Anda di halaman 1dari 225

BAB I

PENDAHULUAN

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah memprioritaskan


aktivitas usaha di segala bidang untuk percepatan pembangunan daerah, sehingga
aktivitas tersebut dapat meningkatkan pendapatan asli daerah yang akan
menunjang kesejahteraan masyarakat. Salah satu usaha yang mungkin dapat
diterapkan adalah eksploitasi sumberdaya alam berupa Mangan melalui suatu
kegiatan pertambangan.

1.1. Latar Belakang


Industri Pertambangan merupakan salah satu industri yang mempunyai
resiko yang tinggi (kerugian). Dalam usaha memanfaatan sumberdaya mineral
atau bahan galian untuk sejahteraan masyarakat dan pengembangan daerah,
diperlukan suatu usaha pertambangan. Agar usaha pertambangan tersebut dapat
berjalan dan memeroleh keuntungan, maka potensi sumberdaya mineral dari
bahan galian yang ada harus diketahui dengan pasti, begitu juga dengan resiko
yang ada dan dapat dirinci sebagai resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi, dan
resiko lingkungan harus dihilangkan paling tidak diperkecil.
Di era otonomi daerah ini salah satu bidang usaha yang perlu ditingkatkan
adalah potensi sumberdaya alam, diantara sumberdaya mineral yang telah di
usahakan di Daerah Kabupaten Kulon Progo selama ini adalah Mangan, gamping,
kuarsa, trass dan lain lain. Pemberdayaan sumberdaya alam dalam bentuk sumber
daya mineral yang ada di daerah Kulon Progo haruslah dikelola sebaik mungkin
agar memberi manfaat secara optimal bagi masyarakat dengan tetap memelihara
kelestarian lingkungan hidup.
Seiring dengan meningkatnya laju sektor perindustrian, maka kebutuhan
akan bahan baku juga mengalami peningkatan. Disatu pihak kebutuhan ini akan
memberikan dampak-dampak positif seperti bertambahnya lapangan kerja,
peningkatan laju roda perekonomian dan pembangunan, tetapi jika tidak dikelola

1
dengan baik dan benar, di lain pihak akan menimbulkan dampak-dampak negatif
terhadap lingkungan hidup setempat maupun terhadap lingkungan hidup dalam
cakupan wilayah yang lebih luas. Dampak negatif yang sangat mungkin timbul
yang diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya mineral yang dilaksanakan tidak
dengan baik dan benar antara lain meningkatnya erosi dan terjadinya gerakan
tanah, hilangnya sumber-sumber air dan terganggu atau rusaknya tanah pucuk
yang subur, tetapi dampak – dampak tersebut dapat diatasi dengan adanya usaha
pengelolaan lingkungan dan usaha pemantauan lingkungan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Kegiatan yang dilakukan bermaksud untuk memenuhi kebutuhan pasar
akan Mangan yang nantinya akan dilakukan proses pengolahan sesuai dengan
hasil produk yang diinginkan antara lain sebagai bahan dasar baterai, keramik dan
porselen, glasir danfrit, dan pada industri korek api.
Tujuan usaha pertambangan yang direncanakan di Dusun Anjir, Desa
Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, diharapkan menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat Dusun
Anjir dan sekitarnya sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran serta
mampu mengangkat perekonomian masyarakat setempat dan pendapatan asli di
Kabupaten Kulon Progo.
Disamping hal tersebut, usaha pertambangan ini juga diharapkan dapat
menjadi contoh bagi masyarakat yang telah sejak lama melakukan kegiatan
penambangan secara tradisional atau tambang rakyat, agar dapat melakukan
penambangan yang efektif, efisien, aman dan ramah lingkungan.

1.3. Ruang Lingkup dan Metode Penyusunan


1.3.1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan perencanaan tambang Mangan di Dusun
Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup kegiatan perencanaan tambang. Perizinan
mengacu pada keputusan Menteri Pertambangan dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1453.K/29/MEM/2000, tanggal 3 November 2000, tentang Pedoman

2
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.
Kegiatan perencanaa tambang di Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan
Kokap, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini diawali dengan kegiatan
pengumpulan data sekunder, pengambilan data lapangan, pengujian laboratorium,
pengolahan data dengan komputasi dan pembuatan laporan perencanaan. Kegiatan
perencanaan tambang ini mencakup:
a. Mengolah data geologi berupa struktur geologi dan data eksplorasi
b. Mengolah data geoteknik
c. Menentukan rencana penambangan
d. Mengolah data hidrologi dan hidrogeologi
e. Menguji kualitas dan cara pengolahan untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar
baterai.
f. Menentukan sistim pengangkutan dan penimbunan
g. Menentukan kelayakan lingkungan, kesehatan, keselamatan kerja dan CSR
h. Menentukan kelayakan organisasi dan tenaga kerja
i. Menentukan kelayakan pemasaran
j. Menentukan kelayakan ekonomi (investasi dan analisis kelayakan)
k. Menentukan rencana Mine Closure

1.3.2. Metoda Penyusunan


Metoda penyusunan perencanaan tambang PT. CENTRINO
MANGANESE di Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan dengan
menggabungkan semua data, baik yang diperoleh secara langsung dari lapangan,
studi literatur, maupun laporan tentang penelitian terdahulu, meliputi :
1. Geologi dan Keadaan Endapan
Kegiatan ini bertujuan untuk menelaah dan mengevaluasi data geologi,
struktur geologi, dan pengambilan conto sebagai data base untuk kajian
selanjutnya, meliputi : peta topografi, peta geologi, peta geologi daerah
penelitian, peta persebaran singkapan, peta hidrogeologi, dan peta vegetasi.

3
2. Geoteknik
Tujuan pengambilan data geoteknik adalah untuk menganalisis data
geomekanika yang mencakup sifat fisik dan sifat mekanik diperoleh dari
pengujian-pengujian geoteknik, sebagai data utama dalam perencanaan
tambang bawah tanah terutama dalam penentuan desain penambangan yang
aman. Sedangkan ruang lingkup rancangan penambangan dengan keamanan
yang baik dan rekomendasi apa yang didapat dari analisis data geomenika,
dan sistem penyanggan dari terowongan. Data-data yang diperlukan
geomekanika antara lain sesar atau kekar dan sifat fisik batuan.
3. Rencana Penambangan
Bertujuan untuk menganalisis rancangan desain penambangan,
pembongkaran batuan, urutan penambangan dan jalan angkut tambang.
Ruang lingkup rencana penambangan antara lain :
a. Sistem/metode dan tata cara penambangan (dilengkapi dengan bagan alir)
b. Tahapan kegiatan penambangan (termasuk penanganan tanah penutup)
c. Rencana produksi (kuantitas, kualitas)
d. Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)
e. Jadwal rencana produksi dan umur tambang
f. Rencana pemanfaatan Mangan
g. Rencana penanganan/perlakuan sisa cadangan pada pasca tambang
h. Rencana fasilitas penunjang penambangan dan infrastruktur
i. Metode dan tata cara penambangan (dilengkapi dengan bagan alir)
4. Hidrologi dan Hidrogeologi
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis data hidrologi dan hidrogeologi
yang mencakup pola penyaliran pada tambang bawah tanah, pengaruh akuifer
terhadap kondisi tambang, serta pola penyaliran yang sesuai untuk tambang
bawah tanah. Ruang lingkup analisis meliputi :
a. Data hidrologi dan hidrogeologi
b. Penaksiran debit air
c. Rancangan penyaliran

4
5. Kualitas Mangan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis bahan galian Mangan, penyebaran
kualitas sebagai data penting untuk perencanaan tambang dan kajian
pemanfaatan Mangan serta mengevaluasi rencana pengolahan Mangan yang
mungkin diterapkan di pertambangan tersebut. Ruang lingkup mencakup
analisis data berdasarkan :
a. Studi/percobaan pengolahan
b. Tata cara pengolahan
c. Peralatan pengolahan
d. Hasil pengolahan dan rencana pemanfaatan
e. Jenis, jumlah, kualitas, dan hasil pengolahan
6. Rencana Pengolahan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan mengevaluasi metode
pengolahan yang digunakan dan proses pengolahan mangan berdasarkan
kualitas dan pangsa pasar.
Ruang lingkup :
a. Kajian spesifikasi alat
b. Kajian proses pengolahan
7. Transportasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan mengevaluasi alternatif sarana
dan sistem pengangkutan dari dalam tambang ke tempat pengolahan dan
pabrik peremukan, baik secara teknis maupun ekonomis.
Ruang lingkup :
a. Evaluasi kelayakan teknis alternatif jalur pengangkutan yang telah tersedia
dan yang akan dirancang.
b. Evaluasi ekonomi setiap alternatif metode pengangkutan.
c. Penentuan dan rancangan alternatif terpilih.
8. Lingkungan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan CSR
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan menilai kelayakan lingkungan,
kesehatan, keselamatan kerja dan CSR yang berkaitan dengan kegiatan
penambangan Mangan.

5
Ruang lingkup :
a. Dampak kegiatan (tambang, pengolahan, sarana penunjang)
b. Pengelolaan lingkungan
c. Pemantauan lingkungan
d. Kesehatan dan keselamatan kerja
e. Peningkatan kesehatan, pendidikan dan perekonomian rakyat
9. Organisasi dan Tenaga Kerja
Kegiatan ini bertujuan untuk mengalisis dan mengevaluasi spesialisasi,
profesionalisasi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja dan alternatif pola
hubungan kerja.
Ruang lingkup :
a. Data kebutuhan tenaga ahli.
b. Struktur pola hubungan antar profesi dan unsur dalam organisasi kerja.
10. Pemasaran
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis pangsa pasar dan kebutuhan
konsumen.
Ruang lingkup :
a. Data kebutuhan konsumen di setiap bulannya.
b. Data perusahaan developer.
11. Mine Closure
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji rencana penutupan lokasi bekas
tambang untuk mengembalikan fungsi lahan sebagaimana mestinya.
Ruang lingkup :
a. Kondisi lubang bukaan
b. Dampak yang terjadi akibat aktivitas tambang bawah tanah
12. Kajian Ekonomi (Investasi dan Analisis Kelayakan)
Kegiatan ini bertujuan untuk menelaah dan menilai kelayakan ekonomis dari
rencana penambangan Mangan dengan luas area berkisar 24 Ha.
Ruang lingkup :
a. Modal kerja
b. Modal tetap

6
c. Sumber dana
d. Biaya produksi
e. Pendapatan
f. Aliran uang tunai (cash flow)
g. Perhitungan Discounted Cash Flow Rate of Return/Internal Rate of Return
(DCFROR/IRR)
h. Perhitungan Break Event Point (BEP)
i. Waktu pengembalian modal
j. Analisis kepekaan dan resiko

1.4. Prosedur Perizinan


Bahan galian yang akan ditambang adalah Mangan yang termasuk bahan
galian mineral logam berdasarkan UU Nomor 4 tahun 2009 tentang penggolongan
bahan-bahan galian. Perizinan penambangan diatur beradasarkan PP No 55 tahun
2010 tentang pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan mineral dan batubara. Dasar hukum yang lainnya mengenai
perizinan antara lain :
a. UU No. 28 tahun 2009
Tentang pajak daerah dan retribusi daerah
b. UU No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
c. PP No. 27 tahun 2012
Tentang izin lingkungan
d. PP No. 78 tahun 2010
Tentang reklamasi dan pasca tambang
e. PP No. 24 tahun 2012
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
f. PERMEN ESDM No. 12 tahun 2011
Tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem
Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara

7
g. Permen ESDM No. 18 Tahun 2008
Tantang Reklamasi dan Penutupan Tambang
h. PERMENEG Lingkungan Hidup No.11 tahun 2006
Tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
i. Perda Kabupaten Kulon Progo No. 6 Tahun 2011
Tentang Pajak Daerah
j. Perda Kabupaten Kulon Progo No. 6 Tahun 2002
Tentang Izin Usaha Pertambangan Golongan C
k. Perbup Kulon Progo No. 42 Tahun 2011
Tentang Reklamasi Tambang

Untuk dapat berjalannya suatu usaha pertambangan maka dibutuhkan


perizinan tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan dimana telah diatur
mengenai perizinan untuk mendapatkan Izin Usaha Pertambangan, maka untuk
proyek ini diperlukan dokumen – dokumen seperti :
1. UKL dan UPL
2. Studi Kelayakan
3. Rencana Kegiatan
4. Jaminan Reklamasi
5. Profil Perusahaan
6. Izin Akta Pendirian dan Pengurusan Badan Usaha
7. Peta topografi, peta geologi, peta kesampaian daerah dan peta administrasi.
8. Keterangan bank
Adapun bentuk–bentuk perizinan yang diperlukan agar proyek penambangan
ini dapat dilaksanakan yaitu sebagai berikut :
a. IUP eksplorasi
Isi, wewenang, luas wilayah dan syarat- syarat IUP diatur dengan PP No. 32
tahun 1969, tentang pelaksanaan UU No. 11 tahun 1967 tentang ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan, jo PP No. 79 tahun 1992, jo PP No. 75 tahun

8
2001, dan kemudian diatur lagi dalam UU No. 4 tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) UU huruf a
UU No. 4 Tahun 2009 wajib memuat ketentuan sekurang – kurangnya :
1) Nama perusahaan
2) Lokasi dan luas wilayah
3) Rencana umum tata ruang
4) Jaminan kesungguhan
5) Modal investasi
6) Perpanjangan waktu tahap kegiatan
7) Hak dan kewajiban pemegang IUP
8) Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan
9) Jenis usaha yang diberikan
10) Rencana pengembangan dan pemantauan memuat pemberdayaan
masyarakat di sekitar wilayah pertambangan
11) Perpajakan
12) Penyelesaian perselisihan
13) Iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
14) Amdal

b. IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b
UU No. 4 Tahun 2009 wajib memuat ketentuan sekurang - kurangnya :
1) Nama perusahaan
2) Luas wilayah
3) Lokasi penambangan
4) Lokasi pengolahan dan pemurnian
5) Pengangkutan dan penjualan
6) Modal investasi
7) Jangka waktu berlakunya IUP
8) Jangka waktu tahap kegiatan
9) Penyelesaian masalah pertanahan

9
10) Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang
11) Dana jaminan reklamasi dan pascatambang
12) Perpanjangan IUP
13) Hak dan kewajiban pemegang IUP
14) Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan
15) Perpajakan
16) Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran
produksi
17) Penyelesaian perselisihan
18) Keselamatan dan kesehatan kerja
19) Konservasi mineral atau batubara
20) Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri
21) Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik
22) Pengembangan tenaga kerja Indonesia
23) Pengelolaan data mineral atau batubara; dan
24) Penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan
mineral atau batubara.

c. Tata Cara Perizinan Surat Izin Perdagangan


Surat izin ini diajukan ke Departemen Perdagangan dengan melampirkan akte
notaris tentang untuk PT. APA. yang telah disahkan oleh badan kehakiman.
Dalam jangka 1 bulan surat izin ini sudah dapat diberikan. Surat izin ini
menerangkan tentang barang dagang yang akan dijual yaitu berupa Mangan.

d. Tata Cara Surat Izin Tempat Usaha


Surat izin ini diperoleh dengan cara mengisi Formulir Permohonan yang telah
disediakan oleh Bagian Ketertiban Setwilda Tingkat I. Permohonan disetujui
dan diketahui Kepala Desa / Kepala Kelurahan dan Camat Kepala Wilayah
setempat.

10
e. Tata Cara Surat Izin Pengangkutan dan Pemakaian Jalan Raya
Surat izin ini diajukan ke Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
Permohonan tersebut berisi tentang pengaturan penggunaan jalan bagi
kendaraan terhadap penyimpangan rute perjalanan. Dalam hal ini pemegang
izin harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan.

f. Surat - Surat Wajib Pajak


Adapun surat-surat wajib pajak yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a) Pajak penjualan
b) Iuran Tetap
c) Pajak Bumi dan Bangunan
d) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
e) Pajak Penghasilan
f) Pajak Produksi

g. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Permohonan izin mendirikan bangunan diperlukan untuk mendirikan
bangunan-bangunan perkantoran dan fasilitas-fasilitas lainnya. Permohonan
tersebut diajukan kepada Kantor Pelayanan Perizinan Satu Atap (KPPSA)
yang ada pada Kantor Kabupaten.

h. Surat Pernyataan Ketertiban Lingkungan dan Izin Tetangga


Surat pernyataan ini dibuat untuk memenuhi ketentuan-ketentuan bangunan,
tata ruang dan prasarana utilitis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Diajukan kepada masyarakat sekitar lokasi penambangan.

i. Surat Keterangan Persetujuan Tetangga Surat keterangan persetujuan


tetangga dapat diperoleh dengan cara mengajukan kepada masyarakat sekitar
dan merupakan surat yang menyatakan persetujuan dari masyarakat sekitar
lokasi penambangan atas pendirian bangunan.

11
j. Tata Cara Surat Izin Perusahaan
Tempat Usaha dapat diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada
Kepala Daerah Tk.II. Permohonan tersebut berisi formulir tentang usaha yang
dilaksanakan yaitu penambangan Mangan yang berlokasi di Dusun Anjir,
Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan sarana yang akan disediakan adalah
bangunan untuk kantor, pabrik peremuk, gudang penyimpanan dan jalan
masuk. Alat-alat berat yang digunakan disesuaikan dengan sistem tambang
bawah tanah, seperti Excavator, LHD, truk dan lain-lain. Alat-alat tersebut
semuanya dibeli oleh perusahaan.

k. Izin Tenaga Kerja


Permohonan ini ditujukan ke Departemen Tenaga Kerja daerah setempat
dengan tembusan ditujukan kepada Bupati setempat. Disamping itu pula
diperlukan izin dari pihak keamanan setempat (Kejaksaan, KORAMIL,
KODIM, Kepolisisan).

l. Surat Izin Mendirikan Perusahaan


Surat izin ini diajukan kepada Dirjen Aneka Industri, Departemen
Perindustrian melalui Kanwil Dinas Perindustrian setempat. Surat
permohonan ini disetujui oleh Kanwil tersebut jika perusahaan telah
mempunyai prasyarat-prasyarat yang telah ditentukan.

m. Pelaksanaan Perencanaan Tambang


Perencanaan tambang di desa Hargorejo akan dipimpin oleh seorang tenaga
Divisi yang sekaligus sebagai pemilik untuk PT. APA dan dibantu oleh
beberapa orang staf dan operator. Tahap perencanaan ini dijadwalkan akan
dimulai dari bulan Juli 2012 dan akan berakhir pada bulan Desember 2012
(lihat Tabel 1.1). Kegiatan perencanaan ini meliputi : observasi lapangan,
pengambilan data (primer dan sekunder), pengolahan data, penyusunan
laporan perencanaan, dan presentasi hasil perencanaan.

12
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Perencanaan Tambang
Tahun 2012
No Pekerjaan
Jul Ags Sept Okt Nov Des

1. Pengumpulan Data Sekunder


Peninjauan Lapangan,pengambilan
2. data lapangan dan Pengambilan
Sampel

3. Pengujian Laboratorium

4. Penyusunan draft meliputi :

1. Mengolah Data Geologi dan


Eksplorasi
2. Mengolah Data Geoteknik
3. Menentukan Rencana
Penambangan Bawah Tanah
4. Mengolah Data Hidrologi dan
Hidrogeologi
5. Menentukan Kualitas dan
Cara Pengolahan
6. Menentukan Sistim
Pengangkutan dan
Penimbunan
7. Menentukan Kelayakan
Lingkungan, K3 dan CSR
8. Menentukan Organisasi dan
Tenaga Kerja
9. Menentukan Cara Pemasaran
10. Menentukan Kelayakan
Ekonomi
Penyusunan Draft Perencanaan
Tambang, Presentasi, Perbaikan
5.
Draft, Penyerahan Hasil Akhir
Perencanaan Tambang

Perencanaan ini akan dilaksanakan oleh 3 divisi, antara lain :


1. Kabag Perencanaan, K3 dan Lngkungan
Divisi ini bertanggung jawab pada perencanaan tambang baik jangka
pendek maupun jangka panjang dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan, seperti mencegah dampak negatif yang timbul karena

13
operasi tambang, mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah
tambang.

2. Kabag Operasi Tambang


Divisi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pengolahan,
penambangan dan pendukung penambangan.

3. Kabag Administrasi
Divisi ini membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan – kegiatan yang mendukung operasi tambang.

14
LAMPIRAN BAB I

15
BAB II
KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI DAERAH

Dusun Anjir adalah Dusun yang terletak di Desa Hargorejo, Kecamatan


Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perbukitan ini yang mencuat dari daerah rendah di sekitarnya, ke arah Barat dari
kota Yogyakarta, karena kota kecamatan Kokap terletak pada perbukitan Menoreh
maka perbukitan ini sering dikenal dengan daerah Kokap.

2.1. Lokasi dan Luas Daerah yang Direncanakan


Lokasi penelitian ini secara administratif terletak di Dusun Anjir, Desa
Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Desa Hargorejo ini berbatasan dengan :
1. Sebelah Selatan : Desa Tawang Sari, Kecamatan Pengasih.
2. Sebelah Utara : Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap.
3. Sebelah Barat : Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap.
4. Sebelah Timur : Desa Karang Sari, Kecamatan Pengasih.
Secara administrasi lokasi penelitian berada di daerah Dusun Anjir, Desa
Hargorejo Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Secara Geografis terletak pada koordinat 9226133 - 9226134.258
mEdan 389755.48 – 389762.08 mNdengan luas ± 150 Ha. Areal penambangan
Mangan di Dusun Anjir, Desa Hargorejo berjarak 5 km dari ibukota Kabupaten
Kulonprogo.Daerah penelitian terletak didaerah perbukitan, dengan ketinggian
tanah ±120m diatas permukaan laut.Desa Hargorejoterdiri atas dataran seluas ±
15.432.970 Ha. Areal IUP direncanakan seluas 24 Ha.(lihat Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2).

15
Sumber :http://kulonprogokab.go.id
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo

2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Untuk mencapai daerah penelitian dapat ditempuh dengan rute
Yogyakarta–Wates–Kulon Progo, dengan jarak ±60 km atau sekitar ± 1,5 jam
perjalanan dengan kendaraan bermotor. Tingkat kesampaian daerah cukup baik
karena dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan

16

kondisi jalan beraspal dan memiliki lebar jalan ±3m untuk di sekitar daerah
penelitan (lihat Gambar 2.3).
Untuk sarana perhubungan antara desa satu dengan desa yang lain maupun
kecamatan yang satu dengan yang lainnya dipergunakan sarana angkutan kota.
Secara umum kuantitasnya kurang memadai, sehingga sebagian besar warga
masyarakat menggunakan sepeda motor sebagai sarana angkutan pribadi,
sedangkan untuk sarana hubungan komunikasi di Desa Hargorejocukup memadai.

Sumber: Dokumentasi Kelompok XIII


Gambar 2.2
Jalan Desa Menuju Tempat Penelitian

2.3. Keadaan Lingkungan Daerah dan Penduduk


2.3.1. Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pemerintah Daerah Kecamatan Kokap pada tahun
2012, penduduk di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap mempunyai jumlah
penduduk sebesar 11.405 jiwa dengankepala keluarga 2.513 orang.Penduduk laki
– laki 5.724 jiwa dan penduduk perempuan 5.681 jiwa.Kelompok umurwarga
Desa Hargorejo dengan jumlah tertinggi adalah 19 tahun keatas, yakni sebesar
820 jiwa (lihat Tabel 2.1).

17

Adapun jumlah penduduk untuk Dusun Anjir jumlah penduduknya 780
jiwa dengan jumlah kepala keluarga 182 orang. Jumlah penduduk laki-laki 395
jiwa dan penduduk perempuan 385 jiwa. Kelompok umur dengan jumlah tertinggi
adalah 31 – 40 tahun, yakni sebesar 141 jiwa (lihat Tabel 2.2).

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Desa Hargorejo Menurut Umur

NO Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa)


1 0–1 187
2 2–4 290
3 5–6 220
4 7 – 12 759
5 13 – 15 469
6 16 – 18 479
7 19 – keatas 820
Sumber : Profil Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo 2012

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Dusun Anjir Menurut Kelompok Umur

NO Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa)


1 0 – 10 99
2 11 – 20 100
3 21 – 30 109
4 31 – 40 141
5 41 – 50 121
6 51 – 60 76
7 61 – 70 59
8 71 – 80 48
9 81 – 90 12
10 91 – 100 4
Sumber : Data Kelompok XIII

18

2.3.2. Kondisi Sosial Ekonomi
Berdasarkan data dari Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, dominasi sumber
mata pencarian penduduk Hargorejo adalah sebagai Pegawai Negri Sipil, TNI,
POLRI, wiraswasta, pertukangan, buruh tani, pensiunan dan lain – lain (lihat
Tabel 2.3).Sumber mata pencarian warga Dusun Anjirsebagian besar sebagai
petani, yakni sebesar 468 jiwa.Adapun wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil dan
buruh (lihat Tabel 2.4).
Tabel 2.3
Komposisi Pekerjaan Penduduk Desa Hargorejo

NO Jenis Pekerjaan Jumlah ( Jiwa)


1 Pegawai Negri Sipil 60
2 TNI 14
3 POLRI 12
4 Karyawan Swasta 523
5 Wiraswasta / Perdagangan 857
6 Pertukangan 86
7 Buruh Tani 373
8 Pensiunan 37
9 Nelayan -
10 Pemulung -
11 Jasa 247
Sumber :Profil Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap,
Kabupaten Kulon Progo 2012

Tabel 2.4
Komposisi Pekerjaan Penduduk Dusun Anjir

NO Jenis Pekerjaan Jumlah ( Jiwa)


1 Petani 468
2 Wiraswasta / Perdagangan 156
3 Buruh 78
4 Pegawai Negeri Sipil 78
Sumber : Data Kelompok XIII

19

2.3.3. Kondisi Sosial Budaya
Jumlah penduduk di Desa Hargorejo sebagian besar memeluk agama
Islam, dan sisanya memeluk agama Kristen dan katholik. (lihat Tabel 2.5). Hal ini
tidak jauh berbeda dengan warga di Dusun Anjir, dimana sebagian besar
warganya juga memeluk agama Islam, yakni sebesar177 (lihat Tabel 2.6). Di
Dusun Anjir terdapat tempat ibadah terdiri dari 3 masjid, dan 2 mushola.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Desa Hargorejo Menurut Agama

NO Agama Jumlah ( Jiwa)


1 Islam 10.671
2 Kristen 207
3 Katholik 527
4 Budha 0
5 Hindu 0
Sumber : Profil Desa Hargorejo
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Dusun Anjir Menurut Agama

NO Agama Jumlah ( Jiwa)


1 Islam 10.671
2 Kristen 207
3 Katholik 527
4 Budha 0
5 Hindu 0
Sumber :Data Kelompok XIII

Dalam bidang budaya, masyarakat setempat masih sangat memegang kuat


adat – istiadat dan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka. Selain itu,
ikatan kekeluargaan dan gotong royong masih sangat terasa.

20

2.3.4. Sarana dan Prasarana
Pada lokasi penelitian telah ditunjang beberapa sarana dan prasarana yang
meliputi kesehatan, pendidikan dan peribadatan.Di Desa Hargorejo terdapat
sebuah Puskesmas, SD, SMP dan SMA.Selain itu, terdapat 25 masjid, 4 mushola
dan 2 gereja.
Adapun di Dusun Anjir terdapat sebuah Puskemas Pembantu, Posyandu,
PAUD dan SD. Sarana peribadatan yang terdapat di Dusun Anjir adalah 3 buah
masjid dan 3 buah mushola.
2.3.5. Keadaan Flora dan Fauna
Flora yang tumbuh merata di Dusun Anjir diantaranya pohon jati, pohon
sengon, pohon bambu, pohon aren, pohon pisang, pohon melinjodan pohon ketela.
Pada lokasi perencanaan tambang terdapat akasia, pohon jati, pohon kelapa,
pohonsengon, pohon ketela, pohon arendan pohon pisang. Pohon - pohon tersebut
akan dilakukan ganti untung apabila dilakukan penebangan, terutama pohon jati
yang harganya tergantung umur dan diameter batang pohon tersebut.

Sumber : Dokumentasi Kelompok XIII


Gambar 2.3
Vegetasi di Daerah Penelitian

21

Di Dusun Anjir ini pohon jati merupakan vegetasi yang sangat dominan
diantara yang lain, hampir di seluruh lahan ditumbuhi pohon jati yang juga
merupakan aset berharga, hal ini dikarenakan pohon jati memiliki nilai jual yang
cukup tinggi sehingga dapat menambah pendapatan.
Fauna yang terdapat di daerah penelitian antara lain kambing, sapi, ayam,
bebek dan burung. Umunya fauna di daerah penelitian merupakan peliharaan
warga sekitar.

Sumber : Dokumentasi Kelompok XIII


Gambar 2.4
Fauna di Daerah Penelitian

2.3.6. Iklim
Dusun Anjir mempunyai iklim yang sama dengan daerah di Indonesia
padaumumnya, dimana daerah ini beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan.Temperature udara berkisar antara 22°C –
29°C.Dari data Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo terhadap data curah
hujan dan jumlah hari hujan tahun 2001 – 2011, dapat diketahui curah hujan
maksimum terjadi pada bulan Oktober tahun 2001 sebesar 803 mm / hari (lihat
Gambar 2.6) dan hari hujan maksimum terpadat bulan Maret tahun 2011 sebanyak
26 hari (lihat Gambar 2.11). Hal ini dapat dilihat pada tabel data hari hujan
bulanan dan curah hujan bulanan.

22

Tabel 2.1
DataCurah Hujan Bulanan dari Tahun 2001– 2011

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo

Sumber :Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo


Gambar 2.5
Curah Hujan 2001 - 2011

23

Tabel 2.2
Data Hari Hujan Bulanan dari Tahun 2001 – 2011

Sumber :Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo

Sumber :Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo


Gambar 2.6
Jumlah Hari Hujan 2001- 2011

24

2.4. Tata Guna Lahan
Areal yang ditambang berupa bukit, dan terdapat beberapa macam pepohonan.
Penduduk desa memanfaatkan lahannya untuk perkebunandan pertanian. Pada
bidang perkebunan, masyarakat menggunakan lahannya untuk memproduksi
tanaman aren atau nira yang merupakan bahan baku gula merah. Selain itu mereka
juga memanfaatkan lahan untuk menanam palawija, sayur dan buah – buahan.
Satwa yang banyak dijumpai antara lain lembu, sapi, kambing, ayam, burung,
dan beberapa hewan lainnya untuk diperdagangkan
Penggunaan tanah sebagai tanah sawah seluas 34 Ha, tanah kering
(perkebunan) 533 Ha, bangunan umum 3.320 Ha, tanah yang belum dikelola
sebagai hutan 407 Ha dan lain – lainnya sebesar 678 Ha.

Tabel 2.3
Sebaran Tata Guna Lahan

NO Bidang Pembangunan Kegunaan Lahan Luas Lahan ( Ha )


1 Pertanian Padi dan Palawija 87,93
Sayur – sayuran 80,802
Buah – buahan 278
2 Kehutanan Kayu Jati 133,6542
Kayu Albania 10,3002
Kayu Mahoni 4,5013
3 Perkebunan Kelapa 1300
Coklat 0,0008
4 Perikanan Empang / Kolam 0,0015
5 Pertambangan Batu Kapur 160,0002
Batu Gunung 112,0032
Batu Kali 14
Batu Bangunan 26,5006
Tanah Liat 75,0002
Sumber : Balai Desa Hargorejo, 2007

25

2.5. Geologi Daerah
2.5.1. Fisiografi
Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah perbukitan yang
bergelombang dengan ketinggian 120 mdpl, yang terbentuk dari batuan sedimen.
Umumnya satuan batuan terdiri dari batuan gamping, andesit dan Mangan.
Endapan Mangan terbentuk melewati berbagai proses, seperti proses
hidrotermal, metamorfik, sedimentasi dan residu. Endapan Mangan sedimenter
berupa Mangan Oksida (MnO2) yang berasosiasi dengan kegiatan vulkanis dan
batuan yang bersifat basa.
Secara fisiografis kondisi Kabupaten Kulon Progo wilayahnya adalah daerah
datar, meskipun dikelilingi pegunungan yang sebagian besar terletak pada wilayah
Utara, luas wilayahnya 17,58 % berada pada ketinggian < 7 m di atas permukaan
laut, 15,20 % berada pada ketinggian 8 - 25 m di atas permukaan laut, 22,85 %
berada pada ketinggian 26 - 100 m di atas permukaan laut, 33,00 % berada pada
ketinggian 101 - 500 m di atas permukaan laut dan 11,37 % berada pada
ketinggian > 500 m di atas permukaan laut. Jika dilihat letak kemiringannya, luas
wilayahnya 58,81 % kemiringannya < 15°, 18,73 % kemiringannya antara 16° -
40° dan 22,46 % kemiringannya > 40°. Kulon Progo terdiri dari dataran pantai di
bagian Selatan, di bagian Tengah dan Timur berupa topografi bergelombang
sampai berbukit, di bagian Barat dan Utara berupa perbukitan-
pegunungan.Rangkaian perbukitan-pegunungan di bagian barat dan utara Kulon
Progo ini dikenal sebagai perbukitan Menoreh.

2.5.2. Statigrafi
Geologi regional Kulon Progo telah banyak dibahas oleh beberapa ahli dengan
pendekatan analisa yang berbeda–beda, antara lain analisa paleontologi,
sedimentasi, fasies maupun tektonik. Peneliti – peneliti tersebut antara lain adalah
Van Bemmelen (1949), Raharjo dkk.(1995), Suyanto dan Roskamil
(1977).Stratigrafi regional daerah Kulon Progo yang tersusun oleh batuan –
batuan dari tua ke muda menurut Rahardjo dkk. (1977) adalah sebagai berikut
(lihat gambar 2.4):

26

a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan tersusun oleh batupasir bersisipan lignit, napal
pasiran, batu lempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan
batugamping, batu pasir dan tuf.Bagian bawah formasi ini tersusun oleh
endapan laut dangkal berupa batu pasir dan serpih dengan perselingan
napal dan lignit.Bagian atas dicirikan oleh batuan napal, batu pasir
gampingan, batu gamping dan tuf yang menunjukan endapan laut fasies
neritik. Formasi ini kaya akan Foraminifera dan Moluska. Berdasarkan
kajian Foraminifera Plankton formasi Nanggulan ini berumur Eosen
Tengah sampai Oligosen akhir.Formasi ini mempunyai ketebalan kira-kira
300 meter.
b. Formasi AndesitTua
Formasi Andesit Tua tersusun oleh breksi andesit, tuf, tuf lapili,
anglomerat dan sisipan aliran lava andesit.Komposisi lava terutama terdiri
dari andesit hiperten dan andesit augit – hornblende.Kepingan tuf napalan
yangmerupakan hasil rombakan dari lapisan yang lebih tua dijumpai di
kaki Gunung Mudjil.Di bagian bawah formasi ini mengandung fosil
plankton yang menunjukan umur Oligosen Akhir.Oleh karena bagian
bawah formasi Sentolo berumur Miosen Awal mempunyai yang ketebalan
kira-kira lebih dari 600 meter.Untuk Formasi Andesit Tua ini dibagi lagi
kedalam Formasi Kulon Progo yang mempunyai lingkungan darat dan
Formasi Giripurwo dengan lingkungan laut. Formasi Andesit Tua
terbentuk lebih dari 1 sumber gunung api yaitu gunung api Gajah, gunung
api Ijo dan Gunung api Menoreh (Van Bemmelen, 1949).
c. Formasi Jonggrangan
Formasi Jonggrangan bagian bawah terdiri dari konglomerat yang
ditumpangi oleh napal tufan dan batu pasir gampingan bersisipan
lignit.Kea rah atas berubah menjadi batu gamping berlapis dan batu
gamping koral.Batu gamping ini membentuk bukit kerucut disekitar Desa
Jonggrangan.Formasi ini dianggap berumur Miosen Awal - Miosen
Tengah dan di bagian bawah berjari dengan bagian bawah Formasi

27

Sentolo.mempunyai ketebalan sekitar 250 meter. Formasi Jonggrangan
terendapkan pada lingkungan laut dangkal.
d. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo tersusun oleh batu gamping dan batu pasir
napalan.Bagian bawah formasi ini terdiri dari konglomerat alas yang
ditumpangi batupasir gampingan, napal tufan dengan sisipan tuf kaca.
Kearah atas berangsur – angsur berubah menjadi batugamping berlapis
bagus yang kaya akan Foraminifera. Penelitian plankton oleh Kadar
(1975) menunjukan umur Formasi Sentolo berkisar antara Miosen Awal
sampai Pliosen (zona N 7 – N 21).Formasi ini mempunyai ketebalan kira-
kira 950 meter.Tersingkap baik didaerah Sentolo.
e. Aluvium
Aluvium terdiri dari krakal, pasir, lanau dan lempung sepanjang sungai
yang besar dan dataran pantai.Aluvium sungai berdampingan dengan
aluvium rombakan bahan vulkanik.

Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didominasi oleh batu gamping dan sedikit
endapan aluvial kuarter.Tanah penutup dibagian paling atas berwarna coklat
kehitaman, jenis tanah lempung dan sedikit kerikil. Setelah tanah terdapat lapisan
batu gamping dengan ketebalan bervariasi antara 10 – 15 m, berwarna putih terang,
struktur sedimen (berlapis), dengan variasi kadar CaO yang semakin kebawah
semakin besar.

28

Sumber : Data Kelompok XIII
Gambar 2.7
Peta Geologi

Batuan dasar yang menyusun bagian selatan daerah penelitian adalah


batupasir tuf Formasi Semilir berumur Oligosen-Miosen dan lava bantal basal
yang secara stratigrafi terletak di bawah batupasir tuf. Batuan dasar di bagian
Barat Daya- Barat tersusun atas batugamping nonklastika dan batugamping –
napal Formasi Sentolo, sedangkan di bagian barat tersusun atas breksi dan lava
andesit Formasi Andesit Tua.Secara tidak selaras di atas batuan dasar terdapat
endapan Gunung Merapi, yang terdiri atas perselingan endapan lahar, fluvium,
dan endapan awan panas.
2.5.3. Struktur Geologi
Perkembangan struktur geologi daerah penelitian tidak terlepas dari proses
geologi yang membentuk kubah Kulon Progo. Menurut Van Bemmelen (1949)
terdapat dua fase pengangkatan pada kubah Kulon Progo.Fase pertama terjadi pada
akhir aktifitas Gunung Menoreh (akhir Aquitania), yaitu pada waktu kubah terbentuk.
Fase kedua terjadi pada kala Pleistosen, yaitu fase yang menyebabkan pegunungan
ini terangkat kembali dan mengakibatkan terbentuknya sesar – sesar yang membentuk
polar raider.

29

Pada Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditemukan struktur geologi berupa
kekar – kekar yang terbentuk oleh batuan intrusi intermediet – felsik yang berumur
Tersier sampai Kuarter.Untuk struktur geologi seperti lipatan, sesar dan patahan tidak
dijumpai pada lokasi penelitian.

2.6. Keadaan Endapan


Daerah Perbukitn Menoreh merupakan daerah yang relatif luas namun
memiliki kondisi geologi yang kompleks.Semua jenis batuan dapat dijumpai di
daerah ini pada tempat-tempat singkapan yang mudah dicapai.Salah satuan batuan
yang tertua di Jawa, yang berupa kompleks batuan metamorf dan batuan Paleogen
yang banyak mengandung fosil juga tersingkapdi daerah ini.Batuan yang tertua di
perbukitan Menoreh khususnya Gunung Kukusan berupa kompleks batuan beku,
terutama berupa andesit, gamping, dan trass.
Daerah sekitar puncak Gunung Kukusan adalah sebagian besar perbukitan
yang tersusun oleh batuan beku.Kondisi morfologinya cukup kasar mirip
perbukitan batuan metamorf, namun relief yang ditunjukkan puncak-puncaknya
lebih kuat dari perbukitan metamorf.

2.6.1. Bentuk dan Penyebaran Endapan


Pembentukan mangan di daerah penyelidikanerat kaitan dengan proses
hidrotermal dimana alterasi yang berkembang di daerah penyelidikan berupa
ardgilik lembah dicirikan dengan ditemukan mineral pesilomelange yang
merupakan pencirian dari endapan hidrotermal dengan penampakan secara
megaskopis berwarna abu-abu tua, dengan bentuk endapan residual yang
terbentuk melensa. Mangan ditemukan disekitaran sumuran dengan ketebalan
antara 20 meter. Akibat aktivitas hidrotermal tersebut menyebabkan satuan batuan
tufa andesitik mengalami ubahan. Dekomposisi mineral feromagnesium yang
mengandung unsur mangan kemudian melepaskan unsur-unsur mangannya yang
mengisi rekahan-rekahan dan akhirnya diendapkan pada satuan tufa andesit.
Pembentukan endapan sekunder (sedimenter) dilokasi penyelidikan
dipengaruhi oleh pelapukan dan media air, dicirikan dengan ciri fisik dan bentuk
struktur seperti ditemukan endapan bijih mangan yang berupa lapisan atau layer.

30

Adapun di Barat Daya dan Utara daerah penyelidikan dengan ketebalan antara 50-
70 cm.

Sumber : Dokumentasi Kelompok XIII


Gambar 2.8
Singkapan Mangan di Daerah Penelitian

2.6.2.Sifat dan Kualitas


Ada beberapa jenis pyrolusit dilihat dari prosesnya yaitu dari endapan
hidrotermal, endapan residual dan endapan sedimentasi.Sifat endapan pyrolusit itu
sendiri bersifat basa. Berwarna hitam kelabu gelap, berat jenisnya 3,3 – 5,5,
kekerasan 2 – 6,5, kilap suram seperti kaca.

Kualitas endapan pyrolusit tergantung pada pegunaannya, seperti pada


industri baja Mn yang berkadar 40% dan pada industri pembuatan baterai
dibutuhkan MnO2 berkadar kurang lebih 80%.

Adapun Mangan yang terdapat di daerah penelitian ini memiliki


kadarMnO228% – 29%. Dikarenakan konsumen dari perencanaan tambang ini
adalah industri pembuatan baterai, maka akan dilakukan blending agar kadar yang
diinginkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

31

2.7.3. Cadangan

2.7.3.1. Cara Penaksiran Cadangan


Kriging berasal dari kata Krige, seorang professor ahli pertambangan
Jerman yang menggeluti pertambangan emas di Afrika Selatan. Beliau
menemukan persamaan, disebut persamaan Kriging, untuk menghitung kadar
2
estimasi k* dan varian estimasi (disebut varian Kriging, sK ), sebuah blok yang
akan diestimasi oleh sejumlah titik estimator disekeliling blok tersebut. Persamaan
yang dikembangkan tersebut dipercaya akan memberikan proses estimasi linier
terbaik, sehingga disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimation).
Prof. Krige menurunkan rumusan varian estimasi sE2 yang
2
“diminimumkan” dengan faktor Lagrange. Jadi varian Kriging sK adalah varian
2
estimasi sE yangtelah diminimumkan dengan faktor Lagrange, oleh sebab itu
2
nilai sK < sE2. Pada dasarnya Prof. Krigemenyusun dua persamaan, yaitu
persamaan Kriging untuk mencari bobot yang diterima masing-masing titik
2
estimator, dan persamaan varian Kriging sK untuk mencari kesalahan estimasi.
2.7.3.2. Hasil Perhitungan Cadangan

Lensa 1
Blok Volume Mn Blok Volume Mn Blok Volume Mn
1 12,50 14 68.75 27 487.50
2 50.00 15 550.00 28 650.00
3 12.50 16 516.66 29 325.00
4 156.25 17 15.63 30 375.00
5 218.75 18 233.33 31 500.00
6 6.25 19 700.00 32 166.67
7 80.00 20 525.00 33 150.00
8 366.67 21 400.00 34 300.00
9 245.00 22 800.00 35 56.25
10 3.90 23 600.00 36 25.00
11 349.50 24 437.50 37 50.00
12 450.00 25 750.00 38 6.25
13 150.00 26 437.50 Total 11227,36

32

Lensa 2 Lensa 3
Blok Volume Mn Blok Volume Mn

1 4,17 1 31,25
2 15,63 2 187,50
3 125,00 3 83,33
4 93,75 4 337,50
5 131,25 5 309,38
6 320,84 6 525,00
7 66,67 7 612,50
8 125,00 8 525,00
9 500,00 9 666,67
10 125,00 10 50,00
11 87,50 11 337,50
12 700,00 12 666,67
13 131,25 13 103,13
14 93,75 14 150,00
15 766,67 15 131,25
16 66,67 Total 4716,67
17 240,63
18 446,88
19 218,75
20 175,00
21 187,50
22 62,50
23 100,00
24 6,25
Total 4790,64

33

Lensa 4
Blok Volume Mn
1 75,00
2 100,00
3 175,00
4 233,33
5 250,00
6 333,33
7 350,00
8 466,67
9 350,00
10 466,67
11 312,5
12 333,33
13 218,75
14 218,75
15 100,00
16 37,5
Total 1866,67

Total Volume : 22601.34 m³


Tonase : 79104.6795 ton
Umur Tambang : 16 tahun

34

BAB III
GEOTEKNIK DAN METODE PEMBONGKARAN

3.1. Kajian Geoteknik


Geoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang berkonsentrasi pada
aplikasi teknologi teknik sipil untuk konstruksi yang melibatkan material alam yang
terdapat pada atau dekat permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi
dari rekayasa geoteknik pada kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu mekanika tanah, mekanika batuan,
geologi, hidrologi dan hidrogeologi. Melalui geoteknik tambang diharapkan
rancangan suatu tambang baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah dapat
dilakukakn analisis kestabilan yang terjadi karena proses penggalian dan atau
menimbunan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman
dan ekonomis.
Peranan geoteknik dalam perancangan tambang adalah melakukan
“pendekatan” kepada kondisi massa tanah dan batuan yang kompleks, menggunakan
teknik-teknik dan instrument-instrument yang tersedia dalam rekayasa geoteknik,
sehingga sifat-sifat dan perilaku masa tanah dan batuan betul-betul telah dikuasai,
sepenuhnya sebelum membangun suatu struktur (bisa lereng, terowongan, sumuran)
pada massa tanah dan batuan tersebut.
Tujuan utama program penyelidikan geoteknik dalam suatu proyek
pertambangan adalah untuk :
1. Memperoleh data kuantitatif kondisi geologi, hidrologi, hidrogeologi, sifat fisik
dan sifat mekanik.
2. Mengetahui karakteristik massa batuan atau tanah sebagai dasar perancangan
penambangan
3. Menyusun suatu klasifikasi dari berbagai tipe urutan stratigrafi batuan, dan
untuk mengkaji stabilitas relatifnya dibawah tegangan terinduksi akibat
penambangan.

35

4. Mengembangnkan rancangan lereng yang stabil untuk tambang terbuka atau
rancangan masuk /pilar untuk penambangan yang akan datang berdasarkan
analisis sensitivitas terhadap kondisi geoteknik dari strata atau kedalaman
overburden.

3.1.1. Uji laboratorium


Dari hasil pengujian dilaboratorium maka diperoleh data sebagai berikut :
1. Sifat fisik
Tabel. 3.1.
Hasil Uji Sifat Fisik
KETERANGAN MANGAN ANDESIT GAMPING
Berat cawan 35 38.4 37.1
Berat asli wn 226.25 301.2 289.2
Berat jenuh ww 231.6 305.5 303.5
Berat tergantung ws 136 176 168
Berat kering wo 207.5 281.1 270.1
Bobot isi asli 2.37 2.33 2.13
Bobot isi kering 2.17 2.17 1.99
Bobot isi jenuh 2.42 2.36 2.24
Apparent SG 2.17 2.17 1.99
True SG 2.90 2.67 2.65
Kadar air asli % 9.04 7.15 7.07
Kadar air jenuh % 11.61 8.68 12.37
Derajat kejenuhan % 77.80 82.38 57.19
Porositas % 25.21 18.84 24.65
Void ratio 0.34 0.23 0.33
Sumber : Data kelompok XIII
2. Kuat geser langsung
Dari hasil percobaan kuat geser langsung diperoleh sudut geser dan kohesi
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Kuat Geser
KETERANGAN SATUAN MANGAN ANDESIT GAMPING
Kohesi MPa 0.31 0.52 0.23
sudut geser dalam θ ... ⁰ 28.41 22.41 37.03
Sumber : Data kelompok XIII

36

3. Kuat tekan uniaksial
Tabel. 3.3
Hasil Uji Kuat Tekan

KETERANGAN SATUAN MANGAN ANDESIT GAMPING

Nilai Kuat Tekan σc MPa 2.24 23.60 12.40


Batas elastis σe MPa 2.06 19.88 6.20
Modulus Young Eavg MPa 9.11 1242 1940.3
Possion ratio υ - 0.32 0.086 0.38
Sumber : Data Kelompok XIII

2.5

1.5
εa
εl

1 εv

0.5

0
-0.01 -0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02

Grafik 3.1
Hasil Uji Kuat Tekan Mangan

37

25

20

15 εa
εl
10 εv

0
-0.03 -0.02 -0.01 0 0.01 0.02 0.03 0.04

Grafik 3.2
Hasil Uji Kuat Tekan Andesit

14

12

10

8 εa
εl
6
εv

0
-0.01 -0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02

Grafik 3.3
Hasil Uji Kuat Tekan Gamping

38

3.1.2. Analisis Kemantapan Terowongan
Metode empirik adalah rancangan berdasarkan analisis statistik, yaitu melalui
pendekatan empirik dari banyak pekerjaan serupa sebelumnya. Pendekatan empirik
yang paling baik adalah klasifikasi massa batuan, contohnya adalah Klasifikasi Rock
Massa Ratting dan Massa Ratting.
Klasifikasi Rock Massa Ratting (RMR = klasifikasi Geomekanika) dibuat
pertama kali oleh Beiniawski (1973). Sitem klasifikasi ini telah dimodifikasi
beberapa kali, terakhir pada tahun 1989. Modifikasi selalu dengan data yang baru
agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan standart
internasional.
Klasifikasi massa batuan Rock Massa Ratting menggunakan parameter
berikut ini.
1. Kuat tekan uniaksial dari material batuan
2. Rock quality design (RQD)
3. Spasi ketidak-menerusan
4. Kondisi rekahan meliputi : kekerasan (rougnes), lebar celah (aperture) dan
ketebalan bahan pemisah/pengisi celah (width filled/gouge), tingkat pelapukan
(weathered) dan kemenerusan kekar/terminasi (extension).
5. Kondisi air tanah
6. Orientasi ketidak-menerusan.
Parameter ke enam (orientasi ketidak-menerusan) pemakaian dan
penerapanya disesuaikan dengan penggunaan RMR untuk rekayasa batuan. Terkait
dengan materi yang dibahas, yaitu lereng, maka parameter ke enam tersebut
disesuaikan untuk keperluan analisis kestabilan lereng seperti yang dikemukakan
Romana (1985).
Parameter dan pembobotan sistem RMR dapat dilihat pada tabel 3.6.
Sedangkan RQD (Rock Quality Design) adalah modifikasi persentase perolehan inti
pemboran yang utuh dengan panjang 100 mm atau lebih. Palmstorm (1982)
mengusulkan jika tidak tersedia inti, maka RQD dapat deperkirakan dari jumlah
kekar-kekar (joints) per meter.
Nilai RQD dihitung dengan rumus :
RQD (%) = 100e-0,1λ (0,1λ+1)
39

Setelah dilakukan pengamatan dilapangan diperoleh data kekar sebagai
berikut :
1. Kekar Mangan :
Kekar A = 8.93 buah
Kekar B = 16.18 buah
Kekar C = 11.07 buah
Rata-rata kekar = 12.06 buah
Maka dapat diketahui jumlah rata-rata kekar adalah 12 buah
RQD (%) = 100e-0.1 x 0.083 (0,1 + 1) = 68%
2. Kekar Andesit :
Kekar A = 9.34 buah
Kekar B = 11.65 buah
Kekar C = 9.15 buah
Rata-rata kekar = 10.05 buah
Maka dapat diketahui jumlah rata-rata kekar adalah 10 buah
RQD (%) = 100e-0.1 x 0.1(0,1 + 1) = 66%
3. Kekar Gamping :
Kekar A =0
Kekar B = 22.14 buah
Kekar C = 19.23 buah
Rata-rata kekar = 12.06 buah
Maka dapat diketahui jumlah rata-rata kekar adalah 12 buah
RQD (%) = 100e-0.1 x 12 (0,1 + 1) = 68%
Dengan :
λ = jumlah kekar permeter

40

Tabel 3.4
Parameter Klasifikasi dan Pembobotanya Dalam Sistem RMR
Parameter
Selang Nilai
Untuk kuat
Kuat
PLI (MPa) >10 4-10 2-4 1-2 tekan rendah
Tekan
perlu UCS
1 Batuan
5- 1-
Utuh UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 <1
25 5
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25
2
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak Diskontinuiti (m) >2 0.6-2 0.2-0.6 0.06-0.2 <0.06
3
Bobot 20 15 10 8 5
Sangat
kasar , Agak
Gouge lunak
tidak kasar,
Slinkensided/tebal tebal >5mm,
menerus, pemisahan Agak kasar, pemisahan
gouge <5mm, atau atau
4 Kondisi Diskontinuiti tidak ada 1 mm, <1 mm, dinding sangat
pemisahan 1-5mm, pemisahan
pemisahan, dinding lapuk
menerus >5mm,
dinding agak
menerus
batu tidak lapuk
lapuk
Bobot 30 25 20 10 0

Aliran/10m
panjang tunnel None <10 10-25 25-125 >125
Air (ltr/menit)
tanah
5 pada
Tek. Air pada
kekar
kekar/maks
0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
tegangan utama
(MPa)
Kondisi Umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Bobot 15 10 7 4 0
Arah Jurus Memotong Sumbu Terowongan Jurus
searah Kemiringan 0⁰-
Maju searah Arah jurus searah sumbu
Maju melawan kemiringan sumbu 20⁰ tdk
kemiringan terowongan
Efek Orientasi terowongan perhatikan
Jurus 45⁰- kemiringan
45⁰-90⁰ 200⁰-45⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰
6 90⁰
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
Menguntungkan Sedang Sedang
menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan
Terowongan 0 -2 -5 -10 -12 -5 -10
Bobot Fondasi 0 -2 -7 -15 -25 -7 -15
Lereng 0 -2 -25 -50 -60 -25 -50
Sumber : Perencanaan Tambang 2

41

Tabel 3.5
Perhitungan RMR System
Pembobotan Pembobotan Pembobotan Pembobotan
Parameter Mangan Mangan Mangan Mangan
Lensa A Lensa B Lensa C Lensa D
1. Kekuatan batuan utuh 1 1 1 1
2.RQD (%) 13 13 13 13
3. Spasi rekahan 10 10 10 10
4. Kondisi rekahan 25 25 25 25
5. Kondisi air tanah 7 7 7 7
6.Orientasi
0 0 -12 -2
ketidakmenerusan
Jumlah 56 56 44 54
Sumber : data kelompok XIII
Terkait dengan materi lubang bukaan, parameter ke enam yaitu orientasi
ketidak-menerusan disesuaikan untuk keperluan analisis stabilitas lubang bukaan.
Parameter ke enam dipakai untuk mengkoreksi RMR lubang bukaan (terowongan)
ditentukan dengan Tabel 3.6 dan 3.7
Tabel 3.6
Efek Orientasi Jurus & kemiringan kekar dalam terowongan
Arah jurus memotong sumbu terowongan Arah Jurus searah sumbu Kemiringan 0⁰-
terowongan 20⁰ tidak
Maju searah kemiringan <laju melawan kemiringan
memperhatikan
45⁰- 90⁰ 20⁰- 45⁰ 45⁰- 90⁰ 20⁰- 45⁰ 45⁰- 90⁰ 20⁰- 45⁰ kemiringan
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
menguntungkan Sedang Sedang
menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan
Sumber : Perencanaan Tambang 2
Tabel 3.7
Penyesuaian Pembobotan Orientasi Kekar Untuk Terowongan
Orientasi Sangat menguntungkan sedang Tidak Sangat tidak
jurus & menguntungkan menguntungkan menguntungkan
kemiringan
Pembobota 0 -2 -5 -10 -12
n 0 -2 -7 -15 -25
0 -2 -25 -50 -60
Sumber : Perencanaan Tambang 2

Dari perhitungan diatas diperoleh RMR tiap lensa dipasang penyangga


heading and bench 1,5-3 advance in top, Complete support 10 m from face.
Systematic bolts 4m long, spaced 1,5 – 2 m, in roof & walls with wire, esh in crown.
42

• Perhitungan σ1 dan σ3 untuk shaft
σz diasumsikan sama dengan σv sebagai tegangan vertikal, jadi nilai σz akan
sama dengan σv.
σv = γ H
= 2.24 x 25 m
= 0, 5575 MPa
Dimensi shaft : 2 x 3 m , dengan SF 1,83 (gambar 3.1)

Gambar 3.1
Dimensi Bukaan Vertical Shaft

• Perhitungan σ1 dan σ3 untuk tunnel


Tekanan vertikal σz disebut juga tegangan gravitasi. Dianggap bahwa medan
tegangan gravitasional, yaitu berat batuan penutup yang merupakan tekanan vertikal
σz, maka σz = γ H.
(γ = bobot isi batuan penutup, dan H = ketebalan lapisan batuan penutup)
Medan tegangan gravitasional di atas masih berdasarkan anggap bahwa :
1. Batuan ialah elastik-linier, isotropik, homogen
2. Batuan secara lateral terkurung sempurna
3. Belum memperhitungkan tegangan-tegangan akibat tektonik
σv = γ H
= 2.24 x 25 m
= 0, 5575 MPa
!
σH = σv
"#!
%,'(
= 𝑥 0,5575
"#%,'(

43

= 0,3416 Mpa
Dimensi tunnel lebar 2 m dengan tinggi 3 m dengan SF dinding 1,57 roof 1,04
sehingga diberi penyangga wire mess dan rock bolt (gambar 3.2)

Gambar 3.2
Dimensi Bukaan Tunnel

Berdasarkan perhitungan RMR diatas juga dapat diperoleh Stand Up Time


tunnel dimana dapat diketahui waktu maksimum lamanya tunnel dapat berdiri tanpa
adanya penyangga dan lebar maksimum roof sebelum runtuh. (gambar 3.3)

Gambar 3.3
Hubungan Antara Stand Up Time dan Span untuk Berbagai Massa Batuan
Berdasarkan Klasifikasi Geomekanika

44

Hasil hubungan dari gambar diatas dengan RMR didapatkan Stand Up Time
tunnel sebesar 250 jam dan nilai maksimum roof tanpa penyangga sebelum runtuh
adalah 9 m.

3.2. Metode Pembongkaran

Gambar 3.4
Kriteria Indeks Kekuatan Batu (Franklin, dkk., 1971)
Penambangan Mangan yang ada di Dusun Anjir ini direncanakan
menggunakan sistem tambang bawah tanah. Cadangan bijih Mangan yang tersebar
berupa lensa-lensa tidak memungkinkan untuk ditambang dengan metode tambang
bawah tanah pada umumnya. Oleh karena itu, metode tambang bawah yang
digunakan adalah metode coyoting atau lubang tikus.
Kegiatan tambang diawali dengan pembuatan vertical shaft, dimana
pengerjaannya memanfaatkan masyarakat sekitar menggunakan peralatan semi-
mekanis. Vertical shaft ini diperkirakan memiliki kedalaman sekitar 25 meter dari
permukaan tanah dan memiliki 2 kompartemen. Kompartemen-kompartemen ini
berfungsi sebagai jalan masuk maupun keluar bagi pekerja, ventilasi tambang,
penyaliran tambang dan jalur pengangkutan material hasil pembongkaran.
Kegiatan penambangan dilakukan setelah vertical shaft terbentuk, yakni
dengan membongkar Mangan yang dilakukan secara semi-mekanis menggunakan
jack drill. Alat ini diharapkan mampu melepaskan Mangan dari batuan induknya
sebelum diangkut menggunakan drum hoist menuju permukaan dan dilanjutkan ke
proses pengolahan.

45

Tahap selanjutnya setelah pemecahan selesai batu andesit dipindahkan
dengan menggunakan alat backhoe ke stockpile dan dengan lantai menggunakan
lapisan tanah yang ada di sekitar.
Pada pembongkaran mangan agar pembongkaranya dapat berhasil dengan
baik sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
- Kekuatan batuan
Kekuatan batuan adalah kemampuan batuan terhadap gaya yang bekerja
padanya.
- Kerapatan batuan
Kerapatan batuan dapat diartikan sebagai berat batuan per satuan volume.
Batuan yang mempunyai kerapatan besar memerlukan jumlah energi yang besar
pula untuk memisahkanya dari batuan induknya.
- Kekenyalan
Sifat kekenyalan batuan menunjukan sifat kelenturan batuan.
- Struktur batuan
Struktur batuan seperti patahan, bidang perlapisan dan kekar sangat berpengaruh
terhadap kegiatan penggalian dan penggergajian sebagai contoh adalah kekar.
Kekar adalah rekahan pada batuan yang tidak mengalami pergeseran dan
merupakan bidang lemah.

46

BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN

Pada area penelitian, kondisi bahan galian mangaan di Desa Hargorejo


berada di kedalaman 20 hingga 25 meter dibawah permukaan tanah dengan
penyebaran berbentuk lensa - lensa. Sistem penambangan yang sesuai dengan
kondisi bahan galian tersebut adalah sistem tambang bawah tanah.Parameter yang
digunakan untuk membuat desain penambangan tambang bawah tanah diperoleh
dari hasil studi geoteknik pada BAB III.

4.1. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan.


Penambangan bahan galian Mangaan direncanakan menggunakansistem
tambang bawah tanahdengan metode Room and Pillar.Metode ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa kondisi bahan galian yang berbentuk seperti lensa dengan
panjang ± 100 m dan lebar ± 36 m. Selain itu, metode Room and Pillar memiliki
beberapa keuntungan, antara lain:
a. Biaya yang relatif rendah
b. Memungkinkan seleksi stope dan waste ditinggal pada ruang kosong
Memungkinkan dilakukan mekanisasi dari Drilling sampai Loading Used
Trackless
c. Development cepat dan Development dilakukan pada bijih itu sendiri
Berdasarkan analisis geoteknik yang telah diteliti dapat disimpulkan bahwa
stabilisasi penyanggaan dan terowongan cukupaman. Tata cara penambangan
diawali dengankegiatan landclearing, pembuatan vertical shaft dan terowongan,
penyanggaan, penambangan, pengolahan dan reklamasi lahan bekas tambang.
Pada WIUP terdapat berbagai macam vegetasi seperti bambu, pohon pisang,
ketela, pohon jati, pohon akasia dan pohon kelapa, maka lokasi penambangan,
areal pengolahan, kantor dan tempat penimbunan harus dibersihkan dari vegetasi
yang ada. Pembersihan vegetasi dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia
dan Bulldozer. Setelah semua vegetasi yang berada pada Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) milik PT. Centrino Mangaanese bersih, kemudian
dilakukan pembuatan vertival shaft pada daerah yang akan dilakukan kegiatan
penambangan dengan bantuan jackhammer, drilling stand, jeckleg dan bantuan
manusia, sehingga bahan galian Mangaan yang berada pada daerah tersebut, dapat
ditambang kemudian direduksi dengan crushing dan sizing (pengolahan).

Menentukan Titik Penggalian

DEVELOPMENT
Penggalian : Linggis, Palu,
Jack Hammer
Pemuatan : Sekop
Pengangkutan : Wheelbarrow

PENYANGGAAN
Palu, Kayu, Paku, Tangga

PENGGALIAN
Penggalian : Linggis, Palu,
Jack Hammer
Pemuatan : Sekop
Pengangkutan : Wheelbarrow

CRIBBING
Palu, Kayu, Paku, Tangga

Gambar 4.1.
Bagan Alir Kegiatan PanambanganBijih Mangaan PT. Centrino Manganese

4.2. TahapanKegiatan Penambangan


Kegiatan penambangan merupakan kegiatan untuk melepaskan batuan
Mangaan dari batuan induknya yaitu batu gamping dengan menggunakan
jackhammer.
Gambar 4.2.
Jack Hammer

Secara umum kegiatan penambangan dibagi menjadi beberapa tahap,


yaitu:
1. Pembuatan Jalan Tambang
Pembuatan jalan tambang diperlukan untuk menghubungkan jalan desa
dengan lokasi penambangan. Jalan tambang dibuat secara manualmenggunakan
motor graderdimana lebar jalan 5 m. Pembuatan jalan tambang secara manual
dilakukan dengan cara digali, membongkar atau menggali bagian jalan yang
tidak rata dan menimbun bagian jalan cekung, dan motor grader digunakan
untuk meratakan tanah, sehingga diperoleh jalan tambang dengan kemiringan
(grade) diusahakan kurang dari 10 %.

2. Pembuatan Vertical Shaft


Pembuatan Vertical Shaft dimaksudkan untuk membuat lubang bukaan
yang akan digunakan untuk akses utama. Pada tahap awal dilakukan dengan
menggunakan alat semi mekanisdan bantuan tenaga masyarakat sekitar.

3. Pembongkaran
Pembongkaran dilakukan untuk memisahkan Mangaan dalam bentuk
bongkahan dari batuan induknya.Produksi tambang yang ditargetkan adalah
4,85m3/hari, yaitu sesuai dengan kapasitas alat yang digunakan.
Tahapan pembongkaran Mangaan untuk membentuk bongkahan adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan titik penggalian
Penentuan titik penggalian pada bagian bukaan tambang yang akan
dibongkar, didasarkan dengan cara melihat kekar atau rekahan yang ada.
b. Memecahkan batuan induk
Alat semi mekanis beroperasi pada rekahan yang ada, kemudian alat
dioperasikan dengan arah penggalian horizontalsehingga Mangaan dapat
terlepas dari batuan induknya.
c. Mereduksi ukuran
Bongkahan yang telah terlepas dari batuan induknya direduksi dengan
menggunakan alat semi mekanis agar ukuran bongkahan tersebut menjadi
ukuran yang lebih kecil sehingga dapat mudah diangkut.
d. Pengangkutan
Batuan yang telah direduksi tersebut dipindahkan menggunakan tenaga
manusia dan diangkut ke permukaan dengan cage.

4.3. Rencana Produksi


Target produksi yang direncanakan adalah sebesar 11,43 m3/hari dengan
densitas Mangan 3,5 ton/m3. Selama kegiatan penambangan hingga unit
pengolahan diperkirakan akan terjadi kehilangan, maka rencana target produksi
dalam LCM dengan faktor pengembangan1,45(sumber : SME Mining
Engineering Handbook 2nd Edition Volume 2 Howard L. Lartman page
1314)adalah16,57 m3/hari.Jumlah hari kerja yang direncanakan adalah 25
hari/bulan,sehingga akan diperoleh target produksi per bulan
sebesar414,29m3/bulan dan 4971,43 m3 pada tiap tahunnya.
Jumlah rencana cadangan tertambang adalah 114.702 ton dengan umur
tambang 7 tahun. Apabila permintaan pasar akan Mangaan meningkat maka
produksi akan ditingkatkan, dan sebaliknya bila terjadi penurunan permintaan
maka jumlah produksi dapat diturunkan.
a. Geometri Lubang bukaan vertikal (Vertical Shaft)
- Kedalaman20-25m
- Lebar 2 m
- Panjang 3 m
b. Lubang bukaan horizontal
- Lebar 2 m
- Tinggi 2 m

4.4. Peralatan
4.4.1. Pemilihan Jenis Peralatan
Tingkat produksi Mangaan, pembuatan jalan tambang, jarak
pengangkutan dan kapasitas peralatan yang akan digunakan dijadikan bahan
pertimbangan dalam pemilihan jenis peralatan.Disamping itu pemilihan alat juga
mengacu pada aspek teknis dan tingkat ekonomi perusahaan. Jenis peralatan yang
digunakan untuk kegiatan penambangan batuan Mangaan di Desa Hargorejo
meliputi alat panambangan, alat muat, dan alat pengangkutan.

Tabel 4.1.
Peralatan yang digunakan dalam penambangan

Nama/Jenis Type Jumlah Kapasitas Fungsi

Dozzer - Pembersihan lahan


Caterpillar - Meratakantop soil
D7G 1 1,5 m³
track type - Penimbunan dan
tractor penggusuran
- Penggalian top soil
Excavator
PC200-7 1 0,93 m³ - Pengerukan lumpur pada
Komatsu
settling pond
Mengangkut material
Tossa Hercules
110 HD 5 500kg mangaan ke tempat
Dump
pengolahan
Pneumat - Memecahkan Batuan Induk
Jack hammer,
ic - Mereduksi Ukuran
drilling stand, 6 -
Jack - Penggalian Shaft dan Adit
jeckleg
Hammer - Pembongkaran bijih mangan.
- Mengangkut bijih mangaan
Wheelbarrow EB6200 20 130 kg
dari ROM ke stockyard
- Pembongkaran bijih
Manual Cangkul
mangaan
(non mechanic) Linggis
- Pembuatan jalan tambang
4.4.2. Pemilihan Spesifikasi Teknis Peralatan
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan spesifikasi teknis
peralatan adalah :
a. Karakteristik endapan bijihMangaan.
b. Aspek teknis dan ekonomis.
c. Dukungan teknis yang mencakup pelayanan purna jual dari perusahaan yang
menyediakan peralatan.

4.5 Rancangan Sistem Penyanggaan


Dalam kegiatan tambang bawah tambang, salah satu aspek yang
terpenting dalam mendukung kegiatan penambangan adalah sistem penyanggan.
Hal ini dikarenakan stabilitas massa batuan yang berada disekeliling lubang
bukaan terganggu dan menjadi tidak stabil. Selain itu juga untuk memperhatikan
keselamatan pekerja dan peralatan tambang sehingga target produksi yang telah
ditentukan dapat terpenuhi.
Desain penyangga yang digunakan dalam menyangga lubang bukaan
berupa kayu kelas II. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan
adalah :
a. Tebal batuan penutup relatif dangkal sekitar 20 – 25 meter
b. Cost yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan penyangga
baja
c. Mudah untuk dipotong, dibawa, dibentuk, dan mempunyai berat yang
ringan
Pada perencanaan ini kebutuhan kayu yang dibutuhkan untuk
penyanggan per meter adalah 0.3990 m³ untuk adit dan 0.0019 m3 untuk vertical
shaft.
Tabel 4.2
Kebutuhan Kayu untuk Adit

Kebutuhan Konsumsi kayu (per m)


1 cap 0,0009 m3
2 post 0,001 m3
Total 0,0019 m3
Tabel 4.3
Kebutuhan Kayu untuk Vertical Shaft

Kebutuhan Konsumsi kayu (per m)


1 cap 0,0830 m3
2 post 0,1661 m3
15 wedge 0,1507 m3
Total 0,3990 m3

4.6 Sistem Ventilasi


Pembuatan bukaan yang dilakukan di bawah tanah baik untuk kebutuhan
penambangan ataupun kebutuhan yang lainnya memerlukan ventilasi udara.Hal
ini disebabkan ruang gerak pada penggalian bawah tanah sangat terbatas,
sedangkan untuk bekerja memerlukan udara yang memadai dari segi kuantitas
maupun kualitas.Sirkulasi udara yang baik memberikan kontribusi pada
kenyamanan kerja manusia dan alat-alat yang digunakan.Sirkulasi udara yang
baik pula diperlukan sewaktu melakukan penambangan.
Tujuan dari perancangan sistem ventilasi adalah :
a. Menyingkirkan gas-gas beracun dari udara tambang dimana pekerja
sedang melakukan kegiatan kerja.
b. Menyediakan oksigen yang cukup untuk pernafasan para pekerja.
c. Menurunkan suhu udara ditempat kerja sehingga pada suhu tersebut
memungkinkan tercapainya efisiensi kerja yang tinggi.
d. Mengurangi konsentrasi debu yang terdapat pada udara ditempat kerja
sampai batas yang diijinkan (“Maximum Allowable Concentration”).

4.6.1 Kontrol Kualitas.


Pengontrolan ditunjukkan untuk menjaga kemurnian udara didalam suatu
ruangan (udara tambang) pada batas-batas yang diinginkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pengontrolan ini meliputi komposisi dan sifat-sifat psikometrisnya.
a. Komposisi udara tambang berbeda dengan komposisi udara
permukaan. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya pengotor-pengotor
didalam tambang yang menyebabkan antara lain berkurangnya kadar
oksigen, bertambahnya kadar karbondioksida dan timbulnya debu-
debu. Pada tambang ini debu yang mungkin timbul adalah debu silikat
tetapi hal ini diharapkan dapat dikurangi dengan jalan membasahi
tempat-tempat yang diperkirakan dapat menimbulkan debu dan
melengkapi pengeboran dengan air.
b. Sifat –sifat Psikometri
Yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan thermodinamika dari
campuran udara dan uap air, terutama dalam kegunaanya untuk
menentukan temperatur dan kelembaban udara tambang.Pada
tambang-tambang dengan ventilasi baik, besarnya kelembaban udara
adalah 60-100%.

4.6.2 Kontrol Kuantitas


Proses aliran udara akan berlangsung bila ada perbedaan tekanan dua
titik dimana udara tersebut berada. Udara akan mengair dari titik yang bertekanan
tinggi ke titik yang bertekanan rendah.
Adanya perbedaan tekanan tersebut disebabkan oleh :
• Perbedaan temperatur : udara mengalir dari titik yang bertemperatur
rendah ketitik yang bertemperatur tinggi.
• Perbedaan elevasi : Udara mengalir dari titik elevasi rendah ketitik
yang berelevasi tinggi.
• Gangguan kesetimbangan : misalnya oleh adanya tiupan angin pada
mulut lubang.
• Alat mekanis : misalnya oleh “van”
Untuk mencapai tujuan tersebut jumlah udara bersih yang harus masuk
ke dalam tambang dan jumlah udara kotor yang dikeluarkan dari dalam tambang
untuk memenuhi kebutuhan secara keseluruhan sangat tergantung pada jenis
tambang, sistem kerja, dan jumlah pekerja pada front kerja tambang bawah tanah.
Pada tanbang logam jumlah udara bersih yang dibutuhkan sekitar 50 cfm per
orang, tapi apabila dalam tambang tersebut banyak terdapat gas-gas jadi
dibutuhkan udara bersih sekitar 500 – 1000 cfm per orang. Biasanya suatu
tambang bawah tanah membutuhkan udara bersih 200 cfm dan dalm keadaan
tertentu dapat mencapai 2000 cfm per orang.
Untuk memenuhi kebutuhan udara dalam tambang sebesar 12000 cfm
maka perlu menggunakan fan sebagai pensuplai udara dalam tambang. Untuk
menghitung HP motor penggerak fan perlu diketahui terlebih dahulu Head
Total(Ht) dari sirkulasi udara dalam tambang bawah tanah tersebut. Untuk
mendapatkan Ht perlu diketahui terlebih dahulu Mine Static Head (Hs) dan Mine
Velocity Head (Hv). Pada perencanaan ini nilai Head Total yang didapatkan
adalah sebesar 3.3098 in.

4.7 Jadwal Rencana Produksi


Umur tambang Mangaanyang ada diperkirakan selama 16 tahun, tahapan
rencana penambangan sebagai berikut
Tabel 4.4
Tahapan Kegiatan Penambangan

Produksi
No Tahun Lensa
Mangaan (m³)
1 2013 2.982,86 D
2 2014 4.971,43
3 2015 4.971,43 A
4 2016 4.971,43
5 2017 4.971,43
6 2018 4.971,43 B dan C
7 2019 4.971,43
Jumlah 32.811,438

4.8 Rencana Perancangan / Perlakuan Bahan Galian Yang Belum


Terpasarkan
Adapun rencana yang dipersiapkan untuk menanggulangi bahan galian
yang belum terpasarkan dengan mengkonsentrasi bahan galian tersebut agar
kadarnya meningkat dan dapat diterima dipasar. Bahan galian yang belum dapat
dipasarkan akan dipindahkan ketempat penyimpanan yang telah disediakan.
4.9 RencanaPemanfaatan Bahan Galian lain dan Mineral Ikutan
Bahan galian lain yang ditemukan pada lokasi penelitian di Desa
Hargorejo adalah Batugamping dan Andesit. Batugamping akan dimanfaatkan
untuk material filling, sedangkan Andesit yang terletak dibawah bahan galian
Mangaantersebut mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan Andesit tersebut
karena tidak akan dilakukan pembongkaran. Mineral-mineral pengikut mangaan
yang tidak ekonomis akan dijadikan material filling.

4.10 Rencana Penanganan /Perlakuan Sisa Cadangan pada Pasca Tambang


Setelah kegiatan penambangan berakhir dari batas penambangan yang
telah ditentukan dengan rencana jumlah cadangan Mangaan118.146 ton, masih
terdapat endapan Mangaan yang tidak dapat di tambang dengan pertimbangan
teknis dan ekonomis perusahaan pada saat ini. Jika setelah umur tambang selesai,
namun permintaan pasar akanMangaanmasih cukup layak untuk kondisi teknis
maupun ekonomis pada saat itu, maka masih dapat diusahakan kembali. Namun,
jika memang terjadi penurunan permintaan Mangaan akibat adanya bahan
pengganti yang lain dan sebagainya, maka akan dilakukan kegiatan reklamasi.

4.11 Rencana Penerangan


Bekerja di perut bumi berarti mesti bekerja tanpa cahaya matahari.Siang dan
malam hari tak tampak bedanya. Cahaya bantuan dari lampu penerangan memang
dimungkinkan, akan tetapi dengan panjang terowongan yang bisa mencapai
puluhan kilometer penerangan tidak mungkin dipasang di semua tempat. Rencana
pemasangan lampu dilakukan setiap kemajuan penggalian 50 m. Lampu yang
digunakan adalah TL-D 36w Brightboost 86.

4.12 RencanaSistem Penyaliran Tambang


Sistemp penyaliran menggunakan saluran terbuka dan sump. Air tambang
ditampung dalam sump kemudian dipompakan keluar dengan jetpump dan
ditampung pada kolam pengendapan. Dimensi saluran terbuka yaitu 0,2 x 0,2 x
0,2 meter, untuk sump 2 x 2 x 2 meter, dan dimensi kolam pengendapan 10 x 5 x
3 meter.
4.13 Siklus Penggalian
Penggalian bijih mangaan dengan menggunakan pneumatic jackhammer.
Diharapkan pada penggalian bijih mangan sudah berukuran kecil (50 mm).
Setelah digali, bijih mangaan kemudian di muatkan dengan sekop kedalam
wheelbarrow, kemudian dilakukan roof controlling dan mulai melakukan
penyanggaan. Bijih mangan di tempatkan pada stockyard yang berada diluar area
penambangan
BAB V
HIDROGEOLOGI

Sistem penambangan yang banyak digunakan saat ini ada tiga macam, yaitu
sistem tambang terbuka, dan tambang bawah tanah.Pemilihan metode penambangan
ini didasarkan pada kondisi Topografi, Geologi, Endapan Bahan Galian dan nilai
Ekonominya. Sistem penambangan yang digunakan di Dusun Anjir, Desa Hargorejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
sistem tambang bawah tanah dengan metode Room and Pillar. Hal ini dipilih karena
kondisi badan bijih melebar dan berbentuk lensa sehingga metode Room and Pillar
ini sesuai dengan untuk bahan galian mangan yang berada di Dusun Anjir, Desa
Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sistem tambang bawah tanah akan menghasilkan lubang bukaan
penambangan, sehingga selama kegiatan penambangan akan menghadapi kendala air
terutama air hujan. Di daerah ini terdapat air tanah yang cukup banyak, sehingga air
tanah dapat mempengaruhi kegiatan tambang secara signifikan.Oleh karena itu perlu
dibuat rancangan penyaliran air tambang untuk mengatasi masalah air yang berasal
dari air hujan dan air tanah.
Salah satu ciri utama tambang bawah tanah adalah adanya pengaruh air tanah
pada kegiatan penambangan.Elemen-elemen air tanah tersebut antara lain muka air
tanah, panas/temperatur,tekanan udara dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kondisi tempat kerja, yang selanjutnya mempengaruhi produktivitas tambang.Oleh
karena itu perlu dilakukan adanya kajian hidrogeologi.
Agar dalam melakukan kajian hidrogeologi dapat berjalan lancar dan tepat
sasaran, diperlukan kerangka kajian.Kerangka kajian ini sebagai acuan pelaksanaan
kajian di lapangan, terutama cakupan materi, data-data yang harus diambil, urutan
dan kaitan masing-masing aspek kajian serta hasil yang diperoleh. Secara ringkas
kerangka kajian mencakup :
58
1. Kajian Hidrologi
2. Kajian Hidrogeologi
3. Pengendalian Air tambang
4. Perhitungan dimensi saluran terbuka
5. Rancangan kolam pengendapan
Diagram alir kerangka kajian hidrogeologi dapat dilihat di halaman berikut :

KAJIAN HIDROGEOLOGI

MATERI KAJIAN

KAJIAN HIDROLOGI Dusun Anjir, KAJIAN HIDROGEOLOGI Dusun


meliputi : Anjir, meliputi :
1. Kondisi Hidrologi daerah 1. Kondisi geologi.
penyelidikan 2. Kondisi akuifer.
2. Kondisi morfologi daerah 3. Kondisi airtanah.
3. Analisis data curah hujan 4. Kondisi kualitas airtanah.

DATA PENGENDALIAN AIR TAMBANG DATA


MASUKAN MASUKAN
1. Luas daerah tangkapan hujan
2. Rencana kemajuan tambang (kemajuan
penambangan)
3. Sumber dan jumlah air tambang

1. Penentuan bentuk saluran terbuka


(paritan) untuk air tambang.
2. Penentuan bentuk kolam pengendapan

1 Perhitungan dimensi saluran air (paritan) untuk air


tambang.
2. Perhitungan dimensi kolam pengendapan

Gambar 5.1 Kajian Hidrogeologi

59
Kerangka Kajian Hidrogeologi Dusun Anjir , Desa Hargorejo, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

5.1 Kajian Hidrologi


Pada umumnya proses – proses yang berkaitan dengan siklus air merupakan
hal yang periodik terhadap ruang dan waktu, yang tergantung pada pergerakan bumi
terhadap matahari dan rotasi bumi pada porosnya.

5.1.1. Siklus Hidrologi dan Neraca Air


Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 Milyard km3 air : 97,5 % adalah
air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air
danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di udara.Air di bumi
ini mengulangi terus menerus sirkulasi penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar
(outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi
awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju
ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung
menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi.Tidak semua bagian hujan
yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan
oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh
atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah
(infiltrasi). Bagian yang lain merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk
permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke
sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke
laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara.
Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai
(disenut aliran intra=interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air
tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka Waktu yang
lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runoff
= limpasan air tanah).

60
Jadi, sungai itu mengumpulkan 3 jenis limpasan, yakni limpasan permukaan
(surface runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff)
yang akhirnya akan mengalir ke laut. Singkatnya ialah : uap dari laut dihembus ke
atas daratan (kecuali bagian yang telah jatuh sebagai presipitasi ke laut), jatuh ke
daratan sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung ke sungai-sungai dan mengalir
langsung ke laut). Sebagian dari hujan atau salju yang jatuh di daratan menguap dan
meningkatkan kadar uap di atas daratan. Bagian yang lain mengalir ke sungai dan
akhirnya ke laut.
Sirkulasi yang kontinu antara air laut dan air daratan berlangsung
terus.Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi (hydrological cycle).Sirkulasi air ini
dipengaruhi oleh kondisi meteorology (suhu, tekanan, atmosfer, angin, dan lain-lain)
dan kondisi topografi; kondisi meteorologi adalah faktor-faktor yang menentukan.

Gambar 5.2
Siklus Hidrologi

Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran


kedalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode
tertentu disebut neraca air (water balance)

61
Umumnya, terdapat Hubungan keseimbangan sebagai berikut :

P=D+E+G+M

Keterangan :
P : Presipitasi
D : Debit
E : Evapotransportasi
G : Penambahan (supply) air tanah
M : Penambahan kadar kelembaman tanah (moisture content)

5.1.2. Kondisi Hidrologi Daerah Penyelidikan


Daerah penelitian di Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap,
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki hujan tropis yang
ditandai dengan adanya pergantian dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Temperatur udara berkisar antara 30◦C - 35◦C. Curah hujan rata-rata per
tahun yaitu 512,14mm. Jumlah hari hujan rata-rata per tahun hanya 100,18
hari/tahun. Curah hujan harian maksimum adalah 18,94883 mm/hari.

5.1.3. Curah Hujan


Curah hujan akan menunjukkan suatu kecenderungan pengulangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam analisis curah hujan dikenal istilah periode
periode ulang hujan (return of period), yang berarti kemungkinan periode
terulangnya suatu tingkat curah hujan tertentu. Satuan periode ulang adalah tahun.
Dalam perancangan suatu bangunan air atau dalam hal ini adalah sarana
penyaliran tambang, salah satu kriteria perancangan adalah hujan rencana, yaitu
curah hujan dengan periode tertentu atau curah hujan yang memiliki kemungkinan
akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu. Data curah hujan yang
diperoleh dari stasiun pengamatan hujan merupakan data dapat digunakan secara
langsung untuk perhitungan dalam analisis curah hujan, dan dapat juga diolah
terlebih dahulu dengan menggunakan metode statistik.

62
Berikut adalah data curah hujan harianDaerah Kulon Progo:
Tabel 5.1Data Curah Hujan Daerah Kulon Progo

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Kulon Progo

Analisa Data Curah Hujan


Perhitungan Intensitas curah hujan :
2
R æ 24 ö 3

I = 24 ç ÷
24 è t ø
Keterangan :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 : Curah Hujan harian maksimum (mm/hari)
t : Waktu = 1 jam

2/3
25,73 æ 24 ö
I= ç ÷
24 è 1 ø
I = 8,92 mm/jam

Dengan Intesitas curah hujan sebesar 8,92mm/jam, maka bisa disimpulkan


bahwa keadaan hujan di Dusun Anjir merupakan hujan normal berdasarkan kriteria
keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan pada table 5.2 berikut

63
Tabel 5.2 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan
Keadaan Intensitas Curah Hujan
Curah Hujan (mm)
1 jam 24 Jam
Hujan sangat <1 <5
ringan
Hujan Ringan 1-5 5-20
Hujan Normal 5-10 20-50
Hujan Lebat 10-20 50-100
Hujan sangat > 20 > 100
lebat

5.1.4. Air Limpasan


Air limpasan (run off) adalah bagian curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau maupun laut (Asdak, 1995). Aliran tersebut
terjadi karena air hujan yang mencapai permukaan tanah tidak terinfiltrasi akibat
intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi atau faktor lain, seperti kemiringan
lereng, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi (Arsyad, 1989).
Disamping itu, air hujan yang telah masuk ke dalam tanah kemudian keluar lagi ke
permukaan tanah dan mengalir ke bagian yang lebih rendah (Sri Harto, 1985).
Daerah Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulonprogo, Daerah Istimewa Jogjakarta merupakan daerah dimana terdapat andesit
dan batugamping yang banyak terdapat fracture atau diaklas, maka kapasitas
infiltrasi daerah ini termasuk tinggi sehingga air hujan akan dapat langsung
terinfiltrasi melalui bidang – bidang perlapisan, retakan – retakan, dan porositas
sekunder, sehingga debit air limpasan dapat diasumsikan minimal.

5.1.5. Debit Air Limpasan


Metode yang dianggap baik untuk menghitung debit air limpasan puncak
(peak run off = Qp) adalah metode rasional (US Soil Conservation Service, 1973
dalam Asdak, 1995).
64
Qp = 0,278 C I A (m3/detik)

Keterangan :
Qp : debit puncak (m3/detik)
C : koefisien air limpasan
I : intensitas hujan (mm/jam)
A : luas daerah DTH (km2)

Metode rasional berasumsi bahwa intensitas curah hujan merata di seluruh


DAS (daerah aliran sungai) dengan lama hujan (durasi) sama dengan waktu
konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh air
dari tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan aliran air larian.
Koefisien air limpasan adalah (run off) bilangan yang menunjukan
perbandingan antara air limpasan dengan jumlah air hujan. Sedangkan koefisien
regim sungai (KRS) merupakan koefisien perbandingan antara debit harian rata-rata
maksimum dengan debit harian rata-rata minimum. Secara makro evaluasi terhadap
DAS dapat dilakukan dengan menghitung nisbah (ratio) debit maksimum –
minimum dari tahun ke tahun. Penentuan koefisien limpasan dalam rancangan
penyaliran tambang umumnya menggunakan the catchment average volumetric run
off coefficient. Faktor – faktor yang berpengaruh antara lain : kondisi permukaan
tanah, luas daerah tangkapan hujan, kondisi tanah penutup, dan lain-lain.

5.2 Morfologi
5.2.1 Morfologi Daerah Penelitian
Daerah penambangan merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 120 m
di atas permukan air laut.Geomorfologi yang dapat ditemukan pada kawasan Formasi
Tempat Penelitian yakni bukit-bukit.Ciri perbukitan pada kawasan tersebut yakni
lereng terjal, berbatu, dan memiliki kemiringan 15%, berbentuk kerucut, puncak
membulat, dan lapisan tanah penutup yang tipis.

65
5.2.2 Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu luasan daerah dimana air
cenderung mengumpul dan menuju ke tempat tertentu. Daerah tangkapan hujan ini
mempengaruhi jumlah air limpasan yang mengalir pada suatu area tambang. Daerah
tangkapan hujan ini dipengaruhi oleh keadaan topografi suatu daerah, apakah itu
bukit atau dataran. Untuk daerah penyelidikan di Dusun Anjir, Desa Hargorejo
daerah tangkapan hujan ini bisa dilihat dan ditentukan dari arah kemiringan bukit
dimana air mengarah ke dasar bukit atau daerah yang lebih rendah dari bukit itu
sendiri, sehingga untuk pembuatan sarana dan prasarana penambangan di permukaan
tanah (surface) perlu memperhatikan dan memperhitungkan air limpasan yang
mengalir di daerah tersebut dan daerah-daerah lain yang dearah tangkapan hujannya
menyentuh sarana dan prasarana tersebut.
Kondisi daerah penambangan (mine area) di Anjir merupakan tambanag
bawah tanah sehingga air limpasan sedikit sekali mempengaruhi keadaan bawah
tanah, namun untuk sarana prasarana di permukaan tanah (surface) sangat
terpangaruh oleh adanya air limpasan. Daerah yang di buka untuk pembuatan sarana
dan prasarana di permukaan tanah umumnya merupakan kawasan yang berpotensi
sebagai daerah tangkapan hujan. Luas Daerah Tangkapan Hujan Di Desa Anjir
sebesar 216.700 m2

5.3 Kajian Hidrogeologi


5.3.1 Geologi Daerah Penyelidikan
Berdasarkan ciri batuan yang terdapat di daerah penyelidikan, batuan dapat
dikelompokkan menjadi batuan Pra – tersier dan batuan Tersier.Daerah Gunung
Kidul memiliki jenis batuan yang sangat variatif mulai dari jenis batuan dengan umur
tersier; adalah sekis, filit, marmer, kuarsit, dan sabak yang berumur pra – tersier.
Diatasnya dijumpai kelompok jiwo yang terdiri dari Formasi Wungkal serta formasi
batugamping dengan litologi konglomerat, batu pasir, gamping foraminifera dan
napal, secara tidak selaras diatasnya dijumpai Formasi Kebo – Butak, dimana
Formasi Kebo terdiri dari serpih, batu pasir dan algomerat sementara pada formasi
butak terdapat Formasi Semilir yang terdiri dari breksi tufa pumis asam berumur

66
meiosen awal. Formasi Anjir tersusun dari batugamping berlapis, batugamping
massif, dan batugamping terumbu. Ciri fisik yang spesifik pada formasi ini adalah
porositas sekunder berupa rongga – rongga yang terbentuk dari hasil pelarutan
mineral – mineral kalsit maupun dolomit. Formasi ini kadang kadang menunjukkan
hubungan selaras di atas formasi Oyo.

5.3.2. Kajian Kondisi Air tanah


Analisis kondisi air tanah di daerah penambangan didasarkan pada
pengamatan langsung dilapangan dan peta hidrogeologi. Secara umum arah dan pola
aliran air tanah didaerah penyelidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Arah dan pola aliran air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh
kondisitopografi daerah penyelidikan.
2. Arah dan pola aliran air tanah tertekan lebih ditentukan oleh kondisi
tekananpisometrik daerah tersebut.
Keberadaan air tanah pada operasi tambang terbuka telah menjadikan salah
satu faktor batasan penting terhadap tingkat keberhasilan ekonomis awal dari suatu
operasi penambangan. Semakin dalam kemajuan penambangan tambang terbuka
maka tingkat permasalahan air tanah akan semakin sulit. Oleh karena itu perlu
adanya sistem penyaliran yang baik. Penyaliran diperlukan sebagai penunjang
kelancaran dalam kegiatan penambangan. Sistem penyaliran yang ada pada lokasi
tambang terbuka dilaksanakan karena akumulasi air di dalam tambang yang harus
dikeluarkan.
Penyaliran pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan cara
Dewatering, yang bertujuan untuk mengeluarkan air yang ada di dalam tambang
yaitu dengan menyalurkan air ke sump, lalu memompakan air tersebut keluar lubang
bukaan.
Pada Dusun Anjir terdapat sejumlah air tanah, dibuktikan dengan adanya
sumur-sumur di pemukiman penduduk dengan kedalaman sekitar 3 – 15 m. Kondisi
air tanah saat pengamatan cukup jernih, sehingga warga dusun Anjir menggunakan
air tanah ini untuk keperluan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi, mencuci,
dan sebagainya.

67
Namun, karena rencana penambangan PT Centrino Manganeseberada di
bawah level muka air tanah, sehingga keberadaan air tanah akan mengganggu
jalannya penambangan. Oleh karenanya air tanah perlu dihitung.

5.4 Pengendalian Air Tambang


Dalam setiap tambang, banyak atau sedikit selalu ada air yang mengalir
masuk ke dalam tambang. Air ini masuk melalui batas perlapisan, celah – celah
batuan ataupun patahan. Masuknya air kedalam tambang harus dicegah atau
dikeluarkan agar tambang tidak terjadi genangan. Pencegahan masuknya air kedalam
tambang dapat dilakukan dengan jalan membuat parit pada lereng – lereng bagian
atas singkapan, kemudian mengalirkannya ke tempat lain keluar daerah
penambangan. Pada tempat – tempat yang diperkirakan akan menjadi jalur masuknya
air kedalam tambang, misalnya pada perpotongan antara aliran sungai dan singkapan.
Penyaliran pada system tambang terbuka umumnya dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Penyaliran tambang dengan pemompaan
Yaitu dengan mengeluarkan air tanah yang terdapat pada suatu lubang
bukaan tambang.Air tersebut selanjutnya dipompa keluar atau ke permukaan
tambang menuju ke kolam pengendapan dan selanjutnya dikeluarkan ke
sungai jika sudah memenuhi syarat tertentu. Penyaliran dengan pemompaan
dapat dilakukan dengan sistem pemompaan langsung menggunakan pompa
slurry dan dengan sistem pemompaan tidak langsung berupa fasilitas pompa
yang terpasang secara terpisah untuk memompa air bersih (tidak berlumpur),
dimana air tambang yang terkumpul diendapkan terlebih dahulu untuk
memisahkan air jernih dengan endapan lumpur pada suatu sumur pengendap
(settler sump).

2. Penyaliran tambang dengan paritan


Yaitu dengan membuat suatu paritan yang mengelilingi sarana dan
prasarana tambanguntuk mencegah masuknya air limpasan.Air yang mengalir
dengan sistem ini menggunakan sistem kemiringan yang diarahkan ke sungai.

68
Pengendalian air tambang ini meliputi :
a. Perhitungan jumlah air limpasan dan air hujan
b. Perhitungan air tambang
c. Penentuan saluran terbuka
d. Penentuan sump
e. Penentuan pompa
f. Penentuan kolam pengendapan.
Jumlah air yang mempengaruhi sarana dan prasarana tambang yang di
permukaan tanah (surface) adalah jumlah air limpasan dan jumlah air hujan.

5.4.1. Perhitungan jumlah air limpasan dan air hujan


Adapun air yang masuk kedalam sarana dan prasarana tambang ini
dapat berasal dari
1. Air Hujan

Qp = A´ I

Keterangan :
Qp : debit air hujan (m3/detik)
A : luas DTH (m2)
I : intensitas curah hujan (mm/jam)

Diketahui nilai
I = 8,92 mm/ jam = 2,5 x 10-6 m/detik
A = 216.700 m2
maka debit air hujan bisa dihitung.

Qp = 216.700x 2,5 x 10-6


Qp = 0,54 m3/detik

69
2. Air limpasan

Qmax = 0,278.C.I . A
Keterangan :
Qmax : debit air limpasan (m3/detik)
C : koefisien limpasan (lihat tabel 5.3)
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
A : luas DTH (km2)

Tabel 5.3
Beberapa harga koefisien limpasan

Kemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan

Datar - Persawahan rawa-rawa 0,2


Kemiringan < 3% - Hutan, perkebunan 0,3
- Permukiman 0,4
Agak miring - Pemukiman 0,5
(3-15%) - Vegetasi ringan 0,6
-Tanah gundul 0,7
Curam - Hutan 0,6
Kemiringan > 15% - Pemukiman 0,7
- Vegetasi ringan 0,8
- Daerah tambang 0,9

Sumber : Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang

Diketahui :
A = 216.700 m2= 0,22km2
C = 0,8
Qmax = 0,278 ´ 0,8 ´ 8,92 ´ 0,22
Qmax = 0,44 m3/detik

70
3. Jumlah air permukaan
= Qp + Qmax
= 0,54m3/detik + 0,44 m3/detik
= 0,98 m3/detik

5.4.2. Perhitungan air tambang


1. Gradien Hidrolik
ℎ1−ℎ2
Gradien hidrolik (i) =
𝐿
Keterangan :
h1 : ketinggian kontur 1 (m)
h2 : ketinggian kontur 2 (m)
L : jarak antar kontur (m)

Tabel 5.4 Gradien Hidrolik


h1 h2 h 12 h 22 L h 12 - h 22 i Rata-rata
50 6.88 0.1376
70 4.914285714 0.070204
87 85 7569 7225 0.074918
80 4.3 0.05375
95 3.621052632 0.038116
65 5.169230769 0.079527
70 4.8 0.068571
85 83 7225 6889 0.05855
80 4.2 0.0525
100 3.36 0.0336
85 5.752941176 0.067682
85 5.752941176 0.067682
83 80 6889 6400 0.046889
130 3.761538462 0.028935
145 3.372413793 0.023258
50 6.32 0.1264
50 6.32 0.1264
80 78 6400 6084 0.077629
100 3.16 0.0316
110 2.872727273 0.026116
80 5.7375 0.071719
100 4.59 0.0459
78 75 6084 5625 0.036244
200 2.295 0.011475
170 2.7 0.015882

71
60 4.933333333 0.082222
80 3.7 0.04625
75 73 5625 5329 0.040546
150 1.973333333 0.013156
120 2.466666667 0.020556
100 4.29 0.0429
190 2.257894737 0.011884
73 70 5329 4900 0.017751
230 1.865217391 0.00811
230 1.865217391 0.00811
90 3.066666667 0.034074
70 68 4900 4624 0.023601
145 1.903448276 0.013127
240 1.6625 0.006927
300 1.33 0.004433
68 65 4624 4225 0.018234
90 4.433333333 0.049259
180 2.216666667 0.012315
Gradien Hidrolik 0.043818
Sumber : Data kelompok MPD 13

Tabel 5.5 Nilai Representatif Koefisien Hidroulik


Material Konduktivitas Hidrolik
(m/hari)
Gravel, coarse 150
Gravel, medium 270
Gravel, fine 450
Sand, coarse 45
Sand, medium 12
Sand, fine 2.5
Silt 0.08
Clay 0.0002
Sandstone, fine-grained 0.2
Sandstone, medium-grained 3.1
Limestone 0.94
Dolomite 0.001
Dune sand 20
Loess 0.08

72
Peat 5.7
Schist 0.2
Slate 0.00008
Till, predominantly sand 0.49
Till, predominantly gravel 30
Tuff 0.2
Basalt 0.01
Gabro, weathered 0.2
Granite, weathered 1.4
Sumber : Skripsi Sistem Penyaliran Tambang

2. Perhitungan debit air tanah


1 ℎ1+ − ℎ2+
𝑞 = ×𝐾 ×
2 𝐿
Keterangan:
q : flux (m2/hari)
K : konduktifitas hidrolik (lihat tabel 5.2)
h1 : tinggi kontur atas (m)
h2 : tinggi kontur bawah (m)
L : jarak antar kontur (m)

1
𝑞 = ×0,94 × 0,043
2
= 0,02 m2/hari
= 2,34 x 10-7m2/detik

𝑄 = 𝑞. 𝑊

Keterangan:
Q : debit air tanah
W : panjang akuifer

73
Q = 2,34 x 10-7m2/detik x 531 m
= 0,000124 m3/detik

Jadi debit air tanah adalah 0,000124 m3/detik . Pada batugamping terdapat
banyak diaklas, sehingga air tanah akan masuk semua ke dalam tambang
dengan debit :

Q = 100% x 0,000124m3/detik
= 0,000124 m3/detik

5.4.3. Penentuan saluran terbuka


Masalah yang cukup penting dalam merancang sistim penyaliran
tambang adalah penentuan dimensi saluran terbuka. Untuk itu, perhitungan
dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus Manning :
2 1
1
Q = R 3S2 A
n
Keterangan:
Q : debit aliran (m3/detik)
n :koefisien kekasaran saluran
A : luas penampang saluran (m2)
R : jari – jari hidrolis (m)
S : kemiringan dasar saluran (%)

d‘

d
a

Gambar 5.3
Penampang Saluran Terbuka

74
5.4.3.1 Saluran terbuka untuk penanganan air hujan dan limpasan
Untuk saluran berbentuk persegi dengan kemiringan sisi 600,
digunakan rumus :
1
Z= = 0,577
tg 60 !

é 1
ù
b = ê( Z 2 + 1) 2 - Z ú ´ d =1,155d
ë û
A = (b + Zd).d
= (1,155d+0,577d) x d = 1,73d2
P = b + {(1+Z2)0,5 – Z} = 3,455d
A 1,73d 2
R= = = 0,5d
P 3,455d

Besarnya debit air permukaan yang melewati saluran ini adalah


16,43 m3/detik.
Dengan :
Q = Debit aliran air dalam saluran (m3/detik)
R = Jari-jari hidrolik (m)
A = Luas penampang saluran (m2)
S = kemiringan (0,35%)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran (tetapan Manning)

Saluran untuk mengalirkan air tambang umumnya terdiri dari


tanah maka koefisien kekasaran dinding saluran diperoleh nilai n=
0,04.
Berdasarkan data diatas, ukuran saluran untuk penyaliran air
tambang adalah:
- Debit air yang masuk saluran

Q1= 0,98 m3/detik

75
- Ukuran saluran

1
Q= x R2/3 x S1/2 x A
n
Kemiringan dasar saluran penyaliran air tambang umumnya
adalah 0,35% = 0.0035 dengan n = 0.04
1
0,98 = x (0,5d)2/3 x (0,0035)1/2 x 1,73d2
n
0,98 = 1,6119 d8/3
d8/3 = 0,61
d = 0,83m
dan tinggi jagaan (d’) = 15% x d = 0,125m
b = 1,155 x 0,83m
= 0,96 m
A = 1,73 d2
= 1,19 m2
B =b+2Zd
=1,92 m
a = d/sin 600 = 0,96 m

5.4.3.2 Saluran terbuka untuk penanganan air tambang


Besarnya debit air tambang yang melewati saluran ini adalah
0,000124 m3/detik.
Dengan :
Q = Debit aliran air dalam saluran (m3/detik)
R = Jari-jari hidrolik (m)
A = Luas penampang saluran (m2)
S = kemiringan (0,35%)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran (tetapan Manning)
Saluran untuk mengalirkan air tambang umumnya terdiri dari
tanah maka koefisien kekasaran dinding saluran diperoleh nilai n=
0,04.

76
Berdasarkan data diatas, ukuran saluran untuk penyaliran air
tambang adalah:
- Debit air yang masuk saluran

Q1 =0,000124 m3/detik

- Ukuran saluran

1
Q= x R2/3 x S1/2 x A
n
Kemiringan dasar saluran penyaliran air tambang umumnya
adalah 0,35% = 0.0035 dengan n = 0.04
1
0,000124 = x (0,5 d)2/3 x (0,0035)1/2 x 1,73 d2
n
0,000124 = 1,6119 d8/3
d8/3 = 0,000043 m
d = 0,03 m

dan tinggi jagaan (d’) = 15% x d = 0,0045 m


b = 1,155 x 0,03m
= 0,04 m
A = 1,73 d2
= 0,002 m2
B =b+2Zd
=0,07 m
a = d/sin 600 =0,035 m

5.5. Perhitungan dimensi sumuran


Sumuran yang akan dibuat merupakan sumuran permanen, perhitungan
dimensi sumuran dihitung berdasarkan pada data debit air yang masuk ke tambang.
Total debit air yang masuk menuju dasar lantai tambang sebesar 0,003 m3 /detik,
dengan asumsi hujan turun selama 1 jam lebat. Sehingga diperoleh :

77
Volume air yang masuk sumuran = 0,000124 m3/detikx 3600 dtk
= 0,45m3/jam
= 10,7 m3/hari

Pemompaan direncanakan dilakukan sehari sekali dengan :


Volume pemompaan = 6 m3/jam x 1 jam
= 6 m3

Volume yang belum terpompa = (10,7 - 6) m3


= 4,7 m3

Dimensi dari sumuran yang akan dibuat


Panjang sumuran =2m
Lebar sumuran =2m
Tinggi sumuran =2m
Volume sumuran = (2 x 2 x 2) m3
= 8m3

5.6. Perhitungan julang total pompa dan spesifikasi pompa


1. Julang Total Pompa
Julang (Head) pompa adalah energi yang harus disediakan untuk dapat
mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan. Rumus yang digunakan
adalah :
Vd 2
H = ha + ∆ hp + hf +
2g
Keterangan :
H = Julang total pompa (meter)
ha = Julang statik total (meter)
∆ hp = Perbedaan julang tekanan pada kedua permukaan air
hf = kerugian pada pipa (meter)
78
Vd 2
= Julang kecepatan (meter)
2g

Perhitungan Jumlah Pompa


Perhitungan akan dibedakan dalam pushback. Pada pushback Idan IV
perhitungan dilakukan antara permukaan dan sump Idan antara sump Idengan
sump II. Pada pushback II dan IIIantara sump IIIdan sump Idan antara sump Idan
permukaan.

A. Perhitungan Jumlah Pompa pada Pushback I dan IV


A.1. Antara Permukaan dan Sump I
1. Julang Statik
Julang statik timbul karena perbedaan elevasi antara muka air pada pipa
isap dan pipa keluar.Antara permukaan dan sump I terdapat 2 julang statik, yaitu
julang statik yang timbul pada sumpI dan julang statik padashaft.
a. Julang statik sumpI

HS
Kedalaman sumur

Gambar 5.4 JulangStatikSump I

Diketahui :
Kedalaman sumur = 2 m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m

79
b. Julang statik shaft

Gambar 5.5 JulangStatikShaftI

Diketahui :
Elevasi atas = 85 m
Elevasi bawah = 64 m
Julang statik = (85 – 64) m = 21 m

Total julang statik = (1,55 + 21) m


= 22,55 m

2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).

3. Julang Kehilangan (Head Loss)


Kehilangan julang adalah energi untuk mengatasi kehilangan-kehilangan
yang timbul akibat aliran fluida yang terdiri dari kehilangan julang gesek
didalam pipa, kehilangan julang pada belokan, katup dan perubahan diameter
pipa.

80
a. Kehilangan Julang Gesek

æ L.V 2 ö
h f = f çç ÷÷
è 2.D.g ø

Keterangan :

hf : julang gesek (m)

f : koefisien kerugian pipa (m)


L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175m
= 0,03575 / meter

D = 0,03175 meter

Pompa bekerja dengan kapasitas 0,0017 m3/dtk, sehingga


4
V=
5
6,6678
=
6,+9: ;,7< : 6,6;789+

= 2,1483m/detik

Diketahui :
L = 36,55 meter

36,55 x(2,1483)
2
hf = 0,03575x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 9,7 meter

81
b. Kehilangan Julang pada Belokan.

hb = f b x
(v)
2

2 .g

Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(Ө/90)0,5

Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
82
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan II
0,03175
R= = 0,0253 m
tan 1 (1030 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,0253)3,5]. (103/ 90)0,5
= 0,1311 +0,38667
= 0,5177
(2,1483) 2
hb = 0,5177 x
2 x9,812
= 0,1217 meter

Belokan III
0,03175
R= = 0,03589 m
tan 1 (830 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03589)3,5]. (83/ 90)0,5
= 0,1311 +0,102088
= 0,2331
(2,1483) 2
hb = 0,2331 x
2 x9,812
= 0,0548 meter

Belokan IV
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943

83
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan V
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Total hb =(0,0692 + 0,1217 + 0,0548 + 0,0692 + 0,0692) m


= 0,3836 m

c. Julang Katup Isap

?@
ℎ=; = 𝑓
+A

Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel 5.6)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

84
Tabel 5.6
Koefisien Kerugian Pada Berbagai Katup Isap
Diameter (mm)
Jenis Katup
100 150 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000
Katup sorong 0.14 0.12 0.10 0.09 0.07 0.00
Katup kupu-kupu 0.6 - 0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
Katup putar 0.09 - 0.026 (bervariasi menurut diameternya)
Katup cegah kipas
ayun 1.20 1.15 1.10 1.00 0.98 0.94 0.92 0.90 88.00
Katup kepak 0.9 - 0.5
Katup isap
(dengan saringan) 1.97 1.91 1.84 1.78 1.72

Diketahui :
V = 2,1483 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f= 1,72 (tabel 5.6)

2,1483+
ℎ=; = 1,72
2. 9,812
= 0,4045 m

Jadi Head Loss Total adalah


HL total = hf + hb + hf3
= 9,7 + 0,3836 + 0,4045
=10,4881 meter

4. Julang Kecepatan
v2
hv =
2g
Keterangan :
hv : julang kecepatan (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

85
(2,1483) 2
hv =
2 x9,812
= 0,2352meter

Head total pompa = hs + hp + hl + hv


= (22,55 + 0 + 10,4881 + 0,2352) m
= 33,2733 meter

A.2.Antara Sump I dan Sump II


1. Julang Statik
a. Julang statik sumpI
Diketahui :
Kedalaman sumur = 2 m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m

b. Julang statik sump II


Diketahui :
Kedalaman sumur = 2 m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m

Total julang statik = (1,55 + 1,55) m


= 3,1 m

2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).

86
3. Julang Kehilangan (Head Loss)
Kehilangan julang adalah energi untuk mengatasi kehilangan-kehilangan
yang timbul akibat aliran fluida yang terdiri dari kehilangan julang gesek
didalam pipa, kehilangan julang pada belokan, katup dan perubahan diameter
pipa.
a. Kehilangan Julang Gesek
æ L.V 2 ö
h f = f çç ÷÷
è 2.D.g ø

Keterangan :

hf : julang gesek (m)

f : koefisien kerugian pipa (m)


L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175 m
= 0,03575 / meter

D = 0,03175 meter

Pompa bekerja dengan kapasitas 0,0017 m3/dtk, sehingga


4
V=
5
6,6678
=
6,+9: ;,7< : 6,6;789+

= 2,1483 m/detik

87
Diketahui :
L = 60,03meter

60,03 x(2,1483)
2
hf = 0,03575 x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 15,89 meter

b. Kehilangan Julang pada Belokan.

hb = f b x
(v )2
2 .g

Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(Ө/90)0,5

Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

88
Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan II
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan III
0,03175
R= = 0,1713 m
tan 1 (210 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,1713)3,5]. (21/ 90)0,5
= 0,1311 +0,000216
= 0,1312
(2,1483) 2
hb = 0,1312 x
2 x9,812
= 0,031 meter

89
Belokan IV
0,03175
R= = 0,1432 m
tan 1 (25 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,1432)3,5]. (25/ 90)0,5
= 0,1311 +0,000442
= 0,1314
(2,1483) 2
hb = 0,1314 x
2 x9,812
= 0,031 meter

Belokan V
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan VI
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

90
Total hb =(0,0692+ 0,0692+ 0,031+ 0,031+ 0,0692 + 0,0692)
= 0,3388 m

c. Julang Katup Isap

?@
ℎ=; = 𝑓
+A

Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel 5.6)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

Diketahui :
V = 2,1483 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f= 1,72 (tabel 5.6)

2,1483+
ℎ=; = 1,72
2. 9,812
= 0,4045 m

Jadi Head Loss Total adalah


HL total = hf + hb + hf3
= 15,89+ 0,3388 + 0,4045
=16,6333 meter

4. Julang Kecepatan
v2
hv =
2g
Keterangan :
hv : julang kecepatan (m)

91
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

(2,1483) 2
hv =
2 x9,812
= 0,2352meter

Head total pompa = hs + hp + hl + hv


= (3,1 + 0 + 16,6333+ 0,2352) m
= 19,9685 meter

B. Perhitungan Jumlah Pompa pada Pushback II dan III


B.1.Antara Sump III dan Sump I
1. Julang Statik
a. Julang statik sumpIII
Diketahui :
Kedalaman sumur = 2 m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m

b. Julang statik sump I


Diketahui :
Kedalaman sumur = 2 m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m

Total julang statik = (1,55 + 1,55) m


= 3,1 m

92
2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).

3. Julang Kehilangan (Head Loss)


Kehilangan julang adalah energi untuk mengatasi kehilangan-kehilangan
yang timbul akibat aliran fluida yang terdiri dari kehilangan julang gesek
didalam pipa, kehilangan julang pada belokan, katup dan perubahan diameter
pipa.

a. Kehilangan Julang Gesek


æ L.V 2 ö
h f = f çç ÷÷
è 2.D.g ø

Keterangan :

hf : julang gesek (m)

f : koefisien kerugian pipa (m)


L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175 m
= 0,03575 / meter

D = 0,03175 meter

Pompa bekerja dengan kapasitas 0,0017 m3/dtk, sehingga

93
4
V=
5
6,6678
=
6,+9: ;,7< : 6,6;789+

= 2,1483 m/detik

Diketahui :
L = 102,26 meter

102,26 x(2,1483)
2
hf = 0,03575 x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 27,1 meter

b. Kehilangan Julang pada Belokan.

hb = f b x
(v)
2

2 .g

Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(Ө/90)0,5

Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

94
D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan II
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan III
0,03175
R= = 0,1713 m
tan 1 (1530 )
2
95
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,1713)3,5]. (153/ 90)0,5
= 0,1311+0,000583
= 0,1316
(2,1483) 2
hb = 0,1316 x
2 x9,812
= 0,031 meter

Belokan IV
0,03175
R= = 0,3297m
tan 1 (110 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,3297)3,5]. (11/ 90)0,5
= 0,1311 + 0,0000158
= 0,1310
(2,1483) 2
hb = 0,1310 x
2 x9,812
= 0,031 meter

Belokan V
0,03175
R= = 0,3021m
tan 1 (12 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2.0,3021)3,5]. (12/ 90)0,5
= 0,1311 + 0,0000224
= 0,1310
(2,1483) 2
hb = 0,1310 x
2 x9,812
= 0,031 meter

Belokan VI
0,03175
R= = 0,0109m
tan 1 (1420 )
2

96
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,0109)3,5]. (142/ 90)0,5
= 0,1311 + 8,6496
= 8,7806
(2,1483) 2
hb = 8,7806 x
2 x9,812
= 2,0650 meter

Belokan VII
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Total hb =(0,0692+ 0,0692+ 0,031+ 0,031+ 0,031+ 2,0650 + 0,0692)


= 2,3656 m

B.2.Antara Sump I dan Permukaan


1. Julang Statik
a. Julang statik sumpI
Diketahui :
Kedalaman sumur =2m
Tinggi muka air = 0,45 m
Julang statik = (2 – 0,45) m = 1,55 m

b. Julang statik shaft


Diketahui :
Elevasi atas = 85 m
97
Elevasi bawah = 64 m
Julang statik = (85 – 64) m = 21 m

Total julang statik = (1,55 + 21) m


= 22,55 m

2. Julang Tekanan
Julang tekanan (∆ hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada muka air
keluar maka julang tekanan = 0 (nol).

3. Julang Kehilangan (Head Loss)


Kehilangan julang adalah energi untuk mengatasi kehilangan-kehilangan
yang timbul akibat aliran fluida yang terdiri dari kehilangan julang gesek
didalam pipa, kehilangan julang pada belokan, katup dan perubahan diameter
pipa.

c. Kehilangan Julang Gesek


æ L.V 2 ö
h f = f çç ÷÷
è 2.D.g ø

Keterangan :

hf : julang gesek (m)

f : koefisien kerugian pipa (m)


L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

f = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/ 0,03175 m

98
= 0,03575 / meter

D = 0,03175 meter

Pompa bekerja dengan kapasitas 0,0017 m3/dtk, sehingga


4
V=
5
6,6678
=
6,+9: ;,7< : 6,6;789+

= 2,1483 m/detik

Diketahui :
L = 36,55 meter

36,55 x(2,1483)
2
hf = 0,03575 x
0,03175 x 2 x9,812
hf= 9,7 meter

d. Kehilangan Julang pada Belokan.

hb = f b x
(v)
2

2 .g

Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(Ө/90)0,5

Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan

99
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

D
R=
tan 1 (J )
2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
θ : sudut belokan pipa (derajat)

Belokan I
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan II
0,03175
R= = 0,0253 m
tan 1 (1030 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,0253)3,5]. (103/ 90)0,5
= 0,1311 + 0,38667
= 0,5177
(2,1483) 2
hb = 0,5177 x
2 x9,812
= 0,1217 meter

100
Belokan III
0,03175
R= = 0,03589 m
tan 1 (830 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03589)3,5]. (83/ 90)0,5
= 0,1311 +0,102088
= 0,2331
(2,1483) 2
hb = 0,2331 x
2 x9,812
= 0,0548 meter

Belokan IV
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

Belokan V
0,03175
R= = 0,03175 m
tan 1 (90 0 )
2
fb= [ 0,131 + 1,847 (0,03175 / 2. 0,03175)3,5]. (90/ 90)0,5
= 0,1311 +0,1633
= 0,2943
(2,1483) 2
hb = 0,2943 x
2 x9,812
= 0,0692 meter

101
Total hb =(0,0692 + 0,1217 + 0,0548 + 0,0692 + 0,0692) m
= 0,3836 m

e. Julang Katup Isap

?@
ℎ=; = 𝑓
+A

Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel 5.6)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

Diketahui :
V = 2,1483 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f= 1,72 (tabel 5.6)

2,1483+
ℎ=; = 1,72
2. 9,812
= 0,4045 m

Jadi Head Loss Total adalah


HL total = hf + hb + hf3
= 9,7 + 0,3836 + 0,4045
=10,4881 meter

4. Julang Kecepatan
v2
hv =
2g
Keterangan :
hv : julang kecepatan (m)
102
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

(2,1483) 2
hv =
2 x9,812
= 0,2352meter

Head total pompa = hs + hp + hl + hv


= (22,55 + 0 + 10,4881 + 0,2352) m
= 33,2733 meter

Dari julang total dapat sebagai pertimbangan dalam pemilihan pompa. PT.
Centrino Manganese berencana menggunakan Jet Pump Shimizu berjumlah 2
buah. Pushback I dan IV pompa akan ditempatkan antara permukaan dan sump I
dan antara sump I dan sump II. Pushback II dan III pompa akan ditempatkan
antara sump III dan sump I dan antara sump I dan permukaan. Spesifikasi pompa
yang digunakan adalah sebagai berikut :
• Suction Head : 50 m
• Discharge Head : 50 m
• Total Head : 100 m
• Maximum Flow Rate : 100 Liter/min
• Motor Output : 500 Watt
• Voltage/Hz/Phase : 220 V/50 Hz/1
• Automatic
• Pipe Size : 1.25" x 1"

103
Gambar 5.6
Jet Pump Shimizu

5.6. Kolam Pengendapan


Dalam merancang kolam pengendapan terdapat beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, antara lain ukuran dan bentuk butiran padatan, kecepatan aliran,
persen padatan, dan sebagainya

5.6.1. Ukuran partikel


Luas kolam pengendapan secara analitis dapat dihitung berdasarkan
parameter dan asumsi sebagai berikut :
- Hukum Stokes berlaku bila persen padatan kurang dari 40%, dan untuk persen
padatan lebih besar dari 40% berlaku hukum Newton.
- Diameter partikel padatan tidak lebih dari 9 x 10-6 m, karena jika lebih besar
akan diperoleh ukuran luas kolam yang tidak memadai.
- Kekentalan air 1,31 x 10-6 kg/ms (Rijn, L.C. Van, 1985).
- Partikel padatan dalam lumpur dari material yang sejenis.
- Batasan ukuran partikel yang diperbolehkan keluar dari kolam pengendapan
diketahui
- Kecepatan pengendapan partikel dianggap sama.
- Perbandingan cairan dan padatan telah ditentukan.

104
5.6.2. Bentuk kolam pengendapan
Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara sederhana,
berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal, sebenarnya bentuk kolam
pengendapan bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan dan keperluannya.
Walaupun bentuknya bermacam-macam, setiap kolam pengendapan akan selalu
mempunyai 4 zona penting yang terbentuk karena proses pengendapan material
padatan (solid particle). Empat zona tersebut adalah sebagai berikut :
1. Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk ke dalam kolam pengendapan
dengan asumsi campuran air dan padatan terdistribusi secara seragam. Zona ini
panjangnya 0,5 – 1 kali kedalaman kolam (Huisman, 1977).
2. Zona pengendapan, tempat dimana partikel padatan (solid) akan mengendap.
Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam pengendapan dikurangi
panjang zona masuk dan keluaran (Huisman, 1977)
3. Zona endapan lumpur, tempat dimana partikel padatan dalam cairan (lumpur)
mengalami pengendapan
4. Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini
kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung lubang
pengeluaran (Huisman, 1977).

105
Gambar 5.7
Sketsa Kolam Pengendapan

Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif, harus
memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti :
- Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag), lihat
Gambar 6.3 agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap.
- Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran Back hoe yang
biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti
mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.

106
Gambar 5.8
Bentuk Kolam Pengendapan yang Memenuhi Syarat Teknis

5.6.3. Perhitungan Ukuran Kolam Pengendapan


Perhitungan ukuran kolam pengendapan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu menggunakan hukum Stokes atau hukum Newton. Setelah dilakukan
pengamatan, ternyata pada penelitian di Desa Anjir, persen padatan kurang dari 40 %
(sangat sedikit), sehingga pendekatan yang digunakan untuk perhitungan kolam
pengendapan adalah pendekatan Hukum Stokes.
1. Volume kolam pengendapan
Pengukuran kedalaman kolam maksimum didasarkan pada alat gali yang
digunakan untuk menggali endapan yang ada didasar kolam tersebut, alat gali
yang digunakan back hoe Komatsu PC200-7 dengan spesifikasi sebagai berikut:
Kapasitas mangkok munjung = 0,93 m3
Jangkauan kedalaman penggalian = 5,130 m
Jangkauan gali mendatar = 8,660 m
Sehingga ukuran kolam pengendapan :
• Lebar kolam (L) =5m
• Panjang kolam (P) = 10 m
107
• Kedalaman Kolam (h) =3m
• Lebar penyekat a = 0,5 m
• Panjang penyekat a = 4,5 m
• Kedalaman penyekat a =5m
• Lebar penyekat b = 0,5 m
• Panjang penyekat b = 4,5 m
• Kedalaman penyekat b = 4,5 m
• Volume kolam = (10x 5x 3) m3 – 11,25 m3 – 10,125 m3
= 128,625 m3

108
10 m

0,5 m

5m
4,5 m
0,5 m
a b
3m
A A’

A 10 m A’
0,5 m
3m
2,5 m
3m

Gambar 5.9
Dimensi Rancangan Kolam Pengendapan

Dalam pembuatan kolam pengendapan tersebut akan dibuat sekat “a” dengan
panjang 4,5 m, lebar 0,5 m dan tinggi 3 m, serta sekat “b” yang lebih rendah
yaitu panjang 4,5 m, lebar 0,5 m dan tinggi 2,5 m. Sekat ini akan dibuat dari
beton agar kuat. Dengan dimensi kolam pengendapan tersebut diharapkan akan
ada pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh air di dasar kolam,
sehingga air tambang akan keluar dalam keaadaan bersih.

109
1. Kecepatan pengendapan
Untuk menghitung kecepatan pengendapan adalah dengan menggunakan
Hukum “Stokes”, yaitu :
g × D 2 × (rp - ra )
V=
18µ
Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
G = percepatan gravitasi (9,812 m/detik2)
rp = berat jenis partikel padatan (1700kg/m3)
ra = berat jenis air (1000 kg/m3)
µ = kekentalan dinamik air ( 1,31 x 10-6 kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan (4 x 10-6m)

Maka :

V =
( )
9,812 x 4 x10 -6 x(1700 - 1000 )
2

18 x0,00000131
= 0,00466 m/detik

Ø Perhitungan Prosentase Pengendapan

L
Vh h
V

P
Gambar 5.10
Kolam Pengendapan

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap (tv) adalah


tv = h/V

110
dengan h sama dengan kedalaman saluran :
3m
=
0,00466 m / det
= 64,3777 detik
= 1,0729 menità 1 menit

Waktu yang dibutuhkan material untuk keluar dari kolam pengendapan (th),
partikel padatan akan mengendap dengan baik jika tv < th.
Kecepatan air dalam kolam adalah (Vh) :
Qtotal
Vh =
A
Qtotal = debit yang akan ditangani
A = lebar kolam x h
=(5x3)m
= 15 m2
0,000124 m 3 / det ik
Vh =
15 m 2
= 0,0000083 m/detik
sehingga th (waktu yang dibutuhkan air dan material terlarut keluar dari
kolam pengendapan) dapat dicari dengan rumus :
th = P/Vh (detik)
10m
th =
0,0000083 m / det ik
= 1.209.677 detik
th = 20.161 menit
dari perhitungan diatas didapatkan tv < th yaitu 1 menit <20.161 menit.
Dengan membandingkan waktu pengendapan dan waktu keluarnya air dan
material dapat digunakan untuk mengetahui persentase pengendapan, yaitu :
waktu yang dibutuhkan air keluar
= x100%
(waktu yang dibutuhkan air keluar + waktu pengendapan )

111
é 20.161 ù
= ê x100%ú
ë (20.161 + 1) û
= 99,99 %
Dengan prosentase tersebut maka material yang terlarut dalam air hampir
semuanya terendapkan. Padatan yang berhasil diendapkan 99,99 %dari total
padatan yang masuk ke kolam.
Padatan yang berhasil diendapkan dalam waktu sehari dengan jam hujan
perhari adalah 1 jam :
= 1,37 x 10-11m3/detik x 60 x 60 x 24 x 99,99 %
= 1,18 x 10-6 m3/hari

Ø Waktu pengerukan kolam


Pembuatan kolam pengendapan dimaksudkan untuk menampung lumpur
yang berupa partikel dan padatan, lumpur akan dikeruk oleh Back Hoe
sehingga kolam harus dapat menampung volume lumpur sebelum dikeruk
selama interval waktu tertentu.
volume kolam pengendapan
T =
volume total pada tan yang berhasil diendapkan

128,625 m3
=
1,18 x 10 -6 m3 / hari
= 108.795.904 hari

112
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

6.1. Tata Cara Pengangkutan


Salah satu kegiatan yang penting dalam usaha pertambangan adalah
pengangkutan. Pengangkutan dimaksudkan untuk mengangkut hasil penambangan,
penyediaan peralatan penambangan maupun pengolahan dan tenaga kerja.
Kelancaran target produksi per tahun tergantung pada pengangkutan mangaan dari
ROM (Run of Mine ) menuju ke pabrik pengolahan dengan alat angkut Tossa
Hercules Dump 200 cc.
Adapun jenis proses pengangkutan yang akan ditempuh dalam kegiatan
penambangan mangaan PT. Centrino Manganese meliputi :
1. Pengangkutan mangaan dari daerah penambangan (ROM) ke stock yard ( tempat
penampungan bahan galian )
2. Pengangkutan mangaan dari stock yard ke tempat pengolahan.
Penentuan jalan angkut pada rencana penambangan mangaan di Dusun Anjir,
Desa Hargorejo,Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta direncanakan di lokasi penambangan sampai ke stock yard ± 6,8 km.
Jalan angkut yang direncanakan merupakan jalan tambang yang digunakan hanya
untuk kegiatan penambangan yaitu pengangkutan mangaan dengan kecepatan alat
angkut yang direncanakan ± 40 Km / jam.
Pada kegiatan penambangan terutama dalam proses pemilihan alat ada
beberapa geometri yang perlu diperhatikan dan dipenuhi terhadap jalan angkut
supaya tidak menimbulkan hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan operasi
kegiatan pengangkutan. Dalam hal ini berkaitan dengan target produksi yang
direncanakan, karena fungsi jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran
kegiatan dalam pengangkutan. Dalam mendesain suatu jalan angkut, geometri jalan
angkut harus diperhatikan meliputi :

171
1) Lebar Jalan Angkut :
Semakin lebar jalan angkut maka akan semakin aman dan lancar lalulintas alat
angkut dalam kegiaan pengangkutan. Lebar jalan angkut minimum yang diperlukan
hendaknya disesuaikan dengan lebar daripada alat angkut terbesar yang akan
melintas pada jalan tersebut. Untuk menghitung lebar jalan angkut pada jalan lurus
dan lebar jalan angkut pada belokan.
a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada Rule
of Thumb yang dikemukakan oleh Aasho Manual Rural Highway Design adalah
sebagai berikut :
L = n . Wt + ( n + 1 ) ( 0,5 Wt )
= 2. 1,23 + ( 2 + 1 ) (0,5. 1,23 )
= 4,305 m
= 4,5 ( di bulatkan)
Dimana :
L = Lebar jalan angkut minimum ( m )
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total ( m )
Nilai 0,5 merupakan faktor pengali terhadap lebar terbesar dari Tossa Hercules
Dump 200 cc yang digunakan dan ukuran aman pada masing – masing
kendaraan dibagian kanan kiri tepi jalan. Lebar jalan angkut minimum
direncanakan dengan dua jalur adalah 4,5 m.
b. Lebar jalan angkut pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan lurus.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z = 0,5 ( U + Fa + Fb)
Dimana :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan ( m )
U = Jarak jejak roda kendaraan ( m )
n = Jumlah jalur
Fa = Lebar juntai depan (Ad x sin α)
Fb = Lebar juntai belakang (Ab x sin α)
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan dump truck (m)
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang dump truck
(m)
C = Jarak antara dua truk yang bersimpangan ( m )
Z = Jarak sisi luar truk ketepi jalan ( m )
Berdasarkan Spesifikasi Tossa Hercules Dump 200 cc maka lebar jalan
minimum pada jalan lurus adalah 4,5 m dan untuk perhitungan lebar jalan pada
tikungan didapatkan hasil 3,5 m tetapi pada kenyataannya PT. Centrino Manganese
membuat jalan tikungan 5 m.

Sumber : http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/10/jalan-tambang.html
Gambar 6.1
Sketsa Lebar Jalan Pada Tikungan
2) Jari – jari tikungan
Jari – jari tikungan harus dibuat lebih besar dari jari – jari lintasan serta harus
memenuhi keselamatan kerja ditambang atau memenuhi faktor keamanan yaitu jarak
pandang bagi pengemudi ditikungan baik horizontal maupun vertikal terhadapan
kedudukan suatu penghalang pada jalan tersebut yang diukur dari mata pengemudi.
Besarnya jari – jari tikungan minimun pada jalan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Tgn ө = V2
gxR
Dimana :
R = Radius tikungan ( m )
ө = Sudut miring (°)
g = Gravitasi bumi, 9.81 m/det2
V = Kecepatan rencana, km/jam
Berdasarkan perhitiungan besarnya jari – jari tikungan minimum yang dapat
dilalui oleh Tossa Hercules Dump 200 cc dengan kecepatan rencana sebesar 30 Km
/ jam adalah 126 m.
3) Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh
batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
ketinggian. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau mencegah kendaraan
tergelincir ke luar jalan atau teguling.
Kemiringan jalan ini secara matematis merupakan perbandingan antara kenaikan
tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menentukan besarnya kemiringan tikungan
jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan yang melaluinya dan
koefisien gesekan. Dengan perhitungan super elevasi yang diijinkan (m/m) adalah :
e+f= V2
127 . R
Dimana :
e = Superelevasi ( m / m )
f = Koefisien gesekan
v = Kecepatan kendaraan ( Km / jam )
R = Jari – jari tikungan ( m )
4) Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan kendaraan dalam
pengereman ataupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengertiannya, kemiringan 1% berarti jalan
naik atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau
100 ft .
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui oleh alat dengan
baik berkisar antara 10 % - 18 %. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada
bukit lebih aman kemiringan jalan maksimum 8 % atau 4,50.
Kemiringan atau grade jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Grade = (∆h / ∆x ) x 100 %
Dimana :
∆h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur ( m )
∆x = Jarak datar antara dua titik yang diukur ( m )
Kemiringan maksimum jalan angkut yang mampu diatasi Tossa dapat diketahui
berdasarkan jumlah rimpull yang tersedia dan jumlah rimpull yang dibutuhkan untuk
mengatasi tahanan guling (rolling resistance) dan tanjakan (grade rasistensi). Agar
kendaraaan dapat keaadaan setimbang, maka rimpull yang dibutuhkan oleh kendaran
harus sama dengan rimpull yang tersedia pada kendaraan.
a. Rimpull yang tersedia
Rimpull yang tersedia pada kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Rimpull tersedia. Dengan HP pada Tossa Hercules Dump 200 cc yaitu
1125 kg m/detik.
!" $ %&' $ ())*+*,-+* .,/0-*+
Rimpull yang tersedia =
1,2,3040- (637)
99%: /; 6/ =>? $ %&'$ @'%
=
B' /6/C06
%DB''' /; 6/E,4
=
@,BB 6/E,4

= 29.171,67 𝑘𝑔 kg
= 64312,52 lb
b. Rimpull untuk mengatasi tanjakan
Sedangkan rimpull untuk mengatasi tanjakan adalah sebesar 20 lb / Ton untuk
setiap 1% kemiringan tanjakan per ton berat kendaraan. Besar rimpull yang
dibutuhkan untuk mengatasi tanjakan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rp 1 = W x Rpt x G
= 0,8 ton x 20 lb/ ton x 10
= 160 lb
Dimana :
Rp 1 = rimpull untuk mengatasi tanjakan (lb)
W = berat kendaraan bermuatan (ton)
Rpt = 20 lb / ton / %
G = Kemiringan %

5) Cross Slope ( Kemiringan Lintang )


Cross Slope merupakan sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
penampang melintang seperti kerucut. Pembuatan cross slope dimaksudkan agar saat
turun hujan air tidak menggenangi badan jalan dan segera masuk dalam parut yang
berada disamping kiri dan kanan jalan, karena air yang menggenang pada permukaan
jalan menyebabkan jalan menjadi becek dan akan mempercepat kerusakan jalan.
Selain itu juga dapat membahayakan kendaraan yang melewatinya.
Angka cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan
jarak vertikal dan horizontal dengan satuan mm / m. Nilai yang umum dari
kemiringan melintang (cross slope ) untuk direkomendasikan adalah sebesar 20 – 40
mm / m jarak bagian tepi jalan kebagian tengah atau pusat jalan dan disesuaikan
dengan kondisi yang ada.

7.1.1. Pengangkutan overburden dari Daerah Penambangan (ROM) ke


Permukaan Tambang (surface)
Sesuai dengan strategi dan metode penambangan yang direncanakan,
pengangkutan dan penimbunan overburden hasil pembongkaran di area Tambang
Bawah Tanah Room and Pillar dilakukan menuju Surface dan overburden tersebut
digunakan untuk perataan tanah lokasi rencana tata lahan tambang.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka skenario pengangkutan overburden penutup
dari daerah penambangan menuju surface adalah sebagai berikut :
(1) Alat angkut yang digunakan adalah Tossa Hercules Dump 200 cc dengan
kapasitas angkut 600 kg.
(2) Jarak tempuh pengangkutan lapisan penutup di daerah penambangan berkisar
antara ± 0,23 km
7.1.2 . Jalur Pengangkutan mangaan dari Daerah Penambangan (ROM) ke
Stock yard
Pengangkutan mangaan dari daerah penambangan menggunakan jalan angkut
utama yang dibangun untuk menghubungkan daerah tambang ke lokasi stockyard
dibangun dengan ukuran lebar 8 m dan kemiringan maksimum 10o.
Sistem pengangkutan dari daerah penambangan ke stockyard dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
(1) Alat angkut yang digunakan adalah Tossa Hercules Dump 200 cc dengan
kapasitas angkut 600 kg.
(2) Jalan tempuh pengangkutan mangaan pada lensa 1 sejauh ± 78 m, lensa 2
sejauh ± 26,3 m, pada lensa 3 dan lensa 4 sejauh ± 130 m.

7.1.3 . Jalur Pengangkutan mangaan dari Stock Yard ke pengolahan


Pengangkutan mangaan dari stock yard ke lokasi pengolahan menggunakan
jalan angkut utama yang dibangun untuk menghubungkan daerah tambang ke lokasi
stockyard dibangun dengan ukuran lebar 8 m dan kemiringan maksimum 10o.
Sistem pengangkutan dari Stock yard ke pabrik peng olahan dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
(1) Alat angkut yang digunakan adalah Wheel Barrow WB 6200 dengan kapasitas
angkut 130 kg.
(2) Alat untuk memuat memakai sekop.
(3) Jalan tempuh pengangkutan mangaan pada lensa 1 sejauh ± 126 m, pada lensa
2 sejauh ± 74 m, pada lensa 3 sejauh ± 93 m, dan pada lensa 4 sejauh ± 53m.

7.1.4. Jalur Pengangkutan Pengolahan


Pengangkutan di unit pengolahan menggunakan Wheel Barrow WB 6200.
Mangaan yang telah direduksi dengan jaw crusher kemudian dilakukan peningkatan
kadar dengan jigging. Setelah dilakukan peningkatan kadar konsentratnya dipisahkan
lalu dijemur guna mengurangi kadar air. Setelah dijemur konsentrat tersebut
dimasukkan ke ballmill untuk menjadikan konsentrat berukuran tepung. Hasil dari
ballmill di kemas ke dalam karung kemudian siap dipasarkan. Sehingga produk yang
dihasilkan diangkut menuju gudang penimpanan mangan yang berjarak ± 100 m.
7.2 Penentuan Jumlah dan Kapasitas Peralatan Produksi Penambangan
Untuk menunjang kegiatan penambangan mangaan diperlukan beberapa
peralatan produksi yang harus dipersiapkan. Penentuan kapasitas dan jumlah alat
yang dibutuhkan tergantung pada sasaran produksi, jam kerja efektif alat per tahun,
produktivitas alat per tahun serta kepadatan lalu lintas jalan tambang.
Kebutuhan alat dapat memberikan gambaran dalam merencanakan suatu proyek,
untuk menentukan waktu investasi peralatan dan penambahan investasi alat. Besar
kecil volume material yang ditambang dan diangkut berhubungan dengan
panambahan atau pengurangan ukuran serta jumlah alat yang dibutuhkan. Apabila
sasaran produksi tiap tahun tidak sama maka jumlah kebutuhan alat untuk melakukan
kegiatan tersebut juga akan mengalami perubahan.
Perhitungan kebutuhan alat didasarkan pada hal – hal sebagai berikut :
1) Rencana produksi
Diperoleh cadangan mangaan keseluruhan dari lensa 1 sampai lensa 4 ±
22.602 m3 dan sasaran produksi mangaan yang akan ditambang direncanakan
sebesar 3.429 m3 pertahun. Umur tambang 7 tahun, sehingga kegiatan penambangan
dilakukan selama 7 tahun.
2) Jalan Tambang
Untuk mendukung kelancaran dari kegiatan pengangkutan, maka diperlukan
jalan tambang yang baik dan aman bagi kendaraan maupun pekerja. Direncanakan
alat angkut yang digunakan yaitu Tossa Hercules Dump 200 cc. Lebar jalan yang
direncanakan yaitu 4,5 m. Lebar pada jalan tikungan 5 m. Grade maksimum 10 %.
3) Alat Gali
Untuk melepaskan batuan mangaan dari batuan induknya menggunakan
pneumatic jackhammer.
Gambar 7.3.
Pneumatic jack hammer
4) Alat Muat
Untuk memuatkan mangaan ke alat angkut menggunakan Sekop. Alat muat ini
digunakan untuk melayani sebuah Tossa.
5) Alat Angkut
Direncanakan alat angkut yang digunakan yaitu Tossa Hercules Dump 200 cc
dan Whell Barrow WB6200. Spesifikasi alat angkut dapat dilihat pada lampiran 7.2.
Diperkirakan Tossa bermuatan dari lokasi penambangan ke stock yard dan akan
memakan waktu ± 70 detik, waktu dumping 1 menit, sedangkan pada saat kosong
Tossa berjalan dengan kecepatan 50 km / jam sehingga waktu tempuhnya adalah 56
detik dan pada saat memuat memakan waktu ± 2 menit. Jadi total cyle time Tossa
keseluruhannya 5,5 menit, sehingga jumlah Tossa adalah sebanyak 1 unit dan untuk
stock yard ke pengolahan juga memakai 1 unit Tossa.
Gambar 7.4
Tossa Hercules Dump 200 cc

Gambar 7.5
Wheel Barrow WB 6200
6) Jumlah alat pendukung
Alat pendukung diperlukan dalam hal persiapan penambangan, seperti land
clearing untuk pembuatan development. Untuk kegiatan tersebut diperlukan alat
Dozer caterpillar track type tracktor D7G dan Excavators komatsu PC200-76
EXCEL 1 buah ( untuk penggalian top soil, penggerukan lumpur pada settling pond).
Gambar 7.6.
Dozer caterpillar track type tracktor D7G

Gambar 7.7
Excavator komatsu PC200-7

7) Faktor Kesiapan Alat


Untuk menentukan factor kesiapan alat dapat dihitung dengan
memperhatikan segi mekanik (mechanically Availability), fisik (physical
Availability), maupun penggunaannya( use of availiability ).
Dari pengamatan ditentukan untuk satu tahun :
- Jumlah jam kerja ( W ) = 7200 Jam
- Jumlah jam untuk perbaikan ( R ) = 900 Jam
- Jumlah Jam Standby ( S ) = 900 Jam
- Jumlah jam yang dijadwalkan = W + R + S
= 9000 jam
a ). Mechanical Availability
Mechanical Availability ( % ) = W x 100 %
W + R

Mechanical Availability ( % ) = 7200 x 100 %


7200 + 900
= 88,89 %
b ). Phisical Availability
Phisical Availability ( % ) = W + R x 100 %
W + R+ S

Phisical Availability ( % ) = 7200 x 100 %


7200 + 900 +900
= 80 %

c ). Use of Availability
Use of Availability ( % ) = W x 100 %
W + S
Use of Availability ( % ) = 7200 x 100 %
7200 + 900
= 88,89 %
BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN

Mangan yang terdapat di lokasi penelitian tersusun oleh mineral pyrolusit


(MnO2) dengan warna abu-abu besi dengan kilap metalik, mempunyai kekerasan 2 -
2,5. Mineral pengotor berupa gamping dengan asumsi prosentase sebesar 20%.
Pyrolusit yang terdapat dilokasi mempunyai berat jenis 3,5 - 4,8 ton/m3.
PT. Centrino Manganese men-supplay kebutuhan bahan baku utama industri
baterai yaitu dengan menjual mangan dalam bentuk kerikil dengan -10 mm. Produksi
keluaran penambangan berupa bongkah-bongkah sebesar 50 mm yang kemudian
dilakukan pereduksian di dalam proses pengolahan sehingga menjadi -10 mm yang
kemudian dikirim ke konsumen industri baterai.

7.1 Studi/ Percobaan Pengolahan Pyrolusite


Perencanaan pengolahan PT Centrino Manganese bertujuan mengolah
pyrolusite dari ROM (Room Of Mine) di Manganese Processing Plant menjadi
produk yang di inginkan sesuai dengan permintaan konsumen.
Berdasarkan besar cadangan Mangan, kualitas Mangan, metode
penambangan yang dipilih, dan ukuran Mangan sesuai permintaan pasar, proses
pengolahan yang direncanakan PT Centrino Manganese mempunyai proses
pengolahan sebagai berikut :
- Reduksi ukuran (size reduction) melalui proses pemecahanan (Crushing).
- Pemisahan mineral dengan pengotornya melalui proses jigging.
- Penumpukan dan pengeringan pyrolusite sesuai ukuran produk yang dihasilkan
(Stockpiling)
7.2 Tata Cara Pengolahan dan Ekstraksi
7.2.1 Tahapan Pengolahan
a. Umpan (Feed)
Material umpan pada proses pengolahan adalah Mangan hasil kegiatan
penambangan (ROM). ROM mempunyai ukuran terbesar 50 mm dengan
distribusi sebagai berikut :
50mm + 30mm = 40%
-30mm + 10mm = 40%
-10mm = 20%
Mangan dari ROM ditempatkan di stockyard di luar dan dekat area
penambangan, kemudian diangkut dan ditempatkan di stockyard pengolahan.

b. Proses Reduksi Ukuran Butir


Proses reduksi ukuran butir diawali dengan memasukan bijih mangan kedalam
hopper, kemudian material dari hopper akan lansung melewati feeder dan
masuk kedalam Impact Crusher untuk direduksi ukuranya. PT. Centrino
Manganese berencana menggunakan Metso Impact Crusher dengan spesifikasi:
Model : NP 1110
Feed Opening : 1020 x 820 mm
Maximum Feed Size : 200 mm
End Product : 20 mm
Setting : 15 mm
Kapasitas : 130 tpj

c. Proses Pengayakan
Bijih mangan diayak menggunakan Tromol Screen dengan opening 10 mm.
Oversize dari ayakan dikembalikan lagi ke crusher (beban edar). Dan untuk
Undersize dari ayakan akan dilakukan proses jigging untuk memisahkan
konsentrat dan tailing serta untuk peningkatan kadar dari bijih mangan tersebut.
PT. Centrino Manganese berencana menggunakan Xinhai Machinery Trommel
Screen dengan spesifikasi:
Model : GS300*120
Opening Screen : 10 mm
Kapasitas : 15-20 m3/jam
Efisiensi : 98%

d. Proses Peningkatan Kadar


Peningkatan kadar dilakukan dengan menggunakan jigging. Proses
memisahkan dengan jigging memanfaatkan spesifik graviti dimana material
yang mempunyai SG besar akan berada dibawah sebagai konsentrat dan SG
rendah sebagai tailing. PT. Centrino Manganese berencana menggunakan Fixed
Sieve Jig dengan spesifikasi:
Merk : Peng
Capacity : 30-100 ton/jam

e. Tempat Penimbunan
Stockyard Mangan adalah tempat yang digunakan untuk untuk menampung
atau menyimpan Mangan sementara. Pada unit pengolahan Mangan ini
direncanakan dua macam tempat penyimpanan Mangan:
1) Stockyard ROM
Stockyard ini ditempatkan di luar ROM dan bermanfaat untuk
menampung sementara bijih mangan yang setelah dibongkar.
2) Stockyard Pengolahan
Stockyard ini ditempatkan di dekat pengolahan. Bijih mangan yang akan
di olah di tampung sementara pada stockyard ini.
3) Stockpile
Setelah pengolahan bijih mangan selesai, konsentrat mangan di tempatkan
di stockpile. Diharapkan di stockpile konsentrat mangan mengalami
proses pengeriangan oleh matahari. Setelah kering konsentrat mangan di
packing dan di simpan di gudang.
4) Gudang Mangan
Gudang penyimpanan ini digunakan untuk menampung produk Mangan
hasil dari operasi pengolahan, sebelum didistribusikan ke perusahaan
pembuatan batu baterai

5) Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan ini digunakan untuk mengendapkan tailing yang
berupa gamping dari hasil jigging.

Kapasitas produksi proses pengolahan pyrolusite yang direncanakan harus


dapat mencapai atau memenuhi rencana produksi pyrolusite PT Centrino Manganese.
Berdasarkan tingkat produksi pyrolusite yang direncanakan, kapasitas pabrik
pengolahan Mangan ini mampu melakukan produksi sebesar 5.000 ton per tahun.
Prosedur pengolahan pyrolusite dipabrik pengolahan pyrolusite PT Centrino
Manganese ditunjukkan dalam model diagram alir pengolahan Mangan. Pada
diagram alir tersebut digambarkan urutan dari proses-proses yang berlangsung.
BAGAN ALIR PENGOLAHAN PYROLUSITE- MANGAN

Gambar 7.1
Diagram Alir Pengolahan
7.3 Peralatan Pengolahan
Operasi pengolahan pyrolusite di Manganese Processing Plant akan
menggunakan beberapa jenis peralatan. Pemilihan spesifikasi peralatan–peralatan
yang akan digunakan disesuaikan dengan jenis-jenis kegiatan atau pekerjaan yang
akan dilakukan dalam sistem pengolahan tersebut. Hasil dari pemilihan jenis
peralatan yang akan digunakan dalam operasi pengolahan Mangan di Manganese
Processing Plant dapat dilihat pada Tabel 7.1

Tabel 7.1
Peralatan Pengolahan Mangan

No Nama Alat Unit


1. Jigging 1
2. Hopper 1
3. Feeder 1
4. Wheel loader 1

7.4 Hasil Pengolahan


Berdasarkan diagram alir, hasil pengolahan dari Manganese Processing Plant
ini adalah pyrolusite dengan kadar lebih dari 80% MnO2 yang direduksi menjadi
kerikil dengan ukuran -10 mm. Produk ini kemudian di packing dan diangkut oleh
truck yang selanjutnya akan didistribusikan pada pabrik-pabrik pembuatan baterai

7.5 Jenis, Jumlah, Kualitas Hasil Pengolahan dan Tailing


Bijih MnO2 dilokasi penambangan PT Centrino Manganese memiliki kualitas
sebagai karbon dalam baterai dengan kadar 28%-29% MnO2 sehingga dilakukan
peningkatan kadar menjadi 80%. Jumlah produksi pyrolusite tiap tahun bergantung
dari tingkat produksi yang direncanakan. Target produksi pyrolusite PT Centrino
Manganese yang terjual pada tahun pertama adalah 5000 ton, dan untuk tahun-tahun
selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Target produksi tersebut diperoleh
berdasarkan permintaan pasar dan jumlah cadangan MnO2 di lokasi IUP PT Centrino
Manganese. Pada dasarnya pengolahan pyrolusite PT Centrino Manganese hanya
melakukan terhadap ROM sehingga didapat kadar MnO2 lebih besar dari 80% MnO2
sebagi syarat untuk pembuatan karbon dalam industri batu baterai, dan produk yang
dijual dalam ukuran butiran -10 mm.
LAMPIRAN
BAGAN ALIR
PEREDUKSIAN DAN PENGELOMPOKAN UKURAN BUTIR MANGAN
PT. CENTRINO MANGANESE

F = 11,32653 ton/jam

IMPACT Setting = 15 mm
CRUSHER Kapasitas = 130 ton/jam

Opening = 10 mm
TROMOL
Kapasitas = 15-20 m3/jam
SCREEN
Efisiensi = 98%

-23 + 10 mm -10 mm

Gambar 7.2
Diagram Alir Pereduksian dan Pengelompokan Ukuran Butir Mangan
Produk dari stockyard
-50 + 30 mm = 40% = (40/100 x 11,32653 ton) = 4,53061 ton
-30 + 10 mm = 40% = (40/100 x 11,32653 ton) = 4,53061 ton
-10 mm = 20% = (20/100 x 11,32653 ton) = 2,26530 ton +
11,32653 ton
Impact Crusher
Distribusi produk
-23 + 15 mm = 100 – 85 = 15% = (15/100 x 11,32653 ton) = 1,69898 ton
-15 + 10 mm = 85 – 70 = 15% = (15/100 x 11,32653 ton) = 1,69898 ton
-10 mm = 70 = 70% = (70/100 x 11,32653 ton) = 7,92857 ton +
11,32653 ton

Tromol Screen
Umpan tromol screen = 11,32653 ton
Opening = 10 mm
Efisiensi = 98%
Distribusi produk tromol screen
-23 + 15 mm = 15%
-15 + 10 mm = 15%
-10 mm = 70% +
100% = 11,1 ton

-23 + 15 mm = (15/100 x 11,1 ton) = 1,665 ton


-15 + 10 mm = (15/100 x 11,1 ton) = 1,665 ton
-10 mm = (70/100 x 11,1 ton) = 7,77 ton +
11,1 ton
Oversize = 1,37 ton
Undersize = 3,238 ton
BAGAN ALIR
PENINGKATAN KADAR BIJIH MANGAN
PT. CENTRINO MANGANESE

F = 11,1 ton/jam
f = 29%

JIG 1
T1 = ........?
t1 = ........?

C1 = ........?
c1 = 30%

TR = ........? T2 = ........?
ROUGHER tR = ........? JIG 2 t2 = ........? JIG 3
T3 = ........?
t3 = 0,19%

CR = ........?
cR = 70%
C2 = ........? C3 = ........?
c2 = 40% c3 = 50%
JIG 4
T4 = ........?
t4 = .........
Beban edar = 30%
C4 = ........?
c4 = 80%

Gambar 7.3
Diagram Alir Peningkatan Kadar Bijih Mangan
MATERIAL BALANCE
F = 11,1 ton/jam
F = C4 + T3
C4 = 11,1 – T3

F.f = C4.c4 + T3.t3


11,1.(29) = (11,1 – T3).(80) + T3.(0,19)
321,9 = 888 – 80.T3 + 0,19.T3
-566,1 = -79,9 T3

T3 = 7,0931 ton/jam

C4 = 11,1 – T3
= 11,1 – 7,0931

C4 = 4 ton/jam

1. JIG 3
"#
n. BE =
$
"#
0,3 =
%%,%

C3 = 3,33 ton/jam

T2 = C3 + T3
= 3,33 + 7,0931

T2 = 10,4231 ton/jam
T2.t2 = C3.c3 + T3.t3
10,4231.t2 = 3,33.(50) + 7,0931.(0,19)
10,4231.t2 = 167,8477

t2 = 16,1 %

2. JIG 1
F = C1 + T1
11,1= C1 + 3,33

C1 = 7,77 ton/jam

F.f = C1.c1 + T1.t1


11,1.(29) = 7,77.(30) + 3,33.t1
3,33.t1 = 88,8

t1 = 26,67%

3. JIG 2
"'
n. BE =
$
"'
0,3 =
%%,%

C2 = 3,33 ton/jam

()
n. BE =
$
()
0,3 =
%%,%

T1 = 3,33 ton/jam

TR + T1 + C3 = T2 + C2
TR + 3,33+ 3,33= 10,4231 + 3,33

TR = 7,0931 ton/jam

TR.tR + T1.t1 + C3.c3 = T2.t2 + C2.c2


7,0931.tR + 3,33.(26,67) + 3,33.(50) = 10,4231.(16,1) + 3,33.(40)
7,0931.tR = 45,70081

tR = 6,44 %

4. JIG 4
(*
n. BE =
$
(*
0,3 =
%%,%

T4 = 3,33 ton/jam

CR = C4 + T4
= 4 + 3,33
CR = 7,33 ton/jam

CR.cR = C4.c4 + T4.t4


7,33.(70) = 4.(80) + 3,33.(t4)
3,33.t4 = 193,1

t4 = 57,99 %

5. ROUGHER
C1 + T4 + C2 = CR + TR
C1 + 3,33+ 3,33= 7,33 + 7,0931

C1 = 7,7631 ton/jam
IMPACT CRUSHER

Gambar 7.4
Bagian-bagian Impact Crusher
Gambar 7.5
Dimensi Impact Crusher
Gambar 7.6
Dimensi Feed Opening Impact Crusher

Gambar 7.7
Kapasitas Impact Crusher
Gambar 7.8
Grafik Produk Impact Crusher
ROUGHER

Gambar 7.9
Rougher Machine

Gambar 7.10
Spesifikasi Rougher Machine
TROMOL SCREEN

Gambar 7.11
Tromol Screen

Gambar 7.12
Spesifikasi Tromol Screen
STOCKYARD

Berat jenis mangan = 3,5 ton/m3


Waktu kerja = 10 jam/hari
Angle of repose (α) = 30o
Volume kerucut = 1/3 𝜋r - T
Tan α = T/r
T = r tan α

# / 0
sehingga r=
1 234 5

Gambar 7.13
Stockyard

Maka dapat dilakukan peritungan untuk mengetahui luas stockpile sebagai


berikut :
6789:;<= >?7 @3A
• Volume = x jam kerja efektif per hari
B?4<=23< C34D34

%%,E (84/@3A
= x 10 jam/hari
/,G (84/A/

= 32,57 m3/hari
# / H
• Jari-jari =
I (34 J

# / K /-,GL A/
=
/,%E 234 /M°

= 14,45 m

• Tinggi = r x tan αo
= 14,45 m x tan 30o
= 8,34 m

• Luas = π r2
= 3,14 (14,45 m) 2
= 655,64 m2

Tempat yang disediakan luas 657,9 m2 (25,65 m x 25,65 m)


STOCKPILE

Berat jenis mangan = 3,5 ton/m3


Waktu kerja = 10 jam/hari
Angle of repose (α) = 30o
Volume kerucut = 1/3 𝜋r - T
Tan α = T/r
T = r tan α

# / 0
sehingga r=
1 234 5

Gambar 7.14
Stockpile

Maka dapat dilakukan peritungan untuk mengetahui luas stockpile sebagai


berikut :
6789:;<= >?7 @3A
• Volume = x jam kerja efektif per hari
B?4<=23< C34D34

E (84/@3A
= x 10 jam/hari
/,G 284/A/

= 11,43 m3/hari
# / H
• Jari-jari =
I (34 J

# / K %%,E/ A/
=
/,%E 234 /M°

= 2,66 m

• Tinggi = r x tan αo
= 2,66 m x tan 30o
= 1,54 m

• Luas = π r2
= 3,14 (2,66 m) 2
= 22,22 m2

Tempat yang disediakan luas 23 m2 (4,79 m x 4,79 m)


PEMILIHAN CONVEYOR

-MMM OP/284
Densitas Mangan = 3,5 ton/m3 x
/G,/%EQQQ R2//A/

= 198,22 lb/ft3

Tabel 7.2
Pemilihan Conveyor

§ Conveyor I
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Impact Crusher menuju
Tromol Screen.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -23 mm = 0,91 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
§ Conveyor II
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Tromol Screen menuju
Impact Crusher
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -23 mm = 0,91 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o

§ Conveyor III
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Tromol Screen menuju Jig
Machine.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -10 mm = 0,394 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o

§ Conveyor IV
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Jig Machine menuju
Rougher Machine.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -10 mm = 0,394 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o

§ Conveyor V
Digunakan Belt Conveyor yang menghubungkan Jig Machine menuju Jig
Machine.
• Densitas mangan : 198,22 lb/ft3
• Material terbesar yang akan diangkut : -10 mm = 0,394 inch
Dari tabel pemilihan conveyor, didapatkan belt conveyor dengan lebar belt
16” atau 406 mm. Maka digunakan belt conveyor sebanyak 1 buah dengan
spesifikasi:
Merk : Nordberg
Model : TBC 650
Belt width : 650 mm
Thickness : 6 mm
Trough Angles : 29o
BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN,
PERIJINAN DAN CSR

8.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri Pertambangan
akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri
pertambangan.Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai persoalan
dan dampak industri pertambangan yang semakin komplek dan telah mengundang
perhatian banyak orang.Hal ini terbukti dari banyaknya tekanan yang datang dari
masyarakat luas terhadap pengelolaan dan kehadiran industri pertambangan di tengah-
tengah kehidupan mereka.Munculnya persaingan yang ketat antar industri
pertambangan, sering dikaitkan dengan berbagai isu masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai alat dalam memasuki pasar dunia.
Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Centrino Manganese sebagai
berikut :
1. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan peningkatan resiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Tambang bawah tanah PT. Centrino
Manganese.
2. Menganalisa manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tambang
bawah tanah PT. Centrino Manganese.
3. Memberikan solusi untuk meningkatkan program manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja pada tambang bawah tanahPT. Centrino Manganese

8.1.1. Keselamatan kerja


a. Penyebab kecelakaan kerja oleh Heinrinch dibagi dalam 3 bagian,dengan
prosentase :
- Tindakan karyawan yang tidak aman sebesar 88%
- Kondisi kerja yang tidak aman sebesar 10%
- Diluar kemampuan manusia sebesar 2%

Sedangkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada kegiatan


penambangan disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Faktor Kondisi Pekerja Sendiri
Dari faktor ini keselamatan pekerja tergantung pada pengaruh fisik dan
psikologis dari pekerja itu sendiri yang biasanya berkaitan dengan:
- Faktor kelelahan pekerja
- Konsentrasi pekerja dalam melakukan kegiatan penambangan
- Kecerobohan pekerja ( Human Error)
- Tidak menggunakan peralatan pengaman
- Penggunaan peralatan pengaman yang tidak benar
- Kurangnya pengawasan terhadap pekerja
2. Faktor kondisi kerja yang tidak aman
Faktor kondisi kerja yang tidak aman seperti:
- Penyangga yang rapuh
- Runtuhan batuan atap
- Kadar oksigen pada front kerja penambangan
- Penerangan pada area penambangan
- Genangan air pada lantai kerja penambangan
- Mesin berbahaya tidak diberikan pengaman
- Peralatan pengamanan yang sudah tidak layak pakai
- Bahan bakar dan oli mesin – mesin tambang yang digunakan tidak
tertata

b. Upaya penanggulangan
Untuk mengatasi hal – hal tersebut diatas PT. Centrino
Manganesemelakukan pencegahan diantaranya:
1. Kecelakaan akibat faktorkondisi pekerja sendiri dilakukan upaya
pencegahan dengan:
- Mengatur jumlah asupan gizi makanan pekerja
- Pengecekan kesehatan pekerja secara teratur
- Membuat rambu-rambu penggunaan APD
- Melakukan pengawasan terhadap pekerja dan memberi sanksi bagi
pekerja yang melanggar peraturan
- Melakukan safety talk sebelum memulai bekerja
- Melakukan evaluasi kerja saat berakhirnya jam kerja
- Membuat SOP dari setiap alat yang beresiko menimbulkan
kecelakaan
- Memberikan reward terhadap pekerja

2. Kecelakaan akibat faktor kondisi kerja yang tidak aman dilakukan


upaya pencegahan dengan:
- Pengecekan secara teratur terhadap penyangga
- Pengecekan berkala terhadap atap terowongan
- Melakukan test kadar oksigen sebelum masuk kedalam tambang
- Mengatur jadwal mesin pompa drainase dan melakukan
monitoring terahadap saluran terbuka
- Memberi pengaman pada mesin-mesin yang berbahaya dan
melakukan perawatan terhadap alat pengaman tersebut
- Penyediaan peralatan (maintenance service)
- Mengawasi dan memberikan pengaman kepada mesin – mesin
yang berbahaya
- Monitoring terhadap peralatan dengan melakukan pengecekan
terhadap kelayakannya

8.1.2. Kesehatan Kerja


Kegiatan penambangan bijih manganPT. Centrino Manganesedapat
berpengaruh terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat terutama yang berlokasi
sepanjang jalan angkut.dan bagi para pekerja tambang diwajibkan menggunakan alat-
alat safety. Agar terhindar dari penyakit baik itu berakibat langsung maupun di waktu
yang akan datang.
a. Faktor yang biasanya mempengaruhi kesehatan tenaga kerja PT. Centrino
Manganese serta upaya untuk menanggulanginya adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas kerja
- Ketrampilan
Ketrampilan pekerja dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi dan kejelian
pekerja yang berhubungan dengan kesehatan fisik sehingga kesehatan
pekerja harus tetap terjaga dengan memberikan asupan gizi yang baik
terhadap pekerja.
- Kesegaran jasmani
Perusahaan akanmemfasilitasi sarana-sarana olahraga dan setiap Jumat
pagipekerja diwajibkan mengikuti senam kesegaran jasmani agar
kondisi kesehatan tetap terjaga. Selain itu juga diadakan pengecekan
kesehatan berkala kepada para pekerja di poliklinik perusahaan yang
tersedia.
- Gizi
Perusahaan akan mengatur pola makan dan gizi yang diatur dari
komposisi makanan, jumlah, dan ketepatan penjadwalan waktu makan.
- Usia
Regenerasi pekerja, artinya apabila usia pekerja tinggi akan diadakan
pergantian penempatan di tempat yang tidak beresiko tinggi atau
diwajibkan pensiun.
- Motivasi
Motivasi – motivasi diberikan melalui baliho-baliho yang ditempatkan
di perusahaan atau dengan pertemuan – pertemuan, sehingga pekerja
menjadi tambah semangat dan bertanggung jawab dengan
pekerjaannya.

2. Lingkungan kerja
- Fisik
Lingkungan yang nyaman dan sarana – sarana pendukung yang baik
serta tatanan lingkungan yang baik akan meningkatkan semangat dan
konsentrasi pekerja sehinga dapat mengurangi dampak kecelakaan
yang terjadi.
- Kimia
Pencemaran lingkungan yang berasal dari peralatan penambangan
maupun pengolahan akan menimbulkan dampak negatif bagi pekerja,
jadi perusahaan harus menekan dampak pencemaran agar tidak
menggangu para pekerja dengan pemantauan dan perbaikan secara
berkala terhadap peralatan penambangan dan pengolahan.
- Biologi
Pencemaran sampah organik akan menimbulkan bakteri dan virus yang
akan berkibat buruk bagi pekerja, jadi sampah – sampah organik harus
dikelola dengan baik oleh perusahaan dengan cara membuat tempat
penimbunan sampah jauh dari lokasi penambangan.
- Fisiologi
Lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman akan menimbulkan
semangat kerja, sehingga lingkungan kerja dibuat agar pekerja menjadi
betah dan merasa nyaman serta aman setiap melakukan pekerjaannya.

3. Beban kerja
- Fisik
Pengaturan waktu istirahat dan pembagian waktu kerja akan
mengurangi dampak kelelahan pekerja, sehingga fisik pekerja tetap
terjaga dari rasa lelah yang dapat berakibat fatal khususnya pada
dirinnya dan perusahaan pada umumnya.
- Mental
Kurangnya motivasi serta pelatihan kepada pekerja akan menimbulkan
pekerja menjadi kurang tanggap, gugup dan kebingungan sehingga
untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan koordinasi
sebelum mulai bekerja dan melakukan evaluasi setelah usai bekerja
serta memberikan safety talk agar pekerja bisa bekerja dengan aman,
nyaman dan tentram.
- Sosial
Mengadakan pertemuan – pertemuan antar pekerja agar pekerja tidak
kaku dan segan apabila mereka berada pada satu kelompok kerja,
sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik.

b. Macam-macam penyakit yang dapat timbul akibat dari kegiatan


penambangan dan pengolahan bijih mangan pada PT. Centrino Manganese
serta cara penanggulangannya, yaitu :
1. Iritasi mata disebabkan oleh debu penanggulangannya dengan
menggunakan kacamata pelindung atau safety glasses.
2. Gangguan pernapasan disebabkan oleh debu tambang
penanggulangannya dengan menggunakan masker debu.
3. Gangguan telinga disebabkan kebisingan alat pembongkaran, alat muat
dan alat angkut penanggulannya dengan menggunakan pelindung
telinga.
4. Penyediaan P3K untuk mengatasi pertolongan pertama.
Selain itu agar kesehatan para pekerja dapat terkontrol, perusahaan
mengadakan cek kesehatan berkala setiap satu bulan sekali.

8.1.3. Management K-3


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari
proses manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di dalam pencapaian
tujuan perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan tersebut. Alasan ini adalah
tepat mengingat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu perusahaan
betujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi setiap bentuk kecelakaan yang
dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak dikehendaki.
Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu
industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada kenyataan dimana masih
banyak terdapat perusahaan yang berpandangan bahwa penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan keuntungan
perusahaan. Pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena pada
hakekatnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja justru akan
melipatgandakan keuntungan melalui pencegahan kecelakaan yang dapat
menimbulkan kerugian dan peningkatan produktifitas. Bahkan tidaklah berlebihan
kiranya apabila suatu industri yang memiliki resiko tinggi seperti industri
pertambangan berpandangan bahwa pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan tanggung jawab seluruh karyawan dan tidak semata-mata tanggung jawab
suatu bagian atau pimpinan perusahaan. Hal ini dimungkinkan mengingat adanya
pernyataan manajemen yang mengidentikkan masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu segala perlakuan terhadap
produk tidak dapat dibedakan dengan perlakuan terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat disusun
sebagai berikut :
a. Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Contoh dari kelima
fungsi ini ditentukan oleh konsep dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang dianut industri tersebut.
b. Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan pelaporannya,
pengoperasian, produk pemasaran dan penjualan serta sistem komunikasi
dan informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
c. Sumber daya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan
peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi, masyarakat dan
lingkungan kerja serta peraturan pemerintah dapat merupakan masukan
kegiatan manajemen dan fungsi manajemen.
Dengan melandaskan pada kerangka dasar manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tersebut diatas maka tujuan manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian perusahaan dengan
merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan yang dibatasi
oleh sumber atau masukan yang dimiliki.
Berikut merupakan management K-3 pada PT. Centrino Manganese:
a. Organisasi
Tujuan dari organisasi K3 ialah menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja sehingga tidak mengganggu jalannya produktivitas
perusahaan.penanganan K3 merupakan tanggung jawab kepada kepala teknik
atau manajer tambang.
Divisi
Perencanaan, K3
dan Lingkungan

Perencanaan K3 Lingkungan

Staf Staf Staf

Gambar 8.1
Struktur Organisasi K3 PT. Centrino Manganese
b. Peralatan
Peralatan untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja yang akan
disediakan oleh perusahaan dilokasi kegiatan penambangan, pemuatan,
pengangkutan dan pengolahan bijih manganadalah seperti terlihat pada Tabel
8.1.

Tabel 8.1.
Peralatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

No. Lokasi Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Tambang a. Helm pengaman + Headlamp
b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Sarung tangan
e. Masker debu dan earplug
f. Reflector vest
g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3 pada
masing-masing kendaraan pengangkut personil dan
alat-alat tambang
h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m) untuk
kendaraan pengangkutan personil, pengawas
i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk ≤ 40 km/jam
dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam
2. Manganese a. Helm pengaman
Processing b. Sepatu pengaman
Plant c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu dan earplug
e. Jas laboratorium
f. Kacamata pelindung
g. Penampung minyak pelumas bekas
h. Alata pemadam kebakaran
i. Perlengkapan PPPK
j. Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat
k. Penampung besi bekas dan suku cadang bekas
l. Material pembersih minyak tumpah
3. Maintenance a. Helm pengaman + Headlamp
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran
4. Gudang a. Helm dan sepatu pengaman
b. Sarung tangan kulit
c. Masker debu
d. Perlengkapan P3K
e. Alat Pemadam Kebakaran

c. Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3 adalah
seperti terlihat pada Tabel 8.2.

Tabel 8.2.
Langkah-langkah pelaksanaan K-3

No Kegiatan Uraian
1. Patroli keamanan a. Implementasipeninjauan/pengecekan untuk
mengantisipasi kekurangan dan kondisi
yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan
peringatan dan pemberhentian jika terdapat
hal-hal yang bertentangan dengan peraturan
K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke
supervisor dari pelanggar peraturan
d. Batas kecepatan truk bermuatan ≤ 40
km/jam dan kendaraan personil ≤ 60
km/jam
2. Inspeksi keamanan a. Cek kondisi dari alat pemadam api,
membuat inventaris
b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama
dan lokasi kerja
3. Diskusi masalah keselamatan a. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu
dan memonitor realisasi dari diskusi pagi
b. Evaluasi berjalannya K-3 saat berakhirnya
jam kerja
4. Kampanye keselamatan Implementasi pengutamaan keselamatan
kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang
dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan
yang diedarkan

5. Pelindung keamanan a. Inventarisasi alat


b. Melengkapi kekurangan alat K-3
c. Memonitor pemakaian alat keselamatan
d. Cek dan lengkapialat keselamatan pada
peralatan tambang yang digunakan
e. Cek dan lengkapi rambu-rambu K-3
6. Pemilihan operator a. Cek jenis peralatan
b. Cek kesehatan fisik dan psikologi operator
7. Laporan keselamatan kerja a. Laporan kecelakaan
b. Laporan bulanan
c. Laporan pelatihan

8.1.4 Organisasi
Penanganan K-3 merupakan tanggung jawab Divisi Perencanaan, K3 dan
Lingkungan yang langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik atau
manajer tambang dapat dilihat pada struktur organisasi pada bab IX
8.1.5Peralatan
Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah peralatan.Karena itu, setiap
peralatan yang digunakan untuk operasi perusahaan harus mendapat perawatan yang
memadai. Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan diberbagai
lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan Mangan
adalah seperti terlihat pada Tabel 8.3.

Tabel 8.3
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

No. Lokasi Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Tambang a. Helm pengaman + Headlamp
b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Sarung tangan
e. Masker debu dan earplug
f. Reflector vest
g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3 pada masing-
masing kendaraan pengangkut personil dan alat-alat
tambang
h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m) untuk
kendaraan pengangkutan personil, pengawas
i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk ≤ 40 km/jam
dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam
2. Manganese a. Helm pengaman
Processing b. Sepatu pengaman
Plant c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu dan earplug
e. Jas laboratorium
f. Kacamata pelindung
g. Penampung minyak pelumas bekas
h. Alata pemadam kebakaran
i. Perlengkapan PPPK
j. Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat
k. Penampung besi bekas dan suku cadang bekas
l. Material pembersih minyak tumpah
3. Maintenance a. Helm pengaman + Headlamp
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran
4. Gudang a. Helm dan sepatu pengaman
b. Sarung tangan kulit
c. Masker debu
d. Perlengkapan P3K
e. Alat Pemadam Kebakaran

8.1.6Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3
pertambangan adalah seperti terlihat pada Tabel 8.4.

Tabel 8.4
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

No. Kegiatan Uraian


1. Patroli a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk
keamanan mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak
aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan
pemberhentian dan peringatan atau menyarankan jika
terdapat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan
K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari
pelanggar peraturan
d. Batas kecepatan untuk truk bermuatan ≤ 40 km/jam dan
kendaraan personil ≤ 60 km/jam.
2. Inspeksi a. Cek kondisi dari alat pemadam api
keamanan b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek system
e. Cek kondisi dan penataan dari gedung
f. Cek kondisi dan penataan dari camputama dan lokasi
kerja
3. Diskusi a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
masalah b. Diskusi pagi dengan karyawan membantu memonitor
keselamatan realisasi dari diskusi pagi.
4. Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan pada setiap
keselamatan tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem
pendekatan pribadi, pemberian pelajaran dan slogan
yang diedarkan.
b. Evaluasi kontes keselamatan
5. Perlindungan a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
keselamatan b. Melengkapi kekurangan
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan melengkapi perlindungan keselamatan pada
alat-alat.
e. Cek dan melengkapi rambu-rambu.
6. Pemilihan
Cek jenis peralatan
operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan b. Laporan bulanan
kerja c. Laporan pelatihan

8.2 Lingkungan
PT. Centrino Manganese sebagai salah satu perusahaan penambangan bijih
manganyang berwawasan lingkungan di Indonesia berusaha ingin menepis dan
memulihkan anggapan masyarakat sekitar lokasi penambangan bahkan dunia
internasional yang menyatakan bahwa kegiatan penambangan mulai dari tahap
eksplorasi sampai ke tahap mine closure merupakan suatu kegiatan yang menganggu
serta merusak rona / eksosistem lingkungan hidup. Baik itu dampak lingkungan
terhadap komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, dan budaya.
Maka dari itu rencana pelaksanaan penambangan bijih manganPT. Centrino
Manganeseyang dilaksanakan di Dusun Anjir Desa Hargoredjo Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo dengan luas areal kuasa pertambangan (KP) seluas 24 ha
dimana berpatokan pada sistematika penyusunan dokumen analisa dampak
lingkungan (AMDAL) yang didasari atas PP. No. 7 Tahun 1999 ayat 1 serta
keputusan bersama antara kementrian energi dan sumber daya mineral dan kementrian
Negara lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk perundang-undangan yang
berlaku dimana berkaitan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU LH No.
23 Tahun 1999, dikarenakan dampak yang ditimbulkan oleh segala susunan kegiatan
PT. Centrino Manganese tidak termasuk pada dampak penting, juga produksi yang
tidak berskala besar juga luasan IUP yang tidak terlampau luas maka kami tidak
diwajibkan untuk menyusun AMDAL, namun kami diwajibkan untuk menggunakan
RKL-UPL,
Fungsi dan pedoman penyusunan dokumen RKL-UPL yang diterapkan oleh
PT. Centrino Manganese :
§ Pedoman umum penyusunan dokumen RKL-UPL digunakan sebagai pedoman
teknis penyusunan RKL-UPL atau sebagai dasar penyusunan RKL-UPL,
apabila kegiatan penambangan belum ditetapkan.
§ Pedoman umum penyusunan RKL-UPL ditujukan bagi keperluan penyusunan
RKL-UPL kegiatan terpadu atau multisektor.
Selain itu juga PT. Centrino Manganesejuga memperhatikan aspek – aspek
dalam penyusunan dokumen RKL-UPL antara lain :
1. Latar belakang pembangunan proyek
2. Proses tahapan terwujudnya laporan
3. Metodologi penelitian
4. Tujuan studi RKL-UPL :
- Mengidentifikasikan rencana kegiatan pertambangan umum sejak dari
tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi terutama pada
kegiatan yang diperkirakanberpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.
- Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi dan
tatanan lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan
pertambangan umum, terutama yang akan terkena dampak baik pada
tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi.
- Memperkirakan dan mengevaluasi dampak yang akan terjadi pada tahap
persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi kegiatan pertambangan
5. Kegunaan studi RKL-UPL :
- Sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan
tentang kelayakan lingkungan dari rencana penambangan.
- Sebagai wahana untuk memberi informasi bagi masyarakat untuk dapat
menghindari dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif yang
potensial ditimbulkan oleh kegiatan penambangan.
- Sebagai masukan untuk penyusunan desain penambangan yang
berwawasan lingkungan.
- Sebagai pembanding data masukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
- Sebagai Rencana Kelola dan Pengawasan untuk lingkungan

8.2.1 Dampak Kegiatan


8.2.1.1 Penambangan
Kegiatan penambangan bawah tanah bijih ManganPT. Centrino
Manganesediperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak
yang terjadi berdasarkan tahap kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
1) Pembebasan lahan
2) Pembersihan lahan
3) Pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi :
- Pembuatan jalan tambang.
- Persiapan pembukaan lubang bukaan(Development open/entri).
- Pembangunan kantor, instalasi jaringan listrik, pabrik
pengolahan, gudang, kolam pengendapan (setling pond), stock
pile, dan Sarana peribadatan.
4) Penerowongan tambang bawah tanah (Tunnel).
5) Mobilisasi peralatan dan pengangkutan.
6) Penerimaan tenaga kerja.

b. Tahap Operasi
1) Pembukaan lubang bukaan.
2) Kajian kondisi geoteknik dan geokimia.
3) Kajian Hidrologi dan hidrogeologi.
4) Penambangan bijih Mangan (pembongkaran, penyangaan, ventilasi,
penerangan dan penyaliran tambang bawah tanah).
5) Pemuatan dan pengangkutan bijih Mangan (jenis, kapasitas dan jumlah
peralatan dan pengangkutan).
6) Pengolahan bijih Mangan (pengurangan kadar air, kominusi,
konsentrasi, pengeringan, penggilingan).
7) Recovery penambangan.
8) Recovery pengolahan.
9) Penanganan limbah hasil penambangan dan pengolahan.
10) Penimbunan bijih.
11) Pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi penambangan (Community
development).

c. Tahap Pasca Operasi


1) Penutupan tambang
2) Reklamasi/rehabilitasi tambang
3) Pemutusan hubungan kerja
4) Pemindahan dan pembongkaran sarana tambang
5) Pemanfaatan sarana dan prasarana tambang
Secara garis besar dampak Kegiatan penambangan bawah tanah bijih Mangan
PT. Centrino Manganeseterhadap lingkungan sekitarnya dapat dilihat pada gambar
8.1
POTENSI SUMBER DAYA DATA KOMPONEN
BIJIH MANGAN : LINGKUNGAN :
- CADANGAN - IKLIM MIKRO
- GEOLOGI LOKAL - FLORA DAN FAUNA
- HIDROGEOLOGI - KUALITAS TANAH
- KUALITAS AIR

ASPEK ASPEK
TEKNIS LINGKUNGAN

DAMPAK YANG
TERJADI
PERSIAPAN
LUBANG
BUKAAN

BENTANG ALAM
SIFAT FISIK DAN KIMIA
PEMBUKAAN TANAH
LUBANG BUKAAN EROSI & SEDIMENTASI
VEGETASI & SATWA

BENTANGAN ALAM
PENAMBANGAN DEBU
BIJIH MANGAN EROSI & SEDIMENTASI

DEBU
PENGANGKUTAN DARI FRONT
KEBISINGAN
PENAMBANGAN BAWAH TANAH
VEGETASI DAN SATWA
KE PABRIK PENGOLAHAN

DEBU
PENGOLAHAN KEBISINGAN
BIJIH MANGAN KUALITAS AIR
EROSI & SEDIMENTASI

PENGOLAHAN, PENGEPAKAN & DEBU


PENJUALAN BIJIH MANGAN KEBISINGAN
EROSI & SEDIMENTASI

Gambar8.2
Bagan Alir Kegiatan Penambangan Bawah Tanah PT. Centrino Manganese dan Dampak
yang Terjadi

8.2.1.2 Pengolahan
Dalam menindaklanjuti kinerja perusahaan penambangan agar berjalan
konsisten sesuai dengan pencapaian target, maka salah satu aspek yang perlu
diperhatiakan yaitu bagaimana proses penanganan tailing berupa waste. Tailings
berasal dari batu gamping maupun andesit yang terpisah setelah Mangan dipisahkan
dari batuan di pabrik pengolahan. Maka dari itu, PT. Centrino Manganesesebagai
salah satu perusahaan penambangan bawah tanah bijih Mangan tidak tinggal diam,
melainkan berusaha semaksimal mungkin untuk mengolah tailing yang berupa waste
tersebut sebelum tailing tersebut dibuang.
Proses pengolahan bijih ManganPT. Centrino Manganesemenggunakan Jaw
Crusher (Mereduksi Ukuran Butir), Tramol Screen (Pengelompokan ukuran butir), Jig
(Peningkatan Kadar Mangan). Waste tersebut ditakutkan akan membahayakan bagi
lingkungan dan ekosistem. Hasil pengolahan berupa tailing yang berupa padatan atau
larutan harus terlebih dulu ditangani secara sistematis sebelum dibuang ke sungai atau
ditimbun dibawah tanah.

8.2.1.3 Sarana Penunjang


Untuk memperlancar kegiatan pengolahan serta pemantauan lingkungan
penambangan, maka PT. Centrino Manganesedidukung oleh adanya sarana penunjang
diantaranya temapat cadangan air, Intalasi tenaga listrik, gudang dan klinik kesehatan.

8.2.2 Rehabilitasi Lahan


Rehabilitasi lahan merupakan pekerjaan – pekerjaan yang bertujuan untuk
memperbaiki atau mengembalikan tata dan ekosistem lingkungan hidup agar lebih
berdaya guna dan berhasil.Usaha ini harus dilaksanakan setiap perusahaan
pertambangan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya, PT. Centrino Manganesemengalami beberapa kendala
merehabilitasi lahan bekas penambangan bawah tanah apabila tanpa perencanaan
yang sistematis. Kendala – kendalanya antara lai :
1. Tidak dilaksanakan pengamatan terhadap adanya gerakan permukaan
tanah, rembesan air tambang dan kajian terhadap kualitas air tanah.
2. Kurang dioptimalkannya pemeliharaan stope bekas penambangan bijih
3. pergerakan arah penambangan maju mengikuti arah pesebaran bijih
mangan (lensa) tidak sebanding dengan penutupan bekas lubang
penggalian sebelumnya.
4. Tidak melakukan kajian geoteknik secara mendetail khususnya terhadap
penyanggaan terowongan yang nantinya dapat mengakibatkan resiko fatal
yaitu keruntuhan terowongan
Walaupun sistem penambangan bawah tanah bijih manganPT. Centrino
Manganese tidak menimbulkan pencemaran maupun kerusakan yang sangat berarti
terhadap lingkungan di permukaan seperti yang dihadapi oleh kegiatan penambangan
terbuka (open pit). Yang perlu diperhatikan adalah setelah Cribbing ialah bila lubang
terdebut akan digunakan atau dijadikan studi maka perlu diperhatikan apakah lubang
bukaan tersebut masih kuat untuk menopang dirinya atau tidak (harus dikaji lebih
lanjut).

8.2.3 Pemantauan Lingkungan


Upaya pemantauan lingkungan yang diusahakan PT. Centrino
Manganeseantara lain :
1. Mengantisipasi masalah – masalah lingkungan yang telah terjadi.
2. Perawatan secara berkala terhadap lubang bukaan.
3. Pembuatan kolam pengendapan (settling pond) yang bertujuan
menampung limbah hasil pengolahan.
4. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA/SDM dalam lingkup keilmuan
lingkungan yang selektif dan bijaksana.
5. Pengendalian penyebaran air bawah tanah.
6. Pemantauan Kualitas air dan pencemaran air akibat limbah pengolahan
7. Proses daur ulang limbah pengolahan
8. Pengelolaan pembuangan gas polutan alat berat kegiatan penambangan
9. Pengendalian pencemaran debu/partikel
Adapun rincian kegiatan pemantauan Tabel 8.5berikut:
Peraturan dan Kebijaksanaan Lingkungan Hidup
a. Kebijaksanaan
Konsep pembangunan di Indonesia seperti yang tercantum di Undang-Undang
Nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok lingkungan hidup adalah suatu pola
Pembangunan Berwawasan Lingkungan.Hal ini dapat diartikan sebagai upaya sadar
dan berencana dalam pembangunan yang berkesinambunga untuk meningkatkan mutu
kehidupan manusia.
Konsep ini tetap dijaga secara konsisten, bahkan Undang-Undang Nomor 23
taun 1997 telah memberikan kesemoatan peran serta yang lebih besar dan luas bagi
masyarakat untuk berpartisipasi bagi pengendalian dampak lingkungan. Pihak
perusahaan akan menjalankan strategi pengelolaan lingkungan, yaitu sebagai berikut :
1. Mengelola seoptimal mungkin dampak negatif yang mungkin timbul seperti
yang diidentifikasikan dalam matriks identifikasi dampak, agar daya dukung
lingkungan tetap terpelihara.
2. Mengembangkan seluas-luasnya dampak positif yang terjadi agar
penambangan bijih mangan berwawasan lingkungan yang diapresiasikan
positif oleh masyarakat dapat terjadi.

b. Peraturan Perundangan
Peraturan dan perundangan telah banyak ditetapkan untuk mengelolah lingkungan
hidup di Indonsia, yaitu berupa Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP),
Keputusan Menteri (KepMen), Keputusan Ketua Bapedal, serta Keputusan Gubernur
Propinsi.
Secara Garis Besar pearaturan perundangan mengatur masalah :
1) Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam
3) Penataan Ruang
4) Penetapan Kawasan Lindung
5) Pengendalian pencemaran air
6) Baku mutu Lingkungan ( Udara, Air, Getaran, Limbah, dan lain-lain)
7) Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan
8) Kajian Aspek Sosial Dalam AMDAL
9) Pedoman Ukuran Dampak Penting
c. Pengelolaan dampak negatif
Dampak kegiatan penambangan bijih mangan yang akan dikelolah adalah dampak
negatif yang penting. Nilai pentingnya dampak mengacu pada Keputusan Ketua
Bapedal KEP No. 056 Tahun 1994 , yang ditentukan oleh :
1) Jumlah manusia yang terkena dampak
2) Lamanya dampak berlangsung
3) Intesitas dampak
4) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka tidak seluruh dampak kegiatan
penambangan bijih mangan dapat dikategorikan sebagai dampak penting.Tingkat
pentingnya dampak harus dapat dianalisis secara tepat yaitu dengan melakukan studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999.
Pengelolaan dampak tidak penting dilaksanakan dengan menggunakan format,
yaitu sebagai berikut :
1) Jenis dampak
2) Lokasi Dampak
3) Metoda pengelolaan
4) Pengawasan
5) Periode pengelolaan
6) Biaya pengelolaan
Adapun rincian kegiatan pengelolaan Tabel 8.6berikut
8.2.4 Komponen Lingkungan yang terkena Dampak
Kegiatan pertambangan bijih Mangan tersebut akan menimbulkan dampak
baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap komponen lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini akan terjadi pada tahap persiapan,
operasi, dan pasca operasi. Dampak yang ditelaah akan dikonsentrasikan pada
dampak yang penting yang dikaitkan dengan penyebab dan akibat dampak, sifat dan
karakteristik dampak, serta luas dan pola penyebaran dampak. Dampak yang tidak
penting tidak akan ditelaah lebih mendalam.
Dampak yang terjadi dengan adaya kegiatan pertambangan bijih mangan ini
akan mengakibatkan perubahan tehadap rona lingkungan hidup awal yang
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 8.7
Metrik Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan Bijih ManganPT. Centrino Manganese

Kegiatan Komponen/ Sub komponen Tahap Persiapan Tahap Operasi Pasca Operasi Keterangan
NO
Lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16
I. GEOFISIK-KIMIA A. Tahap Persiapan
1 Iklim Mikro - - x x x x x - - - x x - x x 1. Pembebasan Lahan
2 Kualitas Udara dan Kebisingan - x x x - x - - x x x x - x X 2. Pembersihan Lahan
3 Bentang Alam - x x x x - x - - x x x - x x 3. Mobilitas Peralatan dan Pengangkutan
4 Kesuburan Tanah - x x x - x - - x x x x - x X 4. Pembangunan Sarana Prasarana
5. Penerimaan Tenaga Kerja
5 Pola Aliran Permukaan - x x x - x - - x x x x - x x
6 Debit Aliran Air Tanah - x X x - x - - X x X x - x X
7 Erosi Tanah - X X X - X - - - X X X - X X B. Tahap Operasi
8 Kualitas Air Permukaan - X X X - X - - - X X X - X X 6. Pembukaan Lubang Bukaan
9 Air Tanah - X X X - X - - X X X X - X X 7. Kajian Kondisi Geoteknik dan Geokimia
10 Tata Ruang, Lahan dan Tanah - X X X - X - - - X X X - X X 8. Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi
II. BIOLOGI 9. Penambangan Bijih Mangan (Room and Pillar)
1 Biota Darat - X X X - X - - - X X X - X X 10. Pemuatan dan Pengangkutan Bijih Mangan
11. Pengolahan Bijih Mangan
III SOSIAL, KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 12. Penanganan Limbah Hasil Penambangan dan Pengolahan
Perub. Fungsi dan Penguasaan
1 lahan X X X X - X - - X X X X - X X
2 Kesempatan Kerja dan Berusaha X X X X X X X X X X X X X X X C. Tahap Pasca Operasi
3 Mata Pencaharian dan Pendapatan X X X X X X X X X X X X X X X 13. Rehabilitasi dan Reklamasi Tambang
4 Persepsi Masyarakat X X X X X X X X X X X X X X X 14. Penanganan Tenaga Kerja
Meningkatnya Kegiatan 15.PemanfaatanSarana dan
5 Perkonomian Lokal X X X X X X X X X X X X X X X PrasaranaTambang
6 Gangguan Kesehatan Masyarakat - X X X - X - - X X X X - - x 16. Penutupan Tambang
Tabel 8.8

Tingkat Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Penambangan

Komponen Lingkungan Tingkat Kerusakan


Kerusakan Lingkungan Hidup
Hidup Rendah Sedang Tinggi
1. Kerusakan tanah permukaan X
2. Tanah berlubang-lubang X
Tanah
3. Pemadatan tanah X
4. Tanah lahan terbuka X
1. Air sungai keruh X
Air
2. Pendangkalan sungai X
1. Debu X
Udara 2. Asap X
3. Suara bising X
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK PRIMER DAMPAK SEKUNDER
KEGIATAN LINGKUNGAN

Keresahan
Pembebasan Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Masyrakat
Lahan
Tata Guna Lahan
Perubahan Fungsi dan Pengembangan
Penguasaan Lahan Wilayah
Kependudukan

Penerimaan Mata Pencaharian


Tenaga Kerja & Pendapatan Migrasi Persepsi
Masyarakat
Pendapatan Penduduk
Peluang Kerja
Mobilisasi
Peralatan
Morfologi Pola Aliran Debit Air

Kualitas Udara Debu & Kebisingan Gangguan


Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Sarana & Prasarana
Tanah Erosi
Kesuburan Tanah
Hidrologi Kualitas Air
Gangguan
Iklim Mikro Suhu & Kelembaban Kenyamanan
Pembersihan
lahan
Jumlah & Jenis
Flora Penutup Keanekaan Flora Satwa Daerah Sekitar

Gambar 8.3
Diagram Alir Hubungan Penyebab akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap Persiapan
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER

Reklamasi/Rehabilitasi Morfologi Pola Aliran Kualitas dan Debit Air


Lahan Setelah Operasi

Tanah Erosi

Jumlah dan Jenis


Flora Penutup Keanekaragaman Biota Satwa

Iklim Mikro Persepsi Masyarakat

Penanganan Tenaga Mata Pencaharian dan


Kerja Setelah Operasi Peluang Kerja Pendapatan

Gambar 8.4
Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap PascaOperasi
a. Tahap Persiapan
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
1) Geofisik – kimia, meliputi : iklim mikro, kualitas udara, bentang alam,
erosi, kualitas air sungai dan air tanah, perubahan fungsi lahan struktur
dan tekstur tanah serta kesuburannya.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi kebun, satwa, biota perairan
di sungai dekat area KP.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesemptan kerja, kegiatan ekonomi
masyarakat, tersedianya fasilitas yang dpat dimanfaatkan masyarakat
serta persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, yaitu perubahan budaya dan pembauran etnis/budaya

b. Tahap Operasi
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
1) Geofisika – kimia, meliputi bentang alam, erosi dan perlumpuran,
kelongsoran pada jenjang tambang dan timbunan tanah penutup, kualitas
udara (debu, suhu, kelembaban, dan iklim mikro), kualitas air sungai dan air
tanah.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi binaan (kebun), satwa di dekat
area KP.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesemptan kerja, berkembangnya kegiatan
ekonomi masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat daerah,
tersedianya fasilitas yang dapat dimanfaatkan masyarakat, persepsi
masyarakat, serta kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, meliputi perubahan sikap budaya, pembauran budaya, dan
toleransi budaya terutama di desa Hargorejo.

c. Tahap Pasca Operasi


Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
1) Fisika – kimia, yaitu menurunya intesitas dampak terhadap bentangan
alam, erosi dan pelumpuran, kualitas udara, kualits air, kualitas tanah
dan kepadatan transportasi bijih Mangan.
2) Biologi, Berkurangnya gangguan terhadap tanah di area KP dan
sekitarnya yang merupakan tegalan dan perkebunan.
3) Sosial ekonomi, yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja,
menurunnya aktifitas perekonomian masyrakat, serta permasalahn
sosial lainnya.
Untuk memudahkan melihat dampak setiap tahapan kegiatan pertambangan
terhadap aspek lingkungan, maka dibuat matriks seperti tertera pada tabel
8.1.Selanjutnya untuk melihat kaitan antara dampak primer, dampak sekunder dan
tersier dan turunannya, dibuat bagan alir yang disajikan seperti gambar 8.2 s/d 8.4.
Melaui matriks dan bagan alir tersebut, terlihat dampak negatif dari kegiatan
pertambangan bijih mangan tersebut terhadap komponen lingkungan. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut :
a. Perubahan topografi
Akhir kegiatan penambangan bijih mangan dapat menimbulkan berbagai
perubahan yaitu perubahan topogrfi daerah di tambang. Bentuk Akhir penambangan
biasanya akan meninggalkan bekas lubang bukaan yang tidak terawat sama sekali.

b. Kualitas udara
Pengangkutan bijih Mangan dari front penambangan ke pabrik pengolahan dan
stock pile, serta lalu lalangnya kendaraan yang masuk menuju stock pile yang
merupakan tempat penjualan PT. Centrino Manganeseakan menimbulkan debu dan
kebisingan. Dampak ini dapat dirasakan pekerja di lokasi ataupun penduduk yang
tinggal di sepanjang jalan angkut.peningkatan debu terutama pada musim kemarau.
Peningkatan kadar debu ini akan menyebabkan ganggauan terhadap penduduk dan
juga tetumbuhan yang hidup sepanjang jalan angkut.

c. Kualitas air permukaan


Aliran air permukaan (surface runoff) pada lahan terbuka akan mengerosi
permukaan tanah, bijih Mangan, dan tanah penutup. Keadaan ini dapat menyebabkan
sedimentasi, serta kekeruhan air disekitar lokasi penambangan. Kegiatan
penambangan bijih mangan dapat menurunkan kualitas air permukaan di dusun Anjir,
terutama di sekitar area penmbangan yang pada umumnya lahan masyarakatnya
digunakan sebagai tegalan, sawah dan perkebunan.
Pada permukaan kerja, air yang masuk ke dalam lubang bukaan akan
mengerosi endapan bijih Mangan yang mengakibatkan kekeruhan air. Selain itu, air
yang digunakan di pengolahan bijih Mangan (pengolahan) akan menghasilkan air
yang keruh karena tercampur dengan material yang halus. Air ini akan dikeluarkan ke
tempat yang lebih rendah yaitu di sisi utara area IUP. Agar air yang keluar dari lubang
bukaan tambang dapat dimanfaatakan oleh penduduk di bawah lereng tersebut, maka
dibuat kolam-kolam pengendapan yang ditempatkan pada areal penambangan dan
pabrik pengolahan tersebut.

d. Penurunan kesuburan tanah dan erosi


Pengupasan tanah penutup pada lokasi lokasi yang akan membantu kegiatan
penambangan akan menimbulkan dampak penurunan terhadap kesuburan tanah dan
peningkatan erosi. Secara fisik, Pengupasan tanah mengakibatkan tanah tidak
berprofil dan mengalami pemadatan oleh kegiatan alat-alat berat.Hilangya lapisan
tanah pucuk (top soil) mengakibatkan unsur-unsur hara tanah sehingga menciptakan
ketidaksesuaian bagi pertumbuhan jenis tanaman lokal. Berkurangnya vegetasi
penutup tanah dan serasah dari lapisan tanah pucuk akan meningkatkan laju erosi
tanah karean hilangnya bahan-bahan organik tanah. Pemindahan (penimbunan)
lapisan penutup serta pembongkaran bijih Mangan menimbulkan dampak perubahan
bentuk lahan (morfologi) berupa lahan bekas galian tambang.

e. Penurunan keanekaragaman flora dan fauna darat


Penurunan keanegaragaman flora dan fauna darat dapat terjadi terutama di
daerah IUPPT. Centrino Manganeseyang merupakan bekas lahan perkebunan dan
tegalan serta beberapa lahan yang terdiri dari semak belukar. Oleh karena itu aktifitas
penambangan seperti pembersihan lahan, mobilitas peralatan, pembuatan jalan,
pembangunan sarana dan prasarana penunjang, akan menyebabkan menurunnya
keaneka ragaman flora darat, terutama jenis pohon yang berada dalam vegetasi hutan,
habitat satwa liar, menjadi terganggu sehingga dapat menurunkan keaneka
ragamannya.

f. Masalah sosial dan perekonomian masyarakat


Kegiatan penambangan akan menarik penduduk sekitar dan penduduk
pendatang. Permasalahan yang mungkin akan timbul antara lain friksi sosial budaya,
tuntutan peluang kerja, ganti rugi lahan, keamanan. Perlepasan tenaga kerja setelah
proyek berakhir akan berdampak terhadap sumber mata pencaharian dan pendapatan,
selanjutnya akan terjadi peningkatan pengangguran.
g. Kesehatan masyarakat
Kegiatan penambangan bijih manganPT. Centrino Manganesedapat
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat terutama yang berlokasi sepanjang jalan
angkut. Penurunan kualitas air juga akan dapat mengganggu kesehatan penduduk.
Tabel 8.9
Jenis Kegiatan Pertambangan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL
berdasarkanPeraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006
Tabel 8.6
Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan PT. Centrino Manganese
KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PENGELOLAAN LOKASI PERIODE PELAKSANA
TERKENA DAMPAK

TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Sosialisasi Sosial ekonomi - Terus dilakukan jika terjadi konflik Daerah IUP - Kabag
masyarakat yang menerus Administrasi
2. Pembebasan Lahan Sosial ekonomi - Membentuk tim negosiasi Daerah IUP - Kabag
masyarakat - Memberi penawaran harga yang Administrasi
layak
- Memasang patok pada lahan yang
telah dibebaskan.
3. Penerimaan tenaga Sosial ekonomi dan - Menyerap 60%-70% tenaga kerja Daerah IUP - Kabag
kerja sosial bidaya lokal Administrasi
- Memberikan pelatihan bagi tenaga
kerja lokal
- Melakukan perekrutan tenaga kerja
setiap 3-5 tahun
4. Pembersihan Lahan Geofisik, Biologi - Pembersihan lahan dilakukan secara Daerah IUP - Kabag Operasi
bertahap sehingga debu yang Tambang
ditimbulkan tidak terlalu banyak
- Pembersihan dilakukan secara
bertahap sesuai kemajuan tambang.
- Tempat penampungan dijauhkan
dari pemukiman penduduk
5. Mobilisasi peralatan Fisik-kimia - Membatasi kecepatan peralatan Daerah IUP - Kabag Operasi
maksimum 30 km/jam Tambang
Lanjutan Tabel 8.6

TAHAP KONSTRUKSI
6. Pembangunan jalan Fisik-kimia - Membuat saluran air di salah satu Daerah IUP - Kabag Operasi
sisi atau di kedua sisi jalan Tambang

TAHAP OPERASI PENAMBANGAN


7. Pembuatan shaft, adit Geofisik-kimia, - Shaft dibuat dengan dimensi 3 x 2 Daerah Sesuai Kabag Operasi
dan tunnel biologi meter, adit dan tunnel 2 x 2 meter penambangan kemajuan Tambang
- Daerah yang di gali merupakan tambang
batuan gamping yang diatasnya
ditutupi oleh lapisan tanah tipis
- Baik shaft, adit maupun tunnel akan
diberi penyanggaan untuk
mengurangi resiko ambrukan
8. Pembongkaran mangan Geofisik - Kegiatan penambangan sesuai Daerah Tiap 3 bulan Kabag Operasi
dengan kemajuan tambang penambangan Tambang
- Perawatan alat penambangan secara
rutin
9. Penyaliran tambang Geofisik-kimia - Mengalirkan semua air larian ke Daerah - Kabag Operasi
kolam pengendap untuk kemudian penambangan Tambang
dilakukan penetralan dan sekitar IUP
- Membuat saluran disekitar tambang
dan pengalihan arah aliran air hujan
yang menuju area pertambangan
10. Pemuatan dan Fisik-kimia - Membatasi kecepatan motor tossa Daerah Tiap 3 bulan Kabag Operasi
pengangkutan pengangkut mangan hasil penambangan Tambang
penambangan dengan kecepatan
maksimum 35km/jam
- Melakukan perawatan berkala pada
alat-alat yang digunakan
Lanjutan Tabel 8.6

11. Peremukan mangan dan Geofisik, Biologi - Lokasi pengolahan jauh dari Daerah Pe- Tiap 3 bulan Supervisor
peningkatan kadar pemukiman warga ngolahan Pengolahan
mangan - Memberikan retribusi pada desa
setempat.
- Melakukan perawatan alat-alat
peremuk
- Memasang alat penangkap debu
berupa bag filter
12. Pengoperasian fasilitas Geofisik - Menggunakan oil trap untuk Daerah sekitar Tiap 1bulan Kabag
penunjang menangkap air buangan bengkel IUP Perencanaan,K3
yang mengandung minyak dan oli dan Lingkungan
TAHAP PASCA PENAMBANGAN
13. Penutupantambang Geofisik, Biologi, - Pengisian kembali lahan bekas Daerah Selama tahap Kabag
Sosial Ekonomi, tambang dengan material filling penambangan penutupan Perencanaan,K3
Sosial Budaya - Pembongkaran dan pemindahan tambang dan Lingkungan
Masyarakat saran tambang yang sudah tidak
digunakan
- Perubahan tata guna lahan dan juga
perubahan terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar.
14. Reklamasi dan Geofisik, Biologi, - Penataan lahan bekas kantor dan Daerah IUP dan Selama Kabag
revegetasi Kimia pabrik pengolahan sekitarnya kegiatan Perencanaan,K3
- Penanaman tumbuhan untuk penambangan dan Lingkungan
mengembalikan kestabilan tanah dan penutupan
dan kesuburannya tambang
- Penanaman awal dengan tanaman berlangsung
perintis, yaitu tanaman yang cepat
tumbuh di daerah andesit
- Penanaman tanaman produktif
15. Pemutusan hubungan Sosial ekonomi - Melakukan pemutusan tenaga kerja Daerah sekitar - Kabag
kerja dengan prosedur yang benar IUP Administrasi
- Memberikan pesangon atau modal
- Memberikan pelatihan-pelatihan
ketrampilan
Tabel 8.5
Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan PT. Centrino Manganese
KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PEMANTAUAN LOKASI PERIODE PEMANTAU
TERKENA DAMPAK

TAHAP PRA-KONSTRUKSI

1. Sosialisasi Sosial ekonomi - Pengawasan secara langsung Daerah IUP Tiap sosialisasi
masyarakat kegiatan sosialisasi
2. Pembebasan lahan Sosial ekonomi - Pengawasan secara langsung pada Daerah IUP Tiap6 bulan - BPN Kulon
masyarakat tiap tahap UKL yang dilakukan di sekali selama 2 Progo
lapangan tahun pertama - Bapedal Kulon
Progo
3. Penerimaan tenaga Sosial ekonomi dan - Pengawasan setiap kegiatan Daerah IUP - Dinas Sosial
kerja sosial bidaya rekrutmen tenaga kerja dan Tenaga Kerja
- Pengawasan persyaratan perekrutan dan Transmigrasi
tenaga kerja Kulon Progo
4. Pembersihan Lahan Geofisik, Biologi - Mengecek tempat dan proses Daerah IUP Tiap 3 bulan - Bapedal Kulon
penimbunan Progo
- Mengecek dampak adanya debu - Dinas Pertanian
tambang di pemukiman sekitar dan Kehutanan
dengan cara melakukan analisis Kulon Progo
udara - Dinas
- Penghitungan air limpasan Kesehatan Kulon
Progo
5. Mobilisasi peralatan Fisik-kimia - Memantau kualitas udara (debu dan Daerah IUP - - Bapedal Kulon
kebisingan) Progo
- Mengecek dampak adanya debu - Dinas
tambang di pemukiman sekitar Kesehatan Kulon
dengan cara melakukan analisis Progo
udara
Lanjutan Tabel 8.5

TAHAP KONSTRUKSI

6. Pembangunan jalan Fisik-kimia - Memantau kualitas udara (debu dan Daerah IUP Tiap 6 bulan -Bapedal Kulon
kebisingan) Progo
- Mengecek saluran air di sisi jalan - Dinas Pertanian
dan Kehutanan
Kulon Progo
- Dinas Pekerjaan
Umum Kulon
Progo
TAHAP OPERASI PENAMBANGAN

7. Pembuatan shaft, adit Geofisik-kimia, - Melakukan pengambilan sampling Daerah Tiap 6 bulan - Bapedal Kulon
dan tunnel biologi kualitas udara (pengukuran debu penambangan Progo
dan kebisingan) langsung di - Dinas Pertanian
lapangan dan Kehutanan
- Membandingkan hasil pengukuran Kulon Progo
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
8. Pembongkaran mangan Geofisik, Biologi - Pengawasan secara langsung saat Daerah Tiap 6bulan - Bapedal Kulon
proses pembongkaran mangan penambangan Progo
- Pengecekan peralatan - Dinas
pembongkaran andesit Perindustrian
- Melakukan pengambilan sampling Perdagangan dan
kualitas udara (pengukuran debu Energi Sumber
dan kebisingan) langsung di Daya Mineral
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
9. Penyaliran tambang Geofisik-kimia - Melakukan pengecekan saluran air Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Kulon
penyaliran tambang secara rutin penambangan Progo
- Melakukan pengerukan pada dan sekitar IUP
saluran air jika terjadi sedimentasi
Lanjutan Tabel 8.5

- Memantau dan mengeruk kolam


pengendapan jika terjadi
sedimentasi
10. Pemuatan dan Fisik-kimia - Pengawasan secara langsung saat Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Kulon
pengangkutan proses pemuatan dan pengangkutan penambangan Progo
bahan tambang
- Pengecekan peralatan pemuatan dan
pengangkutan
- Melakukan pengambilan sampling
kualitas udara (pengukuran debu
dan kebisingan) langsung di
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
11. Peremukan mangan dan Geofisik, Biologi - Pengecekan langsung terhadap Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Kulon
peningkatan kadar kondisi di lokasi peremukan peremukan Progo
mangan - Pengecekan pada peralatan yang
digunakan oleh unit peremukan
- Melakukan pengambilan sampling
kualitas udara (pengukuran debu
dan kebisingan) langsung di
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
12. Pengoperasian fasilitas Geofisik - Memantau workshop secara Daerah sekitar Tiap 6bulan Bapedal Kulon
penunjang rutindan dan apabila terjadi ceceran IUP Progo
terjadi hubungi bagian
environmental
- Menghentikan sumber ceceran bila
mugkin dilakukan dan hubungi
penanggung jawab area
(foreman/supervisor)
TAHAP PASCA PENAMBANGAN

13. Penutupantambang Geofisik, Biologi, - Pengecekan penimbunan tanah Daerah IUP Tiap 6 bulan - Bapedal Kulon
Sosial Ekonomi, penutup dan tanah pucuk Progo
Sosial Budaya - Pengeceken penataan lahan setelah - Bappeda Kulon
Masyarakat penutupan tambang Progo
14. Reklamasi dan Geofisik, Biologi, - Pengecekan daerah reklamasi Daerah IUP Tiap 1 tahun Bapedal Kulon
revegetasi Kimia apakah telah memenuhi kriteria Progo
keberhasilan reklamasi atau belum
15. Pemutusan hubungan Sosial ekonomi - Pengawasan setiap kegiatan UKL Daerah IUP - Dinas Sosial
kerja yang dilakukan Tenaga Kerja
Dan
Transmigrasi
Kulon Progo
8.3.Coorporate Social Responsibility
Selain penanganan dampak-dampak lingkungan seperti yang telah
diterangkan di atas, PT. Centrino Manganese juga mengadakan berbagai program
kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan pengembangan perusahaan saat ini harus
berpijak dan dilandaskan terhadap pemahaman yang berdasarkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga sendi
utama yang mengokohkan, yaitu:
1. Pertumbuhan Ekonomi

2. Kinerja Lingkungan

3. Tanggung Jawab Sosial.


PT. Centrino Manganese akan melakukan Community Development sebagai
wujud interaksi yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat
setempat. Bentuk pengembangan masyarakat yang dilakukan PT. Centrino
Manganese adalah berupa penyuluhan-penyuluhan dan pemasaran produk kerajinan,
pertanian, dan peternakan kepada masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan juga ketrampilan masyarakat.
Program CSRyang akan dilaksanakan mencakup bidang:
(1) Pemberdayaan Ekonomi
• Pembinaan pertanian aren
Sebagian penduduk yang berada di wilayah konsesi pertambangan PT.
Centrino Manganese merupakan petani yang salah satunya merupakan petani
aren, namun hanya sebagai pekerjaan sampingan. PT. Centrino Manganese
berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar dengan melaksanakan
pembinaan pertanian aren. Untuk menghasilkan bibit aren yang bermutu, perlu
dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih,
persemaian sampai pembibitan, sehingga menghasilkan olahan gula aren yang
berkualitas baik.
Gambar 8.5
Pertanian Aren
• Pembinaan peternakan ayam kampung
Program CSRPT. Centrino Manganese untuk memberdayakan masyarakat
sekitar daerah penambangan mangan adalah dengan mengadakan sebuah
koperasi ternak pembesaran ayam kampung. Ayam kampung merupakan hasil
persilangan terbaru yang melibatkan teknologi pemuliabiakan ternak sehingga
didapatkan pertumbuhan yang cepat dan memiliki karakteristik daging dan
bentuk ayam seperti ayam kampung pada umumnya.

Gambar 8.5
Peternakan Ayam Kampung
Masa panen yang cepat pada ayam kampung memberikan keuntungan
yang cukup menggiurkan diantaranya tingkat kematian yang relatif rendah,
penghematan biaya pemeliharaan dan pakan. Nilai harga jual ayam kampung
lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler. Ayam kampung atau ayam
jawa ini secara nyata lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan
panen membutuhkan waktu 55-60 hari saja. Harga berkisar antara Rp
25.000,00 hingga Rp 30.000,00 menurut riset pasar selama tahun 2011-2012.
Penentu harga ayam kampung tetap mengikuti kaidah hukum ekonomi yaitu
keadaan pasar, penawaran dan permintaan.
Koperasi ternak ayam kampung ini dibagi menjadi beberapa kelompok
ternak. Setiap kelompok ternak beranggotakan 12 kepala keluarga dimana
setiap kepala keluarga diberi tangggung jawab untuk membesarkan 300 ekor
ayam. Jadi bila dikalikan jumlah anggota, setiap kelompok membesarkan 3600
ekor ayam.
Dalam hal pemasaran PT. Centrino Manganese juga tidak lepas tangan
begitu saja setelah masa panen tiba. PT. Centrino Manganese membantu
pemasaran dengan cara pengiklanan di internet dan menawarkan kepada relasi
pengepul ayam kampung. Tentu saja para pengepul akan sangat antusias
dengan hal ini karena minimnya ayam kampung yang tersedia di pasaran.
Selain itu PT. Centrino Manganese juga membeli sebagian ayam kampung
super ini untuk keperluan konsumsi para karyawan dan staff.
Dan yang paling penting adalah masyarakat sekitar penambangan bijih
mangan PT. Centrino Manganese diharapkan mampu berwirausaha secara
mandiri melalui koperasi ternak ini. Koperasi ternak ayam kampung ini sangat
menjanjikan bila diusahakan secara telaten dan ulet. Perkembangan koperasi
ternak ini sangat bagus di waktu mendatang karena di Yogyakarta dan Jawa
Tengah masih jarang pelaku pembesaran ayam kampung sehingga
kemampuan menguasai pasar diharapkan bisa berjalan dengan sangat baik.

(2) Pendidikan
• Perbaikan sarana pendidikan
PT. Centrino Manganese memperbaiki sarana pendidikan sesuai dengan
dana yang telah dianggarkan dan sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
Sekolah-sekolah di sekitar wilayah konsesi pertambangan yang telah rusak dan
tidak layak pakai dibantu pembangunannya dengan memberikan dana atau
bantuan berupa bahan bangunan, buku-buku penunjang, dan kelengkapan
sekolah lainnya.
(3) Kepemudaan dan olahraga
• Menyelenggarakan pertandingan olahraga
Pertandingan olahraga diadakan antara karyawan PT. Centrino Manganese
dengan penduduk sekitar. Pertandingan yang akan diadakan meliputi berbagai
cabang, antara lain sepakbola, bulutangkis, dan voli. Pertandingan olahraga
dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik antara tenaga kerja PT. Centrino
Manganese dan penduduk sekitar. Selain itu juga untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat serta tenaga kerja PT. Centrino Manganese.
• Pengadaan sarana olahraga
Dengan tujuan menjalin hubungan baik antara tenaga kerja PT. Centrino
Manganese dan penduduk sekitar dan meningkatkan kesehatan masyarakat,
PT. Centrino Manganese juga membangun sarana olahraga yang dapat
digunakan secara umum. Sarana olahraga yang akan dibangun antara lain
lapangan sepakbola.
(4) Kesehatan
• Pembangunan sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang akan dibangun oleh PT. Centrino Manganese
adalah puskesmas pembantu dan poliklinik dengan fasilitas yang memadai
dan sesuai dengan biaya yang telah disediakan. Selain membangun poliklinik
untuk masyarakatPT. Centrino Manganese juga mengadakan kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain fogging dan imunisasi untuk
masyarakat sekitar.
Gambar 8.6
Kegiatan Fogging
• Pembangunan sarana air bersih
Berawal dari konsep 3R (Reduce, Reuse & Recycle), maka PT. Centrino
Manganese memanfaatkan sumber daya air yang berasal dari tambang untuk
diolah menjadi air bersih sehingga mempunyai nilai tambah bagi masyarakat.
PT. Centrino Manganesemembangun water treatment plant (WTP) yaitu
sebuah sistem pengolahan air dari tambang menjadi bahan baku air bersih
yang sesuai standar baku mutu dan layak dikonsumsi. Air bersih
didistribusikan melalui pipanisasi.
(5) Keagamaan
• Bantuan untuk perbaikan sarana keagamaan
Sarana keagamaan di sekitar lokasi penambangan masih kurang
memadai. Salah satu program CSR PT. Centrino Manganese ini adalah
memperbaiki sarana keagamaan tersebut, antara lain dengan membantu
perbaikan masjid-masjid di sekitar wilayah pertambangan.

8.4.Perizinan Pertambangan
Berdasarkan Undang-undang RI No.4 tahun 2009 bab 5 pasal 34, usaha
pertambangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pertambangan mineral dan
pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas:
a. Golongan bahan galian radioaktif
b. Golongan bahan galian mineral logam
c. Golongan bahan galian mineral non-logam
d. Golongan bahan galian mineral batubara
e. Golongan bahan galian batuan.
Penambangan mangan yang dilakukan PT. Centrino Manganese memerlukan
izin yang diajukan kepada Dirjen Pertambangan Umum yang berupa Izin Usaha
Penambangan (IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha
pertambangan di daerah Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jenis Izin Usaha Pertambangan terdiri atas 2 tahap, yaitu Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan, serta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan, serta pengangkutan
dan penjualan.

8.4.1. Izin Usaha Pertambangan


Permohonan IUP oleh Dimas Kristiansyah Putra selaku General Manager PT.
Centrino Manganese kepada Bupati Kulonprogo,yaitu perizinan IUP operasi produksi
yang mana menindaklanjuti perizinan IUP eksplorasi sebelumnya.
Untuk memperoleh IUP tersebut, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh
PT. Centrino Manganese yaitu:
a. Persyaratan administratif
b. Persyaratan teknis
c. Persyaratan lingkungan
d. Persyaratan finansial.
Masing-masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda,
namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Membuat sketsa daerah penambangan
Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang ada
disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari tanah
tersebut.
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan
Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan kokap maupun
di kepala desa Hargorejo. Data-data yang dimaksudkan meliputi data monografi
penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah penambangan, data
yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya data jumlah tenaga kerja,
jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan peralatan apa saja yang digunakan
dalam kegiatan penambangan tersebut.
c. Pengisian formulir pengajuan IUP
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang
diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini.
d. Pengajuan surat permohonan IUP
Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi dan sesuai dengan
Undang-undang Republik Indonesia No 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, maka surat dapatdiajukan kepada Bupati setempat.
Adapun lampiran yang dijelaskan pada bab sebelumnya, berupa :
1. Peta lampiran
2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank
3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang salah
satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang pertambangan
4. Surat pernyataan kesanggupan AMDAL
Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT.
Centrino Manganesetelah sesuai prosedur secara administratif untuk menjalankan
kegiatan pertambangandi Dusun Anjir,Desa Hargorejo, Dusun Tegiri, Desa
Hargowilis, Dusun Kalibuko, Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut UU No 4 tahun 2009, pasal 36 ayat 1, ketentuan yang terdapat dalam
pembuatan izin IUP operasi produksi meliputi:
a. nama perusahaan
b. luas wilayah
c. lokasi penambangan
d. lokasi pengolahan dan pemurnian
e. pengangkutan dan penjualan
f. modal investasi
g. jangka waktu berlakunya IUP
h. jangka waktu tahap kegiatan
i. penyelesaian masalah pertanahan
j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang
k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang
1. perpanjangan IUP
m. hak dan kewajiban pemegang IUP
n. rencana pengembangan dan pernberdayaanmasyarakat di sekitar wilayah
pertambangan
o. perpajakan
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iurantetap dan iuran
produksi
q. penyelesaian perselisihan
r. keselamatan dan kesehatan kerja
s. konservasi mineral atau batubara
t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri
u. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan
pertambangan yang baik
v. pengembangan tenaga kerja Indonesia
w. pengelolaan data mineral atau batubara
x. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan dan
batubara

Adapun surat izin IUP dari PT. Centrino Manganese adalah sebagai berikut:
1. Surat Izin Pelaksanaan Operasi Produksi
SURAT IJIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI
( IUP - EKSPLORASI )

PT.CENTRINO MANGANESE

Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan


Kokap,Kabupaten Kulon Progo
PT.Centrino Manganese
Provinsi Daerah Istemewa Yogyakarta

Nomor : 004/mpd/7/2012
Lampiran : 1 (satu bendel)
Perihal : IUP Eksplorasi
Kepada :
Yth. Bapak Bupati Kulon Progo
U.p. Kepala Dinas Perindustrian
Perdagangan dan ESDM
Kabupaten Kulon Progo
di Yogyakarta

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :Dimas Kristiansyah Putra ,ST. MT.
Alamat :Perumahan Candi Gebang No. 10 Condong Catur,
Depok, Sleman, Yogyakarta
Jabatan/Pekerjaan : Direktur/Wiraswasta
Untuk/atas nama Perusahaan : PT. Centrino Manganese
Alamat Perusahaan : Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP
Eksplorasi) sebagai berikut:
1. Bahan galian : Mangan
2. Luas wilayah : 24 Ha
3. Terletak diDusun : Anjir
Desa : Hargorejo
Kecamatan : Kokap
Kabupaten : Kulonprogo
4. Jangka waktu : 16 Tahun
5. Dengan batas-batas :
- Sebelah Utara : Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap
- Sebelah Selatan: Desa Tawang Sari, Kecamatan Pengasih
- Sebelah Barat : Desa Hargomulya, Kecamatan Kokap
- Sebelah Timur : Desa Karang Sari, Kecamatan Pegasih

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami lampirkan :


1. Fotocopy KTP & Surat Keterangan Domisili
2. Profil dan Data Perusahaan dilengkapi Modal Investasi
3. Fotocopy NPWP
4. Melampirkan berita acara penyelesaian masalah pertanahan
5. Melampirkanpetalokasi area kegiatan Operasi Produksi dan tergambar batas
wilayah kabupaten dengan skala peta maksimal 1 : 25.000 beserta luasannya
6. Laporan lengkap eksplorasi
7. Laporan studi kelayakan
8. Tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman
9. Melampirkan rencana kegiatan operasiproduksi beserta denah lokasi kegiatan
pengolahan atau peremukan, pengangkutan, dan penjualan
10. Rekomendasi dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kab. Kulonprogo
11. Rekomendasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Kulonprogo
12. Rekomendasi dari Badan Lingkungan Hidup Kab. Kulonprogo
13. Surat pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
14. Membayar dana jaminan reklamasi dan pasca tambang sebesar Rp.
2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) atau disesuaikan dengan luasan areal
operasi produksi
15. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik
16. Membayar iuran tetap dan iuran produksi
17. Pernyataan sanggup menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku dari
perusahaan
18. Pas foto berwarna ukuran 3x4 (2 lembar).
Demikian atas perkenan Bapak Bupati Kulonprogo dan atas terkabulnya permohonan
ini kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui Mengetahui Hormat kami


Camat.................. Lurah Desa.................. Materai Rp 6.000

(Satrio Sanusi) (Denny Mujahid) (Dimas Kristiansyah P, ST. MT)


BAB IX
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

9.1 Bagan Organisasi


Pelaksanaan kegiatan penambangan akan direncanakan secara sederhana,
namun setiap divisi memilki wewenang untuk menjamin kelancaran kegiatan
penambangan secara teknis dan non teknis.
Operasi penambangan mangan PT. Centrino Manganese dipimpin oleh
seorang manajer tambang yang bertanggung jawab kepada direksi. Manajer
Tambang atau Kepala Teknik Tambang merupakan pimpinan tertinggi di lokasi
penambangan, yang akan membawahi empat Divisi organisasi yaitu : Divisi
Perencanaan, Divisi Operasi Tambang, Divisi K-3 dan Lingkungan, dan Divisi
Administrasi. Setiap Divisi akan di dukung oleh beberapa staff untuk kelancaran
pekerjaan. Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 9.1.
Fungsi tiap bagian secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Bagian Perencanaan, K3 & Lingkungan
Bagian perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab
terhadap perencanaan tambang, laporan produksi harian/mingguan/bulanan,
penentuan sasaran produksi, kualitas produk. Bagian perencanaan mempunyai
sub bagian yang masing-masing akan menangani tugas sebagai berikut :
1. Perencanaan tambang yang bertanggung jawab pada perencanaan tambang
baik jangka pendek maupun jangka panjang .
2. Pit geologist, bertanggung jawab pada pembongkaran mangan dan kualitas
mangan.
3. Surveyor, membantu menentukan batas-batas penambangan, pengukuran
penggalian baik tanah maupun pyrolusit serta pengukuran batas-batas
daerah penambangan selanjutnya.
4. Pengendali mutu mempunyai fungsi menganalisa mangan hasil
pembongkaran yang akan diolah.
5. Kesehatan dan keselamatan kerja (K-3).
6. Lingkungan, mencegah dampak negative yang timbul karena operasi
tambang, mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah tambang, serta
Coorporate Social Responsibility (CSR).
7. Bangunan kantor, dan pabrik pengolahan

b. Bagian Operasi Tambang


Tugas-tugas bagian operasi tambang antara lain :
1. Penambangan, menangani pekerjaan di daerah tambang yang meliputi :
a. Pembuatan Shaft & Adit, Penimbunan Mangan.
b. Pembongkaran Mangan.
c. Pemuatan Mangan.
2. Transportasi mempunyai fungsi :
a. Pengangkutan Mangan.
b. Perawatan jalan angkut.
3. Pengolahan, menangani aktivitas di Mangan Procesing Plan.
4. Mekanik, Ventilasi, dan Listrik berfungsi :
a. perawatan kendaraan ringan dan alat-alat berat.
b. Sarana penerangan daerah tambang, terutama bukaan tambang.
c. Sarana Ventilasi udara pada bukaan.

c. Bagian Administrasi Umum


Bagian administrasi membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan-kegiatan yang mendukung operasi tambang, antara lain :
a. Keuangan dan pembayaran gaji (payroll)
b. Administrasi dan surat menyurat
c. Personalia dan umum
d. Security/satpam
e. Hubungan kepada masyarakat dan pemerintah setempat (Community
Development)
f. Penerimaan(Recruitment), Pendidikan dan Pelatihan tenaga kerja.
General Manager
Sekretaris

Kabag. Kabag. Kabag.


Perencanaan, K3 Operasi Tambang Administrasi
& Lingkungan

Supervisor HRGA Supervisor Supervisor Supervisor


Supervisor Supervisor Supervisor Akutansi & Security External &
- Foreman Pengolahan Penambangan Pendukung
Perencanaan Keuangan Comdev
Penambangan Staff
- Foreman Geologist
& Surveyor - Foreman Foreman
Human Security Staff
- Foreman K3 & Staff Staff Resource Staff - Foreman
Lingkungan - Foreman - Foreman Staff - Foreman - Foreman Akutansi External
Pengolahan Penambangan - Foreman General Affair - Foreman Keuangan - Foreman
Ventilasi dan Comdev
Penyanggaan
- Foreman
Listrik dan
Mekanik
- Foreman
Penyaliran

Gambar 9.1
Struktur Organisasi
9.2 Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap

9.2.1 Perkiraan Tenaga Kerja


Penentuan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing pola kerja,
didasarkan pada pertimbangan :
1. alokasi personil manajemen dan super visor untuk menagani jadwal kerja di
tiap bidang tugas
2. operator yang diperlukan untuk mengoperasikan tiap bagian dari peralatan
sesuai dengan jadwal
3. personil pemeliharaan/perawatan untuk merawat peralatan tambang,
memperbaiki peralatan sesuai dengan perkiraan perawatan tahunan
4. personil layanan antara lain sebagai pengelolaan gudang, petugas kebersihan
dan buruh yang dialokasikan sesuai dengan pekerjaan

9.2.2 Perencanaan Tenaga Kerja


Pembagian pekerjaan dan penempatan tenaga kerja untuk masing-masing
tenga kerja dapat dilihat pada tabel 9.1.
Tabel 9.1
Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja
Total
Pekerjaan Pendidikan Pengalaman
Pekerja
General Manager* S-1 Tambang > 7 th 1
Sekretaris* D-3 Sekretaris > 3 th 1
Kabag. Perencanaan, Lingkungan & K3* S-1 Tambang > 5 th 1
Staff Perencanaan Tambang* S-1 Tambang > 3 th 1
Geologist & Surveyor* S1 Geologi > 3 th 1
Operator Komputer* D3 + Kursus > 2 th 2
Foreman Hidrologi & Hidrogeologi D3 + Kursus > 2 th 2
Juru Gambar** STM + Training > 1 th 1
Pengawas Sarana Tambang** SLTA + Training > 3 th 1
Pengawas Peralatan* D-3 Mesin > 3 th 1
Pengawas Tambang ** STM + Training > 2 th 1
Tenaga Medis* S-1 Kedokteran > 3 th 1
Asisten Medis** SPK + Training > 2 th 2
Petugas K-3** SLTA + Training > 2 th 2
Petugas Lingkungan & Pengendalian Limbah* D-3 Lingkungan > 4 th 2
Operator Listrik & Elektronik** STM + Training > 2 th 2
Asisten Bangunan** STM + Training > 2 th 1
Helper** SLTA > 1 th 1
Kabag. Operasi Tambang* S-1 Tambang > 5 th 1
Supervisor Pemasaran* D-3 Managemen >3 th 1
Supervisor Tambang & Transportasi* D-3 Tambang > 3 th 1
Buruh Pengolahan** SLTP > 1 th 5
Mandor Tambang** STM + Training > 2 th 2
Mandor Transportasi** SLTA + Training > 2 th 2
Mandor Pabrik Pengolahan** SLTA + Training > 2 th 2
Operator Produksi** SLTP + Training > 2 th 2
Operator Pengangkutan** SLTP + Training > 2 th 6
Operator Mesin Pengolahan** SLTP + Training > 2 th 4
Operator Penumpukan** SLTP + Training > 2 th 3
Operator Penimbunan Tanah Penutup** SLTP + Training > 2 th 2
Supervisor Ventilasi, Listrik dan Mekanik* D-3 Tambang > 3 th 1
Foreman Ventilasi** STM + Training > 2 th 1
Foreman Listrik** STM + Training > 2 th 1
Foreman Mekanik** STM + Training > 2 th 1
Helper** SLTP + Training 1
Kabag. Administrasi* S-1 Manajemen > 5 th 1
Supervisor HRGA* D-3 Hukum > 3 th 1
Supervisor Akutansi & Finance* S-1 Akuntansi > 3 th 1
Hubungan Masyarakat* D-3 Hukum > 2 th 1
Kepala Logistik dan Gudang* D-3 Manajemen > 2 th 1
Pembantu Umum** SLTA > 2 th 3
Foreman Akuntansi* D-3 Akuntansi > 2 th 2
Foreman Finance* D-3 Akuntansi > 2 th 2
Supervisor Security* SLTA + Training > 2 th 1
Satpam** SLTA > 1 th 5
Supervisor External & Comdev* S-1 Sosial Politik > 3 th 1
Foreman External* D-3 Hukum > 2 th 1
Foreman Comdev* D-3 Hukum > 2 th 1
Total 80
keterangan : *Pegawai Tetap
** Pegawai Tidak Tetap
9.2.3 Hubungan Tenaga Kerja
Untuk mengatur hubungan antara perusahaan dengan karyawan dibuat
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Serikat Pekerja Indonesia (SPI) yang
ditinjau oleh kedua bilah pihak dan disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Kesepakatan Kerja Bersama ini mengatur mengenai hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Hal-hal yang diatur dalam kesepakatan kerja
bersama meliputi:
a. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan
b. Pembayaran gaji/upah dan pajak
c. Makanan
d. Jam kerja dan lembur
e. Honor dan tunjangan
f. Ketentuan perawatan kesehatan
g. Asuransi
h. Kompensasi untuk kecelakaan dan kematian
i. Ketentuan cuti dan hari libur umum
j. Perintah kerja dan prosedur kedisiplinan
k. Keselamatan dan kesehatan kerja
l. Dana pensiun
m. Pemecatan dan masalah karyawan
Perusahaan telah menunjuk PT. Jamsostek untuk mengalih tanggung
jawab perusahaan atas memberi perlindungan bagi tenaga kerja baik ddalam
masalah jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua serta
jaminan pemeliharaan kesehatan. Program jamsostek diselengarakan berdasarkan
UU No. 3 tahun 1992 yang pelaksanaanya diatur oleh PP No. 14 Tahun 1993,
Kepres No. 22 Tahun 1993 dan peraturan mentri 05/MEN/1993.
9.2.4 Penerimaan Karyawan dan Pelatihan
Berikut kategori calon karyawan yang akan dicari atau diterima sebagai
karyawan pertambangan mangan :
a. Staf manajerial dan teknisi
b. Operator peralatan bergerak dan tidak bergerak dan teknisi yang trampil
c. Tenaga kerja kasar/tidak termpil
Tenaga kerja menajerial dan staf teknisi akan diatasi dengan tenaga kerja
berpengalaman lebih dari 3 tahun dalam proyek penambangan pyrolusit.
Hubungan kerja yang baik antara tenaga manajerial dan staf akan menjadi sangat
penting untuk kelancaran komunikasi dalam perusahaan yang akan mendukung
keberhasilan suatu perusahaan.
Operator-operator dan teknisi yang terampil dan berpengalaman pada
operasi penambangan akan diutamakan bekerja pada PT. Centrino Manganese
telah dipertimbangkan bahwa karyawan tersebut berasal dari luar daerah sekitar
Kabupaten Kulon Progo, akan tetapi apabila ada yang berasal dari dalam daerah
Kabupaten Kulon Progo sendiri akan lebih diutamakan. Untuk tenaga kerja kasar
/lokal sangat diutamakan pada berbagai bidang yang ada. Oleh sebab itu pelatihan
tenaga kerja untuk menjadi operator dan teknisi dan bidang yang lain akan
diprioritaskan.
9.2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja akan menjadi prioritas dalam krelangsungan hidup
kelangsunga pertambangan ini. Obyek-obyek kunci adalah sebagai berikut:
a. Desain baku pada tahap penambangan untuk mendapatkan keselamatan kerja
yang tinggi.
b. Pembuatan perjanjian keselamatan kerja baik untuk tahap persiapan maupun
operasional penambangan. Perjanjian tersebut termasuk persyaratan dan
prosedur keselamatan yang akan mengidentifikasi tanggung jawab
keselamatan dan pelatihan.
c. Penentuan petugas keselamatan dan pelatihan dilaksnakan padas awal dari
dimulainya proyek ini.
d. Penilaian mentoring karyawan secara terus-menerus untuk mejamin
terpeliharanya kebiasaan-kebiasaan bekerja dengan aman.
Untuk menjamian keselamatan kerja selama tahap konstruksi dan selama
operasi penambangan berklangsung perlu diperhatikan kondisi sebagai berikut:
1. Definisi yang jelas mengenai batas-batas tanggung jawab dari pengawasan.
2. Pemasangan papan-papan peringatan dan nasehat dititik strategis/rawan
3. Peralatan keselamatan kerja yang terdiri dari : pakaian kerja, helm pengaman,
sepatu pelindung, pelindung mata dan telinga(pelindung diri)
4. Ketentuan pengunaan peralatan yang sesuai dengan fungsinya.
5. Penggunaan kabel listrik dan jalur listrik yang aman.
6. Lokasi yang aman untuk peralatan listrik, yaitu tempat yang kering dan mudah
dijangkau.
7. Sistim pemisah berlabel pada seluruh jalur instalasi dan peralatan listrik.
8. Pemantauan secara berkala dan pemantauan mesin-mesin.
9. Jalur yang aman untuk keprluan perbaikan dan pemeliharaan bangunan.
10. Tempat yang memadai untuk bergerak secara leluasa bagi kendaaraan/mesin-
tambang pasa saat operasi pengangkutan.
11. Pengawasan pada tanjakan yang tinggi dan jalan-jalan yang sempit pada
daerah operasi peralatan bergerak dan pemantauan pada jalan-jalan tambang.
12. Kabin yang aman pada peralatan bergerak.
13. Sarana penerangan untuk operasi dimalam hari.
14. Larangan membawa alkohol, obat bius dan senjata api ke lokasi
penambangan.
15. Mengawasi masuknya bahan-bahan yang mudah terbakar dan cairan beracun.
16. Terasedianya fasilitas pemadam kebakaran dan klinik gawat darurat.
Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) diwajibkan saat memasuki
lokasi penambangan, adapun Alat Perlindungan Diri (APD) yang disediakan
perusahaan diantaranya pakaian kerja, sepatu pelindung, pelindung mata,
perlindungan telinga, helm pengaman dan headlampd,. Di lokasi tambang akan
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk menjamin penanganan yang cepat
apabila terjadi kecelakaan, agar dapat secepatnya dapat diatasi. Fasilitas tersebut
termasuk unit kesehatan yang ditangani oleh tenaga paramedik selama 15 jam/
hari dan dilengkapi mobil ambulan.
Program keselamatan dan kursus-kursus akan dilakukan selama tambang
itu berlangsung/berjalan. Tenaga kerja yang handal akan mengajarkan aspek-
aspek keselamatan juga disesuaikan dengan kondisi lapangan dan operasi
pertambangan
Tabel 9.2
Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah tenaga kerja
Sarjana 9
D-3 19
SPK 2
SLTA 17
STM 10
SLTP 23
Total 80

9.3 Tingkat Gaji Dan Upah


Kriteria tingkat gaji dan upah disesuaikan dengan kualifikasi dan tingkat
kerja tenaga tetap. Secara keseluruhan tingkat gaji dan upah dapat dilihat pada
tabel 9.3
Tabel 9.3
Tingkat Gaji dan Upah
Tingkat Gaji/ Upah
Total
Jabatan Bulan Tahun
Pekerja
(Rp) (Rp)
General Manager 1 5.300.000 63.600.000
Sekretaris 1 1.550.000 18.600.000
Kabag. Perencanaan, Lingkungan & K3 1 3.300.000 39.600.000
Staff Perencanaan Tambang 1 1.800.000 21.600.000
Geologist & Surveyor 1 2.300.000 27.600.000
Operator Komputer 2 1.550.000 37.200.000
Foreman Hidrologi & Hidrogeologi 1 1.550.000 18.600.000
Juru Gambar 1 1.300.000 15.600.000
Pengawas Sarana Tambang 1 1.300.000 15.600.000
Pengawas Peralatan 1 1.550.000 18.600.000
Pengawas Tambang 1 1.300.000 15.600.000
Tenaga Medis 1 2.800.000 33.600.000
Asisten Medis 2 1.550.000 37.200.000
Petugas K-3 2 1.300.000 31.200.000
Petugas Lingkungan & Pengendalian Limbah 2 1.550.000 37.200.000
Operator Listrik & Elektronik 2 1.300.000 31.200.000
Asisten Bangunan 1 1.050.000 12.600.000
Helper 1 950.000 11.400.000

Kabag. Operasi Tambang 1 3.300.000 39.600.000


Supervisor Pemasaran 1 1.550.000 18.600.000
Supervisor Tambang & Transportasi 1 1.550.000 18.600.000
Buruh Pengolahan 5 1.000.000 60.000.000
Mandor Tambang 2 1.400.000 33.600.000
Mandor Transportasi 2 1.400.000 33.600.000
Mandor Pabrik Pengolahan 2 1.400.000 33.600.000
Operator Produksi 2 1.300.000 31.200.000
Operator Pengangkutan 6 1.300.000 93.600.000
Operator Mesin Pengolahan 4 1.300.000 62.400.000
Operator Penumpukan 3 1.300.000 46.800.000
Operator Penimbunan Tanah Penutup 2 1.300.000 31.200.000
Supervisor Ventilasi, Listrik dan Mekanik 1 1.550.000 18.600.000
Foreman Ventilasi 1 1.300.000 15.600.000
Foreman Listrik 1 1.300.000 15.600.000
Foreman Mekanik 1 1.300.000 15.600.000
Helper 1 950.000 11.400.000

Kabag. Administrasi 1 3.300.000 39.600.000


Supervisor HRGA 1 1.800.000 21.600.000
Supervisor Akutansi & Finance 1 2.050.000 24.600.000
Hubungan Masyarakat 1 1.800.000 21.600.000
Kepala Logistik dan Gudang 1 1.550.000 18.600.000
Pembantu Umum 3 1.300.000 46.800.000
Foreman Akuntansi 2 1.550.000 37.200.000
Foreman Finance 2 1.550.000 37.200.000
Supervisor Security 1 1.550.000 18.600.000
Satpam 5 1.200.000 72.000.000
Supervisor External & Comdev 1 2.050.000 24.600.000
Foreman External 1 1.550.000 18.600.000
Foreman Comdev 1 1.550.000 18.600.000
TOTAL 1.465.800.000
9.4 Uang Lembur dan Tunjangan
Kriteria tingkat uang tambahan lembur disesuaikan dengan tingkat
pendidikan dari pekerja. Secara keseluruhan tingkat tingkat uang tambahan
lembur dapat dilihat pada tabel 9.4
Tabel 9.4
Uang Lembur
Jumlah uang perhari
Pendidikan
lembur
Sarjana 150.000
D-3 100.000
SPK 80.000
SLTA 75.000
STM 75.000
SLTP 50.000

Kriteria tingkat Tunjangan disesuaikan dengan tingkat dari pekerja


tersebut dalam struktur organisasi. Secara keseluruhan tingkat tingkat uang
tambahan lembur dapat dilihat pada tabel 9.5
Tabel 9.4
Uang Tunjangan
Jumlah %
Tingkatan
Tunjangan perbulan
General Manager 20
Kabag 20
Supervisor/Setingkat 20
Foreman Kantoran 20
Foreman Lapangan 20

9.5 Sistem Kerja


Sistim kerja direncanakan adalah 6 hari dalam semingu, 1 shift/hari dan 12
jam/shift untuk tugas sebagai :
a. Pembongkaran mangan
b. Pengangkutan mangan dari penambangan ke stockpile ke pemotongan dan
pengepakan serta penimbunan pada stockyard.
c. Pengolahan mangan.
d. Pemeliharaan dan perawatan
Karyawan kantor dan administrasi bekerja 1 shift/hari dan 6 hari/minggu.
Cuti tahunan diberikan selama dua minggu untuk setiap 12 bulan kerja.
BAB X
PEMASARAN

Cadangan Mangan di areal konsesi PT. Centrino Manganese bersifat massif


dengan nilai kuat tekan yang cukup rendah sehingga mangan yang terdapat dilokasi
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam industri baterai. Mangan jika
masih dalam bentuk bongkah dari hasil penambangan akan tampak tidak bermanfaat
dan tidak bernilai ekonomis, akan tetapi jika diproses dan diolah dengan baik, akan
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

10.1 Bagan Alir Pemasaran


Bagan alir pemasaran Mangan PT. Centrino Manganese dapat dilihat pada
gambar 10.1. dimana akan digunakan sebagai alur penjualan dan pendistribusian
kepada konsumen.
Komoditi Mangan PT. Centrino Manganese berupa konsentrat dalam ukuran
– 10 mm dengan kadar 80 %. Harga yang ditawarkan kepada konsumen sebesar Rp.
25.000/kg. Harga ini disesuaikan dengan harga mangan dunia dan atas pertimbangan
dari penambangan dan pengolahan.
Berdasarkan SNI 19-9001-2001 mangan untuk baterai tidak lebih dari
100mm. Dalam hal ini, PT. Centrino Manganese berusaha untuk mengikuti standar
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Penjual Mencari Pasar
PT.Centrino Manganese
20 ton/hari

Survey
Produk Konsumen
Dari Tempat Penampungan
Didapatkan Pasar

Sorting and Quality Checking Analisa Harga

Dirasa Menguntungkan

Mangan Kemasan dengan Kontrak Jual-Beli


kadar 80% Legalitas

Cadangan Pasar
100 ton/minggu
Pengangkutan (truck)

PT Jateng Sinar Agung


Sentosa PT Yuasa
- 10 mm - 10 mm
100 ton/ minggu 100 ton/minggu
Pembayaran

Gambar 10.1
Bagan Alir Pemasaran
10.2 Prospek Pemasaran.
Mangan merupakan salah satu bahan galian yang peranannya terus
meningkat, mengingat di Indonesia bahan galian ini cadangannya cukup besar,
kualitas cukup baik dan biaya produksi yang relatif rendah. Disamping itu teknologi
penambangan, pengolahannya dan pemanfaatannya serta kemampuan Indonesia
dalam menerobos pasar internasional telah dikuasai. Saat ini Mangan telah menjadi
komoditi yang dibutuhkan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
komoditi ekspor untuk campuran baja sebagai sumber devisa bagi negara. Perubahan
sektor primer ke sektor lainnya dan kebutuhan akan baterai berkualitas baik pada
akhirnya bermuara ke kualitas Mangan itu sendiri.
Semakin pesatnya perkembangan produk dan industri Mangan Indonesia
sebagai salah satu negara penghasil Mangan yang berpotensi untuk memanfaatkan
pasar internasional di samping pasar dalam negeri.

10.2.1 Dalam negeri.


Perkembangan industri teknologi, dan peningkatan sektor pembangunan di
Indonesia saat ini sangat mempengaruhi produksi dan pemasaran bahan galian dalam
negeri dimasa mendatang. Peningkatan pembangunan khususnya bidang industri
pada saat ini di indonesia berkembang pesat, penggunaan barang substitusi dan
pembangunan daerah yang bersifat otonomi melalui pengembangan wilayah. PT.
Centrino Manganese dalam pemasarannya banyak memasarkan produknya untuk
memenuhi permintaaan daerah lokal seperti Yogyakarta yang kemudian
didistribusikan ke pabrik pusat konsumen yang berada Jakarta Barat. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu mereka yang memiliki keterbatasan modal kerja
maupun keahlian yang diperlukan dalam pengembangan Mangan skala besar.
Perkembangan sektor infrastruktur khususnya pembangunan di berbagai
daerah di Indonesia akan sangat mempengaruhi produksi dan pemasaran Mangan
menjadi lebih luas lagi. Oleh karena itu pemasaran Mangan perlu
mempertimbangkan proyeksi kebutuhan Mangan dalam negeri.
Disamping itu faktor teknis yang ikut mempengaruhi potensi pemasaran
Mangan, antara lain :
a. Kualitas Mangan yang dihasilkan.
Produk mangan PT. Centrino Manganese memiliki kualitas baik dengan kadar
80 % jika dibandingan dengan perusahaan lainnya.
b. Kontinuitas produksi dari tambang.
Produksi PT. Centrino Manganese berlangsung selama 5 hari dalam 1 minggu.
Dalam setiap harinya menghasilkan konsentrat Mn 80% sebesar 20 ton
c. Kemudahan transportasi.
Akses dari kantor pemasaran ke konsumen dapat dijangkau dengan mudah
melalui transportasi darat.
d. Harga Mangan.
PT. Centrino Manganese berpatokan pada harga mangan dunia dan
pertimbangan biaya dari penambangan dan pengolahan sebesar Rp. 25.000/kg .
Selain itu disesuaikan pula dengan kadar yang diperoleh dari pabrik pengolahan.
e. Ketepatan waktu penyerahan ke konsumen.
Pendistribusian mangan kepada konsumen dilakukan setiap seminggu sekali.
Dengan alat angkut yang kami sediakan berupa truk dengan kapasitas 25
ton/truk sehingga sekali pengiriman menggunakan 4 truk. Jarak tempuh antara
dari kantor pemasaran ke buyer tidak terlalu jauh ± 40 km dan akses jalan yang
cukup bagus sehingga tidak mengalami hambatan.
Berdasarkan sasaran produksi, cadangan Mangan ini akan dimanfaatkan
untuk baterai – 10 mm sebesar 20 ton/hari. Adapun perusahaan-perusahaan yang
bekerja sama dengan PT. Centrino Manganese memasok produk Mangan kepada
konsumen adalah :
1. PT. Yuasa ( Perusahaan Pembuatan Dry Cell Bateray )
Jakarta Barat, yang mana perusahaan ini bergerak pada sektor pembuatan baterai
kering.
2. PT. Jateng Sinar Agung Sentosa ( Distributor Tunggal PT. Yuasa cabang
Yogyakarta )
Jln. Magelang Km 8 Yogyakarta, bergerak dalam bidang pengdistribusian hasil
Produk PT. Yuasa dan mensuplay bahan baku ke PT. Yuasa.
Cadangan Pasar
Cadangan Pasar untuk PT. Centrino Manganese adalah sebesar 100
ton/minggu dan cadangan ini diperuntukkan untuk konsumen yang datang membeli
langsung produk kami ke kantor pemasaran PT. Centrino Manganese yang terletak di
Jl. Wates Km 20 Kulonprogo ( 200 m ke Timur Terminal Wates). Sistem
pembayaran untuk Cadangan Pasar ini adalah Cash & Carry . Konsumen langsung
membayar produk kami ditempat kemudian langsung membawa barang tersebut.

Sistem Pemasaran Dalam Negeri


Sistem pemasaran dalam negeri pada PT. Centrino Manganese yaitu
melakukan pengiriman kepada konsumen berdasarkan hubungan kerja yang ada yang
dilengkapi dengan kontrak kerja/perjanjian yang disahkan notaris dan dibubuhi
materai 6000

Sistem Pembayaran Dalam Negeri


PT. Centrino Manganese menerapkan untuk sistem pembayaran dalam negeri
dengan cara membayar lunas.

STRATEGI PASAR
Strategi yang digunakan untuk dalam negeri diantara nya :
1. Strategi Harga
Strategi harga diterapkan agar konsumen dapat menjadi tertarik atau berminat
terhadap produk-produk yang perusahaan tawarkan, dengan cara memberi harga
yang disesuaikan dengan harga mangan dunia dan pertimbangan dari
penambangan dan pengolahan yaitu sebesar Rp. 25.000/kg.
2. Strategi distribusi
Setelah berhasil menciptakan barang yang dibutuhkan dan menetapkan harga
yang layak, tahap berikutnya menentukan metode dan penyampaian produk
barang ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang
tepat. Dengan harapan produk barang tersebut berada ditengah tengah
kebutuhan dan keinginan konsumen pada saat ini.
Cara yang di tempuh PT. Centrino Manganese dalam strategi distribusi adalah
dengan memanfaatkan akses yang ada sehingga mempercepat proses
pendistribusian produk ke konsumen, sehingga hal itu dijadikan keunggulan PT.
Centrino Manganese dibandingkan dengan perusahaan lain.
3. Strategi Promosi
Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi
pada pasar tentang produk yang di jual, tempat dan saatnya. Strategi yang
ditempuh PT. Centrino Manganese untuk mempromosikan produk dengan
sistem door to door dengan menawarkan langsung ke konsumen dan sertai
sample hasil uji lab. Selain itu memanfaatkan jangkauan global dengan akses
website www.cmanganese.com.
BAB XIII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

13.1 Investasi
Dalam industri mineral, yang dimaksud dengan biaya investasi adalah
modal awal (capital cost, capital investment) yang merupakan jumlah total dari
rupiah/dollar yang dibutuhkan untuk membuka sebuah endapan bahan galian
hingga berproduksi. Total biaya investasi terdiri dari dua komponen, yakni modal
tetap dan modal kerja.
Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk
membiayai kegiatan pra-investasi, yaitu :
a. Biaya Persiapan yang terdiri dari Biaya Eksplorasi, Pembebasan
Lahan, dan Biaya Perijinan dengan total biaya Rp. 2.711.773.000,-
b. Biaya Konstruksi dan Rekayasa yang terdiri dari : Biaya bangunan,
Biaya Infrastruktur, dan Lingkungan dengan total biaya Rp.
890.000.000,-
c. Peralatan (Penambangan, Pengangkutan, Pengolahan, serta Pendukung
Operasional ) dengan total biaya Rp. 2.236.385.000,-
d. Jaminan reklamasi dengan total biaya Rp. 4.727.669.821,-
e. Mine Closure dengan total biaya Rp. 17.539.871.375,-
Sehingga total keseluruhan modal tetap adalah sebesar Rp.
36.240.027.469,-
Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan
operasi proyek setelah tahap pengembangan selesai (project start-up). Dalam hal
ini modal tersebut disebut modal kerja awal. Besarnya modal kerja diperoleh dari
50% biaya operasi sebesar Rp. 1.918.029.953,-
13.1.1 Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan dibutuhkan bagi keperluan seluruh investasi dan
modal kerja yang direncanakan diperoleh dari :
a. Modal sendiri
Modal mandiri adalah dana yang dimiliki dari pihak pendiri perusahaan
PT. Centrino Manganese. Jumlah total modal mandiri yang disiapkan
sebesar 70% dari total investasi sebesar Rp. 25.368.019.228,-
b. Pinjaman
Sedangkan 30% dari total investasi merupakan pinjaman dari Bank Rakyat
Indonesia (BRI) sebesar Rp. 10.872.008.241 dengan bunga pinjaman
sebesar 20% pertahun, maka besarnya bunga dan pengembalian pokok
pinjaman dapat dilihat di lampiran.
13.2 Parameter Keekonomian
13.2.1 Pengeluaran
a. Biaya Operasi
Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan, kebutuhan BBM, kebutuhan
pelumas dan biaya perawatan. Biaya operasi PT. Centrino Manganese
adalah sebesar Rp 302.606.839 untuk tahun pertama dan untuk tahun -
tahun selanjutnya dapat di lihat di cashflow.
b. Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan terdiri atas penyusutan peralatan dan bangunan. Penyusutan
paralatan dihitung berdasarkan pertimbangan umur pakai dan nilai sisa alat
tersebut. Peralatan yang mempunyai umur pakai kurang dari setahun akan
dibebankan pada biaya produksi. Metode penyusutan yang digunakan
adalah straight line methode. Penyusutan alat tiap tahun sebesar Rp.
323.336 .458
c. Royalti
Biaya royalty sebesar 0.35 $/Ton atau 10% dari hasil produksi dari hasil
penjualan Mangan pertahun. Royalty dibayarkan setiap akhir tahun
penjualan sesuai dengan produksi yang dihasilkan pertahun. Untuk tahun
pertama besarnya royalti adalah sebesar Rp. 1.249.999.200 dan untuk tahun -
tahun selanjutnya dapat dilihat di cashflow.
d. Retribusi
Biaya retribusi dari hasil penjualan Mangan pertahun sebesar Rp. 2,027,500
/ tahun.

13.2.2 Pendapatan Penjualan


Berdasarkan permintaan pasar, Mangan PT. Centrino Manganese akan
menjual Mangan dalam ukuran -1 cm. Adapun besarnya pendapatan dari
penjualan Mangan pada tahun pertama adalah sebesar Rp. 12.499.992.000,
sedangkan untuk tahun – tahun selanjutnya dapat dilihat di cash flow.

13.2.3 Cash Flow (Aliran Uang Khas)


Proyeksi aliran uang kas disusun dari proyeksi laba rugi, selanjutnya
dipergunakan untuk menentukan penilaian investasi, diantaranya Kenaikan harga
Mangane, gaji karyawan, investasi pergantian alat, dan biaya perawatan. Skema
aliran uang kas dapat dilihat pada Lampiran

13.3 Analisis Investasi


13.3.1 Perhitungan Discounted Cash Flow Rate Of Return/Internal Rate Of
Return(DCFROR/IRR)
1. Tingkat Bunga Pengembalian (IRR/DCFROR)
IRR dari suatu investasi dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga
yang akan menyebabkan nilai equivalent biaya investasi sama dengan
equivalent penerimaan atau tingkat suku bunga yang dapat menyebabkan
nilai sekarang bersih (NSB) sama dengan nol (Stermole, Franklin, J.,
1990).
Berdasarkan pemaparan diatas dengan dasar struktur pembiayaan 50 %
modal sendiri, didapatkan IRR sebesar 18%
2. Nilai Sekarang Bersih (NPV)
NPV merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran bersih yang
bernilai sekarang dan dihitung berdasarkan tingkat pengembalian
minimum. NPV digunakan dan dihitung nilai equivalent pada saat ini dari
aliran dana yang berupa pendapatan dan pengeluaran diwaktu yang akan
dating dari suatu rencana investasi tertentu (Stermole, Franklin, J., 1990).
Dengan dasar struktur pembiayaan 50% modal sendiri, didapatkan nilai
hitungan untuk NPV sebesar Rp 62.012.898.820 (cashflow)

13.3.2 Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period/PBP)


PBP adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk pemngembalian modal
atau waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi yang
dihitung sejak modal ditanamkan. Berdasarkan proyeksi aliran kas maka,
pengembalian modal diperkirakan selama 1 tahun 9 bulan 15 hari (cashflow).

13.3.3 Perhitungan Break Even Point


Analisis Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume
kegiatan. Analisis ini sering disebut Cost Profit Volume Analysis (CPVA). BEP
sangat berguna untuk mengetahui besar volume produksi penjualan pada saat
penghasilan penjualan dapat menutup biaya total. Pada waktu penghasilan sama
dengan biaya total maka, dinamakan BEP.
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis BEP adalah sebagai berikut:
1. biaya dibagi dalam golongan biaya variable dan biaya tetap
2. biaya variable secara totalitas berubah secara proporsional dengan volume
produksi/penjualan, sehingga biaya variable per unit tetap sama
3. biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi/ penjualan, hal ini berarti biaya tetap perunit berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan
4. harga jual perunit tidak berubah selama periode yang dianalisis
Produksi perusahaan dianggap sama (satu produk), yaitu dalam ton.
13.3.4 Analisis Kepekaan
Analisis kepekaan digunakan untuk melihat pengaruh perubahan biaya
operasi dan harga Mangan terhadap NPV, PBP, dan IRR. Besarnya perubahan
biaya operasi dan harga Mangan yang digunakan adalah 10% - 30%.

Tabel 13.1
Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Operasi
Terhadap Nilai NPV, PBP, dan IRR

Kondisi Biaya
NPV PBP (tahun) IRR (%)
Operasi
30% Rp 24,800,478,409 1.71 63%
Naik 20% Rp 27,556,661,035 1.59 68%
10% Rp 30,312,843,660 1.48 73%
Normal Rp 33,069,026,285 1.38 138%
10% Rp 35,825,208,910 1.30 83%
Turun 20% Rp 38,581,391,535 1.23 123%
30% Rp 41,337,574,160 1.16 116%

Tabel 13.1
Analisis Kepekaan Perubahan harga Mangan
Terhadap Nilai NPV, PBP, dan IRR

Kondisi Harga
NPV PBP (tahun) IRR (%)
Mangan
30% Rp 54,374,387,526 0.95 114%
Naik 20% Rp 47,272,600,446 1.06 102%
10% Rp 40,170,813,365 1.20 90%
Normal Rp 33,069,026,285 1.38 78%
10% Rp 25,967,239,204 1.64 66%
Turun 20% Rp 18,865,452,124 2.02 54%
30% Rp 11,763,665,043 2.58 41%

Anda mungkin juga menyukai