Tinjauan Kasus yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Keperawatan, Implemantasi dan Yang Terakhir Adalah Evaluasi.

BAB IV PEMBAHASAN

BAB IV merupakan Pembahasan yang masih terdiri dari 5 unsur asuhan

keperawatan yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Keperawatan,

Implementasi dan Evaluasi.


BAB V PENUTUP

Di dalam BAB Penutup terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Prematur/ Preterm

1. Pengertian

Persalinan yang terjadi sebelum waktunya ibu untuk melahirkan, yang

biasanya pada kehamilan 20-37 minggu. Pada persalinan preterm ini juga

kemungkinan berat badan janin hurang dari berat badan bayi lahir normal

yaitu dibawah 2000g (Hutahaean, 2009).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari sama

dengan 37 minggu, dengan berat badan lahir kurang atau sama dengan 2.500g

(Donna L Wong, 2007).

2. Etiologi

Ada beberapa keadaan yang menimbulkan persalinan preterm yaitu :

a. Hipertensi

b. Perkembangan janin terhambat

c. Solusio plasenta

d. Plasenta previa

e. Kelainan rhesus

f. Diabetes

g. Ketuban pecah dini

h. Serviks inkompeten

i. Kehamilan ganda
3. Patofisiologi

Menurut Hutahaean, 2009 persalinan preterm dapat diperkirakan dengan

mencari faktor resiko mayor atau minor

Faktor minor adalah : penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam

pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih

dari 10 batang, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada

trimester I lebih dari dua kali.

Faktor resiko mayor adalah : kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus,

serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/

memendek kurang dari1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada

trimester II lebih dari 1 kali, riwayat preterm sebelumnya, operasi bdominal

pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.

4. Manifestasi klinis

a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3-5 menit sekali selama 45 detik

dalam waktu minimal 2 jam.

b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien

melakukan aktifitas.

c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor resiko mayor dan minor.

d. Usia kehamilan antara 20-37 minggu.

e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20-37 minggu.

f. Presentasi janin abnormal lebih sering di temukan p ada persalinan preterm.


5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.

b. Urinalisis.

c. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti

rasio isitin sfinagomielin, surfaktan dll (Hutahaean, 2009).

6. Penatalaksanaan

a. Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan

nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak.

b. Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg

peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin 10 mg peroral

dosis tunggal sebagai pilihan kedua atau ibuprofen 400 mg peroral dosis

tunggal sebagai pilihan ketiga.

c. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus tirah baring dan banyak minum,

tidak diperbolehkan bersenggama.

d. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin,

korioamniotis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi

relatif (DM, dan pertumbuhan janin terhambat) (Hutahaean, 2009).


B. Konsep Letak sungsang

1. Pengertian

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

(Prawirohardjo, 2013).

Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus

uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang, berturut-

turut lahir bagian-bagian yang makin lama making besar dimulai dari lahirnya

bokong, bahu, kemudian kepala ( Sukarni, 2013).

Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus

uteri sedangkan bokong merupakan bagian terendah janin (Manuaba, 2008).

2. Klasifikasi Letak Sungsang

a. Presentasi bokong murni (frank breech)

Didiagnosis jika ekstremitas bawah menekuk pada sendi panggul dan

terekstensi di lutut, bengan kaki berada di dekat kepala janin

b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)

Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna

dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.


c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)

Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,

sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. (Kenneth, 2009).

3. Etiologi

Adapun penyebab presentasi bokong (letak sungsang) antara lain:

a. Faktor dari ibu dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:

1) Plasenta previa

2) Bentuk rahim yang abnormal

3) Panggul sempit

4) Multiparitas

5) Adanya tumor pada rahim

6) Implantasi plasenta di fundus yang memicu terjadinya letak bokong

b. Faktor dari janin dapat disebabkan oleh keadaan seperti:

1) Hidrosefalus atau anasefhalus

2) Kehamilan kembar

3) Hidramnion

4) Prematuritas.

(Winkjosastro, 2008).
4. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap

ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,

jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin

bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri

dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air

ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih

besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang

lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil

di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada

kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,

sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan

dalam presentasi kepala.

(Winkjosastro, 2008).

5. Manifestasi Klinis

a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan

ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.

b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian

kecil pada arah yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang

kurang budar dan lunak.

d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi

pusat. (Hidayat, 2009)

6. Cara persalinan letak sungsang :

a. Pervaginam

Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang

harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah

pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat

situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat

dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah

sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan

terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar,

presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran

janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak

dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi

ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi >

3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang

berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan (Prawirohardjo,

2013).
1) Persalinan spontan (spontaneous breech)

Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara

bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan

pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini

prosedur melahirkan secara bracht :

a) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depa vulva.

b) Saat bokong membuka vulva , dilakukan episiotomi. Segera

setelah bokong lahir, bokong di cengkeram secara bracht yaitu

kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan

jari-jari lain memegang panggul.

c) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, segera kendorkan

tali pusat tersebut

d) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin dengan cara

punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya

mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan.

e) Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut,

bahu dan lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.

2) Manual aid

Yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan

sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara

manual aid ada 3 tahapan yaitu : tahap pertama lahirnya bokong


sampai pusar yang dilahirkan dengan kekutan ibu sendiri, tahap kedua

lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara

klasik, mueller, lovset, tahap ketiga lahirnya kepala dengan memakai

cara mauriceau dan forceps piper.

Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang

dengan cara klasik :

a) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada

pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin

sehingga perut janin mendekati perut ibu.

b) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam

jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada

fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan

seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

c) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki

janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke

bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan

cara yang sama lengan dapat dilahirkan.


Gambar 2.2 Pengeluaran Lengan Secara Klasik
(Prawirohardjo, 2013).

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan

cara mueller :

a) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan

traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di

bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait

lengan di bawahnya.

b) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang

masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu

belakang lahir.

Gambar 2.3 Pengeluaran Lengan Secara Muller


(Prawirohardjo, 2013)
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset :

a) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan

traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran,

sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.

b) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah

yang berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-

balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan

lengan dapat dilahirkan.

Gambar 2.4 Pengeluaran Lengan Secara Lovset


(Prawirohardjo, 2013)

Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau :

a) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke

dalam jalan lahir.

b) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari

ke empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain

mencengkeram leher.
c) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah

janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong

mencengkeram leher janin dari arah punggung.

d) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah

sambil seorang asisten melakukan fundal pressure.

e) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi

ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga

berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun

besar dan akhirnya seluruh kepala.

Gambar 2.5 Pengeluaran Kepala Secara Mauriceau


(Prawirohardjo, 2013)

3) Ekstraksi Sungsang

Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat

untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi

ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan

macet.
Cara ekstraksi kaki :

a) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang

berada pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam

vagina untuk menelusuri bokong, paha sampai lutut guna

mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama

melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator

yang lain.

b) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang

dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada

punggung betis. Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian

paha keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari

pada punggung paha.

c) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan

menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu.

Cara ekstraksi bokong

a) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk

(ossacrum).

b) Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum

dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi

curam kebawah.
c) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk

tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk

membantu traksi sehingga bokong berada di luar vulva.

d) Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter

belakang.

e) Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.

f) Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.

g) Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada

bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-

jari kedua tangan berada di atas lipat paha janin.

h) Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian

mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.

i) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina

untuk menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan

dada, menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong

sampai tulang belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller.

b. Perabdominam

Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam,

maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan

dengan seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang

sangat penting dalam menghadapi persalinan letak sungsang. Seksio


sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul sempit

(Prawirohardjo, 2010).

7. Komplikasi persalinan letak sungsang

a. Komplikasi pada ibu

1) Perdarahan

2) Robekan jalan lahir

3) Infeksi

b. Komplikasi pada bayi

1) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :

a) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)

b) Perdarahan atau edema jaringan otak

c) Kerusakan medula oblongata

d) Kerusakan persendian tulang


leher

e) kematian bayi karena asfiksia


berat.

2) Trauma persalinan

a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas

b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung

c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar

kepala; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau

telinga ; kerusakan pada jaringan otak.


3) Infeksi, dapat terjadi karena :

a) Persalinan berlangsung lama

b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil

c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.

8. Pemeriksaan Diagnosis

a. Tes pranatal : Dapat memastikan

polihidramnion, janin besar atau

gestasi multiple

b. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,

presentasi janin , posisi dan

formasi.

C. Konsep Fisiologi Persalinan

1. Pengertian

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui

jalan lahir (Prawiroraharjo, 2010).

Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur yaitu

kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat serta

dilatasi dan pembukaan serviks secara progresif (Nortwitz, 2007).


2. Klasifikasi Persalinan

a. Menurut Cara Persalinan

1) Partus Normal

Partus normal atau partus spontan adalah proses lahirnya bayi dengan

tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan

bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2) Partus Abnormal

Partus abnormal adalah persalinan pervagimnam dengan bantuan alat-

alat atau dengan menggunakan tindakan seperti ekstrasi forsep dan

ekstrasi vacuum serta melalui dinding perut dengan tindakan operasi

sesar.

3. Sebab-sebab Yang Menimbulkan Persalinan

Terdapat beberapa teori yang memungkinkan proses persalinan yaitu :

a. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,

keadaan uterus dan dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga

plasenta mengalami degenerasi.

b. Teori Penurunan Progesterone

Penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu kehamilan dimana terjadi

penimbunan jaringan ikat, villi koriales mengalami perubahan sehingga


kadar estrogen dan progesterone menurun menyebabkan kekejangan

pembuluh darah yang akan menimbulkan kontrasi rahim.

c. Teori Eksitosin Maternal

Menurunya kontraksi progesterone akibat tuanmya kehamilan maka

ositosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

d. Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,

yang dikeluarkan oleh desidua.

e. Teori Hipotalamus-Pituitari Dan Glandula Suprarenalis

Prostaglandin, hipotalamus serta grandula suprarenal dianggap dapat

merupakan pemicu terjadinya persalinan.

f. Teori Berkurangnya Nutrisi

Bila nutrisi dalam janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan, factor lain yang digunakan adalah tekanan pada ganglion

servikal dari fleksus frankerhauser yang terletak dibelakang servik, bila

ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

4. Tanda-Tanda Persalinan

a. Tanda-tanda permulaan persalinan

1) Kepala turun memasuki pintu atas panggul

2) Perut kelihatan lebih lebar, fundus uteri turun


3) Perasaan sering susah kencing atau sering kencing karena kandung

kemih tertekan oleh bagian paling bawah janin

4) Perasaan sakit perut dan punggung oleh adanya kontraksi uterus lemah

dari uterus

5) Servik menjadi lembel, mulai mendatar dan sekresinya bila dicampur

darah

b. Tanda-tanda in partu

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang kuat, sering dan teratur

2) Keluar lender bercampur darah ( blood show ) yang lebih banyak

karena robekan pecah dengan sendirinya

3) Pada pemeriksaan dalam terjadi pembukaan serviks

5. Tahap Persalinan

a. Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan mencapai

lengkap. Lama kala I pada primigravida 18 jam sedangkan pada

multigravida 10 jam. Kala I dibagi menjadi, yaitu :

1) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap.Pembukaan 1-3 lamanya 8 jam.


2) Fase aktif

Terjadi penurunan bagian terbawah janin, frekuensi dan lama kontraksi

uterus meningkat (kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3x

lebih dalam 10 menit lama 40 detik atau lebih). Fase ini dibagi menjadi

3 yaitu fase akselerasi (pembukaan 3-4, lama 2 jam), fase dilatasi

maksimal (pembukaan 4-9, lama 2 jam), fase deselerasi ( pembukaan 9-

10 lama 2 jam).

b. Kala II

Dimulai sejak pembukaan dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II

pada primigravida 1,5 jam, pada multigravida 0,5 jam. Tanda dan gejala

kala II yaitu dorongan meneran ( doran ), tekanan pada anus ( teknus ),

vulva vagina dan spingter ani membuka, peningkatan pengeluaran lender

darah.

c. Kala III

Dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran plasentas.Setelah lahir

biasanya his berhenti sebentar, dan kemudian muncul lagi yang disebut

his pelepasan uri. Lama kala III pada primigravida dan multigravida 6-25

menit. Perdarahan kala uri baik sebelum dan sesuah lahirnya plasenta

tidak lebih dari 400 ml, jika lebih berarti patologis.


d. Kala IV

Dimulai dari pengeluaran uri sampai 2 jam kemudian. Observasi post

partum pada 1 jam pertama setiap 15 menit dan setiap 30 menit pada 1

jam kedua. Observasi harus dilakukan pada kala IV yaitu :

1) Kontraksi uterus

2) Tidak ada perdarahan

3) Plasenta dan selaput janin lahir lengkap

4) Luka perineum sudah dirawat dengan baik dan tidak ada hematoma

5) Kandung kemih harus kosong

6) Keadaan umum ibu baik (TD, nadi, napas, normal) dan tidak ada rasa

mual muntal/sakit kepala

7) Bayi lahir dalam keadaan sehat

6. Lama persalinan pada primigravida dan multigravida

Kala Primigravida Multigravida


Kala I 12,5 jam 7 jam 20 menit
Kala II 60 menit 30 menit
Kala III 10 menit 8,5 menit
Kala IV 14 jam 8 jam
(Hutahaean, 2009)
7. Mekanisme Persalinan

Faktor-faktor penting pada persalinan :

a. Passage

1) Fetus : umur kehamilan, ukuran kepala, posisi dan sikap.

2) Letak plasenta

b. Passage way: bentuk dan diameter pelvis, peregangan segmen bawah

uterus, dilatasi serviks, vagina dan introitus.

c. Power

1) Primer: kontraksi uterus

2) Sekunder: mengedan

d. Posisi: posisi ibu sewaktu melahirkan

e. Psikologi : pengalaman ibu sebelumnya

1) Kesiapan emosi

2) Persiapan persalinan: teknik relaksasi dan tehnik pengaturan nafas

3) Support system

4) Lingkungan

5) Mekanisme koping

6) Budaya

7) Sikap terhadap kehamilan


His adalah gelombang kontraksi retmis otot polos dinding uterus mulai

dari fundus uteri dimana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal

gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding

uterus (hutahaean, 2009).

D. Konsep Fisiologi Nifas

1. Pengertian

Puerperium (masa nifas) adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis

dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. Puerpurium atau periode pasca

persalinan umumnya berlangsung selama 6-12 minggu setelah kelahiran anak

(Hutahaean, 2009).

Sedangkan menurut Prawiroharjo 2010, masa nifas ( puerperium ) dimulai

sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan

berakhir bsetelah kira-kira 6 minggu.

2. Jenis-jenis Nifas

Nifas dibagi menjadi 3 periode :

a. Puerperium dini adalah pemulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.
b. Puerperinium intemedial adalah pemulihan alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untukl pulih dan

sempurna terutama bila selama hamil dan waktu pesalinan mempunyai

komplikasi, waktu sehat berminggu-minggu, bulan atau tahun

(Sarwono, 2010).

3. Periode Post Partum

Periode post partum Sarwono, 2010 yaitu :

a. Immediate Post Partum

1 jam setelah melahirkan, penting untuk memonitori adanya tanda-tanda

syok hipovolemik atau perdarahan, kontraksi uterus, keadaan luka

episiotomy, warna dan jumlah, perdarahan pervagina, keadaan

perinemum, jumlah darah pada pembalut.

b. Early Post Partum

Keadaan terjadi pada permulaan puce perineum waktu 1 hari sesudah

sampai 7 hari, minggu pertama setelah melahirk

c. Late Post Partum

Keadaan yang terjadi minggu ke-2 sampai minggu ke-6 setelah

melahirkan.

d. Adaptasi fisiologi dan psikologi ibu post partum


4. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologis yang terjadi pada masa post partum menurut Hutahaean,

2009 yaitu :

a. Tanda-tanda vital

1) Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,50c dari keadaan

normal tapi tidak lebih dari 39 0c. sesudah 12 jam pertama melahirkan,

umumnya suhu badan kembali normal bila lebih dari 380c mungkin

ada infeksi.

2) Nadi umumnya 60-80 kali permenit dan segera setelah partus dapat

terjadi takikardi bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin

ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas

umumnya denyut nadi lebih labil di banding suhu badan.

3) Tekanan darah tetap stabil, penurunan sistolik 20 mmHg ketika pasien

berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk, peningkatan sistolik 30

mmHg dan diastolic 15 mmHg, adanya sakit kepala, perubahan

penglihatan.

b. Kandung kemih

1. Pasien dapat BAK secara spontan dalam 8-12 jam post partum

menyebabkan BB berkurang 2,5 kg pada early post partum. Kandung

kemih biasanya cepet terisi karena dieresis post partum dan cairan IV.
2. Selama proses persalinan, kandung kemih mendapatkan trauma yang

mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terdapat cairan

sehingga menyebabkan tekanan berlebihan dan pengosongan tidak

sempurna sehingga dapat terjadi hematuria dan infeksi saluran kemih.

c. Pencernaan

Pemulihan system pencernaan merupakan waktu kurang lebih 1 minggu,

karrena penurunan mortilitas suhu, gangguan kenyamanan perineum,

hukna kala 1, penurunan kekenyalan otot abdomen. Ambulasi dan asupan

nutrisi serta cairan yang adekuat membantu mengembalikan regulasi

BAB.

d. Endokrin

1) Lahirnya plasenta menurunkan estrogen dan human plasenta lectogen

(hpl)

2) Pada klien menyusui kadar plolaktip menigkat karena rangsangan dari

penghisapan bayi.

3) Pasien yang telah menyusui kadar estrogen meningkat secara bertahap

e. Payudara

Payudara bengkak, hangat dan sakit, sel yang menghasilkan ASI mulai

berfungsi pada hari ke-3 post partum.


f. Musculoskeletal

Penurunan kekenyalan otot : musculus rectus abdominalis kembali normal

setelah 6 minggu post partum dengan latikan senam.

g. Uterus

Tingkat Involusio Uteri

Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus


1000 gram
Bayi lahir Setinggi pusat
750
Uri lahir 2 jari dibawah pusat
gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis
gram500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis
350
6 minggu Bertambah kecil
50 gram
8 minggu Sebesar normal (sebesar telur bebek
) 30 Gram
(Saleha, 2010).

h. Lochea

Lochea adalah cairan sekreet yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

Macam-macam lochea :

1) Lochea Rubra (Cruenta)

Berasal dari cavum uteri berisi darah segar dari sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, verniks koseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari

pasca persalinan
2) Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kekuning-kuningan berisi darah dan lender dari hari ke

3- 7 pasca persalinan

3) Lochea Serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca

persalinan

4) Lochea Alba

Berwarna cairan kuning putih setelah 2 minggu.Tanda bahaya jika

setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti

menstruasi. (Saleha, 2010).

i. Vagina

1) Dinding vagina mengalami kongesti dalam beberapa hari

2) Perubahan progesterone dan estrogen menyebabkan mukosa vagina

menjadi tipis

3) Penurunan progesteron menyebabkan lubrikasi pada vagina

4) Labia minora tampak teregang

j. Serviks

Serviks melunak dan kembali memendek dalam waktu 18 jam post partum.

Bentuk servik berubah menjadi mulut ikan (mouth pish). Dalam waktu 2

minggu.
k. Otot pelvic

Kekuatan otot pelvic akan kembali setelah 6 minggu di perlukan kegel

exertise.

l. Perineum

Bila ada episiotomy maka akan lambat pemulihannya, tanpa atau dengan

episiotomy perineum mengalami edema dan kelihatan agak memar pada

early post partum

m. Afterpain

1) Umunya terjadi pada multipara oleh karena tonus otot yang kurang baik

atau pada hamil kembar sehingga uterus meregang pada saat hamil dan

otot-otot uterus menjadi kurang baik setelah melahirkan

a) Terjadi kontraksi yang intermiten seperti kram pada saat menstruasi

b) Biasanya tidak dialami oleh primipara

c) Meningkat saat menyusui

d) Kompres panas tidak dilakukan karena dapat meningkatkan

perdarahan.

5. Adaptasi Psikologis Post Partum

Adaptasi psikologis yang terjadi pada masa post partum menurut

Hutahaean, 2009 terdapat 5 fase yaitu :


a. Fase honey moon

Suatu proses/fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi kontak

yang lama antara ayah, ibu, anak, dimana fase ini tidak memerlukan hal-

hal romantic secara biologis :

1) Membicarakan tentang peran dan tanggung jawab yang baru

didepa orang tua

2) Menyesuaikan kembali hubungan antara keluarga

3) Mengenali bayi yang baru lahir

b. Fase Taking-In

1) Merupakan fase ketergantungan dimana fase ini perhatian klien

hanya berfokus pada dirinya sendiri

2) Klien cenderung pasif dan aktivitas terhadap perawat/orang lain

3) Berlangsung 1-2 hari

4) Klien belum menginginkan kontak dengan bayinya tapi hanya

terbatas pada informasi tentang keadaan bayinya

5) Klien lebih seneng mengenang peristiwa persalinanya

6) Perlu istirahat dan nutrisi yang cukup untuk pemulihan

c. Fase Taking Hold

1) Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan

2) Pasien mulai berinisiatif dan berusaha untuk mandiri

3) Perhatian pasien lebih kepada kemampuan mengatasi fungsi

tubuhnya
4) Kepercayaan diri pasien masih kurang

5) Berlangsung 10 hari

d. Fase Letting Go

1) Periode kemandirian dalam peran baru

2) Merasakan keterikatan antara klien dan bayinya

3) Menyadari adanya peran dan tanggung jawab baru, serta adaptasi

terhadap peran baru

4) Peningkatan kemandirian dalam keperawatan terhadap dirinya

maupun bayinya

e. Post Partum Blues

1) Terjadi karena factor hormonal dan peran transisi

2) Klien merasa tertekan dan menangis

3) Kadang klien merasakan kekecewaan

4) Nafsu makan dan pola tidur terganggu

5) Mudah tersinggung dan terluka

6) Merasa tidak nyaman, kelelahan yang sangat, merasa kehabisan

tenaga

7) Bila klien sebagai orang tua kurang mengerti, depresi post partum

8) Terjadi 2-3 minggu

9) Dimulai dari minggu/bulan pertama sejak kelahiran


E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan diambil dari pendekatan ilmiah dalam pemecahan masalah

dan memerlukan keterampilan melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Menurut Doengoes proses keperawatan dibagi

menjadi 5 yaitu :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan

semua data atau informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa

untuk menentukan diagnose keperawatan yang meliputi :

a. Data Dasar

1) Aktivitas /istirahat : Insomnia mungkin teramati

2) Sirkulasi : Episode diaforetik lebih sering terjadi

pada malam hari

3) Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis,

sering terlihat setelah 3 hari persalinan

4) Eliminasi : Diuresis biasanya terjadi diantara hari

ke-2 dan ke-5

5) Makanan/cairan Kehilangan nafsu makan mungkin

keluhan kira-kira hari ke-3

6) Nyeri/ketidaknyamanan : Nyeri tekan pada payudara/pembesaran

dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai


hari ke-5 pasca partum

7) Seksualitas : Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12

jam setelah melahirkan

b. Pemeriksaan Kondisi Klien

1) Pemeriksaan umum : Tanda-tanda vital, tanda-tanda anemia,

edema, reflek, varises

2) Keadaan payudara : Apakah putting mengalami pecah

pecah, pendek dan rata, nyeri tekan,

tidak ada pembengkakan, bendungan

ASI

3) Keadaan abdomen/ : Posisi uterus, kontraksi uterus, ukuran

Uterus kandung kemih

4) Keadaan vulva/perineum : Pengeluaran lochea

c. Pemeriksaan diagnostic

Jumlah darah lengkap, Hb, Ht, kultur urin, vagina, lochea.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perinium;

luka episiotomi; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang

berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan imobilisasi; kelemahan.


d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.

e. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang cara merawat bayi.

f. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.

3. Intervensi dan Rasional

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perinium;

lika episiotomi; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien

menunjukan tidak adanya nyeri. Dengan kriteria hasil: TTV dalam batas

normal, klien menunjukan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol.

Intervensi:

1) Kaji lokasi dan karakteristik dari tingkat ketidaknyamanan/ nyeri

Rasional : Untuk menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri

2) Jelaskan pada ibu bahwa nyeri pasca persalinan adalah fisiologis

Rasional : Nyeri yang dirasakan ibu pasca melahirkan adalah fisiologis

3) Instruksikan ibu dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam.

Rasional : Mengalihkan perasaan nyeri dan menurunkan

ketidaknyamanan.

4) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan mengalihkan nyeri

Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan ketidaknyamanan.


5) Berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil

Rasional : Kompres hangat membantu meningkatkan sirkulasi pada

area yang sakit dan meningkatkan kenyamanan lokal.

6) Kolaborasi pemberian analgetik atau antipireutik

Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan akibat nyeri.

b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang

berlebihan; diuresis; keringat berlebihan

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat

menunjukan status cairan membaik dengan kriteria hasil: tidak ada

manifestasi dehidrasi, haluran urine diatas 30 ml/jam turgor kulit elastis

Intervensi:

1) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam, warna urine, berat badan setiap

hari, serta keadaan umum setiap 8 jam

Rasional : Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan

2) Pantau cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam

Rasional : Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat

dan teratur

3) Beri tahu dokter bila: haluran urine <30 ml/jam, haus, takikardia,

gelisah, TD dibawah rentang normal, urine gelap atau encer


Rasional : Temuan-temuan ini menandakan hipovolemia dan perlunya

peningkatan cairan

4) Konsultasi dengan dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi

Rasional : Mencegah pasien jatuh dalam kondisi kelebihan cairan yang

beresiko terjadinya oedema paru.

c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan imobilisasi; kelemahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelemahan

dan kelelahan berkurang, dan kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri.

Intervensi:

1) Kaji toleransi klien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut

ini nadi 20/menit diatas frekuensi nadi istirahat, catat peningkatan TD,

dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, pusing atau pingsan

Rasional : Parameter tersebut menunjukkan respon fisiologis pasien

terhadap stres aktifitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja

jantung

2) Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemo

dinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat

Rasional : Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan

resiko komplikasi
3) kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan

kelemahan/kelelahan, TD/frekuensi nadi stabil,peningkatan aktifitas

dan perawatan diri

Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk

menunjukkan tingkat akitifitas indifidu

4) dorong kemajuan aktifitas/toleransi perawatan diri

Rasional : Konsumsi oksigen miokard selama aktifitas dapat

meningkatkan jumlah oksigen, kemajuan aktifitas bertahap mencegah

peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung

5) Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien

Rasional: Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi

dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

6) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk

ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat

tibun dan berdiri

Rasional: Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung,

meningkatkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak

terjadi dengan kriteria hasil: tidak ada tanda infeksi, luka episiotomi kering

dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada


Intervensi :

1) Pantau tanda-tanda vital dan tanda infeksi

Rasional: Mengidentifikasi penyimpangan dankemajuan sesuai

intervensi yang dilakukan

2) Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah

Rasional : mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini

3) Kaji luka perinium dan keadaan jahitan

Rasional : Keadaan luka perinium berdekatan dengan daerah basah

mengakibatkan kecendrungan luka untuk selalu kotor dan mudah

terkena infeksi

4) Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara

yang benar dan mengganti PAD tiga kali perhari atau setiap kali

pengeluaran lochea banyak

Rasional : Mencegah infeksi secara dini

b) Pertahankan teknik septik dan aseptik dalam merawat pasien (merawat

luka perinium, merawat payudara, merawat bayi)

Rasional : Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi

e. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang cara merawat bayi


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan

proses parenting tidak ada dengan kriteria hasil: ibu dapat merawat bayi

secara mandiri (memandikan, menyusui, merawat tali pusat)

Intervensi :

1) Beri kesempatan ibu untuk melakukan perawatan bayi secara mandiri

Rasional : Meningkatkan perawatan ibu dalam perawatan bayi

2) Libatkan suami dalam perawatan bayi

Rasional : Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan bayi akan

membantu meningkatkan keterikatan batin ibu dengan ibu

3) Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur

Rasional : Perawatan payudara secara teratur akan mempertahankan

produksi ASI secara kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan ASI

tercukupi

4) Motifasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP

Rasional : Meningkatkan produksi ASI

5) Lakukan rawat gabung segera mungkin bila tidak terdapat komplikasi

pada ibu atau bayi

Rasional : Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini mungkin

f. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat

mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan

proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.

Intervensi :

1) Kaji ulang tingkat pengetahuan ibu tentang menyusui sebelumnya

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar

memberikan intervensi yang tepat

2) Berikan penkes tentang teknik menyusui dan perawatan puting dan

payudara

Rasional : Membantu klien menjamin suplai susu adekuat, mencegah

puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan

3) Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan

Rasional : Keluarga merupakan orang terdekat yang akan membantu

sepenuhnya.

4) Demonstrasikan teknik-teknik menyusui yang baik dan benar

Rasional : Posisi yang tepat mencegah luka pada puting, tanpa

memperhatikan lamanya menyusui.

5) Evaluasi teknik menyusui yang telah diajarkan

Rasional : Sebagai indikator keberhasilan penyuluhan yang telah

diberikan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama : Ny. K

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Papua

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Sumber biaya : BPJS

Alamat : Jln. Smoker Kabupaten Nabire

Tanggal masuk RS : 19 Desember 2020

Kelas rawat inap III

Tanggal pengkajian : 19 Desember 2020

No. Register 46 05 13

Diagnosa medis : P4 A0 Post Partum spontan dengan presentasi bokong


b. Identitas Suami

Nama : Tn. K

Umur : 33 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : NELAYAN

Alamat : Jln. Raya Smoker Kabupaten Nabire

Hubungan dengan klien : Suami

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama : Nyeri

Pada saat pengkajian tanggal 19 Desember 2020 klien mengatakan

nyeri di bagian perut. Klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas,

nyeri yang dirasakan hanya pada daerah perut bagian bawah dengan

skala nyeri 5, nyeri yg dirasakan hilang timbul, nyeri bertambah jika

klien beraktifitas dan nyeri berkurang jika klien beristirahat. Klien

mengatakan lama nyeri yang dirasakan ±1 menit dengan waktu yang

tidak menentu.
2) Keluhan penyerta : pusing, nyeri pada kemaluan, klien juga

mengatakan tidak tahu tentang cara menyusui bayi yang benar, dan

klien juga mengatakan bayinya tidak aktif dalam menyusu dan lebih

banyak tidur.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat seperti DM, ginjal dan

jantung, dan klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit

menular seperti TB dan hepatitis.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai

riwayat penyakit-penyakit keturunan seperti DM, hipertensi dan jantung.

3. Riwayat Obstetri

a. Riwayat menstruasi

Klien mengatakan menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, sikulus

haid 30 hari, selama haid biasanya mnghabiskan 3 pembalut dalam satu

hari, tidak ada keluhan yang menyertai saat menstruasi klien mengtakan

haid teratur setiap bulan dengan lama 7 hari, HPHT 7 Agustus 2020. TP

14 Mei 2020.
b. Riwayat perkawinan

Klien mengatakan menikah pada usia 17 tahun dan suami pada usia 18

tahun, lamanya pernikahan 15 tahun dan merupakan pernikahan yang

pertama.

c. Riwayat keluarga berencana

Klien mengatakan mengguanakan KB pil sejak kelahiran anak pertama

dan menggunaka KB suntik 3 bulan setelah kelahiran anak kedua dan

ketiga. Saat ini klien menggunakan KB IUD, alasan klien menggunakan

IUD adalah karena ingin mengakhiri kelahiran sampai anak yang keempat

saja.

d. Riwayat persalinan sebelumnya

P4 A0

BB Umur Jenis Komplikasi


No Tgl. Lahir Umur L/P Penolong Tempat Ibu Bayi
Lahir Kehamilan Persalinan
1. 09-05-2008 14 th L 1 kg 7 bulan Normal Bidan Rumah - -
2. 18-09-2013 5,5 th P 1,6 9 bulan Normal Bidan Bidan - -
kg
3. 05-06-2016 4 th P 2,6 kg 9 bulan Normal Bidan Bidan - -

4. 19-05-2020 1 hari L 2,2 kg 9 bulan 4 Normal Dokter RS - Presbo


hari
e. Riwayat kehamilan sekarang

1) Pemeriksaan kehamilan

Klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya

sebanyak 8 kali selama hamil, pada trimester pertama sebanyak 1

kali/bulan, pada trimester kedua sebanyak 1 kali/bulan, dan pada

trimester ketiga sebanyak 1 kali/bulan. Namun pada bulan ke 9 tidak

sempat memeriksakan kehamilan, selama kehamilan klien

memeriksakan kehamilannya pada bidan.

2) Riwayat imunisasi TT

Klien mengatakan melakukan imunisasi TT pada saat usia kehamilan

7 bulan

3) Riwayat pemakaian obat selama kehamilan

Klien mengatakan selama kehamilan mengkosumsi obat-obatan yang

dianjurkan oleh bidan seperti vitamin, zat besi dan kalsium

4) Keluhan selama kehamilan

Klien mengatakan pada usia kehamilan 5 bulan selalu merasa ingin

buang air kecil.

f. Riwayat persalinan sekarang

Klien mengatakan melahirkan pada tanggal 19 Desember 2020 pada pukul

05.03 WIB pada usia kehamilan 9 bulan 4 hari dengan persalinan spontan

atas indikasi presentasi bokong. Klien mengatakan merasa mulas sejak

pukul
22.45 WIB kemudian klien dibawa kerumah bidan pada saat dirumah

bidan pukul 03.00 WIB pembukaan sudah pembukaan 3 cm, kemudian

dirujuk oleh bidan ke RSUD.Rodofado Kabupaten Waropen pada pukul

04.20 WIB karna bokong berada di jalan lahir, pada saat tiba di RS pada

pukul 04.53 pembukaan sudah lengkap dan bokong sudah keluar dari jalan

lahir, lama kala I adalah 6 jam 8 menit kemudian dokter membantu

persalinan pada kala II selama 10 menit dengan jumlah perdarahan 50 ml

tanpa adanya luka episiotomi. Klien melahirkan bayi dengan jenis kelamin

laki-laki dengan BB 2,2 kg, PB 48cm, APGAR SCORE 6/7.Lama

pengeluaran placenta pada kala III selama 5 menit dengan jumlah

perdarahan 30 ml, dan pada kala IV selama 180 menit dengan jumlah

perdarahan 30 ml, jumlah perdarahan kala I-IV dalah 110 ml. Klien

mengatakan 3 jam setelah melahirkan klien merasa nyeri pada perut

bagian bawah, nyeri yang dirasakan seperti diremas-remas, dengan skala

nyeri 5 nyeri bertambah saat beraktifitas dan berkurang saat klien

beristirahat.

4. Riwayat kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Sebelum masuk RS :

Klien mengatakan makan 3x/hari, nafsu makan baik, jenis makanan nasi,

lauk, sayur dan buah. Kebiasaan klien sebelum makan berdo’a dan cuci

tangan.
Saat ini :

Klien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan baik, jenis makanan nasi,

sayur, lauk, dan juga buah. Klien hanya menghabiskan 1 porsi makanan

yang disediakan, kebiasaan klien sebelum dan sesudah makan berdo’a dan

cuci tangan.

b. Pola eliminasi

1) BAK

Sebelum masuk RS :

Klien mengatakan BAK 5-6 kali, dengan warna kuning jernih, bau

khas, dan tidak ada keluhan saat BAK.

Saat ini :

Klien mengatakan BAK 5-6 kali dengan warna kuning jernih, berbau

khas, dan tidak ada keluhan saat BAK.

2) BAB

Sebelum masuk RS :

Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, dengan warna kuning kecoklatan,

konsistensi lembek, dan tidak ada keluhan.

Saat ini :

Klien mengatakan BAB 1x setelah melahirkan dengan warna kuning

dan konsistensi lembek dan berbau khas.


c. Pola personal hygiene

Sebelum masuk RS :

Klien mengatakan mandi 2 kali sehari, melakukan oral hygiene 2 kali

sehari dan cuci rambut 2 hari sekali.

Saat ini :

Klien mengatakan selama di RS klien mandi secara mandiri, klien mandi

2x/hari melakukan oral hygiene 2x/hari dan mencuci rambut setiap kali

klien mandi.

d. Pola istirahat tidur

Sebelum masuk RS :

Klien mengatakan tidur ±8jam/hari, 1 jam pada siang hari dan 7 jam pada

malam hari. Kebiasaan klien sebelum tidur berdo’a dan tidak ada keluhan.

Saat ini :

Klien mengatakan tidur ±6 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang

hari. Kebiasaan klien sebelum dan sesudah tidur membaca doa.

e. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum masuk RS :

Klien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga, jarang melakukan

olahraga, waktu luang klien gunakan untuk menonton tv dan berkumpul

bersama keluarganya, tidak ada keluhan aktivitas.


Saat ini :

Klien mengatakan sudah bisa beraktifitas sejak 3 jam setelah melahirkan

klien mulai turun dari tempat tidur sampai mandi secara mandiri.

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Klien mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah meminum-

minuman beralkohol dan tidak memiliki ketergantungan terhadap obat.

5. Riwayat psikososial

Klien mengatakan merasa senang dan antusias terhadap kelahiran bayi nya,

suami dan keluarga juga merasa senang atas kelahiran anggota keluarga baru,

walaupun pada awalnya klien tidak menginginkan terjadinya kehamilan anak

keempat. Klien mengatakan sudah siap untuk menjadi ibu bagi anak nya yang

keempat, dan akan merawat bayi nya sendiri.

a. Self care

1) Perwatan payudara

Klien mengatakan sebelumnya tidak tahu tentang cara perawatan

payudara yang benar, selama ini klien melakukan perawatan payudara

dengan cara mengompres payudara dengan air hangat.

2) Perineal care

Klien mengatakan sudah melakukan perawatan pada perinealnya

dengan cara membasuh perineal dengan air bersih dan mengganti

pembalut setiap kali pembalut sudah penuh.


3) Nutrisi

Klien mengatakan tidak mengetahui gizi seimbang bagi ibu post

partum, klien hanya makan makanan sebagaimana biasanya tanpa harus

memperioritaskan kondisinya sebagai ibu setelah bersalin.

4) Senam nifas

Klien mengatakan sejak kelahiran anak pertama sampai anak

keempatnya tidak pernah melakukan senam nifas.

5) KB

Klien mengatakan pernak menggunakan KB pil setelah kelahiran anak

pertamanya, kemudian menggunakan KB suntik 3 bulan setelah

kelahiran anak ketiganya. Saat ini klien menggunakan KB IUD sesuai

dengan saran bidan karna sangat efektif untuk mencegah terjadinya

kehamilan serta jangka waktu yang cukup lama.

6) Menyusui

Klien menyusui dengan sering walaupun reflek hisap pada bayi masih

lemah.

b. Perawatan bayi

1) Memandikan

Klien mengatakan sejak kelahiran anak pertamanya klien sudah

mampu memandikan bayinya secara mandiri.


2) Perawatan tali pusat

Klien mengatakan sudah mengetahui cara perawatan tali pusat sejak

anak pertama sampai anak yang keempat.

6. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) BB sebelum hamil : 38 kg

4) BB hamil : 46 kg

5) BB sekarang : 39 kg

6) TB : 148 cm

7) Tanda-tanda vital :

a) Tekanan darah : 100/70 mmHg

b) Nadi : 80x/menit

c) Suhu : 36,80C

d) Respirasi : 20x/menit

b. Pemeriksaan khusus

1) Muka

Tidak terdapat pigmentasi, tidak terdapat acne, warna rambut klien

hitam, tidak terdapat edema, distribusi rambut merata, kebersihan

rambut klien bersih dan tidak rontok.


2) Mata

Posisi kelopak mata simetris antara kanan dan kiri, konjuntiva

anemis, sklera anikterik, pergerakan bola mata dapat melihat ke kanan

dan ke kiri, atas bawah kornea jernih.

3) Mulut

Keadaan mulut bersih, tidak terdapat karies gigi tidak ada stomatitis,

dan tidak ada kesulitan menelan.

4) Leher

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada peningkatan

tekanan vena jugularis.

5) Daerah dada

Bentuk dada simetris, putting susu dalam keadaan bersih, putting susu

menonjol, areola bewarna coklat kehitaman, tidak ada pembengkakan

mamae, warna mamae kecoklatan tidak terdapat nyeri saat dipalpasi,

kolostrum sudah keluar.

6) Abdomen

Warna kulit kecoklatan, terdapat striae,terdapat linea nigra, bising usus

12x/menit, kondusi vesika urinaria kosong, TFU 1 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus kuat, lebar diastasis rectus abdominalis 3 jari dan

panjang 10 cm. Terdapat nyeri pada abdomen bagian bawah, nyeri

dirasa seperti diremas-remas dengan skala nyeri 5.


7) Ekstremitas

Homan’s sign (-), tidak terdapat oedema, dan tidak terdapat varises.

8) Genetalia

Labia mayora dan minora kotor terdapat darah nifas, keadaan vulva

kotor, perineum utuh, tidak terdapat edema, lochea rubra dengan

warna merah, berbau amis, dan tidak terdapat luka episiotomi.

9) Anus

Tidak terdapat pembesaran hemoroid, keadaan anus kotor karena

terdapat darah nifas.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

8. Pengobatan/Therapy

No Nama Obat Dosis Rute Waktu


1 Paracetamol 500 mg/8 jam Oral 3x1
2 Amoxilin 500 mg/8 jam Oral 3x1
3. Vit B complex 2mg Oral 3x1

9. Resume Keperawatan

a. Resume tanggal 19 Desember 2020 (saat masuk RS)

Pada tanggal 19 Desember 2020, pada pukul 04.53 WIB klien datang atas

rujukan bidan dikarenakan pada kala I masih pembukaan 3 cm dilakukan

VT didapatkan bokong berada pada jalan lahir, setelah tiba di RS

pembukaan sudah lengkap dan dokter membantu persalinan, bayi lahir


setelah proses bersalin spontan selama 10 menit tanpa luka episiotomi.

Dengan jumlah perdarahan kala I-IV 110 ml, jenis kelamin bayi laki-laki

dengan BB:2.200gram dan PB:48cm, APGAR SCORE 6/7 dari

pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/80, N: 80x/menit.

b. Resume tanggal 19 Desember 2020 (saat pengkajian)

Pada tanggal 19 Desember 2020 pukul 09.00 WIB klien mengatakan

nyeri di bagian perut bagian bawah,nyeri yang dirasakan seperti diremas-

remas dengan skala nyeri 5, klien juga mengatakan bayi klien kurang aktif

dalam menyusudan reflek hisap pada bayi masih lemah, pemeriksaan fisik

TD: 100/70mmHg, N: 80x/menit RR: 20x/menit, S : 36,50C. Perawatan

yang telah diberikan adalah perawatan vulva hygiene, perawatan tali pusat

pada bayi, serta imunisasi polio dan hepatitis B pada bayi. Memberikan

penyuluhan mengenai cuci tangan 6 langkah, penyuluhan mengenai

menyusui yang benar, therapy yang telah diberikan adalah amoxicilin

tablet 500mg/8jam, paracetamol 500mg/8jam, vit.B com 2mg/8jam.

Desember 2020
Perawat

(Elisabeth. R)
10. Data fokus

a. Data Subjektif

 Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

 Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti diremas-remas

 Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

 Klien mengatakan nyeri dirasakan hanya pada perut bagian bawah

 Klien mengatakan nyeri semakin bertambah jika klien beraktivitas dan

berkurang saat klien beristirahat

 Klien mengatakan lama nyeri ±1 menit dengan waktu yang tidak

menentu.

 Klien mengatakan tidak mengetahui tentang cara menyusui bayi yang

bayik dan benar

 Klien mengatakan bahwa selama kelahiran anak pertama sampai anak

keempat tidaj pernah mencuci tangan sebelum menyusui

 Klien mengatakan tidak pernah membersihkan puting susu dan areola

sebelum menyusui

 Klien mengatakan bayi menyusu tidak aktif

 Klien mengatakan bayi tidak menghisap puting susu dengan baik

 Klien mengatakan bayi banyak tidur dan tidak mau menyusu

 Klien mengatakan kepalanya pusing dan nyeri pada kelamin pasca

melahirkan

 Klien mengatakan baru pertama kali menggunakan KB IUD


 Klien mengatakan sebelumnya menggunakan KB pil dan KB suntik 3

bulan

 Klien mengatakan tidak tahu berapa lama jangka waktu KB IUD

 Klien mengatakan tidak mengetahui keuntungan dan kerugian

penggunaan KB IUD

b. Data Objektif

 Terdapat nyeri pada perut bagian bawah

 Skala nyeri 5,

 Klien meringis menahan nyeri

 TFU 1 jari dibawah pusat (normal)

 Terdapat kontraksi fundus uteri

 Kontraksi fundus uteri baik (normal)

 Kien tampak menyusui bayi dengan posisi yang belum benar

 Bayi tidak mau menyusu

 Bayi tidak aktif dalam menyusu

 Reflek sucking pada bayi masih lemah

 Bayi lebih banyak tidur dan tidak mau menyusu

 BB bayi 2.200 gram

 Klien pusing, konjungtiva anemis, TD:100/70 mmHg

 Terdapat nyeri pada kemaluan pasca melahirkan

 Klien tidak tahu berapa lama jangkawaktu keefektifan KB IUD


 Sebelumnya klien menggunakan KB pul dan KB suntik 3 bulan

 Klien selalu bertanya kepada perawat tentang KB IUD

11. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1 DS : Gangguan Kontraksi
- Klien mengatakan perut terasa nyeri rasa nyaman uterus pasca
dan mulas pada perut bagian bawah nyeri melahirkan
- Klien mengatakan nyeri nyeri
dirasakan seperti diremas-remas
- Klien mengatakan nyeri yg dirasakan
hilang timbul
- Klien mengatakan nyeri semakin
bertambah jika klien beraktifitas dan
nyeri berkurang jika klien beristirahat
- Klien mengatakan lama nyeri ±1
menit dengan waktu yang tidak
menentu
DO :
- Terdapat nyeri pada perut bagian
bawah
- Skala nyeri 5
- Klien meringis menahan nyeri
- TFU 1 jari dibawah pusat
- Kontraksi fundus uteri baik
2 DS : Menyusui Kurang
- Klien mengatakan tidak tahu cara tidak efektif pengetahuan
menyusu yang baik dan benar tentang cara
DO : menyusui
- Klien tampak menyusui bayi dangan yang baik
posisi yang belum benar dan benar
- Bayi tidak mau menyusu
3 DS : Resiko BBLR,
- Klien mengatakann tidak mau terjadinya imunitas
menyusu bahwa selama kelahiran infeksi pada bayi yang
anak pertama sampai anak keempat bayi masih
tidak mencuci tangan sebelum lemah
menyusui
- Klien mengatakan tidak pernah
membersihkan puting susu sebelum
menyusui
- Klien mengatakan bayi menyusu tidak
aktif
- Klien mengatakan bayi tidak
menghisap puting susu dengan baik
- Klien mengatakn bayi hanya tidur dan
tidak mau menyusu.
DO :
- Klien tidak mencuci tangan sebelum
menyusui bayinya
- Klien tidak membersihkan puting susu
dan areola sebelum menyusui
- Bayi tampak tidak aktif menyusu
- Reflek sucking pada bayi masih lemah
- Bayi lebih banyak tidur dan tidak mau
menyusu
- BB bayi 2.200 gram

4 DS : Rendahnya Kurangnya
- Klien mengatakan baru pertama kali pemahaman informasi
menggunakan KB IUD ibu tentang mengenai
- Klien mengatakan sebelumnya KB IUD KB IUD
menggunakan KB pil dan KB suntik 3
bulan
- Klien mengatakan tidak tahu berapa
lama jangka waktu KB IUD
- Klien mengatakan tidak mengetahui
keuntungan dan kerugian penggunaan
KB IUD
DO:
- Klien tidak tahu berapa lama jangka
waktu keefektifan KB IUD
- Sebelumnya klien menggunakan KB
pil dan KB suntik 3 bulan
- Klien selalu bertanya kepada perawat
tentang KB IUD

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya infeksi pada bayi b.d BBLR, imunitas bayi yang masih

lemah

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kontraksi uterus pasca melahirkan

3. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan cara menyusuiyang baik dan

benar

4. Rendahnya pengetahuan ibu tentang KB IUD berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai KB IUD


C. Rencana Keperawatan

No. Hari/
Dx. Tujuan Intervensi Rasional
tanggal
1 Kamis, Tupan : 1. Ajarkan cuci tangan 1. Mengurangi kontaminasi
19 Mei Setelah dilakukan askep selama 4 sebelum dan silang, mengurangi jumlah
2016 hari diharapkan resiko terjadinya sesudah menyusui lokasi yang dapat menjadi
infeksi tidak terjadi. 2. Gunakan teknik aseptik tempat masuknya organisme
Tupen : pada perawatan tali 2. Mencegah pertumbuhan
Setelah dilakukan askep selama 2 pusat bakteri dan kontaminasi
hari diharapkan tidak terdapat 3. Berikan imunisasi 3. Meminimalisir resiko
tanda dan gejala infeksi dengan untuk mencegah terjadinya infeksi pada
KH : penyakit menular bayi BBLR
 Tidak tedapat tanda 4. Ajarkan PHBS 4. Pencegahan pertama untuk
penurunan imunitas dengan cuci tangan 6 menekan terjadinya infeksi
tubuh langkah pada bayi BBBLR
 Tidak terdapat infeksi 5. Minimalkan penyebaran 5. Mencegah terjadinya infeksi
pada tali pusat dan penularan agen 6. Antibiotik dapat melindungi
infeksius kekebalan tubuh bayi yang
6. Berikan antibiotik daya tahan tubuhnya masih
bila diindikasi lemah

2 Kamis, Tupan : 1. Kaji lokasi dan 1. Menentukan intervensi


19 Mei Setelah dilakukan askep selama 4 karakteristik dari sifat keperawatan sesuai skala
2016 hari diharapkan nyeri dapat ketidaknyamanan/nyeri nyeri
teratasi/ klien dapat beradaptasi 2. Jelaskan pada ibu 2. Nyeri yang dirasakan ibu
dengan nyeri bahwa nyeri pasca pasca persalinan adalah hal
Tupen : persalinan adalah yang fisiologis
Setelah dilakukan askep selama 2 fisiologis 3. Mengalihkan perasaan nyeri
hari diharapkan nyeri berkurang/ 3. Instruksikan ibu dan menurunkan
klien mampu beradaptasi dengan dalam melakukan ketidaknyamanan
nyeri dengan KH : teknik relaksasi tarik 4. Dapat membantu dalam
 Klien rileks napas dalam menurunkan
 Nyeri berkurang 4. Berikan lingkungan yang ketidaknyamanan
 Skala nyeri (1-3) nyaman, tenang dan 5. Kompres hangat membantu
aktifitas untuk
mengalihkan nyeri meningkatkan sirkulasi pada
5. Berikan kompres area yang sakit dan
hangat lokal meningkatkan kenyamanan
menggunakan handuk lokal
kecil 6. Menurunkan
6. Kolaborasi pemberikan ketidaknyamanan akibat
analgesik atau nyeri
antipireutik
3 Kamis, Tupan : 1. Kaji pengetahuan klien 1. Membantu dalam
19 Mei Setelah dilakukan askep selama 2 dan pengalaman klien mengidentifikasi kebutuhan
2016 hari diharapkan ketidakefektifan tentang menyusui saat ini dan intervensi
menyusui dapat teratasi sebelumnya selanjutnya
Tupen : 2. Berikan penkes 2. Membantu klien menjamin
Setelah dilakukan askep selama 1 tentang teknik suplai susu adekuat,
hari diharapkan klien mengerti menyusui dan mencegah puting pecah dan
dan menyusui bayinya dengan perawatan puting dan luka, memberikan
KH : payudara kenyamanan
 Mengungkapkan pemahaman 3. Libatkan keluarga dalam 3. Keluarga merupakan orang
proses menyusui yang baik proses penyuluhan terdekat yang akan
dan benar 4. Demonstrasikan teknik- membantu sepenuhnya
 ASI lancar keluar teknik menyusui yang 4. Posisi yang tepat biasanya
 Mendemonstrsikan teknik baik dan benar mencegah luka puting,
efektif dari menysusui yang 5. Evaluasi teknik tanpa memperhatikan
baik dan benar menyusui yang benar lamanya menyusu
seperti yang sudah 5. Sebagai indikator
diajarkan keberhasilan penyuluhan
yang telah diberikan
4 Kamis, Tupan : 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui tingkat
19 Mei Setelah dilakukan askep selama 2 klien tentang KB IUD pengetahuan yang klien
2016 hari diharapkan pengetahuan klien 2. Kaji persiapan klien miliki mengenai KB IUD
mengenai KB IUD bertambah dan motivasi untuk 2. Mempermudah penerimaan
Tupen : belajar materi yang disampaikan
Setelah dilakukan askep selama 1 3. Berikan informsi 3. Untuk mengidentifikasi
hari diharapkan klien mengerti lengkap mengenai KB pengetahuan klien tentang
IUD
4. Libatkan keluarga dalam
tentang KB IUD dengan KH : proses penyuluhan KB IUD
 Klien paham tentang 5. Evaluasi pengetahuan 4. Meningkatkan informasi
keuntungan dan kerugian klien tentang KB IUD untuk meningkatkan
KB IUD setelah diberikan pengetahuan klien
 Klien tahu berpa penyuluhan 5. Sebagai indikator
lama keefektifan KB keberhasilan penyuluhan
IUD yang telah diberikan
D. Implementasi dan Evaluasi

No.
Dx. Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi
1 Kamis, 19 Mei 1. Mengajarkan cuci tangan sebelum S:
2016 dan sesudah menyusui  Klien mengatakan sudah
Pukul R : klien mendengarkan mampu melakukan cuci tangan
10.30-10.40 penyampaian cara cuci tangan yang
6 langkah
WIB diajarkan oleh perawat
 Klien mengatakan sebelum di
H:
imunisasi hepatitis B bayinya
 Klien mampu mempraktekkan
sudah diimunisasi polio pada
cara cuci tangan secara mandiri
Pukul 2. Menggunakan teknik aseptik pada pukul 06.00 WIB
07.30-17.45 perawatan tali pusat O:
WIB R : bayi menangis saat diberikan  Klien mampu melakukan cuci
perawatan tali pusat tangan 6 langkah seperti yang
H: sudah diajarkan
 Perban tali pusat telah diganti  Bayi diimunisasi hepatitis B
dan tidak terdapat tanda-tanda
pada pukul 10.30 WIB
infeksi pada bayi
 Tidak terdapat tanda-tanda
Pukul 3. Memberikan imunisasi untuk
infeksi pada tali pusat
10.25-10.30 pencegahan penyakit menular pada
WIB Bayi
R : klien memperbolehkan perawat A : Resiko terjadinya infeksi pada
untuk memberikan imunisasi bayi tidak terjadi
hepatitis B
H: P : Lanjutkan intervensi
 bayi diberikan imunisasi 1. Evaluasi kembali cara cuci
hepatitis B pada pukul 10.30 tangan 6 langkah seperti yang
WIB
diajarkan
Pukul 4. Mengajarkan PHBS dengan cuci
2. Gunakan teknik aseptik pada
10.40-11.00 tangan 6 langkah
WIB perawatan tali pusat
R : klien kooperatif
H:
 Klien dapat melakukan cara
mencuci tangan dengan 6
Langkah
2 Kamis, 19 Mei 1. Mengakaji lokasi dan karakteristik S:
2016 dari sifat ketidaknyamanan/nyeri  Klien mengatakan nyeri perut
Pukul yang dirasakan klien masih terasa walau sedikit
09.30-09.40 R : Klien mengatakn nyeri pada perut Berkurang
WIB bagian bawah O:
Klien mengatakan nyeri seperti di  Terdapat nyeri pada perut
remas-remas bagian bawah
H:  Skala nyeri 5
 Terdapat nyeri perut pada perut  Klien dapat melakukan teknik
bagian bawah relaksasi tarik napas dalam
 Skala nyeri 6 seperti yang diajarkan
Pukul 2. Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri
08.45-08.55 pasca persalinan adalah hal yang A : Klien mampu beradaptasi
WIB Fisiologis dengan nyeri
R : klien mendengarkan penjelasan
yang di berikan oleh perawat dengan P : Lanjutkan intervensi
Baik 1. Kaji lokasi dan sifat
H: ketidaknyamanan
 Klien mampu memahami dan 2. Evaluasikemampuan ibu dalam
mengerti mengenai penjelasan melakukan teknik relaksasi
yang di berikan oleh perawat tarik napas dalam
Pukul 3. Menginstruksikan ibu dalam 3. Berikan lingkungan yang
09.40-09.55 melakukan teknik relaksasi tarik Nyaman
WIB napas dalam
R : klien mengikuti teknik relaksasi
tarik napas dalam yang diajarkan
H : klien dapat melakukan teknik
relaksasi tarik napas dalam dengan
Benar
Pukul 4. Memberikan lingkungan yang
08.20-08.35 Nyaman
WIB R : klien mengatakan setelah sprei
diganti dan tempat tidur dirapihkan
klien merasa nyaman
H:
 Tempat tidur klien bersih dan
rapih, klien tampak nyaman
ditenpat tidur
3 Kamis, 19 Mei 1. Mengkaji pengetahuan dan S:
2016 pengalaman klien tentang menyusui  Klien mengatakan sudah tahu
Pukul R : klien mengatakan menyusui cara menyusui yang benar
11.00-1130 bayinya dengan cara yang sama  Klien mengatakan sudah
WIB dengan yang dilakukan pada anak menyusui bayinya
pertama sampai anak ketiga
- Klien mengatakan tidak yahu O:
bahwa cara menyusui yang klien  Klien sudah mampu
lakukan salah mempraktekkan cara menyusui
H: yang baik dan benar
 Klien tidak tahu cara menyusui  Klien sudah mengerti tentang
yang baik dan benar sehingga teknik menyusui yang baik dan
menyusui tidak efektif Benar
 Klien masih mempraktekkan A : Ketidakefektifan menyusui
cara menyusui yang salah dapat teratasi dengan baik
Pukul
2. Memberikan penkes mengenai cara
10.00-10.40
menyusi yang baik dan benar P : Hentikan intervensi
WIB
R : klien mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan yang
diberikan oleh perawat
H:
 Klien dapat mengerti cara
menyusui yang baik dan
Pukul
benar
10.40-11.00
3. Demonstrasikan teknik-teknik
WIB
menyusui yang baik dan benar
R : klien memperhatikan
dengan baik
H:
 Klien dapat mempraktekkan
teknik menyusui yang baik dan
benar kepada perawat
Pukul 4. Mengevaluasi teknik
11.00-11.20 menyusui setelah diberikan
WIB penyuluhan
R : klien mempraktekkan kembali
teknik menyusui kepada perawat
H:
 Klien dapat melakukan
teknik menyusui yang benar
seperti yang telah diajarkan
oleh
Perawat
4 Kamis, 19 Mei 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S:
2016 klien tentang KB IUD  Klien mengatakan sudah
Pukul R : klien mengatakan tidak pernah mengetahui jangka waktu
10.05-10.20 menggunakan KB IUD keefektifan KB IUD
WIB H:  Klien mengatakan sudah
 Pengetahuan klien tentang mengetahui keuntungan dan
KB IUD masih sangat rendah kerugian penggunaan KB
Pukul 2. Memberikan informasi IUD
10.30-10.55 lengkap mengenai KB IUD O:
WIB R : klien mendengarkan informasi  Pengetahuan klien tentang
yang diberikan dengan baik KB IUD bertambah
H:  Klien dapat menyebutkan
 Pengetahuan klien tentang jangka waktu keefektifan
KB IUD bertambah KB IUD
Pukul 3. Mengevaluasi pengetahuan klien  Klien dapat menyebutkan
11.22-11.30 tentang KB IUD setelah keuntungan dan kerugian
WIB diberikan penyuluhan penggunaan KB IUD
R : klien mengatakan tahu tentang A : Pemahaman klien mengenai KB
jangka waktu keefektifan KB IUD IUD bertambah
serta keuntungan dan kerugian P : hentikan intervansi
pemakaian KB IUD
H:
 Klien dapat menyebutkan
jangka waktu keefektifan
KB IUD
 Klien dapat menyebutkan
keuntungan dan kerugian
penggunaan KB IUD
1 Jum’at, 20 1. Mengevaluasi kembali cara klien S:
Mei 2016 melakukan cuci tangan 6  Klien mengatakan sudah bisa
Pukul langkah yang sudah diajarkan melakukan cara cuci tangan
09.15-09.35 R : klien mau mempraktekkan cara dengan 6 langkah
WIB cuci tangan 6 langkah yang sudah O:
diajarkan oleh perawat  Klien mampu mempraktekkan
H: cara cuci tangan 6 langkah
 Klien mampu melakukan cuci secara mandiri
tangan 6 langkah sebelum A : Masalah resiko
dan sesudah menyusui terjadinya infeksi tidak
2. Menggunakan teknik aseptik dalam terjadi
perawatan tali pusat P : hentikan intervensi
R : bayi tampak tenang saat
diberikan perawatan
talipusat
H:
 Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi pada tali pusat
bayi
 Kasapembungkus tali pusat
telah diganti dengan yang
bersih
2 Jum’at, 29 1. Mengkaji kembali nyeri/ S:
Mei 2015 ketidaknyamanan yang  Klien mengatakan nyeri mulai
Pukul dirasakan R : klien mau dikaji berkurang
10.00-10.20 H: O:
WIB  Klien mengatakan nyeri yang  Nyeri berkurang
dirasakan sudah berkurang  Klien tampak rileks
 Skala nyeri 3  Skala nyeri 2
A : Klien dapat berdaptasi terhadap
Pukul 2. Mengevaluasi teknik relaksasi nyeri dengan baik
11.00-11.10 tarik napas dalam yang sudah
WIB diajarkan P : Hentikan intervensi
3.
R : klien mempraktekkan teknik
relaksasi tarik napas dalam
H : klien mampu melakukan teknik
relaksasi tarik napas dalam

Pukul 4. Memberi lingkingan yang


08.10-08.25 nyaman dengan mengganti sprei
WIB dan merapihkan tempat tidur
R : klien kooperatif
H:
 Tempat tidur klien rapih
dan bersih
 Klien tampak nyaman
BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis pada bab ini akan membahas kesenjangan yang diperoleh dari hasil

perbandingan antara bab II dan bab III (antara tinjauan teori dan tinjauan kasus) yang

penulis dapatkan selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan post

partum spontan dengan presentasi bokong nifas hari kesatu tanggal 19-20 Desember

2020. Adapun pembahasan ini meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan dengan

mengumpulkan data yang didapat melalui teknik wawancara, observasi langsung,

pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan catatan keperawatan untuk

memperoleh data klien.

Pengkajian pada Ny. K telah dilakukan sesuai dengan tinjauan teori yang

terdapat pada BAB II seperti pengkajian data dasar meliputi aktifitas, sirkulasi,

cairan, makanan/cairan, nyeri, pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui lebih dini adanya masalah yang mungkin terjadi

pada Ny.K.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. K sudah sesuai dengan tinjauan teori yang

ada di bab II dan tidak didapatkan kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan

kasus dikarenakan pengkajian yang dilakukan sesuai dengan tinjauan teori.

Pengkajian dilakukan pada hari pertama post partum.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada post partum normal dalam tijauan teori terdapat 6

masalah keperawatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perinium;

luka episiotomi; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang

berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan imobilisasi; kelemahan.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.

5. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang cara merawat bayi.

6. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.

Sedangkan pada tinjauan kasus penulis mengangkat 4 diagnosa berdasarkan

prioritas yaitu :
1. Resiko terjadinya infeksi pada bayi berhubungan dengan BBLR, imunitas

bayi yang masih lemah ditandai dengan klien tidak mencuci tangan sebelum

menyusui bayinya, klien tidak membersihkan puting susu dan areola sebelum

menyusui, bayi tampak tidak aktif menyusu, reflek sucking pada bayi masih

lemah, bayi lebih banyak tidur dan tidak mau menyusu, BB bayi 2.200 gram.

Klien mengatakan selama kelahiran anakpertama sampaianak keempat tidak

mencuci tangan sebelum menyusui, klien mengatakan tidak pernah

membersihkan puting susu sebelum menyusui, klien mengatakan bayi

menyusu tidak aktif, klien mengatakan bayi tidak menghisap puting susu

dengan baik, klien mengatakan bayi hanya tidur dan tidak mau menyusu.

Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai prioritas yang pertama karena pada

bayi BBLR, dan imunitas bayi yang sangat lemah sehingga masih sangat

rentan terinfeksi penyakit yang dapat menyebabkan penurunan imunitas bayi

serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus pasca

melahirkan ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah

disebabkan karena adanya kontraksi uterus, nyeri seperti diremas-remas, skala

nyeri 6 (sedang) nyeri dirasakan bertambah saat klien beraktifitas dan nyeri

berkurang saat klien istirahat. Klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan

intensitas sedang dan waktu ±1 menit.


Penulis memprioritaskan diagnosis ini sebagai diagnosa keperawatan yang

kedua berdasarkan data diatas karena bila nyeri tidak segera ditangani dapat

menimbulkan gangguan pola tidur, gangguan aktivitas dan gangguan rasa

nyaman nyeri yang berkelanjutan.

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara

menyusui yang baik dan benar ditandai dengan klien mengatakan belum tahu

cara menyusui yang benar, klien mengatakan sudah menyusui bayinya, klien

tampak menyusui bayinya dengan posisi yang belum benar dan bayi tidak

mau menyusu.

Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai prioritas yang ketiga karena masalah

ini menyangkut ibu yang belum tahu cara menyusui yang baik dan benar dan

menciptakan kenyamanan pada saat menyusui bayi.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenaiKB

IUD ditandai dengan klien tidak tahu berapa lama jangka waktukeefektifan

KB IUD, klien sebelumnya menggunakan KB pil dan KB suntik 3 bulan,

klien selalu bertanya kepada perawat tentang KB IUD. Klien mengatakan baru

pertama kali menggunakan KB IUD, klien mengatakan sebelumnya klien

menggunakan KB pil dan KB suntik 3 bulan.


Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai prioritas keempat karena masalah ini

mengenai ketidaktahuan ibu tentang KB IUD yang saat ini sedang klien

gunakan sehingga perlu diberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan

klien.

Terdapat 4 diagnosa pada tinjauan teori yang tidak muncul pada tinjauan

kasus adalah diagnosa :2, 3, 4, dan 5.

Diagnosa yang pada tinjauan teori tidak muncul pada tinjauan kasus,

dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian tidak ada data yang mendukung,

dan muncul 2 diagnosa yang tidak terdapat pada tinjauan teori yang diangkat

oleh penulis berdasarkan kondisi klien yaitu :

1) Resiko terjadinya infeksi pada bayi berhubungan dengan BBLR, imunitas

bayi yang masih lemah dan diagnosa.

2) Rendahnya pengetahuan ibu tentang KB IUD berhubungan dengan

kurangnya informasi mengenai KB IUD.

Kedua diagnosa ini diangkat dikarenakan data dari hasil pengkajian yang

lebih mendukung seperti pada bayi yang BBLR atau kurang bulan biasanya

imunitas bayi masih lemah sehingga lebih rentan terinfeksi oleh penyakit dan

riwayat ibu yang sebelumnya belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

IUD sehingga penulis mengangkat kedua diagnosa tersebut sebagai prioritas

diagnosa sesuai kebutuhan dan keadaan klien.


C. Intervensi Keperawatan

Intervensi untuk masing-masing diagnosa diambil dari asuhan keperawatan

maternitas (Mitayani, 2011). Penulis membuat intervensi dari konsep teori dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien :

1. Resiko terjadinya infeksi pada bayi berhubungan dengan BBLR, imunitas bayi

yang masih lemah.

Intervensi :

a. Ajarkan cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

b. Gunakan teknik aseptik pada perawatan tali pusat

c. Berikan imunisasi untuk mencegah penyakit menular

d. Ajarkan PHBS dengan cuci tangan 6 langkah

e. Minimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius

f. Berikan antibiotik bila diindikasi

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus pasca

melahirkan

Intervensi :

a. Kaji lokasi dan karakteristik dari sifat ketidaknyamanan/nyeri

b. Jelaskan pada ibu bahwa nyeri pasca melahirkan adalah fisiologis

c. Instruksikan ibu dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam

d. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktifitas untuk mengalihkan

nyeri
e. Berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil

f. Berikan analgesik atau antipireutik

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara

menyusui yang baik dan benar

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya

b. Berikan penkes tentang teknik menyusui dan perawatan puting dan

payudara

c. Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan

d. Demonstrasikan teknik-teknik menyusui yang baik dan benar

e. Evaluasi teknik menyusui yang benar seperti yang sudah diajarkan

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai KB

IUD

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang KB IUD

b. Kaji persiapan klien dan motivasi untuk belajar

c. Berikan informasi lengkap mengenai KB IUD

d. Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan

e. Evaluasi pengetahuan klien tentang KB IUD setelah diberikan penyuluhan


D. Implementasi

Komponen tahap implementasi yaitu tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi.

1. Diagnosa keperawatan pertama yaitu resiko terjadinya infeksi pada bayi

berhubungan dengan BBLR, imunitas bayi yang masih lemah.

Intervensi yang ada pada tinjauan teori yang perawat lakukan adalah :

a. Ajarkan cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

b. Gunakan teknik aseptik pada perawatan tali pusat

c. Berikan imunisasi untuk mencegah penyakit menular

d. Ajarkan PHBS dengan cuci tangan 6 langkah

e. Minimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius

f. Berikan antibiotik bila diindikasi

Intervensi yang ada pada tinjauan teori dan tinjauan kasus yang tidak

dilakukan oleh penulis adalah minimalkan penyebaran dan penularan agen

infeksius, dan berikan antibiotik bila diindikasi, dikarenakan penulis tidak

melakukan tindakan meminimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius,

serta tidak ada instruksi pemberian antibiotik.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus pasca

melahirkan

Intervensi :

a. Kaji lokasi dan karakteristik dari sifat ketidaknyamanan/nyeri

b. Jelaskan pada ibu bahwa nyeri pasca melahirkan adalah fisiologis


c. Instruksikan ibu dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam

d. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktifitas untuk

mengalihkan nyeri

e. Berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil

f. Berikan analgesik atau antipireutik

Intervensi yang ada pada tinjauan teori namun tidak dilakukan pada tinjauan

kasus adalah berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil dan

memberikan analgesik atau anti pireutik.

Ada beberapa intervensi yang tidak ada dalam rencana keperawatan yang

penulis lakukan seperti: mencuci tangan sebelum atau sesudah tindakan ,

mengganti laken atau alat tenun, memberikan perawatan vulva hyiegine, hal

ini penulis lakukan agar tidak terjadinya infeksi nosokomial dan menurunkan

ketidaknyamanan pada klien.

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara

menyusui yang baik dan benar

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya

b. Berikan penkes tentang teknik menyusui dan perawatan puting dan

payudara

c. Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan


d. Demonstrasikan teknik-teknik menyusui yang baik dan benar

e. Evaluasi teknik menyusui yang benar seperti yang sudah diajarkan

Intervensi yang ada pada tinjauan teori dan tidak dilakukan pada tinjauan

kasus adalah libatkan keluarga dalam proses penyuluhan karena saat penulis

memberikan penyuluhan tidak ada keluarga yang sedang bersama klien.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai KB

IUD

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang KB IUD

b. Kaji persiapan klien dan motivasi untuk belajar

c. Berikan informasi lengkap mengenai KB IUD

d. Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan

e. Evaluasi pengetahuan klien tentang KB IUD setelah diberikan penyuluhan

Intervensi yang ada pada tinjauan teori dan tidak dilakukan pada tinjauan

kasus adalah libatkan keluarga dalam proses penyuluhan karena saat penulis

memberikan penyuluhan tidak ada keluarga yang sedang bersama klien.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari pada Ny. K didapatkan hasil

sebagai berikut :
1. Diagnosa 1

Resiko terjadinya infeksi pada bayi berhubungan dengan BBLR, imunitas bayi

yang masih lemah sudah teratasi dibuktikan dengan resiko tanda-tanda infeksi

tidak terjadi.

2. Diagnosa 2

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan kontraksi uterus pasca melahirkan

sudah teratasi dibuktikan dengan klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap

nyeri dan nyeri sudah berkurang.

3. Diagnosa 3

Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara menyusui

yang baik dan benar sudah teratasi dibuktikan dengan klien dapat menyusui

dengan efektif.

4. Diagnosa 4

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai KB

IUD sudah teratasi dibuktikan dengan pengetahuan klien tentang KB IUD

bertambah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan selama 2 hari yang telah dilakukan pada tanggal 19-20

Desember 2020, dan penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian pada Ny. K tidak semua data sama dengan pengkajian pada

teori sehingga terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan keadaan klien.

2. Diagnosa keperawatan yang ada dalam tinjauan teori tidak semua dapat

ditegakkan karena disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat ini dan

dapat muncul diagnosa baru diluar tinjauan teori. Diagnosa yang muncul pada

tinjauan kasus adalah :

a. Resiko terjadinya infeksi pada bayi berhubungan dengan BBLR, imunitas

bayi yang masih lemah.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan kontraksi uterus pasca

melahirkan.

c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara

menyusui yang baik dan benar.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

KB IUD
3. Rencana tindakan keperawatan dengan kondisi klien dan pedoman pada

berbagai sumber buku dan SOP dengan tetap memperhatikan kondisi klien.

4. Setiap melaksanakan tindakan keperawatan yang baik diperlukan kerjasama

yang baik dari klien, keluarga, maupun tim kesehatan lainnya.

5. Evaluasi yang digunakan dengan menggunakan rumusan SOAP yang muncul

pada klien teratasi dengan kriteria hasil penulis rumuskan ditujuan

keperawatan.

6. Dokumentasi keperawatan dibuat sebagai hasil pencatatan dari asuhan

keperawatan pada Ny. K yang telah dilaksanakan

B. Saran

Melihat dari kesimpulan yang didapat, maka penulis memberi saran sebagai

berikut :

1. Pasien

Diharapkan pasien mampu melakukan perawatan yang dapat dilakukan

dirumah seperti :

a. Melakukan perawatan kebersihan kemaluan seperti mengganti pembalut

setiap kali terasa penuh.

b. Mencuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah menyusui.

c. Dapat menggunakan teknik menyusui yang baik dan benar dirumah.


2. Ruang Bersalin

Perawat diruang Bersalin diharapkan dalam melaksanakan tindakan

keperawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu post partum,

seperti terjadinya infeksi dan perdarahan pada ibu.

Maka diharapkan ruang Bersalin selalu menjaga keseterilan alat setiap akan

melakukan tidakan, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

dan selalu melakukan tindakan sesuai standar operasional prosedur yang tepat,

sesuai, dan efektif.

3. Rumah Sakit Umum Daerah Rodofado Provinsi Kabupaten Waropen

a. Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan melengkapi sarana dan

prasarana yang dibutuhkan untuk pemberian asuhan keperawatan

semaksimal mungkin.

b. Meningkatkan kemampuan tim kesehatan dalam melaksanakan tindakan

keperawatan dan pembuatan dokumentasi keperawatan.

4. Pihak Pendidikan

Penulis berharap agar institusi pendidikan dapat menambah fasilitas guna

praktik mahasiswa/i khususnya keperawatan maternitas, dan dalam

pelaksanaan studi kasus sekiranya institusi pendidikan lebih mengupayakan

pengadaan literatur tentang asuhan keperawatan pada post partum normal atas

indikasi ketuban pecah dini yang terbaru sehingga dapat membantu


mahasiswa/i dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada post partum

normal atas indikas ketuban pecah dini yang lebih baik dan meningkatkan

kesehatan.

Mengembangkan kemampuan dan skill dengan cara memagang di RS atau RB

dalam keperawatan bagi peserta didik untuk dapat memberikan asuhan

keperawatan maternitas dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Anda mungkin juga menyukai