PENDAHULUAN
1
dengan baik dan benar, di lain pihak akan menimbulkan dampak-dampak negatif
terhadap lingkungan hidup setempat maupun terhadap lingkungan hidup dalam
cakupan wilayah yang lebih luas. Dampak negatif yang sangat mungkin timbul
yang diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya mineral yang dilaksanakan tidak
dengan baik dan benar antara lain meningkatnya erosi dan terjadinya gerakan
tanah, hilangnya sumber-sumber air dan terganggu atau rusaknya tanah pucuk
yang subur, tetapi dampak – dampak tersebut dapat diatasi dengan adanya usaha
pengelolaan lingkungan dan usaha pemantauan lingkungan.
2
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.
Kegiatan perencanaa tambang di Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan
Kokap, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini diawali dengan kegiatan
pengumpulan data sekunder, pengambilan data lapangan, pengujian laboratorium,
pengolahan data dengan komputasi dan pembuatan laporan perencanaan. Kegiatan
perencanaan tambang ini mencakup:
a. Mengolah data geologi berupa struktur geologi dan data eksplorasi
b. Mengolah data geoteknik
c. Menentukan rencana penambangan
d. Mengolah data hidrologi dan hidrogeologi
e. Menguji kualitas dan cara pengolahan untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar
baterai.
f. Menentukan sistim pengangkutan dan penimbunan
g. Menentukan kelayakan lingkungan, kesehatan, keselamatan kerja dan CSR
h. Menentukan kelayakan organisasi dan tenaga kerja
i. Menentukan kelayakan pemasaran
j. Menentukan kelayakan ekonomi (investasi dan analisis kelayakan)
k. Menentukan rencana Mine Closure
3
2. Geoteknik
Tujuan pengambilan data geoteknik adalah untuk menganalisis data
geomekanika yang mencakup sifat fisik dan sifat mekanik diperoleh dari
pengujian-pengujian geoteknik, sebagai data utama dalam perencanaan
tambang bawah tanah terutama dalam penentuan desain penambangan yang
aman. Sedangkan ruang lingkup rancangan penambangan dengan keamanan
yang baik dan rekomendasi apa yang didapat dari analisis data geomenika,
dan sistem penyanggan dari terowongan. Data-data yang diperlukan
geomekanika antara lain sesar atau kekar dan sifat fisik batuan.
3. Rencana Penambangan
Bertujuan untuk menganalisis rancangan desain penambangan,
pembongkaran batuan, urutan penambangan dan jalan angkut tambang.
Ruang lingkup rencana penambangan antara lain :
a. Sistem/metode dan tata cara penambangan (dilengkapi dengan bagan alir)
b. Tahapan kegiatan penambangan (termasuk penanganan tanah penutup)
c. Rencana produksi (kuantitas, kualitas)
d. Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)
e. Jadwal rencana produksi dan umur tambang
f. Rencana pemanfaatan Mangan
g. Rencana penanganan/perlakuan sisa cadangan pada pasca tambang
h. Rencana fasilitas penunjang penambangan dan infrastruktur
i. Metode dan tata cara penambangan (dilengkapi dengan bagan alir)
4. Hidrologi dan Hidrogeologi
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis data hidrologi dan hidrogeologi
yang mencakup pola penyaliran pada tambang bawah tanah, pengaruh akuifer
terhadap kondisi tambang, serta pola penyaliran yang sesuai untuk tambang
bawah tanah. Ruang lingkup analisis meliputi :
a. Data hidrologi dan hidrogeologi
b. Penaksiran debit air
c. Rancangan penyaliran
4
5. Kualitas Mangan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis bahan galian Mangan, penyebaran
kualitas sebagai data penting untuk perencanaan tambang dan kajian
pemanfaatan Mangan serta mengevaluasi rencana pengolahan Mangan yang
mungkin diterapkan di pertambangan tersebut. Ruang lingkup mencakup
analisis data berdasarkan :
a. Studi/percobaan pengolahan
b. Tata cara pengolahan
c. Peralatan pengolahan
d. Hasil pengolahan dan rencana pemanfaatan
e. Jenis, jumlah, kualitas, dan hasil pengolahan
6. Rencana Pengolahan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan mengevaluasi metode
pengolahan yang digunakan dan proses pengolahan mangan berdasarkan
kualitas dan pangsa pasar.
Ruang lingkup :
a. Kajian spesifikasi alat
b. Kajian proses pengolahan
7. Transportasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan mengevaluasi alternatif sarana
dan sistem pengangkutan dari dalam tambang ke tempat pengolahan dan
pabrik peremukan, baik secara teknis maupun ekonomis.
Ruang lingkup :
a. Evaluasi kelayakan teknis alternatif jalur pengangkutan yang telah tersedia
dan yang akan dirancang.
b. Evaluasi ekonomi setiap alternatif metode pengangkutan.
c. Penentuan dan rancangan alternatif terpilih.
8. Lingkungan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan CSR
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan menilai kelayakan lingkungan,
kesehatan, keselamatan kerja dan CSR yang berkaitan dengan kegiatan
penambangan Mangan.
5
Ruang lingkup :
a. Dampak kegiatan (tambang, pengolahan, sarana penunjang)
b. Pengelolaan lingkungan
c. Pemantauan lingkungan
d. Kesehatan dan keselamatan kerja
e. Peningkatan kesehatan, pendidikan dan perekonomian rakyat
9. Organisasi dan Tenaga Kerja
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan mengevaluasi spesialisasi,
profesionalisasi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja dan alternatif pola
hubungan kerja.
Ruang lingkup :
a. Data kebutuhan tenaga ahli.
b. Struktur pola hubungan antar profesi dan unsur dalam organisasi kerja.
10. Pemasaran
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis pangsa pasar dan kebutuhan
konsumen.
Ruang lingkup :
a. Data kebutuhan konsumen di setiap bulannya.
b. Data perusahaan developer.
11. Mine Closure
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji rencana penutupan lokasi bekas
tambang untuk mengembalikan fungsi lahan sebagaimana mestinya.
Ruang lingkup :
a. Kondisi lubang bukaan
b. Dampak yang terjadi akibat aktivitas tambang bawah tanah
12. Kajian Ekonomi (Investasi dan Analisis Kelayakan)
Kegiatan ini bertujuan untuk menelaah dan menilai kelayakan ekonomis dari
rencana penambangan Mangan dengan luas area berkisar 24 Ha.
Ruang lingkup :
a. Modal kerja
b. Modal tetap
6
c. Sumber dana
d. Biaya produksi
e. Pendapatan
f. Aliran uang tunai (cash flow)
g. Perhitungan Discounted Cash Flow Rate of Return/Internal Rate of Return
(DCFROR/IRR)
h. Perhitungan Break Event Point (BEP)
i. Waktu pengembalian modal
j. Analisis kepekaan dan resiko
7
g. Permen ESDM No. 18 Tahun 2008
Tantang Reklamasi dan Penutupan Tambang
h. PERMENEG Lingkungan Hidup No.11 tahun 2006
Tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
i. Perda Kabupaten Kulon Progo No. 6 Tahun 2011
Tentang Pajak Daerah
j. Perda Kabupaten Kulon Progo No. 6 Tahun 2002
Tentang Izin Usaha Pertambangan Golongan C
k. Perbup Kulon Progo No. 42 Tahun 2011
Tentang Reklamasi Tambang
8
2001, dan kemudian diatur lagi dalam UU No. 4 tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) UU huruf a
UU No. 4 Tahun 2009 wajib memuat ketentuan sekurang – kurangnya :
1) Nama perusahaan
2) Lokasi dan luas wilayah
3) Rencana umum tata ruang
4) Jaminan kesungguhan
5) Modal investasi
6) Perpanjangan waktu tahap kegiatan
7) Hak dan kewajiban pemegang IUP
8) Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan
9) Jenis usaha yang diberikan
10) Rencana pengembangan dan pemantauan memuat pemberdayaan
masyarakat di sekitar wilayah pertambangan
11) Perpajakan
12) Penyelesaian perselisihan
13) Iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
14) Amdal
b. IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b
UU No. 4 Tahun 2009 wajib memuat ketentuan sekurang - kurangnya :
1) Nama perusahaan
2) Luas wilayah
3) Lokasi penambangan
4) Lokasi pengolahan dan pemurnian
5) Pengangkutan dan penjualan
6) Modal investasi
7) Jangka waktu berlakunya IUP
8) Jangka waktu tahap kegiatan
9) Penyelesaian masalah pertanahan
9
10) Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang
11) Dana jaminan reklamasi dan pascatambang
12) Perpanjangan IUP
13) Hak dan kewajiban pemegang IUP
14) Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan
15) Perpajakan
16) Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran
produksi
17) Penyelesaian perselisihan
18) Keselamatan dan kesehatan kerja
19) Konservasi mineral atau batubara
20) Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri
21) Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik
22) Pengembangan tenaga kerja Indonesia
23) Pengelolaan data mineral atau batubara; dan
24) Penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan
mineral atau batubara.
10
e. Tata Cara Surat Izin Pengangkutan dan Pemakaian Jalan Raya
Surat izin ini diajukan ke Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
Permohonan tersebut berisi tentang pengaturan penggunaan jalan bagi
kendaraan terhadap penyimpangan rute perjalanan. Dalam hal ini pemegang
izin harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan.
11
j. Tata Cara Surat Izin Perusahaan
Tempat Usaha dapat diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada
Kepala Daerah Tk.II. Permohonan tersebut berisi formulir tentang usaha yang
dilaksanakan yaitu penambangan Mangan yang berlokasi di Dusun Anjir,
Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan sarana yang akan disediakan adalah
bangunan untuk kantor, pabrik peremuk, gudang penyimpanan dan jalan
masuk. Alat-alat berat yang digunakan disesuaikan dengan sistem tambang
bawah tanah, seperti Excavator, LHD, truk dan lain-lain. Alat-alat tersebut
semuanya dibeli oleh perusahaan.
12
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Perencanaan Tambang
Tahun 2012
No Pekerjaan
Jul Ags Sept Okt Nov Des
3. Pengujian Laboratorium
13
operasi tambang, mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah
tambang.
3. Kabag Administrasi
Divisi ini membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan – kegiatan yang mendukung operasi tambang.
14
LAMPIRAN BAB I
15
BAB II
KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI DAERAH
15
Sumber :http://kulonprogokab.go.id
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo
16
kondisi jalan beraspal dan memiliki lebar jalan ±3m untuk di sekitar daerah
penelitan (lihat Gambar 2.3).
Untuk sarana perhubungan antara desa satu dengan desa yang lain maupun
kecamatan yang satu dengan yang lainnya dipergunakan sarana angkutan kota.
Secara umum kuantitasnya kurang memadai, sehingga sebagian besar warga
masyarakat menggunakan sepeda motor sebagai sarana angkutan pribadi,
sedangkan untuk sarana hubungan komunikasi di Desa Hargorejocukup memadai.
17
Adapun jumlah penduduk untuk Dusun Anjir jumlah penduduknya 780
jiwa dengan jumlah kepala keluarga 182 orang. Jumlah penduduk laki-laki 395
jiwa dan penduduk perempuan 385 jiwa. Kelompok umur dengan jumlah tertinggi
adalah 31 – 40 tahun, yakni sebesar 141 jiwa (lihat Tabel 2.2).
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Desa Hargorejo Menurut Umur
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Dusun Anjir Menurut Kelompok Umur
18
2.3.2. Kondisi Sosial Ekonomi
Berdasarkan data dari Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, dominasi sumber
mata pencarian penduduk Hargorejo adalah sebagai Pegawai Negri Sipil, TNI,
POLRI, wiraswasta, pertukangan, buruh tani, pensiunan dan lain – lain (lihat
Tabel 2.3).Sumber mata pencarian warga Dusun Anjirsebagian besar sebagai
petani, yakni sebesar 468 jiwa.Adapun wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil dan
buruh (lihat Tabel 2.4).
Tabel 2.3
Komposisi Pekerjaan Penduduk Desa Hargorejo
Tabel 2.4
Komposisi Pekerjaan Penduduk Dusun Anjir
19
2.3.3. Kondisi Sosial Budaya
Jumlah penduduk di Desa Hargorejo sebagian besar memeluk agama
Islam, dan sisanya memeluk agama Kristen dan katholik. (lihat Tabel 2.5). Hal ini
tidak jauh berbeda dengan warga di Dusun Anjir, dimana sebagian besar
warganya juga memeluk agama Islam, yakni sebesar177 (lihat Tabel 2.6). Di
Dusun Anjir terdapat tempat ibadah terdiri dari 3 masjid, dan 2 mushola.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Desa Hargorejo Menurut Agama
20
2.3.4. Sarana dan Prasarana
Pada lokasi penelitian telah ditunjang beberapa sarana dan prasarana yang
meliputi kesehatan, pendidikan dan peribadatan.Di Desa Hargorejo terdapat
sebuah Puskesmas, SD, SMP dan SMA.Selain itu, terdapat 25 masjid, 4 mushola
dan 2 gereja.
Adapun di Dusun Anjir terdapat sebuah Puskemas Pembantu, Posyandu,
PAUD dan SD. Sarana peribadatan yang terdapat di Dusun Anjir adalah 3 buah
masjid dan 3 buah mushola.
2.3.5. Keadaan Flora dan Fauna
Flora yang tumbuh merata di Dusun Anjir diantaranya pohon jati, pohon
sengon, pohon bambu, pohon aren, pohon pisang, pohon melinjodan pohon ketela.
Pada lokasi perencanaan tambang terdapat akasia, pohon jati, pohon kelapa,
pohonsengon, pohon ketela, pohon arendan pohon pisang. Pohon - pohon tersebut
akan dilakukan ganti untung apabila dilakukan penebangan, terutama pohon jati
yang harganya tergantung umur dan diameter batang pohon tersebut.
21
Di Dusun Anjir ini pohon jati merupakan vegetasi yang sangat dominan
diantara yang lain, hampir di seluruh lahan ditumbuhi pohon jati yang juga
merupakan aset berharga, hal ini dikarenakan pohon jati memiliki nilai jual yang
cukup tinggi sehingga dapat menambah pendapatan.
Fauna yang terdapat di daerah penelitian antara lain kambing, sapi, ayam,
bebek dan burung. Umunya fauna di daerah penelitian merupakan peliharaan
warga sekitar.
2.3.6. Iklim
Dusun Anjir mempunyai iklim yang sama dengan daerah di Indonesia
padaumumnya, dimana daerah ini beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan.Temperature udara berkisar antara 22°C –
29°C.Dari data Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo terhadap data curah
hujan dan jumlah hari hujan tahun 2001 – 2011, dapat diketahui curah hujan
maksimum terjadi pada bulan Oktober tahun 2001 sebesar 803 mm / hari (lihat
Gambar 2.6) dan hari hujan maksimum terpadat bulan Maret tahun 2011 sebanyak
26 hari (lihat Gambar 2.11). Hal ini dapat dilihat pada tabel data hari hujan
bulanan dan curah hujan bulanan.
22
Tabel 2.1
DataCurah Hujan Bulanan dari Tahun 2001– 2011
23
Tabel 2.2
Data Hari Hujan Bulanan dari Tahun 2001 – 2011
24
2.4. Tata Guna Lahan
Areal yang ditambang berupa bukit, dan terdapat beberapa macam pepohonan.
Penduduk desa memanfaatkan lahannya untuk perkebunandan pertanian. Pada
bidang perkebunan, masyarakat menggunakan lahannya untuk memproduksi
tanaman aren atau nira yang merupakan bahan baku gula merah. Selain itu mereka
juga memanfaatkan lahan untuk menanam palawija, sayur dan buah – buahan.
Satwa yang banyak dijumpai antara lain lembu, sapi, kambing, ayam, burung,
dan beberapa hewan lainnya untuk diperdagangkan
Penggunaan tanah sebagai tanah sawah seluas 34 Ha, tanah kering
(perkebunan) 533 Ha, bangunan umum 3.320 Ha, tanah yang belum dikelola
sebagai hutan 407 Ha dan lain – lainnya sebesar 678 Ha.
Tabel 2.3
Sebaran Tata Guna Lahan
25
2.5. Geologi Daerah
2.5.1. Fisiografi
Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah perbukitan yang
bergelombang dengan ketinggian 120 mdpl, yang terbentuk dari batuan sedimen.
Umumnya satuan batuan terdiri dari batuan gamping, andesit dan Mangan.
Endapan Mangan terbentuk melewati berbagai proses, seperti proses
hidrotermal, metamorfik, sedimentasi dan residu. Endapan Mangan sedimenter
berupa Mangan Oksida (MnO2) yang berasosiasi dengan kegiatan vulkanis dan
batuan yang bersifat basa.
Secara fisiografis kondisi Kabupaten Kulon Progo wilayahnya adalah daerah
datar, meskipun dikelilingi pegunungan yang sebagian besar terletak pada wilayah
Utara, luas wilayahnya 17,58 % berada pada ketinggian < 7 m di atas permukaan
laut, 15,20 % berada pada ketinggian 8 - 25 m di atas permukaan laut, 22,85 %
berada pada ketinggian 26 - 100 m di atas permukaan laut, 33,00 % berada pada
ketinggian 101 - 500 m di atas permukaan laut dan 11,37 % berada pada
ketinggian > 500 m di atas permukaan laut. Jika dilihat letak kemiringannya, luas
wilayahnya 58,81 % kemiringannya < 15°, 18,73 % kemiringannya antara 16° -
40° dan 22,46 % kemiringannya > 40°. Kulon Progo terdiri dari dataran pantai di
bagian Selatan, di bagian Tengah dan Timur berupa topografi bergelombang
sampai berbukit, di bagian Barat dan Utara berupa perbukitan-
pegunungan.Rangkaian perbukitan-pegunungan di bagian barat dan utara Kulon
Progo ini dikenal sebagai perbukitan Menoreh.
2.5.2. Statigrafi
Geologi regional Kulon Progo telah banyak dibahas oleh beberapa ahli dengan
pendekatan analisa yang berbeda–beda, antara lain analisa paleontologi,
sedimentasi, fasies maupun tektonik. Peneliti – peneliti tersebut antara lain adalah
Van Bemmelen (1949), Raharjo dkk.(1995), Suyanto dan Roskamil
(1977).Stratigrafi regional daerah Kulon Progo yang tersusun oleh batuan –
batuan dari tua ke muda menurut Rahardjo dkk. (1977) adalah sebagai berikut
(lihat gambar 2.4):
26
a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan tersusun oleh batupasir bersisipan lignit, napal
pasiran, batu lempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan
batugamping, batu pasir dan tuf.Bagian bawah formasi ini tersusun oleh
endapan laut dangkal berupa batu pasir dan serpih dengan perselingan
napal dan lignit.Bagian atas dicirikan oleh batuan napal, batu pasir
gampingan, batu gamping dan tuf yang menunjukan endapan laut fasies
neritik. Formasi ini kaya akan Foraminifera dan Moluska. Berdasarkan
kajian Foraminifera Plankton formasi Nanggulan ini berumur Eosen
Tengah sampai Oligosen akhir.Formasi ini mempunyai ketebalan kira-kira
300 meter.
b. Formasi AndesitTua
Formasi Andesit Tua tersusun oleh breksi andesit, tuf, tuf lapili,
anglomerat dan sisipan aliran lava andesit.Komposisi lava terutama terdiri
dari andesit hiperten dan andesit augit – hornblende.Kepingan tuf napalan
yangmerupakan hasil rombakan dari lapisan yang lebih tua dijumpai di
kaki Gunung Mudjil.Di bagian bawah formasi ini mengandung fosil
plankton yang menunjukan umur Oligosen Akhir.Oleh karena bagian
bawah formasi Sentolo berumur Miosen Awal mempunyai yang ketebalan
kira-kira lebih dari 600 meter.Untuk Formasi Andesit Tua ini dibagi lagi
kedalam Formasi Kulon Progo yang mempunyai lingkungan darat dan
Formasi Giripurwo dengan lingkungan laut. Formasi Andesit Tua
terbentuk lebih dari 1 sumber gunung api yaitu gunung api Gajah, gunung
api Ijo dan Gunung api Menoreh (Van Bemmelen, 1949).
c. Formasi Jonggrangan
Formasi Jonggrangan bagian bawah terdiri dari konglomerat yang
ditumpangi oleh napal tufan dan batu pasir gampingan bersisipan
lignit.Kea rah atas berubah menjadi batu gamping berlapis dan batu
gamping koral.Batu gamping ini membentuk bukit kerucut disekitar Desa
Jonggrangan.Formasi ini dianggap berumur Miosen Awal - Miosen
Tengah dan di bagian bawah berjari dengan bagian bawah Formasi
27
Sentolo.mempunyai ketebalan sekitar 250 meter. Formasi Jonggrangan
terendapkan pada lingkungan laut dangkal.
d. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo tersusun oleh batu gamping dan batu pasir
napalan.Bagian bawah formasi ini terdiri dari konglomerat alas yang
ditumpangi batupasir gampingan, napal tufan dengan sisipan tuf kaca.
Kearah atas berangsur – angsur berubah menjadi batugamping berlapis
bagus yang kaya akan Foraminifera. Penelitian plankton oleh Kadar
(1975) menunjukan umur Formasi Sentolo berkisar antara Miosen Awal
sampai Pliosen (zona N 7 – N 21).Formasi ini mempunyai ketebalan kira-
kira 950 meter.Tersingkap baik didaerah Sentolo.
e. Aluvium
Aluvium terdiri dari krakal, pasir, lanau dan lempung sepanjang sungai
yang besar dan dataran pantai.Aluvium sungai berdampingan dengan
aluvium rombakan bahan vulkanik.
28
Sumber : Data Kelompok XIII
Gambar 2.7
Peta Geologi
29
Pada Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditemukan struktur geologi berupa
kekar – kekar yang terbentuk oleh batuan intrusi intermediet – felsik yang berumur
Tersier sampai Kuarter.Untuk struktur geologi seperti lipatan, sesar dan patahan tidak
dijumpai pada lokasi penelitian.
30
Adapun di Barat Daya dan Utara daerah penyelidikan dengan ketebalan antara 50-
70 cm.
31
2.7.3. Cadangan
Lensa 1
Blok Volume Mn Blok Volume Mn Blok Volume Mn
1 12,50 14 68.75 27 487.50
2 50.00 15 550.00 28 650.00
3 12.50 16 516.66 29 325.00
4 156.25 17 15.63 30 375.00
5 218.75 18 233.33 31 500.00
6 6.25 19 700.00 32 166.67
7 80.00 20 525.00 33 150.00
8 366.67 21 400.00 34 300.00
9 245.00 22 800.00 35 56.25
10 3.90 23 600.00 36 25.00
11 349.50 24 437.50 37 50.00
12 450.00 25 750.00 38 6.25
13 150.00 26 437.50 Total 11227,36
32
Lensa 2 Lensa 3
Blok Volume Mn Blok Volume Mn
1 4,17 1 31,25
2 15,63 2 187,50
3 125,00 3 83,33
4 93,75 4 337,50
5 131,25 5 309,38
6 320,84 6 525,00
7 66,67 7 612,50
8 125,00 8 525,00
9 500,00 9 666,67
10 125,00 10 50,00
11 87,50 11 337,50
12 700,00 12 666,67
13 131,25 13 103,13
14 93,75 14 150,00
15 766,67 15 131,25
16 66,67 Total 4716,67
17 240,63
18 446,88
19 218,75
20 175,00
21 187,50
22 62,50
23 100,00
24 6,25
Total 4790,64
33
Lensa 4
Blok Volume Mn
1 75,00
2 100,00
3 175,00
4 233,33
5 250,00
6 333,33
7 350,00
8 466,67
9 350,00
10 466,67
11 312,5
12 333,33
13 218,75
14 218,75
15 100,00
16 37,5
Total 1866,67
34
BAB III
GEOTEKNIK DAN METODE PEMBONGKARAN
35
4. Mengembangnkan rancangan lereng yang stabil untuk tambang terbuka atau
rancangan masuk /pilar untuk penambangan yang akan datang berdasarkan
analisis sensitivitas terhadap kondisi geoteknik dari strata atau kedalaman
overburden.
36
3. Kuat tekan uniaksial
Tabel. 3.3
Hasil Uji Kuat Tekan
2.5
1.5
εa
εl
1 εv
0.5
0
-0.01 -0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02
Grafik 3.1
Hasil Uji Kuat Tekan Mangan
37
25
20
15 εa
εl
10 εv
0
-0.03 -0.02 -0.01 0 0.01 0.02 0.03 0.04
Grafik 3.2
Hasil Uji Kuat Tekan Andesit
14
12
10
8 εa
εl
6
εv
0
-0.01 -0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02
Grafik 3.3
Hasil Uji Kuat Tekan Gamping
38
3.1.2. Analisis Kemantapan Terowongan
Metode empirik adalah rancangan berdasarkan analisis statistik, yaitu melalui
pendekatan empirik dari banyak pekerjaan serupa sebelumnya. Pendekatan empirik
yang paling baik adalah klasifikasi massa batuan, contohnya adalah Klasifikasi Rock
Massa Ratting dan Massa Ratting.
Klasifikasi Rock Massa Ratting (RMR = klasifikasi Geomekanika) dibuat
pertama kali oleh Beiniawski (1973). Sitem klasifikasi ini telah dimodifikasi
beberapa kali, terakhir pada tahun 1989. Modifikasi selalu dengan data yang baru
agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan standart
internasional.
Klasifikasi massa batuan Rock Massa Ratting menggunakan parameter
berikut ini.
1. Kuat tekan uniaksial dari material batuan
2. Rock quality design (RQD)
3. Spasi ketidak-menerusan
4. Kondisi rekahan meliputi : kekerasan (rougnes), lebar celah (aperture) dan
ketebalan bahan pemisah/pengisi celah (width filled/gouge), tingkat pelapukan
(weathered) dan kemenerusan kekar/terminasi (extension).
5. Kondisi air tanah
6. Orientasi ketidak-menerusan.
Parameter ke enam (orientasi ketidak-menerusan) pemakaian dan
penerapanya disesuaikan dengan penggunaan RMR untuk rekayasa batuan. Terkait
dengan materi yang dibahas, yaitu lereng, maka parameter ke enam tersebut
disesuaikan untuk keperluan analisis kestabilan lereng seperti yang dikemukakan
Romana (1985).
Parameter dan pembobotan sistem RMR dapat dilihat pada tabel 3.6.
Sedangkan RQD (Rock Quality Design) adalah modifikasi persentase perolehan inti
pemboran yang utuh dengan panjang 100 mm atau lebih. Palmstorm (1982)
mengusulkan jika tidak tersedia inti, maka RQD dapat deperkirakan dari jumlah
kekar-kekar (joints) per meter.
Nilai RQD dihitung dengan rumus :
RQD (%) = 100e-0,1λ (0,1λ+1)
39
Setelah dilakukan pengamatan dilapangan diperoleh data kekar sebagai
berikut :
1. Kekar Mangan :
Kekar A = 8.93 buah
Kekar B = 16.18 buah
Kekar C = 11.07 buah
Rata-rata kekar = 12.06 buah
Maka dapat diketahui jumlah rata-rata kekar adalah 12 buah
RQD (%) = 100e-0.1 x 0.083 (0,1 + 1) = 68%
2. Kekar Andesit :
Kekar A = 9.34 buah
Kekar B = 11.65 buah
Kekar C = 9.15 buah
Rata-rata kekar = 10.05 buah
Maka dapat diketahui jumlah rata-rata kekar adalah 10 buah
RQD (%) = 100e-0.1 x 0.1(0,1 + 1) = 66%
3. Kekar Gamping :
Kekar A =0
Kekar B = 22.14 buah
Kekar C = 19.23 buah
Rata-rata kekar = 12.06 buah
Maka dapat diketahui jumlah rata-rata kekar adalah 12 buah
RQD (%) = 100e-0.1 x 12 (0,1 + 1) = 68%
Dengan :
λ = jumlah kekar permeter
40
Tabel 3.4
Parameter Klasifikasi dan Pembobotanya Dalam Sistem RMR
Parameter
Selang Nilai
Untuk kuat
Kuat
PLI (MPa) >10 4-10 2-4 1-2 tekan rendah
Tekan
perlu UCS
1 Batuan
5- 1-
Utuh UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 <1
25 5
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25
2
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak Diskontinuiti (m) >2 0.6-2 0.2-0.6 0.06-0.2 <0.06
3
Bobot 20 15 10 8 5
Sangat
kasar , Agak
Gouge lunak
tidak kasar,
Slinkensided/tebal tebal >5mm,
menerus, pemisahan Agak kasar, pemisahan
gouge <5mm, atau atau
4 Kondisi Diskontinuiti tidak ada 1 mm, <1 mm, dinding sangat
pemisahan 1-5mm, pemisahan
pemisahan, dinding lapuk
menerus >5mm,
dinding agak
menerus
batu tidak lapuk
lapuk
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran/10m
panjang tunnel None <10 10-25 25-125 >125
Air (ltr/menit)
tanah
5 pada
Tek. Air pada
kekar
kekar/maks
0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
tegangan utama
(MPa)
Kondisi Umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Bobot 15 10 7 4 0
Arah Jurus Memotong Sumbu Terowongan Jurus
searah Kemiringan 0⁰-
Maju searah Arah jurus searah sumbu
Maju melawan kemiringan sumbu 20⁰ tdk
kemiringan terowongan
Efek Orientasi terowongan perhatikan
Jurus 45⁰- kemiringan
45⁰-90⁰ 200⁰-45⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰
6 90⁰
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
Menguntungkan Sedang Sedang
menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan
Terowongan 0 -2 -5 -10 -12 -5 -10
Bobot Fondasi 0 -2 -7 -15 -25 -7 -15
Lereng 0 -2 -25 -50 -60 -25 -50
Sumber : Perencanaan Tambang 2
41
Tabel 3.5
Perhitungan RMR System
Pembobotan Pembobotan Pembobotan Pembobotan
Parameter Mangan Mangan Mangan Mangan
Lensa A Lensa B Lensa C Lensa D
1. Kekuatan batuan utuh 1 1 1 1
2.RQD (%) 13 13 13 13
3. Spasi rekahan 10 10 10 10
4. Kondisi rekahan 25 25 25 25
5. Kondisi air tanah 7 7 7 7
6.Orientasi
0 0 -12 -2
ketidakmenerusan
Jumlah 56 56 44 54
Sumber : data kelompok XIII
Terkait dengan materi lubang bukaan, parameter ke enam yaitu orientasi
ketidak-menerusan disesuaikan untuk keperluan analisis stabilitas lubang bukaan.
Parameter ke enam dipakai untuk mengkoreksi RMR lubang bukaan (terowongan)
ditentukan dengan Tabel 3.6 dan 3.7
Tabel 3.6
Efek Orientasi Jurus & kemiringan kekar dalam terowongan
Arah jurus memotong sumbu terowongan Arah Jurus searah sumbu Kemiringan 0⁰-
terowongan 20⁰ tidak
Maju searah kemiringan <laju melawan kemiringan
memperhatikan
45⁰- 90⁰ 20⁰- 45⁰ 45⁰- 90⁰ 20⁰- 45⁰ 45⁰- 90⁰ 20⁰- 45⁰ kemiringan
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
menguntungkan Sedang Sedang
menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan
Sumber : Perencanaan Tambang 2
Tabel 3.7
Penyesuaian Pembobotan Orientasi Kekar Untuk Terowongan
Orientasi Sangat menguntungkan sedang Tidak Sangat tidak
jurus & menguntungkan menguntungkan menguntungkan
kemiringan
Pembobota 0 -2 -5 -10 -12
n 0 -2 -7 -15 -25
0 -2 -25 -50 -60
Sumber : Perencanaan Tambang 2
Gambar 3.1
Dimensi Bukaan Vertical Shaft
43
= 0,3416 Mpa
Dimensi tunnel lebar 2 m dengan tinggi 3 m dengan SF dinding 1,57 roof 1,04
sehingga diberi penyangga wire mess dan rock bolt (gambar 3.2)
Gambar 3.2
Dimensi Bukaan Tunnel
Gambar 3.3
Hubungan Antara Stand Up Time dan Span untuk Berbagai Massa Batuan
Berdasarkan Klasifikasi Geomekanika
44
Hasil hubungan dari gambar diatas dengan RMR didapatkan Stand Up Time
tunnel sebesar 250 jam dan nilai maksimum roof tanpa penyangga sebelum runtuh
adalah 9 m.
Gambar 3.4
Kriteria Indeks Kekuatan Batu (Franklin, dkk., 1971)
Penambangan Mangan yang ada di Dusun Anjir ini direncanakan
menggunakan sistem tambang bawah tanah. Cadangan bijih Mangan yang tersebar
berupa lensa-lensa tidak memungkinkan untuk ditambang dengan metode tambang
bawah tanah pada umumnya. Oleh karena itu, metode tambang bawah yang
digunakan adalah metode coyoting atau lubang tikus.
Kegiatan tambang diawali dengan pembuatan vertical shaft, dimana
pengerjaannya memanfaatkan masyarakat sekitar menggunakan peralatan semi-
mekanis. Vertical shaft ini diperkirakan memiliki kedalaman sekitar 25 meter dari
permukaan tanah dan memiliki 2 kompartemen. Kompartemen-kompartemen ini
berfungsi sebagai jalan masuk maupun keluar bagi pekerja, ventilasi tambang,
penyaliran tambang dan jalur pengangkutan material hasil pembongkaran.
Kegiatan penambangan dilakukan setelah vertical shaft terbentuk, yakni
dengan membongkar Mangan yang dilakukan secara semi-mekanis menggunakan
jack drill. Alat ini diharapkan mampu melepaskan Mangan dari batuan induknya
sebelum diangkut menggunakan drum hoist menuju permukaan dan dilanjutkan ke
proses pengolahan.
45
Tahap selanjutnya setelah pemecahan selesai batu andesit dipindahkan
dengan menggunakan alat backhoe ke stockpile dan dengan lantai menggunakan
lapisan tanah yang ada di sekitar.
Pada pembongkaran mangan agar pembongkaranya dapat berhasil dengan
baik sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
- Kekuatan batuan
Kekuatan batuan adalah kemampuan batuan terhadap gaya yang bekerja
padanya.
- Kerapatan batuan
Kerapatan batuan dapat diartikan sebagai berat batuan per satuan volume.
Batuan yang mempunyai kerapatan besar memerlukan jumlah energi yang besar
pula untuk memisahkanya dari batuan induknya.
- Kekenyalan
Sifat kekenyalan batuan menunjukan sifat kelenturan batuan.
- Struktur batuan
Struktur batuan seperti patahan, bidang perlapisan dan kekar sangat berpengaruh
terhadap kegiatan penggalian dan penggergajian sebagai contoh adalah kekar.
Kekar adalah rekahan pada batuan yang tidak mengalami pergeseran dan
merupakan bidang lemah.
46
BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN
DEVELOPMENT
Penggalian : Linggis, Palu,
Jack Hammer
Pemuatan : Sekop
Pengangkutan : Wheelbarrow
PENYANGGAAN
Palu, Kayu, Paku, Tangga
PENGGALIAN
Penggalian : Linggis, Palu,
Jack Hammer
Pemuatan : Sekop
Pengangkutan : Wheelbarrow
CRIBBING
Palu, Kayu, Paku, Tangga
Gambar 4.1.
Bagan Alir Kegiatan PanambanganBijih Mangaan PT. Centrino Manganese
3. Pembongkaran
Pembongkaran dilakukan untuk memisahkan Mangaan dalam bentuk
bongkahan dari batuan induknya.Produksi tambang yang ditargetkan adalah
4,85m3/hari, yaitu sesuai dengan kapasitas alat yang digunakan.
Tahapan pembongkaran Mangaan untuk membentuk bongkahan adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan titik penggalian
Penentuan titik penggalian pada bagian bukaan tambang yang akan
dibongkar, didasarkan dengan cara melihat kekar atau rekahan yang ada.
b. Memecahkan batuan induk
Alat semi mekanis beroperasi pada rekahan yang ada, kemudian alat
dioperasikan dengan arah penggalian horizontalsehingga Mangaan dapat
terlepas dari batuan induknya.
c. Mereduksi ukuran
Bongkahan yang telah terlepas dari batuan induknya direduksi dengan
menggunakan alat semi mekanis agar ukuran bongkahan tersebut menjadi
ukuran yang lebih kecil sehingga dapat mudah diangkut.
d. Pengangkutan
Batuan yang telah direduksi tersebut dipindahkan menggunakan tenaga
manusia dan diangkut ke permukaan dengan cage.
4.4. Peralatan
4.4.1. Pemilihan Jenis Peralatan
Tingkat produksi Mangaan, pembuatan jalan tambang, jarak
pengangkutan dan kapasitas peralatan yang akan digunakan dijadikan bahan
pertimbangan dalam pemilihan jenis peralatan.Disamping itu pemilihan alat juga
mengacu pada aspek teknis dan tingkat ekonomi perusahaan. Jenis peralatan yang
digunakan untuk kegiatan penambangan batuan Mangaan di Desa Hargorejo
meliputi alat panambangan, alat muat, dan alat pengangkutan.
Tabel 4.1.
Peralatan yang digunakan dalam penambangan
Produksi
No Tahun Lensa
Mangaan (m³)
1 2013 2.982,86 D
2 2014 4.971,43
3 2015 4.971,43 A
4 2016 4.971,43
5 2017 4.971,43
6 2018 4.971,43 B dan C
7 2019 4.971,43
Jumlah 32.811,438
Sistem penambangan yang banyak digunakan saat ini ada tiga macam, yaitu
sistem tambang terbuka, dan tambang bawah tanah.Pemilihan metode penambangan
ini didasarkan pada kondisi Topografi, Geologi, Endapan Bahan Galian dan nilai
Ekonominya. Sistem penambangan yang digunakan di Dusun Anjir, Desa Hargorejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
sistem tambang bawah tanah dengan metode Room and Pillar. Hal ini dipilih karena
kondisi badan bijih melebar dan berbentuk lensa sehingga metode Room and Pillar
ini sesuai dengan untuk bahan galian mangan yang berada di Dusun Anjir, Desa
Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sistem tambang bawah tanah akan menghasilkan lubang bukaan
penambangan, sehingga selama kegiatan penambangan akan menghadapi kendala air
terutama air hujan. Di daerah ini terdapat air tanah yang cukup banyak, sehingga air
tanah dapat mempengaruhi kegiatan tambang secara signifikan.Oleh karena itu perlu
dibuat rancangan penyaliran air tambang untuk mengatasi masalah air yang berasal
dari air hujan dan air tanah.
Salah satu ciri utama tambang bawah tanah adalah adanya pengaruh air tanah
pada kegiatan penambangan.Elemen-elemen air tanah tersebut antara lain muka air
tanah, panas/temperatur,tekanan udara dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kondisi tempat kerja, yang selanjutnya mempengaruhi produktivitas tambang.Oleh
karena itu perlu dilakukan adanya kajian hidrogeologi.
Agar dalam melakukan kajian hidrogeologi dapat berjalan lancar dan tepat
sasaran, diperlukan kerangka kajian.Kerangka kajian ini sebagai acuan pelaksanaan
kajian di lapangan, terutama cakupan materi, data-data yang harus diambil, urutan
dan kaitan masing-masing aspek kajian serta hasil yang diperoleh. Secara ringkas
kerangka kajian mencakup :
58
1. Kajian Hidrologi
2. Kajian Hidrogeologi
3. Pengendalian Air tambang
4. Perhitungan dimensi saluran terbuka
5. Rancangan kolam pengendapan
Diagram alir kerangka kajian hidrogeologi dapat dilihat di halaman berikut :
KAJIAN HIDROGEOLOGI
MATERI KAJIAN
59
Kerangka Kajian Hidrogeologi Dusun Anjir , Desa Hargorejo, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
60
Jadi, sungai itu mengumpulkan 3 jenis limpasan, yakni limpasan permukaan
(surface runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff)
yang akhirnya akan mengalir ke laut. Singkatnya ialah : uap dari laut dihembus ke
atas daratan (kecuali bagian yang telah jatuh sebagai presipitasi ke laut), jatuh ke
daratan sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung ke sungai-sungai dan mengalir
langsung ke laut). Sebagian dari hujan atau salju yang jatuh di daratan menguap dan
meningkatkan kadar uap di atas daratan. Bagian yang lain mengalir ke sungai dan
akhirnya ke laut.
Sirkulasi yang kontinu antara air laut dan air daratan berlangsung
terus.Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi (hydrological cycle).Sirkulasi air ini
dipengaruhi oleh kondisi meteorology (suhu, tekanan, atmosfer, angin, dan lain-lain)
dan kondisi topografi; kondisi meteorologi adalah faktor-faktor yang menentukan.
Gambar 5.2
Siklus Hidrologi
61
Umumnya, terdapat Hubungan keseimbangan sebagai berikut :
P=D+E+G+M
Keterangan :
P : Presipitasi
D : Debit
E : Evapotransportasi
G : Penambahan (supply) air tanah
M : Penambahan kadar kelembaman tanah (moisture content)
62
Berikut adalah data curah hujan harianDaerah Kulon Progo:
Tabel 5.1Data Curah Hujan Daerah Kulon Progo
I = 24 ç ÷
24 è t ø
Keterangan :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 : Curah Hujan harian maksimum (mm/hari)
t : Waktu = 1 jam
2/3
25,73 æ 24 ö
I= ç ÷
24 è 1 ø
I = 8,92 mm/jam
63
Tabel 5.2 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan
Keadaan Intensitas Curah Hujan
Curah Hujan (mm)
1 jam 24 Jam
Hujan sangat <1 <5
ringan
Hujan Ringan 1-5 5-20
Hujan Normal 5-10 20-50
Hujan Lebat 10-20 50-100
Hujan sangat > 20 > 100
lebat
Keterangan :
Qp : debit puncak (m3/detik)
C : koefisien air limpasan
I : intensitas hujan (mm/jam)
A : luas daerah DTH (km2)
5.2 Morfologi
5.2.1 Morfologi Daerah Penelitian
Daerah penambangan merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 120 m
di atas permukan air laut.Geomorfologi yang dapat ditemukan pada kawasan Formasi
Tempat Penelitian yakni bukit-bukit.Ciri perbukitan pada kawasan tersebut yakni
lereng terjal, berbatu, dan memiliki kemiringan 15%, berbentuk kerucut, puncak
membulat, dan lapisan tanah penutup yang tipis.
65
5.2.2 Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu luasan daerah dimana air
cenderung mengumpul dan menuju ke tempat tertentu. Daerah tangkapan hujan ini
mempengaruhi jumlah air limpasan yang mengalir pada suatu area tambang. Daerah
tangkapan hujan ini dipengaruhi oleh keadaan topografi suatu daerah, apakah itu
bukit atau dataran. Untuk daerah penyelidikan di Dusun Anjir, Desa Hargorejo
daerah tangkapan hujan ini bisa dilihat dan ditentukan dari arah kemiringan bukit
dimana air mengarah ke dasar bukit atau daerah yang lebih rendah dari bukit itu
sendiri, sehingga untuk pembuatan sarana dan prasarana penambangan di permukaan
tanah (surface) perlu memperhatikan dan memperhitungkan air limpasan yang
mengalir di daerah tersebut dan daerah-daerah lain yang dearah tangkapan hujannya
menyentuh sarana dan prasarana tersebut.
Kondisi daerah penambangan (mine area) di Anjir merupakan tambanag
bawah tanah sehingga air limpasan sedikit sekali mempengaruhi keadaan bawah
tanah, namun untuk sarana prasarana di permukaan tanah (surface) sangat
terpangaruh oleh adanya air limpasan. Daerah yang di buka untuk pembuatan sarana
dan prasarana di permukaan tanah umumnya merupakan kawasan yang berpotensi
sebagai daerah tangkapan hujan. Luas Daerah Tangkapan Hujan Di Desa Anjir
sebesar 216.700 m2
66
meiosen awal. Formasi Anjir tersusun dari batugamping berlapis, batugamping
massif, dan batugamping terumbu. Ciri fisik yang spesifik pada formasi ini adalah
porositas sekunder berupa rongga – rongga yang terbentuk dari hasil pelarutan
mineral – mineral kalsit maupun dolomit. Formasi ini kadang kadang menunjukkan
hubungan selaras di atas formasi Oyo.
67
Namun, karena rencana penambangan PT Centrino Manganeseberada di
bawah level muka air tanah, sehingga keberadaan air tanah akan mengganggu
jalannya penambangan. Oleh karenanya air tanah perlu dihitung.
68
Pengendalian air tambang ini meliputi :
a. Perhitungan jumlah air limpasan dan air hujan
b. Perhitungan air tambang
c. Penentuan saluran terbuka
d. Penentuan sump
e. Penentuan pompa
f. Penentuan kolam pengendapan.
Jumlah air yang mempengaruhi sarana dan prasarana tambang yang di
permukaan tanah (surface) adalah jumlah air limpasan dan jumlah air hujan.
Qp = A´ I
Keterangan :
Qp : debit air hujan (m3/detik)
A : luas DTH (m2)
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
Diketahui nilai
I = 8,92 mm/ jam = 2,5 x 10-6 m/detik
A = 216.700 m2
maka debit air hujan bisa dihitung.
69
2. Air limpasan
Qmax = 0,278.C.I . A
Keterangan :
Qmax : debit air limpasan (m3/detik)
C : koefisien limpasan (lihat tabel 5.3)
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
A : luas DTH (km2)
Tabel 5.3
Beberapa harga koefisien limpasan
Diketahui :
A = 216.700 m2= 0,22km2
C = 0,8
Qmax = 0,278 ´ 0,8 ´ 8,92 ´ 0,22
Qmax = 0,44 m3/detik
70
3. Jumlah air permukaan
= Qp + Qmax
= 0,54m3/detik + 0,44 m3/detik
= 0,98 m3/detik
71
60 4.933333333 0.082222
80 3.7 0.04625
75 73 5625 5329 0.040546
150 1.973333333 0.013156
120 2.466666667 0.020556
100 4.29 0.0429
190 2.257894737 0.011884
73 70 5329 4900 0.017751
230 1.865217391 0.00811
230 1.865217391 0.00811
90 3.066666667 0.034074
70 68 4900 4624 0.023601
145 1.903448276 0.013127
240 1.6625 0.006927
300 1.33 0.004433
68 65 4624 4225 0.018234
90 4.433333333 0.049259
180 2.216666667 0.012315
Gradien Hidrolik 0.043818
Sumber : Data kelompok MPD 13
72
Peat 5.7
Schist 0.2
Slate 0.00008
Till, predominantly sand 0.49
Till, predominantly gravel 30
Tuff 0.2
Basalt 0.01
Gabro, weathered 0.2
Granite, weathered 1.4
Sumber : Skripsi Sistem Penyaliran Tambang
1
𝑞 = ×0,94 × 0,043
2
= 0,02 m2/hari
= 2,34 x 10-7m2/detik
𝑄 = 𝑞. 𝑊
Keterangan:
Q : debit air tanah
W : panjang akuifer
73
Q = 2,34 x 10-7m2/detik x 531 m
= 0,000124 m3/detik
Jadi debit air tanah adalah 0,000124 m3/detik . Pada batugamping terdapat
banyak diaklas, sehingga air tanah akan masuk semua ke dalam tambang
dengan debit :
Q = 100% x 0,000124m3/detik
= 0,000124 m3/detik
d‘
d
a
Gambar 5.3
Penampang Saluran Terbuka
74
5.4.3.1 Saluran terbuka untuk penanganan air hujan dan limpasan
Untuk saluran berbentuk persegi dengan kemiringan sisi 600,
digunakan rumus :
1
Z= = 0,577
tg 60 !
é 1
ù
b = ê( Z 2 + 1) 2 - Z ú ´ d =1,155d
ë û
A = (b + Zd).d
= (1,155d+0,577d) x d = 1,73d2
P = b + {(1+Z2)0,5 – Z} = 3,455d
A 1,73d 2
R= = = 0,5d
P 3,455d
75
- Ukuran saluran
1
Q= x R2/3 x S1/2 x A
n
Kemiringan dasar saluran penyaliran air tambang umumnya
adalah 0,35% = 0.0035 dengan n = 0.04
1
0,98 = x (0,5d)2/3 x (0,0035)1/2 x 1,73d2
n
0,98 = 1,6119 d8/3
d8/3 = 0,61
d = 0,83m
dan tinggi jagaan (d’) = 15% x d = 0,125m
b = 1,155 x 0,83m
= 0,96 m
A = 1,73 d2
= 1,19 m2
B =b+2Zd
=1,92 m
a = d/sin 600 = 0,96 m
76
Berdasarkan data diatas, ukuran saluran untuk penyaliran air
tambang adalah:
- Debit air yang masuk saluran
Q1 =0,000124 m3/detik
- Ukuran saluran
1
Q= x R2/3 x S1/2 x A
n
Kemiringan dasar saluran penyaliran air tambang umumnya
adalah 0,35% = 0.0035 dengan n = 0.04
1
0,000124 = x (0,5 d)2/3 x (0,0035)1/2 x 1,73 d2
n
0,000124 = 1,6119 d8/3
d8/3 = 0,000043 m
d = 0,03 m
77
Volume air yang masuk sumuran = 0,000124 m3/detikx 3600 dtk
= 0,45m3/jam
= 10,7 m3/hari
HS
Kedalaman sumur
Diketahui :
Kedalaman sumur = 2 m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m
79
b. Julang statik shaft
Diketahui :
Elevasi atas = 85 m
Elevasi bawah = 64 m
Julang statik = (85 – 64) m = 21 m
2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).
80
a. Kehilangan Julang Gesek
æ L.V 2 ö
h f = f çç ÷÷
è 2.D.g ø
Keterangan :
f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175m
= 0,03575 / meter
D = 0,03175 meter
= 2,1483m/detik
Diketahui :
L = 36,55 meter
36,55 x(2,1483)
2
hf = 0,03575x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 9,7 meter
81
b. Kehilangan Julang pada Belokan.
hb = f b x
(v)
2
2 .g
Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
82
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan II
0,03175
R= = 0,0253 m
tan 1 (1030 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,0253)3,5]. (103/ 90)0,5
= 0,1311 +0,38667
= 0,5177
(2,1483) 2
hb = 0,5177 x
2 x9,812
= 0,1217 meter
Belokan III
0,03175
R= = 0,03589 m
tan 1 (830 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03589)3,5]. (83/ 90)0,5
= 0,1311 +0,102088
= 0,2331
(2,1483) 2
hb = 0,2331 x
2 x9,812
= 0,0548 meter
Belokan IV
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
83
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan V
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
?@
ℎ=; = 𝑓
+A
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel 5.6)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
84
Tabel 5.6
Koefisien Kerugian Pada Berbagai Katup Isap
Diameter (mm)
Jenis Katup
100 150 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000
Katup sorong 0.14 0.12 0.10 0.09 0.07 0.00
Katup kupu-kupu 0.6 - 0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
Katup putar 0.09 - 0.026 (bervariasi menurut diameternya)
Katup cegah kipas
ayun 1.20 1.15 1.10 1.00 0.98 0.94 0.92 0.90 88.00
Katup kepak 0.9 - 0.5
Katup isap
(dengan saringan) 1.97 1.91 1.84 1.78 1.72
Diketahui :
V = 2,1483 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f= 1,72 (tabel 5.6)
2,1483+
ℎ=; = 1,72
2. 9,812
= 0,4045 m
4. Julang Kecepatan
v2
hv =
2g
Keterangan :
hv : julang kecepatan (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
85
(2,1483) 2
hv =
2 x9,812
= 0,2352meter
2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).
86
3. Julang Kehilangan (Head Loss)
Kehilangan julang adalah energi untuk mengatasi kehilangan-kehilangan
yang timbul akibat aliran fluida yang terdiri dari kehilangan julang gesek
didalam pipa, kehilangan julang pada belokan, katup dan perubahan diameter
pipa.
a. Kehilangan Julang Gesek
æ L.V 2 ö
h f = f çç ÷÷
è 2.D.g ø
Keterangan :
f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175 m
= 0,03575 / meter
D = 0,03175 meter
= 2,1483 m/detik
87
Diketahui :
L = 60,03meter
60,03 x(2,1483)
2
hf = 0,03575 x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 15,89 meter
hb = f b x
(v )2
2 .g
Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
88
Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan II
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan III
0,03175
R= = 0,1713 m
tan 1 (210 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,1713)3,5]. (21/ 90)0,5
= 0,1311 +0,000216
= 0,1312
(2,1483) 2
hb = 0,1312 x
2 x9,812
= 0,031 meter
89
Belokan IV
0,03175
R= = 0,1432 m
tan 1 (25 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,1432)3,5]. (25/ 90)0,5
= 0,1311 +0,000442
= 0,1314
(2,1483) 2
hb = 0,1314 x
2 x9,812
= 0,031 meter
Belokan V
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan VI
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
90
Total hb =(0,0692+ 0,0692+ 0,031+ 0,031+ 0,0692 + 0,0692)
= 0,3388 m
?@
ℎ=; = 𝑓
+A
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel 5.6)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Diketahui :
V = 2,1483 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f= 1,72 (tabel 5.6)
2,1483+
ℎ=; = 1,72
2. 9,812
= 0,4045 m
4. Julang Kecepatan
v2
hv =
2g
Keterangan :
hv : julang kecepatan (m)
91
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
(2,1483) 2
hv =
2 x9,812
= 0,2352meter
92
2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).
Keterangan :
f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175 m
= 0,03575 / meter
D = 0,03175 meter
93
4
V=
5
6,6678
=
6,+9: ;,7< : 6,6;789+
= 2,1483 m/detik
Diketahui :
L = 102,26 meter
102,26 x(2,1483)
2
hf = 0,03575 x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 27,1 meter
hb = f b x
(v)
2
2 .g
Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
94
D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan II
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan III
0,03175
R= = 0,1713 m
tan 1 (1530 )
2
95
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,1713)3,5]. (153/ 90)0,5
= 0,1311+0,000583
= 0,1316
(2,1483) 2
hb = 0,1316 x
2 x9,812
= 0,031 meter
Belokan IV
0,03175
R= = 0,3297m
tan 1 (110 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,3297)3,5]. (11/ 90)0,5
= 0,1311 + 0,0000158
= 0,1310
(2,1483) 2
hb = 0,1310 x
2 x9,812
= 0,031 meter
Belokan V
0,03175
R= = 0,3021m
tan 1 (12 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2.0,3021)3,5]. (12/ 90)0,5
= 0,1311 + 0,0000224
= 0,1310
(2,1483) 2
hb = 0,1310 x
2 x9,812
= 0,031 meter
Belokan VI
0,03175
R= = 0,0109m
tan 1 (1420 )
2
96
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,0109)3,5]. (142/ 90)0,5
= 0,1311 + 8,6496
= 8,7806
(2,1483) 2
hb = 8,7806 x
2 x9,812
= 2,0650 meter
Belokan VII
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).
Keterangan :
f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175 m
98
= 0,03575 / meter
D = 0,03175 meter
= 2,1483 m/detik
Diketahui :
L = 36,55 meter
36,55 x(2,1483)
2
hf = 0,03575 x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 9,7 meter
hb = f b x
(v)
2
2 .g
Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
99
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan II
0,03175
R= = 0,0253 m
tan 1 (1030 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,0253)3,5]. (103/ 90)0,5
= 0,1311 + 0,38667
= 0,5177
(2,1483) 2
hb = 0,5177 x
2 x9,812
= 0,1217 meter
100
Belokan III
0,03175
R= = 0,03589 m
tan 1 (830 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03589)3,5]. (83/ 90)0,5
= 0,1311 +0,102088
= 0,2331
(2,1483) 2
hb = 0,2331 x
2 x9,812
= 0,0548 meter
Belokan IV
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
Belokan V
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter
101
Total hb =(0,0692 + 0,1217 + 0,0548 + 0,0692 + 0,0692) m
= 0,3836 m
?@
ℎ=; = 𝑓
+A
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel 5.6)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Diketahui :
V = 2,1483 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f= 1,72 (tabel 5.6)
2,1483+
ℎ=; = 1,72
2. 9,812
= 0,4045 m
4. Julang Kecepatan
v2
hv =
2g
Keterangan :
hv : julang kecepatan (m)
102
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
(2,1483) 2
hv =
2 x9,812
= 0,2352meter
Dari julang total dapat sebagai pertimbangan dalam pemilihan pompa. PT.
Centrino Manganese berencana menggunakan Jet Pump Shimizu berjumlah 2
buah. Pushback I dan IV pompa akan ditempatkan antara permukaan dan sump I
dan antara sump I dan sump II. Pushback II dan III pompa akan ditempatkan
antara sump III dan sump I dan antara sump I dan permukaan. Spesifikasi pompa
yang digunakan adalah sebagai berikut :
• Suction Head : 50 m
• Discharge Head : 50 m
• Total Head : 100 m
• Maximum Flow Rate : 100 Liter/min
• Motor Output : 500 Watt
• Voltage/Hz/Phase : 220 V/50 Hz/1
• Automatic
• Pipe Size : 1.25" x 1"
103
Gambar 5.6
Jet Pump Shimizu
104
5.6.2. Bentuk kolam pengendapan
Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara sederhana,
berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal, sebenarnya bentuk kolam
pengendapan bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan dan keperluannya.
Walaupun bentuknya bermacam-macam, setiap kolam pengendapan akan selalu
mempunyai 4 zona penting yang terbentuk karena proses pengendapan material
padatan (solid particle). Empat zona tersebut adalah sebagai berikut :
1. Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk ke dalam kolam pengendapan
dengan asumsi campuran air dan padatan terdistribusi secara seragam. Zona ini
panjangnya 0,5 – 1 kali kedalaman kolam (Huisman, 1977).
2. Zona pengendapan, tempat dimana partikel padatan (solid) akan mengendap.
Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam pengendapan dikurangi
panjang zona masuk dan keluaran (Huisman, 1977)
3. Zona endapan lumpur, tempat dimana partikel padatan dalam cairan (lumpur)
mengalami pengendapan
4. Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini
kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung lubang
pengeluaran (Huisman, 1977).
105
Gambar 5.7
Sketsa Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif, harus
memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti :
- Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag), lihat
Gambar 6.3 agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap.
- Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran Back hoe yang
biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti
mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.
106
Gambar 5.8
Bentuk Kolam Pengendapan yang Memenuhi Syarat Teknis
108
10 m
0,5 m
5m
4,5 m
0,5 m
a b
3m
A A’
A 10 m A’
0,5 m
3m
2,5 m
3m
Gambar 5.9
Dimensi Rancangan Kolam Pengendapan
Dalam pembuatan kolam pengendapan tersebut akan dibuat sekat “a” dengan
panjang 4,5 m, lebar 0,5 m dan tinggi 3 m, serta sekat “b” yang lebih rendah
yaitu panjang 4,5 m, lebar 0,5 m dan tinggi 2,5 m. Sekat ini akan dibuat dari
beton agar kuat. Dengan dimensi kolam pengendapan tersebut diharapkan akan
ada pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh air di dasar kolam,
sehingga air tambang akan keluar dalam keaadaan bersih.
109
1. Kecepatan pengendapan
Untuk menghitung kecepatan pengendapan adalah dengan menggunakan
Hukum “Stokes”, yaitu :
g × D 2 × (rp - ra )
V=
18µ
Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
G = percepatan gravitasi (9,812 m/detik2)
rp = berat jenis partikel padatan (1700kg/m3)
ra = berat jenis air (1000 kg/m3)
µ = kekentalan dinamik air ( 1,31 x 10-6 kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan (4 x 10-6m)
Maka :
V =
( )
9,812 x 4 x10 -6 x(1700 - 1000 )
2
18 x0,00000131
= 0,00466 m/detik
L
Vh h
V
P
Gambar 5.10
Kolam Pengendapan
110
dengan h sama dengan kedalaman saluran :
3m
=
0,00466 m / det
= 64,3777 detik
= 1,0729 menità 1 menit
Waktu yang dibutuhkan material untuk keluar dari kolam pengendapan (th),
partikel padatan akan mengendap dengan baik jika tv < th.
Kecepatan air dalam kolam adalah (Vh) :
Qtotal
Vh =
A
Qtotal = debit yang akan ditangani
A = lebar kolam x h
=(5x3)m
= 15 m2
0,000124 m 3 / det ik
Vh =
15 m 2
= 0,0000083 m/detik
sehingga th (waktu yang dibutuhkan air dan material terlarut keluar dari
kolam pengendapan) dapat dicari dengan rumus :
th = P/Vh (detik)
10m
th =
0,0000083 m / det ik
= 1.209.677 detik
th = 20.161 menit
dari perhitungan diatas didapatkan tv < th yaitu 1 menit <20.161 menit.
Dengan membandingkan waktu pengendapan dan waktu keluarnya air dan
material dapat digunakan untuk mengetahui persentase pengendapan, yaitu :
waktu yang dibutuhkan air keluar
= x100%
(waktu yang dibutuhkan air keluar + waktu pengendapan )
111
é 20.161 ù
= ê x100%ú
ë (20.161 + 1) û
= 99,99 %
Dengan prosentase tersebut maka material yang terlarut dalam air hampir
semuanya terendapkan. Padatan yang berhasil diendapkan 99,99 %dari total
padatan yang masuk ke kolam.
Padatan yang berhasil diendapkan dalam waktu sehari dengan jam hujan
perhari adalah 1 jam :
= 1,37 x 10-11m3/detik x 60 x 60 x 24 x 99,99 %
= 1,18 x 10-6 m3/hari
128,625 m3
=
1,18 x 10 -6 m3 / hari
= 108.795.904 hari
112
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
171
1) Lebar Jalan Angkut :
Semakin lebar jalan angkut maka akan semakin aman dan lancar lalulintas alat
angkut dalam kegiaan pengangkutan. Lebar jalan angkut minimum yang diperlukan
hendaknya disesuaikan dengan lebar daripada alat angkut terbesar yang akan
melintas pada jalan tersebut. Untuk menghitung lebar jalan angkut pada jalan lurus
dan lebar jalan angkut pada belokan.
a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada Rule
of Thumb yang dikemukakan oleh Aasho Manual Rural Highway Design adalah
sebagai berikut :
L = n . Wt + ( n + 1 ) ( 0,5 Wt )
= 2. 1,23 + ( 2 + 1 ) (0,5. 1,23 )
= 4,305 m
= 4,5 ( di bulatkan)
Dimana :
L = Lebar jalan angkut minimum ( m )
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total ( m )
Nilai 0,5 merupakan faktor pengali terhadap lebar terbesar dari Tossa Hercules
Dump 200 cc yang digunakan dan ukuran aman pada masing – masing
kendaraan dibagian kanan kiri tepi jalan. Lebar jalan angkut minimum
direncanakan dengan dua jalur adalah 4,5 m.
b. Lebar jalan angkut pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan lurus.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z = 0,5 ( U + Fa + Fb)
Dimana :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan ( m )
U = Jarak jejak roda kendaraan ( m )
n = Jumlah jalur
Fa = Lebar juntai depan (Ad x sin α)
Fb = Lebar juntai belakang (Ab x sin α)
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan dump truck (m)
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang dump truck
(m)
C = Jarak antara dua truk yang bersimpangan ( m )
Z = Jarak sisi luar truk ketepi jalan ( m )
Berdasarkan Spesifikasi Tossa Hercules Dump 200 cc maka lebar jalan
minimum pada jalan lurus adalah 4,5 m dan untuk perhitungan lebar jalan pada
tikungan didapatkan hasil 3,5 m tetapi pada kenyataannya PT. Centrino Manganese
membuat jalan tikungan 5 m.
Sumber : http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/10/jalan-tambang.html
Gambar 6.1
Sketsa Lebar Jalan Pada Tikungan
2) Jari – jari tikungan
Jari – jari tikungan harus dibuat lebih besar dari jari – jari lintasan serta harus
memenuhi keselamatan kerja ditambang atau memenuhi faktor keamanan yaitu jarak
pandang bagi pengemudi ditikungan baik horizontal maupun vertikal terhadapan
kedudukan suatu penghalang pada jalan tersebut yang diukur dari mata pengemudi.
Besarnya jari – jari tikungan minimun pada jalan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Tgn ө = V2
gxR
Dimana :
R = Radius tikungan ( m )
ө = Sudut miring (°)
g = Gravitasi bumi, 9.81 m/det2
V = Kecepatan rencana, km/jam
Berdasarkan perhitiungan besarnya jari – jari tikungan minimum yang dapat
dilalui oleh Tossa Hercules Dump 200 cc dengan kecepatan rencana sebesar 30 Km
/ jam adalah 126 m.
3) Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh
batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
ketinggian. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau mencegah kendaraan
tergelincir ke luar jalan atau teguling.
Kemiringan jalan ini secara matematis merupakan perbandingan antara kenaikan
tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menentukan besarnya kemiringan tikungan
jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan yang melaluinya dan
koefisien gesekan. Dengan perhitungan super elevasi yang diijinkan (m/m) adalah :
e+f= V2
127 . R
Dimana :
e = Superelevasi ( m / m )
f = Koefisien gesekan
v = Kecepatan kendaraan ( Km / jam )
R = Jari – jari tikungan ( m )
4) Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan kendaraan dalam
pengereman ataupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengertiannya, kemiringan 1% berarti jalan
naik atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau
100 ft .
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui oleh alat dengan
baik berkisar antara 10 % - 18 %. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada
bukit lebih aman kemiringan jalan maksimum 8 % atau 4,50.
Kemiringan atau grade jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Grade = (∆h / ∆x ) x 100 %
Dimana :
∆h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur ( m )
∆x = Jarak datar antara dua titik yang diukur ( m )
Kemiringan maksimum jalan angkut yang mampu diatasi Tossa dapat diketahui
berdasarkan jumlah rimpull yang tersedia dan jumlah rimpull yang dibutuhkan untuk
mengatasi tahanan guling (rolling resistance) dan tanjakan (grade rasistensi). Agar
kendaraaan dapat keaadaan setimbang, maka rimpull yang dibutuhkan oleh kendaran
harus sama dengan rimpull yang tersedia pada kendaraan.
a. Rimpull yang tersedia
Rimpull yang tersedia pada kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Rimpull tersedia. Dengan HP pada Tossa Hercules Dump 200 cc yaitu
1125 kg m/detik.
!" $ %&' $ ())*+*,-+* .,/0-*+
Rimpull yang tersedia =
1,2,3040- (637)
99%: /; 6/ =>? $ %&'$ @'%
=
B' /6/C06
%DB''' /; 6/E,4
=
@,BB 6/E,4
= 29.171,67 𝑘𝑔 kg
= 64312,52 lb
b. Rimpull untuk mengatasi tanjakan
Sedangkan rimpull untuk mengatasi tanjakan adalah sebesar 20 lb / Ton untuk
setiap 1% kemiringan tanjakan per ton berat kendaraan. Besar rimpull yang
dibutuhkan untuk mengatasi tanjakan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rp 1 = W x Rpt x G
= 0,8 ton x 20 lb/ ton x 10
= 160 lb
Dimana :
Rp 1 = rimpull untuk mengatasi tanjakan (lb)
W = berat kendaraan bermuatan (ton)
Rpt = 20 lb / ton / %
G = Kemiringan %
Gambar 7.5
Wheel Barrow WB 6200
6) Jumlah alat pendukung
Alat pendukung diperlukan dalam hal persiapan penambangan, seperti land
clearing untuk pembuatan development. Untuk kegiatan tersebut diperlukan alat
Dozer caterpillar track type tracktor D7G dan Excavators komatsu PC200-76
EXCEL 1 buah ( untuk penggalian top soil, penggerukan lumpur pada settling pond).
Gambar 7.6.
Dozer caterpillar track type tracktor D7G
Gambar 7.7
Excavator komatsu PC200-7
c ). Use of Availability
Use of Availability ( % ) = W x 100 %
W + S
Use of Availability ( % ) = 7200 x 100 %
7200 + 900
= 88,89 %
BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN
c. Proses Pengayakan
Bijih mangan diayak menggunakan Tromol Screen dengan opening 10 mm.
Oversize dari ayakan dikembalikan lagi ke crusher (beban edar). Dan untuk
Undersize dari ayakan akan dilakukan proses jigging untuk memisahkan
konsentrat dan tailing serta untuk peningkatan kadar dari bijih mangan tersebut.
PT. Centrino Manganese berencana menggunakan Xinhai Machinery Trommel
Screen dengan spesifikasi:
Model : GS300*120
Opening Screen : 10 mm
Kapasitas : 15-20 m3/jam
Efisiensi : 98%
e. Tempat Penimbunan
Stockyard Mangan adalah tempat yang digunakan untuk untuk menampung
atau menyimpan Mangan sementara. Pada unit pengolahan Mangan ini
direncanakan dua macam tempat penyimpanan Mangan:
1) Stockyard ROM
Stockyard ini ditempatkan di luar ROM dan bermanfaat untuk
menampung sementara bijih mangan yang setelah dibongkar.
2) Stockyard Pengolahan
Stockyard ini ditempatkan di dekat pengolahan. Bijih mangan yang akan
di olah di tampung sementara pada stockyard ini.
3) Stockpile
Setelah pengolahan bijih mangan selesai, konsentrat mangan di tempatkan
di stockpile. Diharapkan di stockpile konsentrat mangan mengalami
proses pengeriangan oleh matahari. Setelah kering konsentrat mangan di
packing dan di simpan di gudang.
4) Gudang Mangan
Gudang penyimpanan ini digunakan untuk menampung produk Mangan
hasil dari operasi pengolahan, sebelum didistribusikan ke perusahaan
pembuatan batu baterai
5) Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan ini digunakan untuk mengendapkan tailing yang
berupa gamping dari hasil jigging.
Gambar 7.1
Diagram Alir Pengolahan
7.3 Peralatan Pengolahan
Operasi pengolahan pyrolusite di Manganese Processing Plant akan
menggunakan beberapa jenis peralatan. Pemilihan spesifikasi peralatan–peralatan
yang akan digunakan disesuaikan dengan jenis-jenis kegiatan atau pekerjaan yang
akan dilakukan dalam sistem pengolahan tersebut. Hasil dari pemilihan jenis
peralatan yang akan digunakan dalam operasi pengolahan Mangan di Manganese
Processing Plant dapat dilihat pada Tabel 7.1
Tabel 7.1
Peralatan Pengolahan Mangan
F = 11,32653 ton/jam
IMPACT Setting = 15 mm
CRUSHER Kapasitas = 130 ton/jam
Opening = 10 mm
TROMOL
Kapasitas = 15-20 m3/jam
SCREEN
Efisiensi = 98%
-23 + 10 mm -10 mm
Gambar 7.2
Diagram Alir Pereduksian dan Pengelompokan Ukuran Butir Mangan
Produk dari stockyard
-50 + 30 mm = 40% = (40/100 x 11,32653 ton) = 4,53061 ton
-30 + 10 mm = 40% = (40/100 x 11,32653 ton) = 4,53061 ton
-10 mm = 20% = (20/100 x 11,32653 ton) = 2,26530 ton +
11,32653 ton
Impact Crusher
Distribusi produk
-23 + 15 mm = 100 – 85 = 15% = (15/100 x 11,32653 ton) = 1,69898 ton
-15 + 10 mm = 85 – 70 = 15% = (15/100 x 11,32653 ton) = 1,69898 ton
-10 mm = 70 = 70% = (70/100 x 11,32653 ton) = 7,92857 ton +
11,32653 ton
Tromol Screen
Umpan tromol screen = 11,32653 ton
Opening = 10 mm
Efisiensi = 98%
Distribusi produk tromol screen
-23 + 15 mm = 15%
-15 + 10 mm = 15%
-10 mm = 70% +
100% = 11,1 ton
F = 11,1 ton/jam
f = 29%
JIG 1
T1 = ........?
t1 = ........?
C1 = ........?
c1 = 30%
TR = ........? T2 = ........?
ROUGHER tR = ........? JIG 2 t2 = ........? JIG 3
T3 = ........?
t3 = 0,19%
CR = ........?
cR = 70%
C2 = ........? C3 = ........?
c2 = 40% c3 = 50%
JIG 4
T4 = ........?
t4 = .........
Beban edar = 30%
C4 = ........?
c4 = 80%
Gambar 7.3
Diagram Alir Peningkatan Kadar Bijih Mangan
MATERIAL BALANCE
F = 11,1 ton/jam
F = C4 + T3
C4 = 11,1 – T3
T3 = 7,0931 ton/jam
C4 = 11,1 – T3
= 11,1 – 7,0931
C4 = 4 ton/jam
1. JIG 3
"#
n. BE =
$
"#
0,3 =
%%,%
C3 = 3,33 ton/jam
T2 = C3 + T3
= 3,33 + 7,0931
T2 = 10,4231 ton/jam
T2.t2 = C3.c3 + T3.t3
10,4231.t2 = 3,33.(50) + 7,0931.(0,19)
10,4231.t2 = 167,8477
t2 = 16,1 %
2. JIG 1
F = C1 + T1
11,1= C1 + 3,33
C1 = 7,77 ton/jam
t1 = 26,67%
3. JIG 2
"'
n. BE =
$
"'
0,3 =
%%,%
C2 = 3,33 ton/jam
()
n. BE =
$
()
0,3 =
%%,%
T1 = 3,33 ton/jam
TR + T1 + C3 = T2 + C2
TR + 3,33+ 3,33= 10,4231 + 3,33
TR = 7,0931 ton/jam
tR = 6,44 %
4. JIG 4
(*
n. BE =
$
(*
0,3 =
%%,%
T4 = 3,33 ton/jam
CR = C4 + T4
= 4 + 3,33
CR = 7,33 ton/jam
t4 = 57,99 %
5. ROUGHER
C1 + T4 + C2 = CR + TR
C1 + 3,33+ 3,33= 7,33 + 7,0931
C1 = 7,7631 ton/jam
IMPACT CRUSHER
Gambar 7.4
Bagian-bagian Impact Crusher
Gambar 7.5
Dimensi Impact Crusher
Gambar 7.6
Dimensi Feed Opening Impact Crusher
Gambar 7.7
Kapasitas Impact Crusher
Gambar 7.8
Grafik Produk Impact Crusher
ROUGHER
Gambar 7.9
Rougher Machine
Gambar 7.10
Spesifikasi Rougher Machine
TROMOL SCREEN
Gambar 7.11
Tromol Screen
Gambar 7.12
Spesifikasi Tromol Screen
STOCKYARD
# / 0
sehingga r=
1 234 5
Gambar 7.13
Stockyard
%%,E (84/@3A
= x 10 jam/hari
/,G (84/A/
= 32,57 m3/hari
# / H
• Jari-jari =
I (34 J
# / K /-,GL A/
=
/,%E 234 /M°
= 14,45 m
• Tinggi = r x tan αo
= 14,45 m x tan 30o
= 8,34 m
• Luas = π r2
= 3,14 (14,45 m) 2
= 655,64 m2
# / 0
sehingga r=
1 234 5
Gambar 7.14
Stockpile
E (84/@3A
= x 10 jam/hari
/,G 284/A/
= 11,43 m3/hari
# / H
• Jari-jari =
I (34 J
# / K %%,E/ A/
=
/,%E 234 /M°
= 2,66 m
• Tinggi = r x tan αo
= 2,66 m x tan 30o
= 1,54 m
• Luas = π r2
= 3,14 (2,66 m) 2
= 22,22 m2
-MMM OP/284
Densitas Mangan = 3,5 ton/m3 x
/G,/%EQQQ R2//A/
= 198,22 lb/ft3
Tabel 7.2
Pemilihan Conveyor
§ Conveyor I
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Impact Crusher menuju
Tromol Screen.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -23 mm = 0,91 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
§ Conveyor II
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Tromol Screen menuju
Impact Crusher
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -23 mm = 0,91 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
§ Conveyor III
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Tromol Screen menuju Jig
Machine.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -10 mm = 0,394 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
§ Conveyor IV
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Jig Machine menuju
Rougher Machine.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -10 mm = 0,394 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
§ Conveyor V
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Jig Machine menuju Jig
Machine.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -10 mm = 0,394 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN,
PERIJINAN DAN CSR
b. Upaya penanggulangan
Untuk mengatasi hal – hal tersebut diatas PT. Centrino
Manganesemelakukan pencegahan diantaranya:
1. Kecelakaan akibat faktorkondisi pekerja sendiri dilakukan upaya
pencegahan dengan:
- Mengatur jumlah asupan gizi makanan pekerja
- Pengecekan kesehatan pekerja secara teratur
- Membuat rambu-rambu penggunaan APD
- Melakukan pengawasan terhadap pekerja dan memberi sanksi bagi
pekerja yang melanggar peraturan
- Melakukan safety talk sebelum memulai bekerja
- Melakukan evaluasi kerja saat berakhirnya jam kerja
- Membuat SOP dari setiap alat yang beresiko menimbulkan
kecelakaan
- Memberikan reward terhadap pekerja
2. Lingkungan kerja
- Fisik
Lingkungan yang nyaman dan sarana – sarana pendukung yang baik
serta tatanan lingkungan yang baik akan meningkatkan semangat dan
konsentrasi pekerja sehinga dapat mengurangi dampak kecelakaan
yang terjadi.
- Kimia
Pencemaran lingkungan yang berasal dari peralatan penambangan
maupun pengolahan akan menimbulkan dampak negatif bagi pekerja,
jadi perusahaan harus menekan dampak pencemaran agar tidak
menggangu para pekerja dengan pemantauan dan perbaikan secara
berkala terhadap peralatan penambangan dan pengolahan.
- Biologi
Pencemaran sampah organik akan menimbulkan bakteri dan virus yang
akan berkibat buruk bagi pekerja, jadi sampah – sampah organik harus
dikelola dengan baik oleh perusahaan dengan cara membuat tempat
penimbunan sampah jauh dari lokasi penambangan.
- Fisiologi
Lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman akan menimbulkan
semangat kerja, sehingga lingkungan kerja dibuat agar pekerja menjadi
betah dan merasa nyaman serta aman setiap melakukan pekerjaannya.
3. Beban kerja
- Fisik
Pengaturan waktu istirahat dan pembagian waktu kerja akan
mengurangi dampak kelelahan pekerja, sehingga fisik pekerja tetap
terjaga dari rasa lelah yang dapat berakibat fatal khususnya pada
dirinnya dan perusahaan pada umumnya.
- Mental
Kurangnya motivasi serta pelatihan kepada pekerja akan menimbulkan
pekerja menjadi kurang tanggap, gugup dan kebingungan sehingga
untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan koordinasi
sebelum mulai bekerja dan melakukan evaluasi setelah usai bekerja
serta memberikan safety talk agar pekerja bisa bekerja dengan aman,
nyaman dan tentram.
- Sosial
Mengadakan pertemuan – pertemuan antar pekerja agar pekerja tidak
kaku dan segan apabila mereka berada pada satu kelompok kerja,
sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Perencanaan K3 Lingkungan
Gambar 8.1
Struktur Organisasi K3 PT. Centrino Manganese
b. Peralatan
Peralatan untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja yang akan
disediakan oleh perusahaan dilokasi kegiatan penambangan, pemuatan,
pengangkutan dan pengolahan bijih manganadalah seperti terlihat pada Tabel
8.1.
Tabel 8.1.
Peralatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
No Kegiatan Uraian
1. Patroli keamanan a. Implementasipeninjauan/pengecekan untuk
mengantisipasi kekurangan dan kondisi
yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan
peringatan dan pemberhentian jika terdapat
hal-hal yang bertentangan dengan peraturan
K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke
supervisor dari pelanggar peraturan
d. Batas kecepatan truk bermuatan ≤ 40
km/jam dan kendaraan personil ≤ 60
km/jam
2. Inspeksi keamanan a. Cek kondisi dari alat pemadam api,
membuat inventaris
b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama
dan lokasi kerja
3. Diskusi masalah keselamatan a. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu
dan memonitor realisasi dari diskusi pagi
b. Evaluasi berjalannya K-3 saat berakhirnya
jam kerja
4. Kampanye keselamatan Implementasi pengutamaan keselamatan
kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang
dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan
yang diedarkan
Tabel 8.3
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tabel 8.4
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
8.2 Lingkungan
PT. Centrino Manganese sebagai salah satu perusahaan penambangan bijih
manganyang berwawasan lingkungan di Indonesia berusaha ingin menepis dan
memulihkan anggapan masyarakat sekitar lokasi penambangan bahkan dunia
internasional yang menyatakan bahwa kegiatan penambangan mulai dari tahap
eksplorasi sampai ke tahap mine closure merupakan suatu kegiatan yang menganggu
serta merusak rona / eksosistem lingkungan hidup. Baik itu dampak lingkungan
terhadap komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, dan budaya.
Maka dari itu rencana pelaksanaan penambangan bijih manganPT. Centrino
Manganeseyang dilaksanakan di Dusun Anjir Desa Hargoredjo Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo dengan luas areal kuasa pertambangan (KP) seluas 24 ha
dimana berpatokan pada sistematika penyusunan dokumen analisa dampak
lingkungan (AMDAL) yang didasari atas PP. No. 7 Tahun 1999 ayat 1 serta
keputusan bersama antara kementrian energi dan sumber daya mineral dan kementrian
Negara lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk perundang-undangan yang
berlaku dimana berkaitan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU LH No.
23 Tahun 1999, dikarenakan dampak yang ditimbulkan oleh segala susunan kegiatan
PT. Centrino Manganese tidak termasuk pada dampak penting, juga produksi yang
tidak berskala besar juga luasan IUP yang tidak terlampau luas maka kami tidak
diwajibkan untuk menyusun AMDAL, namun kami diwajibkan untuk menggunakan
RKL-UPL,
Fungsi dan pedoman penyusunan dokumen RKL-UPL yang diterapkan oleh
PT. Centrino Manganese :
§ Pedoman umum penyusunan dokumen RKL-UPL digunakan sebagai pedoman
teknis penyusunan RKL-UPL atau sebagai dasar penyusunan RKL-UPL,
apabila kegiatan penambangan belum ditetapkan.
§ Pedoman umum penyusunan RKL-UPL ditujukan bagi keperluan penyusunan
RKL-UPL kegiatan terpadu atau multisektor.
Selain itu juga PT. Centrino Manganesejuga memperhatikan aspek – aspek
dalam penyusunan dokumen RKL-UPL antara lain :
1. Latar belakang pembangunan proyek
2. Proses tahapan terwujudnya laporan
3. Metodologi penelitian
4. Tujuan studi RKL-UPL :
- Mengidentifikasikan rencana kegiatan pertambangan umum sejak dari
tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi terutama pada
kegiatan yang diperkirakanberpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.
- Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi dan
tatanan lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan
pertambangan umum, terutama yang akan terkena dampak baik pada
tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi.
- Memperkirakan dan mengevaluasi dampak yang akan terjadi pada tahap
persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi kegiatan pertambangan
5. Kegunaan studi RKL-UPL :
- Sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan
tentang kelayakan lingkungan dari rencana penambangan.
- Sebagai wahana untuk memberi informasi bagi masyarakat untuk dapat
menghindari dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif yang
potensial ditimbulkan oleh kegiatan penambangan.
- Sebagai masukan untuk penyusunan desain penambangan yang
berwawasan lingkungan.
- Sebagai pembanding data masukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
- Sebagai Rencana Kelola dan Pengawasan untuk lingkungan
b. Tahap Operasi
1) Pembukaan lubang bukaan.
2) Kajian kondisi geoteknik dan geokimia.
3) Kajian Hidrologi dan hidrogeologi.
4) Penambangan bijih Mangan (pembongkaran, penyangaan, ventilasi,
penerangan dan penyaliran tambang bawah tanah).
5) Pemuatan dan pengangkutan bijih Mangan (jenis, kapasitas dan jumlah
peralatan dan pengangkutan).
6) Pengolahan bijih Mangan (pengurangan kadar air, kominusi,
konsentrasi, pengeringan, penggilingan).
7) Recovery penambangan.
8) Recovery pengolahan.
9) Penanganan limbah hasil penambangan dan pengolahan.
10) Penimbunan bijih.
11) Pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi penambangan (Community
development).
ASPEK ASPEK
TEKNIS LINGKUNGAN
DAMPAK YANG
TERJADI
PERSIAPAN
LUBANG
BUKAAN
BENTANG ALAM
SIFAT FISIK DAN KIMIA
PEMBUKAAN TANAH
LUBANG BUKAAN EROSI & SEDIMENTASI
VEGETASI & SATWA
BENTANGAN ALAM
PENAMBANGAN DEBU
BIJIH MANGAN EROSI & SEDIMENTASI
DEBU
PENGANGKUTAN DARI FRONT
KEBISINGAN
PENAMBANGAN BAWAH TANAH
VEGETASI DAN SATWA
KE PABRIK PENGOLAHAN
DEBU
PENGOLAHAN KEBISINGAN
BIJIH MANGAN KUALITAS AIR
EROSI & SEDIMENTASI
Gambar8.2
Bagan Alir Kegiatan Penambangan Bawah Tanah PT. Centrino Manganese dan Dampak
yang Terjadi
8.2.1.2 Pengolahan
Dalam menindaklanjuti kinerja perusahaan penambangan agar berjalan
konsisten sesuai dengan pencapaian target, maka salah satu aspek yang perlu
diperhatiakan yaitu bagaimana proses penanganan tailing berupa waste. Tailings
berasal dari batu gamping maupun andesit yang terpisah setelah Mangan dipisahkan
dari batuan di pabrik pengolahan. Maka dari itu, PT. Centrino Manganesesebagai
salah satu perusahaan penambangan bawah tanah bijih Mangan tidak tinggal diam,
melainkan berusaha semaksimal mungkin untuk mengolah tailing yang berupa waste
tersebut sebelum tailing tersebut dibuang.
Proses pengolahan bijih ManganPT. Centrino Manganesemenggunakan Jaw
Crusher (Mereduksi Ukuran Butir), Tramol Screen (Pengelompokan ukuran butir), Jig
(Peningkatan Kadar Mangan). Waste tersebut ditakutkan akan membahayakan bagi
lingkungan dan ekosistem. Hasil pengolahan berupa tailing yang berupa padatan atau
larutan harus terlebih dulu ditangani secara sistematis sebelum dibuang ke sungai atau
ditimbun dibawah tanah.
b. Peraturan Perundangan
Peraturan dan perundangan telah banyak ditetapkan untuk mengelolah lingkungan
hidup di Indonsia, yaitu berupa Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP),
Keputusan Menteri (KepMen), Keputusan Ketua Bapedal, serta Keputusan Gubernur
Propinsi.
Secara Garis Besar pearaturan perundangan mengatur masalah :
1) Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam
3) Penataan Ruang
4) Penetapan Kawasan Lindung
5) Pengendalian pencemaran air
6) Baku mutu Lingkungan ( Udara, Air, Getaran, Limbah, dan lain-lain)
7) Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan
8) Kajian Aspek Sosial Dalam AMDAL
9) Pedoman Ukuran Dampak Penting
c. Pengelolaan dampak negatif
Dampak kegiatan penambangan bijih mangan yang akan dikelolah adalah dampak
negatif yang penting. Nilai pentingnya dampak mengacu pada Keputusan Ketua
Bapedal KEP No. 056 Tahun 1994 , yang ditentukan oleh :
1) Jumlah manusia yang terkena dampak
2) Lamanya dampak berlangsung
3) Intesitas dampak
4) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka tidak seluruh dampak kegiatan
penambangan bijih mangan dapat dikategorikan sebagai dampak penting.Tingkat
pentingnya dampak harus dapat dianalisis secara tepat yaitu dengan melakukan studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999.
Pengelolaan dampak tidak penting dilaksanakan dengan menggunakan format,
yaitu sebagai berikut :
1) Jenis dampak
2) Lokasi Dampak
3) Metoda pengelolaan
4) Pengawasan
5) Periode pengelolaan
6) Biaya pengelolaan
Adapun rincian kegiatan pengelolaan Tabel 8.6berikut
8.2.4 Komponen Lingkungan yang terkena Dampak
Kegiatan pertambangan bijih Mangan tersebut akan menimbulkan dampak
baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap komponen lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini akan terjadi pada tahap persiapan,
operasi, dan pasca operasi. Dampak yang ditelaah akan dikonsentrasikan pada
dampak yang penting yang dikaitkan dengan penyebab dan akibat dampak, sifat dan
karakteristik dampak, serta luas dan pola penyebaran dampak. Dampak yang tidak
penting tidak akan ditelaah lebih mendalam.
Dampak yang terjadi dengan adaya kegiatan pertambangan bijih mangan ini
akan mengakibatkan perubahan tehadap rona lingkungan hidup awal yang
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 8.7
Metrik Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan Bijih ManganPT. Centrino Manganese
Kegiatan Komponen/ Sub komponen Tahap Persiapan Tahap Operasi Pasca Operasi Keterangan
NO
Lingkungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16
I. GEOFISIK-KIMIA A. Tahap Persiapan
1 Iklim Mikro - - x x x x x - - - x x - x x 1. Pembebasan Lahan
2 Kualitas Udara dan Kebisingan - x x x - x - - x x x x - x X 2. Pembersihan Lahan
3 Bentang Alam - x x x x - x - - x x x - x x 3. Mobilitas Peralatan dan Pengangkutan
4 Kesuburan Tanah - x x x - x - - x x x x - x X 4. Pembangunan Sarana Prasarana
5. Penerimaan Tenaga Kerja
5 Pola Aliran Permukaan - x x x - x - - x x x x - x x
6 Debit Aliran Air Tanah - x X x - x - - X x X x - x X
7 Erosi Tanah - X X X - X - - - X X X - X X B. Tahap Operasi
8 Kualitas Air Permukaan - X X X - X - - - X X X - X X 6. Pembukaan Lubang Bukaan
9 Air Tanah - X X X - X - - X X X X - X X 7. Kajian Kondisi Geoteknik dan Geokimia
10 Tata Ruang, Lahan dan Tanah - X X X - X - - - X X X - X X 8. Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi
II. BIOLOGI 9. Penambangan Bijih Mangan (Room and Pillar)
1 Biota Darat - X X X - X - - - X X X - X X 10. Pemuatan dan Pengangkutan Bijih Mangan
11. Pengolahan Bijih Mangan
III SOSIAL, KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 12. Penanganan Limbah Hasil Penambangan dan Pengolahan
Perub. Fungsi dan Penguasaan
1 lahan X X X X - X - - X X X X - X X
2 Kesempatan Kerja dan Berusaha X X X X X X X X X X X X X X X C. Tahap Pasca Operasi
3 Mata Pencaharian dan Pendapatan X X X X X X X X X X X X X X X 13. Rehabilitasi dan Reklamasi Tambang
4 Persepsi Masyarakat X X X X X X X X X X X X X X X 14. Penanganan Tenaga Kerja
Meningkatnya Kegiatan 15.PemanfaatanSarana dan
5 Perkonomian Lokal X X X X X X X X X X X X X X X PrasaranaTambang
6 Gangguan Kesehatan Masyarakat - X X X - X - - X X X X - - x 16. Penutupan Tambang
Tabel 8.8
Keresahan
Pembebasan Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Masyrakat
Lahan
Tata Guna Lahan
Perubahan Fungsi dan Pengembangan
Penguasaan Lahan Wilayah
Kependudukan
Gambar 8.3
Diagram Alir Hubungan Penyebab akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap Persiapan
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER
Tanah Erosi
Gambar 8.4
Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap PascaOperasi
a. Tahap Persiapan
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
1) Geofisik – kimia, meliputi : iklim mikro, kualitas udara, bentang alam,
erosi, kualitas air sungai dan air tanah, perubahan fungsi lahan struktur
dan tekstur tanah serta kesuburannya.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi kebun, satwa, biota perairan
di sungai dekat area KP.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesemptan kerja, kegiatan ekonomi
masyarakat, tersedianya fasilitas yang dpat dimanfaatkan masyarakat
serta persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, yaitu perubahan budaya dan pembauran etnis/budaya
b. Tahap Operasi
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
1) Geofisika – kimia, meliputi bentang alam, erosi dan perlumpuran,
kelongsoran pada jenjang tambang dan timbunan tanah penutup, kualitas
udara (debu, suhu, kelembaban, dan iklim mikro), kualitas air sungai dan air
tanah.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi binaan (kebun), satwa di dekat
area KP.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesemptan kerja, berkembangnya kegiatan
ekonomi masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat daerah,
tersedianya fasilitas yang dapat dimanfaatkan masyarakat, persepsi
masyarakat, serta kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, meliputi perubahan sikap budaya, pembauran budaya, dan
toleransi budaya terutama di desa Hargorejo.
b. Kualitas udara
Pengangkutan bijih Mangan dari front penambangan ke pabrik pengolahan dan
stock pile, serta lalu lalangnya kendaraan yang masuk menuju stock pile yang
merupakan tempat penjualan PT. Centrino Manganeseakan menimbulkan debu dan
kebisingan. Dampak ini dapat dirasakan pekerja di lokasi ataupun penduduk yang
tinggal di sepanjang jalan angkut.peningkatan debu terutama pada musim kemarau.
Peningkatan kadar debu ini akan menyebabkan ganggauan terhadap penduduk dan
juga tetumbuhan yang hidup sepanjang jalan angkut.
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Sosialisasi Sosial ekonomi - Terus dilakukan jika terjadi konflik Daerah IUP - Kabag
masyarakat yang menerus Administrasi
2. Pembebasan Lahan Sosial ekonomi - Membentuk tim negosiasi Daerah IUP - Kabag
masyarakat - Memberi penawaran harga yang Administrasi
layak
- Memasang patok pada lahan yang
telah dibebaskan.
3. Penerimaan tenaga Sosial ekonomi dan - Menyerap 60%-70% tenaga kerja Daerah IUP - Kabag
kerja sosial bidaya lokal Administrasi
- Memberikan pelatihan bagi tenaga
kerja lokal
- Melakukan perekrutan tenaga kerja
setiap 3-5 tahun
4. Pembersihan Lahan Geofisik, Biologi - Pembersihan lahan dilakukan secara Daerah IUP - Kabag Operasi
bertahap sehingga debu yang Tambang
ditimbulkan tidak terlalu banyak
- Pembersihan dilakukan secara
bertahap sesuai kemajuan tambang.
- Tempat penampungan dijauhkan
dari pemukiman penduduk
5. Mobilisasi peralatan Fisik-kimia - Membatasi kecepatan peralatan Daerah IUP - Kabag Operasi
maksimum 30 km/jam Tambang
Lanjutan Tabel 8.6
TAHAP KONSTRUKSI
6. Pembangunan jalan Fisik-kimia - Membuat saluran air di salah satu Daerah IUP - Kabag Operasi
sisi atau di kedua sisi jalan Tambang
11. Peremukan mangan dan Geofisik, Biologi - Lokasi pengolahan jauh dari Daerah Pe- Tiap 3 bulan Supervisor
peningkatan kadar pemukiman warga ngolahan Pengolahan
mangan - Memberikan retribusi pada desa
setempat.
- Melakukan perawatan alat-alat
peremuk
- Memasang alat penangkap debu
berupa bag filter
12. Pengoperasian fasilitas Geofisik - Menggunakan oil trap untuk Daerah sekitar Tiap 1bulan Kabag
penunjang menangkap air buangan bengkel IUP Perencanaan,K3
yang mengandung minyak dan oli dan Lingkungan
TAHAP PASCA PENAMBANGAN
13. Penutupantambang Geofisik, Biologi, - Pengisian kembali lahan bekas Daerah Selama tahap Kabag
Sosial Ekonomi, tambang dengan material filling penambangan penutupan Perencanaan,K3
Sosial Budaya - Pembongkaran dan pemindahan tambang dan Lingkungan
Masyarakat saran tambang yang sudah tidak
digunakan
- Perubahan tata guna lahan dan juga
perubahan terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar.
14. Reklamasi dan Geofisik, Biologi, - Penataan lahan bekas kantor dan Daerah IUP dan Selama Kabag
revegetasi Kimia pabrik pengolahan sekitarnya kegiatan Perencanaan,K3
- Penanaman tumbuhan untuk penambangan dan Lingkungan
mengembalikan kestabilan tanah dan penutupan
dan kesuburannya tambang
- Penanaman awal dengan tanaman berlangsung
perintis, yaitu tanaman yang cepat
tumbuh di daerah andesit
- Penanaman tanaman produktif
15. Pemutusan hubungan Sosial ekonomi - Melakukan pemutusan tenaga kerja Daerah sekitar - Kabag
kerja dengan prosedur yang benar IUP Administrasi
- Memberikan pesangon atau modal
- Memberikan pelatihan-pelatihan
ketrampilan
Tabel 8.5
Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan PT. Centrino Manganese
KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PEMANTAUAN LOKASI PERIODE PEMANTAU
TERKENA DAMPAK
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Sosialisasi Sosial ekonomi - Pengawasan secara langsung Daerah IUP Tiap sosialisasi
masyarakat kegiatan sosialisasi
2. Pembebasan lahan Sosial ekonomi - Pengawasan secara langsung pada Daerah IUP Tiap6 bulan - BPN Kulon
masyarakat tiap tahap UKL yang dilakukan di sekali selama 2 Progo
lapangan tahun pertama - Bapedal Kulon
Progo
3. Penerimaan tenaga Sosial ekonomi dan - Pengawasan setiap kegiatan Daerah IUP - Dinas Sosial
kerja sosial bidaya rekrutmen tenaga kerja dan Tenaga Kerja
- Pengawasan persyaratan perekrutan dan Transmigrasi
tenaga kerja Kulon Progo
4. Pembersihan Lahan Geofisik, Biologi - Mengecek tempat dan proses Daerah IUP Tiap 3 bulan - Bapedal Kulon
penimbunan Progo
- Mengecek dampak adanya debu - Dinas Pertanian
tambang di pemukiman sekitar dan Kehutanan
dengan cara melakukan analisis Kulon Progo
udara - Dinas
- Penghitungan air limpasan Kesehatan Kulon
Progo
5. Mobilisasi peralatan Fisik-kimia - Memantau kualitas udara (debu dan Daerah IUP - - Bapedal Kulon
kebisingan) Progo
- Mengecek dampak adanya debu - Dinas
tambang di pemukiman sekitar Kesehatan Kulon
dengan cara melakukan analisis Progo
udara
Lanjutan Tabel 8.5
TAHAP KONSTRUKSI
6. Pembangunan jalan Fisik-kimia - Memantau kualitas udara (debu dan Daerah IUP Tiap 6 bulan -Bapedal Kulon
kebisingan) Progo
- Mengecek saluran air di sisi jalan - Dinas Pertanian
dan Kehutanan
Kulon Progo
- Dinas Pekerjaan
Umum Kulon
Progo
TAHAP OPERASI PENAMBANGAN
7. Pembuatan shaft, adit Geofisik-kimia, - Melakukan pengambilan sampling Daerah Tiap 6 bulan - Bapedal Kulon
dan tunnel biologi kualitas udara (pengukuran debu penambangan Progo
dan kebisingan) langsung di - Dinas Pertanian
lapangan dan Kehutanan
- Membandingkan hasil pengukuran Kulon Progo
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
8. Pembongkaran mangan Geofisik, Biologi - Pengawasan secara langsung saat Daerah Tiap 6bulan - Bapedal Kulon
proses pembongkaran mangan penambangan Progo
- Pengecekan peralatan - Dinas
pembongkaran andesit Perindustrian
- Melakukan pengambilan sampling Perdagangan dan
kualitas udara (pengukuran debu Energi Sumber
dan kebisingan) langsung di Daya Mineral
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
9. Penyaliran tambang Geofisik-kimia - Melakukan pengecekan saluran air Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Kulon
penyaliran tambang secara rutin penambangan Progo
- Melakukan pengerukan pada dan sekitar IUP
saluran air jika terjadi sedimentasi
Lanjutan Tabel 8.5
13. Penutupantambang Geofisik, Biologi, - Pengecekan penimbunan tanah Daerah IUP Tiap 6 bulan - Bapedal Kulon
Sosial Ekonomi, penutup dan tanah pucuk Progo
Sosial Budaya - Pengeceken penataan lahan setelah - Bappeda Kulon
Masyarakat penutupan tambang Progo
14. Reklamasi dan Geofisik, Biologi, - Pengecekan daerah reklamasi Daerah IUP Tiap 1 tahun Bapedal Kulon
revegetasi Kimia apakah telah memenuhi kriteria Progo
keberhasilan reklamasi atau belum
15. Pemutusan hubungan Sosial ekonomi - Pengawasan setiap kegiatan UKL Daerah IUP - Dinas Sosial
kerja yang dilakukan Tenaga Kerja
Dan
Transmigrasi
Kulon Progo
8.3.Coorporate Social Responsibility
Selain penanganan dampak-dampak lingkungan seperti yang telah
diterangkan di atas, PT. Centrino Manganese juga mengadakan berbagai program
kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan pengembangan perusahaan saat ini harus
berpijak dan dilandaskan terhadap pemahaman yang berdasarkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga sendi
utama yang mengokohkan, yaitu:
1. Pertumbuhan Ekonomi
2. Kinerja Lingkungan
Gambar 8.5
Peternakan Ayam Kampung
Masa panen yang cepat pada ayam kampung memberikan keuntungan
yang cukup menggiurkan diantaranya tingkat kematian yang relatif rendah,
penghematan biaya pemeliharaan dan pakan. Nilai harga jual ayam kampung
lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler. Ayam kampung atau ayam
jawa ini secara nyata lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan
panen membutuhkan waktu 55-60 hari saja. Harga berkisar antara Rp
25.000,00 hingga Rp 30.000,00 menurut riset pasar selama tahun 2011-2012.
Penentu harga ayam kampung tetap mengikuti kaidah hukum ekonomi yaitu
keadaan pasar, penawaran dan permintaan.
Koperasi ternak ayam kampung ini dibagi menjadi beberapa kelompok
ternak. Setiap kelompok ternak beranggotakan 12 kepala keluarga dimana
setiap kepala keluarga diberi tangggung jawab untuk membesarkan 300 ekor
ayam. Jadi bila dikalikan jumlah anggota, setiap kelompok membesarkan 3600
ekor ayam.
Dalam hal pemasaran PT. Centrino Manganese juga tidak lepas tangan
begitu saja setelah masa panen tiba. PT. Centrino Manganese membantu
pemasaran dengan cara pengiklanan di internet dan menawarkan kepada relasi
pengepul ayam kampung. Tentu saja para pengepul akan sangat antusias
dengan hal ini karena minimnya ayam kampung yang tersedia di pasaran.
Selain itu PT. Centrino Manganese juga membeli sebagian ayam kampung
super ini untuk keperluan konsumsi para karyawan dan staff.
Dan yang paling penting adalah masyarakat sekitar penambangan bijih
mangan PT. Centrino Manganese diharapkan mampu berwirausaha secara
mandiri melalui koperasi ternak ini. Koperasi ternak ayam kampung ini sangat
menjanjikan bila diusahakan secara telaten dan ulet. Perkembangan koperasi
ternak ini sangat bagus di waktu mendatang karena di Yogyakarta dan Jawa
Tengah masih jarang pelaku pembesaran ayam kampung sehingga
kemampuan menguasai pasar diharapkan bisa berjalan dengan sangat baik.
(2) Pendidikan
• Perbaikan sarana pendidikan
PT. Centrino Manganese memperbaiki sarana pendidikan sesuai dengan
dana yang telah dianggarkan dan sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
Sekolah-sekolah di sekitar wilayah konsesi pertambangan yang telah rusak dan
tidak layak pakai dibantu pembangunannya dengan memberikan dana atau
bantuan berupa bahan bangunan, buku-buku penunjang, dan kelengkapan
sekolah lainnya.
(3) Kepemudaan dan olahraga
• Menyelenggarakan pertandingan olahraga
Pertandingan olahraga diadakan antara karyawan PT. Centrino Manganese
dengan penduduk sekitar. Pertandingan yang akan diadakan meliputi berbagai
cabang, antara lain sepakbola, bulutangkis, dan voli. Pertandingan olahraga
dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik antara tenaga kerja PT. Centrino
Manganese dan penduduk sekitar. Selain itu juga untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat serta tenaga kerja PT. Centrino Manganese.
• Pengadaan sarana olahraga
Dengan tujuan menjalin hubungan baik antara tenaga kerja PT. Centrino
Manganese dan penduduk sekitar dan meningkatkan kesehatan masyarakat,
PT. Centrino Manganese juga membangun sarana olahraga yang dapat
digunakan secara umum. Sarana olahraga yang akan dibangun antara lain
lapangan sepakbola.
(4) Kesehatan
• Pembangunan sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang akan dibangun oleh PT. Centrino Manganese
adalah puskesmas pembantu dan poliklinik dengan fasilitas yang memadai
dan sesuai dengan biaya yang telah disediakan. Selain membangun poliklinik
untuk masyarakatPT. Centrino Manganese juga mengadakan kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain fogging dan imunisasi untuk
masyarakat sekitar.
Gambar 8.6
Kegiatan Fogging
• Pembangunan sarana air bersih
Berawal dari konsep 3R (Reduce, Reuse & Recycle), maka PT. Centrino
Manganese memanfaatkan sumber daya air yang berasal dari tambang untuk
diolah menjadi air bersih sehingga mempunyai nilai tambah bagi masyarakat.
PT. Centrino Manganesemembangun water treatment plant (WTP) yaitu
sebuah sistem pengolahan air dari tambang menjadi bahan baku air bersih
yang sesuai standar baku mutu dan layak dikonsumsi. Air bersih
didistribusikan melalui pipanisasi.
(5) Keagamaan
• Bantuan untuk perbaikan sarana keagamaan
Sarana keagamaan di sekitar lokasi penambangan masih kurang
memadai. Salah satu program CSR PT. Centrino Manganese ini adalah
memperbaiki sarana keagamaan tersebut, antara lain dengan membantu
perbaikan masjid-masjid di sekitar wilayah pertambangan.
8.4.Perizinan Pertambangan
Berdasarkan Undang-undang RI No.4 tahun 2009 bab 5 pasal 34, usaha
pertambangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pertambangan mineral dan
pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas:
a. Golongan bahan galian radioaktif
b. Golongan bahan galian mineral logam
c. Golongan bahan galian mineral non-logam
d. Golongan bahan galian mineral batubara
e. Golongan bahan galian batuan.
Penambangan mangan yang dilakukan PT. Centrino Manganese memerlukan
izin yang diajukan kepada Dirjen Pertambangan Umum yang berupa Izin Usaha
Penambangan (IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha
pertambangan di daerah Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jenis Izin Usaha Pertambangan terdiri atas 2 tahap, yaitu Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan, serta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan, serta pengangkutan
dan penjualan.
Adapun surat izin IUP dari PT. Centrino Manganese adalah sebagai berikut:
1. Surat Izin Pelaksanaan Operasi Produksi
SURAT IJIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI
( IUP - EKSPLORASI )
PT.CENTRINO MANGANESE
Nomor : 004/mpd/7/2012
Lampiran : 1 (satu bendel)
Perihal : IUP Eksplorasi
Kepada :
Yth. Bapak Bupati Kulon Progo
U.p. Kepala Dinas Perindustrian
Perdagangan dan ESDM
Kabupaten Kulon Progo
di Yogyakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP
Eksplorasi) sebagai berikut:
1. Bahan galian : Mangan
2. Luas wilayah : 24 Ha
3. Terletak diDusun : Anjir
Desa : Hargorejo
Kecamatan : Kokap
Kabupaten : Kulonprogo
4. Jangka waktu : 16 Tahun
5. Dengan batas-batas :
- Sebelah Utara : Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap
- Sebelah Selatan: Desa Tawang Sari, Kecamatan Pengasih
- Sebelah Barat : Desa Hargomulya, Kecamatan Kokap
- Sebelah Timur : Desa Karang Sari, Kecamatan Pegasih
Gambar 9.1
Struktur Organisasi
9.2 Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap
Survey
Produk Konsumen
Dari Tempat Penampungan
Didapatkan Pasar
Dirasa Menguntungkan
Cadangan Pasar
100 ton/minggu
Pengangkutan (truck)
Gambar 10.1
Bagan Alir Pemasaran
10.2 Prospek Pemasaran.
Mangan merupakan salah satu bahan galian yang peranannya terus
meningkat, mengingat di Indonesia bahan galian ini cadangannya cukup besar,
kualitas cukup baik dan biaya produksi yang relatif rendah. Disamping itu teknologi
penambangan, pengolahannya dan pemanfaatannya serta kemampuan Indonesia
dalam menerobos pasar internasional telah dikuasai. Saat ini Mangan telah menjadi
komoditi yang dibutuhkan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
komoditi ekspor untuk campuran baja sebagai sumber devisa bagi negara. Perubahan
sektor primer ke sektor lainnya dan kebutuhan akan baterai berkualitas baik pada
akhirnya bermuara ke kualitas Mangan itu sendiri.
Semakin pesatnya perkembangan produk dan industri Mangan Indonesia
sebagai salah satu negara penghasil Mangan yang berpotensi untuk memanfaatkan
pasar internasional di samping pasar dalam negeri.
STRATEGI PASAR
Strategi yang digunakan untuk dalam negeri diantara nya :
1. Strategi Harga
Strategi harga diterapkan agar konsumen dapat menjadi tertarik atau berminat
terhadap produk-produk yang perusahaan tawarkan, dengan cara memberi harga
yang disesuaikan dengan harga mangan dunia dan pertimbangan dari
penambangan dan pengolahan yaitu sebesar Rp. 25.000/kg.
2. Strategi distribusi
Setelah berhasil menciptakan barang yang dibutuhkan dan menetapkan harga
yang layak, tahap berikutnya menentukan metode dan penyampaian produk
barang ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang
tepat. Dengan harapan produk barang tersebut berada ditengah tengah
kebutuhan dan keinginan konsumen pada saat ini.
Cara yang di tempuh PT. Centrino Manganese dalam strategi distribusi adalah
dengan memanfaatkan akses yang ada sehingga mempercepat proses
pendistribusian produk ke konsumen, sehingga hal itu dijadikan keunggulan PT.
Centrino Manganese dibandingkan dengan perusahaan lain.
3. Strategi Promosi
Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi
pada pasar tentang produk yang di jual, tempat dan saatnya. Strategi yang
ditempuh PT. Centrino Manganese untuk mempromosikan produk dengan
sistem door to door dengan menawarkan langsung ke konsumen dan sertai
sample hasil uji lab. Selain itu memanfaatkan jangkauan global dengan akses
website www.cmanganese.com.
BAB XIII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
13.1 Investasi
Dalam industri mineral, yang dimaksud dengan biaya investasi adalah
modal awal (capital cost, capital investment) yang merupakan jumlah total dari
rupiah/dollar yang dibutuhkan untuk membuka sebuah endapan bahan galian
hingga berproduksi. Total biaya investasi terdiri dari dua komponen, yakni modal
tetap dan modal kerja.
Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk
membiayai kegiatan pra-investasi, yaitu :
a. Biaya Persiapan yang terdiri dari Biaya Eksplorasi, Pembebasan
Lahan, dan Biaya Perijinan dengan total biaya Rp. 2.711.773.000,-
b. Biaya Konstruksi dan Rekayasa yang terdiri dari : Biaya bangunan,
Biaya Infrastruktur, dan Lingkungan dengan total biaya Rp.
890.000.000,-
c. Peralatan (Penambangan, Pengangkutan, Pengolahan, serta Pendukung
Operasional ) dengan total biaya Rp. 2.236.385.000,-
d. Jaminan reklamasi dengan total biaya Rp. 4.727.669.821,-
e. Mine Closure dengan total biaya Rp. 17.539.871.375,-
Sehingga total keseluruhan modal tetap adalah sebesar Rp.
36.240.027.469,-
Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan
operasi proyek setelah tahap pengembangan selesai (project start-up). Dalam hal
ini modal tersebut disebut modal kerja awal. Besarnya modal kerja diperoleh dari
50% biaya operasi sebesar Rp. 1.918.029.953,-
13.1.1 Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan dibutuhkan bagi keperluan seluruh investasi dan
modal kerja yang direncanakan diperoleh dari :
a. Modal sendiri
Modal mandiri adalah dana yang dimiliki dari pihak pendiri perusahaan
PT. Centrino Manganese. Jumlah total modal mandiri yang disiapkan
sebesar 70% dari total investasi sebesar Rp. 25.368.019.228,-
b. Pinjaman
Sedangkan 30% dari total investasi merupakan pinjaman dari Bank Rakyat
Indonesia (BRI) sebesar Rp. 10.872.008.241 dengan bunga pinjaman
sebesar 20% pertahun, maka besarnya bunga dan pengembalian pokok
pinjaman dapat dilihat di lampiran.
13.2 Parameter Keekonomian
13.2.1 Pengeluaran
a. Biaya Operasi
Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan, kebutuhan BBM, kebutuhan
pelumas dan biaya perawatan. Biaya operasi PT. Centrino Manganese
adalah sebesar Rp 302.606.839 untuk tahun pertama dan untuk tahun -
tahun selanjutnya dapat di lihat di cashflow.
b. Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan terdiri atas penyusutan peralatan dan bangunan. Penyusutan
paralatan dihitung berdasarkan pertimbangan umur pakai dan nilai sisa alat
tersebut. Peralatan yang mempunyai umur pakai kurang dari setahun akan
dibebankan pada biaya produksi. Metode penyusutan yang digunakan
adalah straight line methode. Penyusutan alat tiap tahun sebesar Rp.
323.336 .458
c. Royalti
Biaya royalty sebesar 0.35 $/Ton atau 10% dari hasil produksi dari hasil
penjualan Mangan pertahun. Royalty dibayarkan setiap akhir tahun
penjualan sesuai dengan produksi yang dihasilkan pertahun. Untuk tahun
pertama besarnya royalti adalah sebesar Rp. 1.249.999.200 dan untuk tahun -
tahun selanjutnya dapat dilihat di cashflow.
d. Retribusi
Biaya retribusi dari hasil penjualan Mangan pertahun sebesar Rp. 2,027,500
/ tahun.
Tabel 13.1
Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Operasi
Terhadap Nilai NPV, PBP, dan IRR
Kondisi Biaya
NPV PBP (tahun) IRR (%)
Operasi
30% Rp 24,800,478,409 1.71 63%
Naik 20% Rp 27,556,661,035 1.59 68%
10% Rp 30,312,843,660 1.48 73%
Normal Rp 33,069,026,285 1.38 138%
10% Rp 35,825,208,910 1.30 83%
Turun 20% Rp 38,581,391,535 1.23 123%
30% Rp 41,337,574,160 1.16 116%
Tabel 13.1
Analisis Kepekaan Perubahan harga Mangan
Terhadap Nilai NPV, PBP, dan IRR
Kondisi Harga
NPV PBP (tahun) IRR (%)
Mangan
30% Rp 54,374,387,526 0.95 114%
Naik 20% Rp 47,272,600,446 1.06 102%
10% Rp 40,170,813,365 1.20 90%
Normal Rp 33,069,026,285 1.38 78%
10% Rp 25,967,239,204 1.64 66%
Turun 20% Rp 18,865,452,124 2.02 54%
30% Rp 11,763,665,043 2.58 41%