Anda di halaman 1dari 3

Apa Pasal Karet UU ITE yang Menjerat Pengunggah Tagih Utang ke Istri Kombes? Kompas.

com -
15/07/2020, 16:30 WIB BAGIKAN: Komentar 11 Lihat Foto Terdakwa Febi Nur Amelia (dua kanan)
menangis mendengarkan kesaksian korban Fitriani Manurung saat sidang kasus UU Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE), di Pengadilan Negeri, Medan, Selasa (18/2/2020). Agenda sidang
pemeriksaan saksi terhadap kasus UU ITE dengan terdakwa Febi Nur Amelia. (Tribun Medan) Penulis
Jawahir Gustav Rizal | Editor Virdita Rizki Ratriani KOMPAS.com - Keberadaan Undang-undang
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) kembali menjadi pembahasan di kalangan
warganet. Penyebabnya adalah kasus menagih utang lewat sosial media yang berujung tuntutan dua
tahun penjara. Mengutip Kompas TV (15/7/2020), Febi Nur Amelia, terdakwa kasus pencemaran
nama baik dituntut dua tahun penjara dalam persidangan di Pengadilan Negeri Medan, Selasa
(14/7/2020) sore. Melansir Kompas.com, Selasa (15/7/2020), kasus tersebut bermula pada Februari
2019, Febi mengunggah status tentang menagih utang kepada Fitriani Manurung yang disebut istri
Kombes Ilsarudin dan informasinya bertugas di Mabes Polri senilai Rp 70 juta.  Uang ditransfer ke
rekening suami Fitriani pada 12 Desember 2016. Pada 2017, Febi menagih dan Fitriani mengaku
belum bisa membayarnya lalu memblokir WhatsApp dan nomor seluler Febi. Baca juga: Cerita Febi,
Tagih Utang ke Ibu Kombes Via Instagram hingga Dituntut 2 Tahun Penjara   Pada 2019, Febi
mengirim pesan lewat Instagram. Namun, Fitriani malah menjawab tidak mengenal Febi dan tidak
punya utang padanya. Unggahan Febi ternyata membuat sang "Ibu Kombes" merasa malu dan nama
baiknya tercemar. Dia lalu melaporkan Febi. Kasusnya pun bergulir sampai Pengadilan Negeri (PN)
Medan. Jaksa menjerat terdakwa dengan Undang-Undang ITE akibat menagih utang melalui media
sosial. Jaksa Penuntut Umum Randi Tambunan dalam tuntutannya menyatakan Febi Nur Amelia
bersalah dan terbukti melakukan pencemaran nama baik dengan melakukan penagihan utang
kepada Fitriani Manurung lewat media sosial. Atas perbuatannya, jaksa menuntut Febi dengan
hukuman penjara selama dua tahun yang dijerat dengan Pasal 45 Ayat 3 Juntho Pasal 27 Ayat 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Baca juga: Kapolri: Banyak Contoh Orang Tak Bijak Bermedia Sosial dan Terjerat UU ITE
Pasal 27 dan pasal karet Bunyi Pasal 27 ayat 3 UU ITE adalah sebagai berikut: Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik. Sementara itu ancaman pidana bagi orang yang melanggar Pasal
27 ayat (3) UU ITE ini diatur dalam Pasal 45 ayat (3) UU 19/2016, yang berbunyi: Setiap Orang yang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Mengutip Tribun Makassar
(15/7/2020), Pakar Hukum Tata Negara Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Dr Syamsuddin
Radjab SH MH menyebut keberadaan pasal 27 dalam UU ITE sudah melenceng dari tujuan awal
pembentukan UU ITE. "Pasal ini adalah pasal karet karena semua orang bisa masuk melaporkan,
sehingga sekarang sudah ada satu profesi tukang lapor," kata Syamsuddin. Pasal 27 UU ITE bahkan
lebih berat hukumannya dibanding Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). "Karena setiap ada
pelaporan maka undang-undang ITE yang dulu dipakai, KUHP pilihan kedua," kata Syamsuddin. Baca
juga: Ancaman Jerat UU ITE dan Proteksi Self-censorship... Rawan multitafsir Mengutip Harian
Kompas, Kamis (9/1/2020), Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network
(SAFEnet) Damar Juniarto mengatakan, tren pelaporan dugaan pelanggaran UU Nomor 19 Tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) meningkat signifikan tiap tahun. Sejak 2017,
peningkatan itu terus terjadi. Pada 2017, sebanyak 1.007 orang diselidiki terkait dengan dugaan
pelanggaran UU ITE. Selanjutnya pada 2019 naik menjadi sekitar 3.000 orang. Peningkatan jumlah
kasus dipengaruhi pasal-pasal karet yang memungkinkan setiap individu atau kelompok melaporkan
pihak tertentu. Pasal karet itu terutama Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE. Salah satu pasal
yang sering digunakan adalah Pasal 28 ayat (2) UU ITE yang berbunyi: Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA). Baca juga: Jadi Tersangka, Pengunggah Video Dokter Tanpa Busana di
Surabaya Dijerat UU ITE dan Pornografi Sementara itu, mengutip Harian Kompas, Selasa
(7/1/2020), Dari berbagai kritik terhadap UU ITE tampak bahwa UU ini dalam beberapa hal masih
dianggap kurang menjamin kepastian hukum. Beberapa perumusan bersifat multitafsir (karet)
sehingga mengganggu kebebasan berekspresi (opini, kritik) di era demokrasi melalui Facebook,
Twitter, Youtube, messenger (SMS, Whatsapp, dan BBM). Di samping itu, UU ITE cenderung memicu
perselisihan warga masyarakat yang dengan mudah melaporkan kepada penegak hukum dan
menambah sumber konflik antara penguasa dan anggota masyarakat. Beberapa pasal dianggap
merupakan duplikasi dengan aturan KUHP. Selanjutnya, ada kesan UU ITE di satu pihak mengandung
unsur perlindungan, tetapi juga mengandung ancaman dan mengakibatkan keresahan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Pasal Karet UU ITE yang Menjerat
Pengunggah Tagih Utang ke Istri Kombes? ", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/15/163059965/apa-pasal-karet-uu-ite-yang-
menjerat-pengunggah-tagih-utang-ke-istri-kombes?page=all.
Penulis : Jawahir Gustav Rizal
Editor : Virdita Rizki Ratriani

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Bener apa kata mba Nana, UU ITE kerap dipakai yg berkuasa. Digunakan utk membungkam keluh
dan keberatan membisukan mereka yg sebenarnya korban. Publik menjadi ketakutan utk
bersuara lantang kritik bisa dipidana sbg fitnah dan pencemaran.

Anda mungkin juga menyukai