Anda di halaman 1dari 3

Anosmia pada Corona COVID-19

1. Apakah itu anosmia?


2. Seberapa penting gejala anosmia buat penderita Corona COVID-19?
3. Bagaimana bisa terjadi anosmia?
4. Bagaimana cara mendeteksi anosmia dengan mudah?
5. Bagaimana cara membedakan anosmia pada Corona COVID-19 dengan pilek biasa?
6. Sikap kita apabila terjadi anosmia ?
7. Apakah bisa sembuh?
8. Bagaimana terapi anosmia karena covid-19?

1. Apakah itu Anosmia?


Anosmia atau hilangnya fungsi indra penciuman dapat meliputi berkurangnya kemampuan
mencium bau (hiposmia) hingga hilangnya kemampuan mencium bau (anosmia).
Kehilangan kemampuan indera penciuman atau anosmia dapat memengaruhi hidup
seseorang. Selain tidak bisa mencium bebauan dan merasakan makanan, kondisi ini dapat
memicu, penurunan berat badan, malnutrisi, hingga depresi.
Kondisi anosmia atau hilangnya fungsi indra penciuman dapat menimbulkan rasa depresi
tersendiri dikarenakan pasien kehilangan kemampuan untuk mencium bau yang ia sukai,
semisal makanan dan minuman. Kehilangan kemampuan ini berarti juga memicu hilangnya
nafsu makan, menurunkan berat badan sehingga dalam jangka panjang dapat menyebabkan
malnutrisi. Padahal pada pasien corona Covid-19 asupan makanan bergizi mutlak
diperlukan tubuh untuk menjaga imun atau daya tahan tubuh.

2. Seberapa penting gejala anosmia buat penderita Corona COVID-19?


Gejala Corona Covid-19 yang paling khas dan telah ditetapkan WHO sebagai salah satu
gejala utama di antara gejala-gejala yang menunjukkan seseorang terinfeksi virus corona
COVID-19.
WHO dalam rilis terbarunya menetapkan 4 gejala umum infeksi corona Covid-19 yaitu
demam, batuk, kelelahan dan anosmia. Dalam jurnal Pubmed yang terbit 25 Desember
2020 menyebutkan bahwa hilangnya fungsi indra penciuman menjadi factor prediksi
terbaik (Best Predictor) dari infeksi corona Covid-19. Jadi hilangnya fungsi indra
penciuman menjadi deteksi dini diantara gejala lain yang belum nampak.

3. Bagaimana bisa terjadi anosmia?


Anosmia atau hilangnya fungsi indra penciuman terjadi apabila ada gangguan pada saraf
otak no 1 yaitu saraf olfaktorius. Ada yang unik pada saraf no 1 ini.
1. Saraf terpendek di antara 12 pasang saraf otak.
2. Saraf olfactorius berhubungan dengan otak secara langsung melalui bulbus olfaktori
yang terdapat 10-20 juta sel reseptor olfaktorius di rongga hidung sehingga dapat sebagai
jalan masuk utama virus, neurotoksin, dan xenobiotik ke dalam otak.
Mekanisme patofisiologi terjadinya anosmia pada pasien corona COVID-19 belum banyak
diketahui. Hipotesis yang diajukan sebagai patogenesis anosmia dengan etiologi infeksi
SARS-CoV2 adalah melalui jalur saraf pusat dan jalur saraf tepi. Jadi gangguannya
terbentang mulai gangguan mekanik odoran menuju area olfaktoria, kerusakan reseptor,
kerusakan saraf olfaktori hingga gangguan pada fungsi persepsi di bagian otak korteks
serebri.
Proses infeksi corona COVID-19, virus hingga menyebabkan manifestasi klinis rupa
anosmia dimulai dengan memanfaatkan Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) yang
terdapat pada permukaan sel sebagai reseptor pengikatan.
4. Bagaimana cara mendeteksi anosmia dengan mudah?
Ada 3 cara Opsi 1: Mencium Pada bahan aslinya seperti jeruk, kopi, minyak kayu putih.
Selalu pastikan Anda memilih sesuatu yang bukan menyebabkan iritasi (misalnya
penyegar udara, produk pembersih, dll). Pegang saja benda itu di dekat (tetapi tidak
menyentuh) hidung Anda dan tarik napas. Sederhana!

Opsi 2: Strip / Aroma Essens


Semprot setiap strip dengan pewangi parfum atau celupkan ke dalam minyak esensial,
hirup dan identifikasi apakah Anda dapat mendeteksi bau atau tidak - Ya atau Tidak.
Strip pewangi dan minyak esensial dapat dibeli secara online sebagai alternatif, Anda bisa
menggunakan tisu atau kapas dengan cara yang persis sama.

Opsi 3: Tes Identifikasi Bau yang dilakukan dokter.

Keluhan hiposmia ditemukan lebih dari 80% penderita COVID-19 ringan dan sedang.
5. Bagaimana cara membedakan anosmia pada Corona COVID-19 dengan pilek biasa?
Ciri Anosmia yang menjadi indikator spesifik kasus terinfeksi COVID-19; Penderita
dengan gangguan penciuman
1. tanpa penyebab yang jelas,
2. timbul mendadak (kurang dari 12 hari)
3. tanpa disertai hidung tersumbat
memerlukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis COVID-19.

6. Sikap kita apabila terjadi anosmia?


Yang mengalami anosmia harus melakukan isolasi mandiri dan menjalani tes
pemeriksaan. Apabila terbukti positif Corona Covid-19
 maka ikuti anjuran faskes terdekat, apakah isolasi mandiri atau dirawat di RS
 Hubungi orang-orang yang pernah kontak dengan nada selama mengalami
anosmia
 Lakukan pencegahan penularan dengan mentaati protocol Kesehatan.
7. Apakah bisa sembuh?
Perbaikan anosmia atau hilangnya fungsi indra penciuman yang berkaitan COVID-19
dilaporkan dalam beberapa penelitian. Angka kesembuhan bervariasi 27-98%. Klopfenstein
dkk menyebutkan 98% penderita mengalami perbaikan dalam 28 hari. Kaye dkk,
menyebutkan 13% penderita COVID-19 dengan anosmia mengalami perbaikan total dan 14%
penderita mengalami perbaikan parsial, dengan rerata waktu yang dibutuhkan untuk
perbaikan gejala anosmia adalah 7,2 hari.
8. Bagaimana terapi anosmia karena covid-19?
Dibagi menjadi kasusu akut dan kronis. Umtuk akut : Medikamentosa; Education,
Counseling ,Changes in Food Preparation
Terapi yaitu kombinasi penggunaan cuci hidung menggunakan larutan NaCl
0.9%, kortikosteroid intranasal, dekongestan topikal, preparat Zinc, Gabapentin,
Mecobalamin, Neuroprotectan. Upaya preventif untuk mencegah infeksi dan sakit. Cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, cuci hidung dengan larutan NaCl 0.9 % 10-30 cc
sebelum dan atau sesudah bangun tidur, serta menjaga kualitas tidur adalah anjuran yang baik
dilaksanakan bersama usaha-usaha pencegahan dan promotif lainnya.
Dalam kasus akut: menghirup uap, asupan dekongestan hidung dan obat tetes hidung.
- Dalam kasus kehilangan penciuman dan rasa yang berkepanjangan atau permanen:
pelatihan penciuman itu penting.

Anda mungkin juga menyukai