Anda di halaman 1dari 28

PENDALAMAN MATERI

TEKNIK PENGELASAN

Penulis :

Riswan Dwi Djatmiko


Heri Wibowo
Prihatno Kusdiyarto
Arif Marwanto

PPG DALAM JABATAN


Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Edisi Revisi 2019

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018

i
Daftar Istilah

Angle of bevel
setengah sudut kampuh

Arc flame
nyala busur

Arc length
jarak antara benda kerja dengan elektroda

Base metal/parent metal


logam yang disambung

Backing bar
logam (umumnya tidak sejenis) atau bahan lain ( seperti keramik, tembaga) yang diletakkan di
bagian belakang benda yang akan dilas dan tidak menjadi satu dengan benda yang disambung.

Backing strip
logam yang diletakkan di bagian belakang benda yang disambung dan menjadi satu dengan
logam yang dilas.

Distorsi
merupakan perubahan bentuk benda kerja pasca pengelasan akibat pemuaian yang tidak
merata pada benda kerja.

Electrode core wire


kawat inti elektroda

Heat affected zone (HAZ)


daerah pengaruh panas

Heat input
adalah besarnya energi panas tiap satuan panjang las ketika sumber panas (yang berupa nyala
api, busur listrik, plasma atau cahaya energi tinggi) bergerak.

iv
Included angle
sudut kampuh

Key hole
lubang kunci, yakni lubang pada akar las yang terjadipada saat pengelasan jalur pertama /
penetrasi sambungan tumpul.

Kecepatan pendinginan
Adalah kecepatan penurunan suhu saat pendinginan setelah suhu pengelasan mencapai
puncaknya. Kecepatan pendinginan ini sangat mempengaruhi struktur mikro dan sifat mekanis
logam las.

Konsumable filler
Merupakan logam pengisi atau disebut juga elektroda las, berfungsi sebagai bahan tambah
pada saat proses pengelasan.

Lack of fusion
sebagian kecil lasan yang tidak berpadu

Leg length
kaki las

Overlap
logam las yang menumpang pada benda kerja (tidak berpadu)

Path of motlen metal


cairan elektroda yang jatuh pada benda kerja

Protective gases
gas-gas pelindung

Reinforcement
penguatan

Root face
bidang permukaan akar las

Root gap
jarak antara dua benda yang akan dilas

v
Root run
jalur pertama

Sealing run
jalur pengisi di bagian belakang

Sealing weld
jalur las pengisi

Slag
terak

Struktur mikro
Merupakan gambar struktur dari suatu logam yang menggambarkan orientasi fase yang
membentuk logam tersebut. Pada baja karbon dikenal fasa ferit, perlit, austenit, bainit, dan
martensit.

Tack weld
las catat

Tegangan sisa
Merupakan tegangan residu dalam benda kerja yang diakibatkan oleh tegangan thermal karena
pemanasan dan pencairan logam pada proses pengelasan dan akibat transformasi fasa.
Undercut
takik las (termakan)

Weldability
Disebut juga dengan mampu las bahan, merupakan parameter untuk menentukan sifat mampu
las suatu bahan, dengan kata lain dapat dilas dengan baik atau tidak tanpa perlakuan.

Weld metal
logam las ( hasil las )

vi
Pendahuluan

A. Rasional dan Deskripsi Singkat


Banyak pekerjaan konstruksi dan industri yang membutuhkan ketrampilan teknik
menyatukan sambungan/ pengelasan. Banyaknya kebutuhan akan produk yang harus dilas
yang berkualitas maka juga harus dilakukan dengan proses pengelasan yang sesuai standar
pengelasan. Oleh karena itu maka seorang juru las harus mengejar kompetensi yang
berkualitas dalam penggunaan bahan material mild steel, baik plat maupun pipa. Modul ini
berjudul Pendalaman Materi Teknik Pengelasan ini membahas tentang pengertian, jenis
bahan dan prosedur pengelasan, inspeksi hasil setelah dilakukan teknik pengelasan

Modul ini dikemas dalam empat kegiatan belajar dan seluruhnya diberi alokasi waktu
delapan jam latihan praktik. Keempat kegiatan belajar tersebut disusun dengan urutan sebagai
berikut:

1. Kegiatan Belajar 1: Dasar - Dasar Pengelasan


2. Kegiatan Belajar 2: Metalurgi Las
3. Kegiatan Belajar 3: Prosedur Pengelasan
4. Kegiatan Belajar 2: Pemeriksaan dan Pengujian Las

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta diklat praktik pengelasan akan dapat; 1)
menjelaskan pengertian dan konsep dasar` teknik pengelasan, 2) mengidentiikasi berbagai
jenis material (metalurgi las) dan elektroda ataupun bahan tambah yang digunakan, 3)
mengetahui prosedur teknik pengelasan berbagai posisi, dan 4) memahami pemeriksaan dan
pengujian hasil las yang benar. Kompetensi-kompetensi tersebut di atas sangat diperlukan bagi
Anda yang bekerja sebagai perencana dan pelaksana pekerjaan teknik las. Suatu perencanaan
diklat teknik mengelas yang baik akan menjamin terselenggaranya diklat dengan baik pula.
Oleh karena itu tersusunnya kegiatan teknik pengelasan mutlak diperlukan sebelum diputuskan
bahwa diklat dilaksanakan. Perlu Anda ingat, bahwa modul teknik pengelasan ini memerlukan
kemampuan memahami berbagai jenis kegiatan konsep dan teori pengelasan yang cukup,
serta kemampuan melaksanakan praktik las dengan baik. Dengan wawasan dan kemampuan
tersebut Anda bisa melakukan proses pengelasan yang dapat dikategorikan mahir dan dapat
menghasilkan produk las yang berkualitas.

1
B. Relevansi
Pahami setiap konsep teori dan ikuti setiap langkah prosedur pengelasan sehingga
seorang welder mampu mengerjakan job yang ingin dikerjakan. Modul ini berisi capaian
pembelajaran dalam domain pengetahuan dan ketrampilan umum PPG vokasi teknik mesin.
Kedalaman materi membahas 4 mata pelajaran untuk kompetensi keahlian teknik pengelasan
yaitu Konsep Pengelasan, Metalurgi Las, Prosedur Pengelasan, dan Pemeriksaan Las. Materi
tersebut relevan dengan struktur kurikulum SMK kompetensi keahlian teknik pengelasan.

C. Petunjuk Belajar
Proses pembelajaran untuk materi teknik pengelasan yang sedang Anda ikuti sekarang
ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :

1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat teknik pengelasan mulai
tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan pengamatan pekerjaan apa yang berhubungan dengan pengelasan
3. Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan pahami konsep dan teori pengelasan,
tentang metalurgi las dalam Kegiatan Belajar 2, kemudian ikuti prosedur pengelasan
dalam Kegiatan Belajar 3 dan lakukan pengamatan pemeriksaan dan pengujian hasil
las dalam Kegiatan Belajar 4.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat tergantung
kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara
mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/ pembimbing atau fasilitator
yang mengajar mata diklat praktik pengelasan ini.

Baiklah saudara peserta diklat Teknik Pengelasan selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal bertugas
mengelola diklat dengan baik.

2
Kegiatan Belajar 1: Dasar-dasar Pengelasan

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Kegiatan belajar satu ini bertujuan agar guru bisa memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar-dasar pengelasan.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Dengan mempelajari Dasar-dasar pengelasan diharapkan guru dapat:

1. Menjelaskan pengertian sambungan las


2. Menjelaskan pengaruh panas pada sambungan las
3. Menjelaskan ruang lingkup pekerjaan las
4. Menjelaskan bentuk dasar sambungan las
5. Menjelaskan pengaruh posisi pengelasan terhadap kualitas sambungan las
6. Menerapkan simbol gambar pada sambungan las
7. Menerapkan karakteristik sumber daya mesin las
8. Menerapkan parameter las
9. Menjelaskan beberapa istilah dalam pengelasan

C. Pokok-Pokok Materi
Materi dasar-dasar pengelasan meliputi: 1) pengertian sambungan las; 2) reaksi kimia
selama proses pengelasan; 3) cara melindungi cairan logam dari pengaruh udara luar; 4) ruang
lingkup pekerjaan las; 5) pengaruh posisi pengelasan terhadap kualitas sambungan las; 6)
simbol gambar pada sambungan las; 7) spesifikasi prosedur pengelasan; 8) beberapa istilah
dalam pengelasan; 9) peralatan bantu proses pengelasan; dan 10) peralatan keselamatan dan
kesehatan las.

D. Uraian Materi
Proses penyambungan logam yang digunakan di lapangan sangat banyak macamnya,
diantaranya adalah: 1) penyambungan logam secara mekanik, 2) penyambungan logam
dengan proses brazing, 3) penyambungan logam dengan proses adhesive, dan 4)
penyambungan logam dengan pengelasan. Sambungan logam dengan proses las merupakan
teknik penyambungan yang sangat populer di masyarakat, hal ini dikarenakan proses
penyambungan logam dengan pengelasan dapat dilakukan dengan cepat dan murah.

3
1. Pengertian pengelasan

Pengelasan merupakan proses penyatuan dua atau lebih bagian oleh panas atau
tekanan atau keduanya, sedemikian rupa sehingga ada kontinuitas dalam sifat logam antara
bagian-bagian yang disambung. (TWI, 2006: 2)

Kata penyatuan yang disebut dalam definisi tersebut mempunyai arti bahwa bagian
logam yang disambung dengan proses las menjadi satu dengan lainnya menjadi sambungan
yang antar komponen tidak dapat dipisahkan kecuali merusaknya. Proses penyatuan ini terjadi
karena adanya energi panas atau energi tekan atau keduanya. Proses las yang menggunakan
energi panas hingga mencairkan logam yang disambung dikategorikan pada kelompok
pengelasan fusi, sedangkan proses las yang menggunakan energi tekan dikategorikan pada
kelompok pengelasan tekan. Lihat Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi proses penyambungan logam


(Winarto, 2010: 1)

METODE JENIS ENERGI


NO PENYAMBUNGAN MEKANIK KIMIA LISTRIK SINAR

Baut

Keling

1 Sambungan mekanik Lipat - - -

Pin

Pasak

Las Gas
SMAW
Las Gesek
Las Plasma GTAW Las Sinar
GMAW Laser
Sambungan las Las
2 Las SAW
Ultrasonic
Thermit FCAW Las Sinar
Las Elektron
Las Difusi
Las Tahanan
Ledakan
Brazing

3 Sambungan brazing - Braze Weld - -

Soldering
4 Sambungan adhesive - Lem - -

4
Pencairan logam pada las fusi (cair) menggunakan beberapa sumber energi panas yang
berasal dari berbagai proses, diantaranya adalah: 1) energi busur listrik (arc), 2) energi kimia,
dan 3) energi mekanis, dan 4) energi optik. Pengelasan tekan, ada yang menggunakan panas
dan ada yang tidak, panas yang digunakan pada las tekan biasanya tidak digunakan untuk
mencairkan logam tetapi hanya digunakan untuk memanasi sampai temperatur rekristalisasi
logam, di mana pada kondisi tersebut kemudian logam yang disambung ditekan sehingga
terjadi proses penyambungan tersebut. Panas yang digunakan adalah dari energi tahanan listrik,
gesekan, dan lain-lain. Las tekan yang tidak memerlukan panas, menggunakan energi getaran
ultra sonik, ledakan, dan lain-lain.

Tabel 1 juga memaparkan proses penyambungan logam dengan menggunakan proses


brazing dan soldering. Pada dasarnya proses brazing dan soldering secara metalurgi adalah
sama. Jika proses las fusi penyambungan dilakukan fasa cari logam, dan las tekan logam
dalam kondisi fasa pada, sedangkan proses brazing dan soldering dilakukan pada fasa padat
dan cair. Gambar 1 memaparkan profil sambungan las fusi, las tekan, dan brazing.

Gambar 1. Profil sambungan las dan brazing


(Sakuma, K., 2006: 2)

2. Pengaruh Panas pada Sambungan Las

Pada dasarnya pengelasan logam dilakukan dengan mencairkan bagian yang


disambung dan mendinginkan secara cepat bagian tersebut. Proses ini berpengaruh terhadap
deposit logam las dan logam dasar (logam yang disambung).

a. Pengaruh panas terhadap deposit logam las

Pada deposit logam yang yang dipanaskan hingga mencair akan bereaksi dengan
atmosfir. Jika logam las yang cair ini tidak dilindungi dari udara luar akan terjadi reaksi kimia
pada logam las tersebut. Logam baja yang bereaksi dengan Oksigen yang ada di udara
menjadi senyawa baru yaitu Oksida besi, sedangkan jika bereaksi dengan Nitrogen akan
menjadi Nitrid. Kedua senyawa baru ini mengakibatkan imperfection (ketidaksempurnaan) pada
deposit logam las atau lebih dikenal dengan ketidaksempurnaan struktural. Ketidaksempurnaan

5
struktural ini jika masih dalam batas penerimaan standar las maka sambungan las tidak perlu
direpair, tetapi jika melebihi batas yang disyaratkan menurut satandar, itu dikatakan cacat las
dan harus direpair atau bahkan di-reject.

Sehubungan dengan fenomena tersebut, logam las harus dilindungi ketika pengelasan
masih berlangsung. Type energi panas yang digunakan untuk pencairan logam dan teknik
pelindungan cairan logam las sangat berpengaruh terhadap perubahan komposisi kimawi
dalam deposit logam lasan. Ketika nyala oksidasi dalam las Karbit (Oxy-acetylene
welding/OAW) akan merubah besi menjadi Oksida besi (FeO, Fe2O, Fe2O3) sehingga deposit
las keropos karena Oksida besi tersebut tercampur di dalamnya. Untuk mengelas baja karbon
akan lebih baik bila digunakan nyala Netral pada proses pengelasan logam dengan OAW,
cairan logam dilindungi dari udara luar oleh reduksi gas hasil pembakaran gas Acetylene.
Dalam teknik pengelasan SMAW, proses pelindungan logam lasan dilakukan dua tahap. Ketika
logam las dalam kondisi cair dilindungi oleh bermacam-macam gas hasil pembakaran elektroda
las dan ketika sedang membeku cairan ini dilindungi oleh lapisan terak yang terbentu dari fluks
yang membeku. Pelindungan deposit logam las dalam pengelasan Metal inert gas (MIG) dan
Tungsten inert gas (TIG), terjadi karena sifat inert gas yang tidak dapat mengikat elemen lain
dalam udara sehingga tidak akan terjadi reaksi kimia. Jika las MIG menggunakan gas pelindung
CO2, akan terjadi proses deoksidasi CO2 ketika terbakar dengan busur listrik, gas ini terpecah
menjadi Karbon monoksida (CO) dan Oksigen (O2). Oksigen yang lepas tidak bersentuhan
dengan logam lasan, sedangkan deoxidator yang ada dalam bahan tambah bereaksi dengan
Oksigen membentuk lapisan slag yang sangat tipis di atas permukaan deposit logam lasan.

b. Pengaruh panas terhadap logam dasar (logam yang disambung)

Pencairan logam saat pengelasan menyebabkan adanya perubahan fasa logam dari
padat hingga mencair. Ketika logam cair mulai membeku akibat pendinginan cepat, maka akan
terjadi perubahan struktur mikro dalam deposit logam las dan logam dasar yang terkena
pengaruh panas (Heat affected zone/HAZ). Struktur mikro dalam logam lasan biasanya
berbentuk columnar, sedangkan pada daerah HAZ terdapat perubahan yang sangat bervariasi.
Sebagai contoh, pengelasan baja karbon tinggi sebelumnya berbentuk pearlite, maka setelah
pengelasan struktur mikronya tidak hanya pearlite, tetapi juga terdapat bainite dan martensite.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan pula sifat-sifat logam dari sebelumnya. Struktur mikro
pearlite memiliki sifat liat dan tidak keras, sebaliknya martensite mempunyai sifat keras dang
getas. Biasanya keretakan sambungan las berasal dari struktur mikro ini. Gambar 2
menunjukkan struktur mikro di daerah HAZ bervariasi yang terdiri dari: 1) daerah grain growth
yang terekspos oleh temperatur antara 1000oC sampai 1450oC, 2) daerah rekristalisasi
dipengaruhi oleh temperatur antara 800oC sampai 1000oC, 3) daerah partially transformation
dengan suhu 700oC sampai 800oC, dan 4) daerah tempered dengan suhu antara 600oC sampai
700oC. Struktur mikro ini berpengaruh terhadap sifat-sifat logam dasar.

6
Di samping perubahan struktur mikro pemanasan dan pendinginan pada logam dasar
juga mengakibatkan terjadinya distorsi. Setiap logam yang dipanaskan mengalami pemuaian
dan ketika pendinginan akan mengalami penyusutan. Fenomena ini menyebabkan adanya
ekspansi dan konstraksi pada logam yang dilas. Ekspansi dan konstraksi pada logam yang
dilas ini menurut istilah metalurgi dinamakan distorsi.

Distorsi terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu: 1) penyusutan searah sumbu las
(longitudinal shrikage) , 2) penyusutan tegak lurus terhadap sumbu las (transverse shringkage),
3) distorsi sudut (angular distorsion), 4) bowing & dishing (distorsi puntir), 5) buckling (distorsi
bergelombang). Penyusutan searah sumbuh las menyebabkan penyusutam deposit logam las
sepanjang sumbu las tetapi logam dasar yang jauh dari sumbu tidak mengalami penyusutan.
Penyusutan tranversal menyebabkan dimensi sambungan las ke arah transversal mengalami
penyusutan. Distorsi sudut menyebabkan benda yang dilas membentuk sudut. Bowing adalah
distorsi yang menyebabkan benda yang dilas membentuk radius (juga disebut dengan bending).
Berbeda dengan bowing, dishing merupakan distorsi yang menyebabkan benda yang dilas
membentuk cekungan seperti mangkok. Buckling adalah distorsi yang menyebabkan benda
yang dilas bergelombang. Lihat Gambar 3.

Gambar 2. Perubahan struktur mikro pada sambungan las


(https://www.researchgate.net/figure/16-A-schematic-diagram-of-the-sub-
zones-of-the-heat-affected-zone-explained-in-terms_fig15_312293091)

7
Proses penyambungan logam dengan pengelasan yang melibatkan proses metalurgi
tersebut mempunyai kelebihan, yaitu prosesnya tidak rumit, cepat, dan kuat, namun ada
kelemahan yang mendasar yaitu adanya perubahan struktur mikro pada sambungan las
khususnya pada bagian Heat affected zone (HAZ), oleh karenanya kualitas sambungan las
tergantung pada ketepatan prosedur yang ditetapkan dalam Welding procedure specification
(WPS), ketrampilan Welder, dan kualitas peralatan yang digunakan. Seorang guru las harus
dapat membaca Welding Procedure Specification (WPS), mempunyai ketrampilan setara
Welder, dan dapat menganalisis berbagai kegagalan dalam sambungan las, untuk itu ia harus
memiliki pengetahuan tentang metalurgi las, kode gambar pekerjan las, parameter las, dan
teknik pengelasan berbagai posisi.

Gambar 3. Berbagai macam distorsi


(http://www.kobelco-welding.jp/education-
center/abc/ABC_2006-03.html)

3. Ruang Lingkup Pekerjaan Las

Industri manufaktur tidak dapat terlepas dari penyambungan logam. Penyambungan


logam dilakukan dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah untuk membuat suatu barang
yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik lain, memudahkan pekerjaan, serta dapat
menekan biaya produksi. Proses penyambungan logam yang banyak digunakan dalam industri
manufaktur adalah las. Pengelasan logam merupakan pilihan yang cukup tepat. Pengelasan
tidak membutuhkan waktu lama, konstruksi ringan, kekuatan sambungan cukup baik, serta

8
biaya relatif murah. Penerapan sambungan las sangat luas. Sambungan las banyak digunakan
pada konstruksi jembatan, gedung, industri otomotif, industri peralatan rumah tangga,
konstruksi pemipaan, bahkan industri barang dengan bahan plastikpun banyak menggunakan
proses las tersebut, lihat gambar 4.

4. Bentuk Dasar Sambungan Las

Ada beberapa bentuk dasar dari sambungan las, kondisi di lapangan lebih banyak lagi
karena bentuk sambungan tersebut dimodifikasi. Sambungan Lap joint dan fillet joint biasanya
tidak dibuat kampuh, oleh karenanya sering diterapkan las tumpul (tanpa kampuh). Bentuk
sambungan Corner joint, Butt joint, dan Edge joint kebanyakan dibuat kampuh sehingga
digolongkan ke dalam las grove, lihat Gambar 5.

5. Pengaruh Posisi Pengelasan terhadap Kualitas Sambungan

Sebagaian besar pekerjaan las dilakukan dengan proses LSW (Liquid state welding)
atau proses las dalam kondisi cair. Proses las yang dilakukan dengan kondisi cair ini, posisi
saat pengelasan berlangsung sangat berpengaruh terhadap bentuk deposit logam las yang
terbentuk. Tidak semua juru las mahir di semua posisi, posisi di bawah tangan (down hand)
merupakan posisi yang paling mudah untuk dilakukan, namun ketika mengelas pipa logam
dengan posisi miring akan sangat sulit dilakukan. Juru las yang dapat melakukan pengelasan
ini adalah juru las kelas satu yang dilengkapi dengan sertifikat standar internasional.

Gambar 4. Pekerjaan las pada jaringan pemipaan


http://simpatiweldinggroup.blogspot.co.id/2016/07/jasa-las-pipa.html

9
6. Simbol Gambar Las

Juru las harus bisa membaca Welding Procedure Specification (WPS) yang memuat
prosedur pengelasan yang harus dilakukan mulai dari persiapan bahan, pemilihan parameter
las, teknik pengelasan, sampai heat treatment. Untuk bisa membaca WPS, seorang juru las
harus dapat membaca symbol las dalam gambar kerja. Simbol las memuat elemen-elemen
pengelasan yang meliputi ukuran kampuh, jenis las, ukuran bagian yang dilas, bentuk kontur,
dan pekerjaan finishing yang harus dilakukan.

a. Simbol Posisi Pengelasan

Dalam dunia industri posisi las diberi kode tertentu agar pada saat pengelasan dilakukan
tidak terjadi kekeliruan menentukan juru las dan prosedur pengelasan. Ada dua sistim
pengkodean yang banyak dikenal, yaitu sistim yang ditetapkan oleh American Welding Society
(AWS) dan sistim International Standard Organisation (ISO).

Lap joint Corner joint T joint

Butt joint Edge joint

Gambar 5. Berbagai Bentuk Sambungan Las

Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS, posisi las dikaitkan pada jenis teknik
sambungan las, jika sambungan berkampuh (groove) maka kode posisinya dengan huruf G,
untuk posisi down-hand 1G, horisontal 2G, vertikal 3G, over-head 4G, pipa dengan sumbu
horisontal 5G, pipa miring 6G, dan pipa miring dengan ring 6GR. Jika sambungan las tidak
berkampuh/tumpul (fillet) maka kodenya adalah F, untuk posisi down-hand 1F, horisontal 2F,
pipa diputar horisontal 2FR, vertikal 3F, over-head 4F, dan pipa fillet 5F, lihat Tabel 2.

Sistim kode posisi las yang ditetapkan DIN EN ISO 6947 berbeda dengan AWS. Kode
posisi las menurut ISO didasarkan pada posisi elektroda saat pengelasan dilakukan, untuk

10
pengelasan plat diberi kode PA, PB, PC, PD, PE, dan plat pengelasan naik PF dan plat
pengelasan turun PG. Sedangkan pipa datar pengelasan naik PH, pipa datar pengelasan turun
PJ, pipa miring down hill JLO 45, dan pipa miring uphill HLO 45.

a. Simbol Gambar Pengelasan

Garis referensi berguna untuk meletakkan simbol-simbol pekerjaan las,


sedangkan anak panah berfungsi untuk menunjukkan lokasi bagian yang dilas. Jika
simbol pekerjaan las diletakkan di bawah garis referensi, maka bagian yang dilas
adalah bagian yang ditunjuk oleh anak panah, jika simbol diletakkan di atas garis
referensi, maka bagian yang dilas adalah sisi sebaliknya yang ditunjuk anak panah.
Lihat Gambar 6.

1) Penerapan Simbol Las

Jika bagian yang dilas di kedua sisi benda kerja, maka simbol las ditulis di atas dan di
bawah garis referensi, dan jika tidak ada lokasi yang secara jelas orientasi lokasi pendeposisi
logam las, maka sombol pekerjaan las dituli di tengah-tengah garis referensi. Sebagai contoh
adalah pada pengelasan spot dan seam yang menggunakan proses Resistant welding.

Tabel 2. Klasifikasi posisi las menurut DIN EN ISO 6947 dan American Welding Society
(AWS)

AWS
NAMA DIN EN
NO LAS TYPE FILET LAS TYPE GROOVE
POSISI ISO 6947

PLAT PIPA PLAT PIPA

1F 1 FR 1G 1G
Pipe rotation Pipe rotation

Down
1 PA
Hand

Rotated

Rotated

11
2F 2F
Pipe fixed

2 FR
Pipe rotation Tidak Tidak
2 Horizontal PB diterapkan diterapkan

Rotate
d

Tabel 2. Klasifikasi posisi las menurut DIN EN ISO 6947 dan American Welding Society
(AWS) (sambungan)

2F

2G 2G
Pipe fixed

Tidak
diterapkan
2 Horizontal PC

12
3G
Up hill
3F
Up hill

Tidak Tidak
PF
diterapkan diterapkan

3 Vertical

3F 3G
Down hill Down hill

Tidak Tidak
PG
diterapkan diterapkan

13
Tabel 2. Klasifikasi posisi las menurut DIN EN ISO 6947 dan American Welding Society
(AWS) (sambungan)

5F 5G
Pipe fixed Pipe fixed
Up hill Up hill

Tidak Tidak
PH
diterapkan diterapkan

Pipa
5
mendatar
5F 5G
Pipe fixed Pipe fixed
Down hill Down hill

Tidak Tidak
PJ
diterapkan diterapkan

6G
6F Pipe fixed
Pipe fixed Up hill
Up hill
Pipa H- Tidak Tidak
6
miring LO45 diterapkan diterapkan

14
Tabel 2. Klasifikasi posisi las menurut DIN EN ISO 6947 dan American Welding Society
(AWS) (sambungan)

6F 6G
Pipe fixed Pipe fixed
Down hill
Down hill
Pipa Tidak Tidak
6 J-LO45
miring diterapkan diterapkan

6 GR
Pipe fixed

Pipa
miring Tidak Tidak Tidak Tidak
7
dengan diterapkan diterapkan diterapkan diterapkan
ring

45°

3.
Sistim simbol yang dikembangkan oleh AWS, mementingkan bentuk
pendeposisian logam las. Ada tiga macam bentuk las yaitu; 1) Fillet, 2) Groove, dan 3)
Compound. Las Fillet adalah las yang pendeposisian logam lasnya tidak memerlukan
alur las. Las Groove membutuhkan alur las untuk mendeposisikan logam las,
sedangkan las Compound adalah teknik las yang membutuhkan kedua hal tersebut
dalam mendeposisikan logam las. Sering kita menyalahartikan bentuk deposit
sambungan dengan bentuk sambungan las, padahal keduanya merupakan sesuatu
yang berbeda. Fillet dan groove bukanlah bentuk sambungan tetapi bentuk deposit

15
logam las. Biasanya las fillet diterapkan pada sambungan Lap/Tumpang dan T,
sedangkan las groove kebanyakan pada sambungan Butt/ujung. Lihat Gambar 7.

Gambar 6. Simbol Pekerjaan Las Menurut AWS


(AWS Committee On Definitions and Symbols, 1998: 3)

Las fillet Las Las groove


compound

Gambar 7. Bentuk Pendeposisian


Logam Las

Di samping bentuk las dengan kampuh (groove) atau tidak (fillet), juga ada bentuk las
lainnya, misalnya las isi (plug), las titik (spot), las garis (seam), las dengan plat penahan
(backing), las dengan kampuh radius (flange), dan las penebalan permukaan (surfacing).
Semua bentuk las tersebut dibuat atas dasar desain yang berkaitan dengan tujuan sambungan
las dibuat, ketebalan benda, atau tujuan untuk mengeliminasi distorsi. Bentuk-bentuk las
tersebut harus digambarkan dengan simbol/kode sambungan las yang telah disepakati dalam
komonitas profesi pengelasan. Di dunia banyak komunitas masyarakat profesi pengelasan yang

16
membuat simbol pekerjaan las dalam standar mereka, diantaranya adalah American Welding
Society (AWS). Menurut AWS simbol dasar sambungan las berbentuk seperti Gambar 8 & 9.

Gambar 8. Simbol dasar sambungan las


(AWS Committee On Definitions and Symbols, 1998: 3)

Gambar 9. Simbol suplemen sambungan las


(http://lib.znate.ru/docs/index-107610.html?page=18)

Dalam sistim simbol tambahan AWS pada Tabel 3 merupakan simbol dari detail desain
sambungan las yang harus diterapkan pada pelaksanaan proses pengelasan. Semua stake
holder yang terlibat di dalamnya harus benar-benar memahami simbol-simbol tersebut. Pada
Gambar 10 dideskripsikan penerapan simbol-simbol pekerjaan las.

Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa simbol B adalah sambungan ujung (Butt joint),
simbol 1 adalah kampuh persegi (square), simbol E menunjukkan ukuran las, R adalah root
opening/root gap (lebar celah akar las). Pada kolom joint design, huruf P menunjukkan Partial

17
joint penetration (PJP) atau penetrasi sebagian, simbol a berarti bukan merupakan
prakualifikasi untuk proses GMAW atau GTAW, simbol huruf b adalah pengelasan dilakukan
pada satu sisi, da, huruf c menunjukkan bahwa sambungan las akan diberi beban berulang.

Tabel 3. Simbol tambahan sambungan las (American Welding Society (AWS) D1 committee
on structural welding, 2008: 75)

18
Gambar 10. Penerapan simbol pekerjaan las pada sambungan ujung (Butt joint)
(American Welding Society (AWS) D1 committee on structural welding, 2008: 75)

7. Karakteristik sumber daya mesin las

Mesin las yang yang menyuplai sumber tenaga las busur listrik (arc welding) mempunyai
dua macam karakter dasar, yaitu constant current dan constant voltage. Constant current juga
disebut dengan drop voltage ketika digunakan, arc length (panjang busur listrik) mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perubahan voltase/tegangan las sedangkan terhadap arus las
hanya sedikit, oleh karenanya karakter mesin ini diterapkan pada mesin SMAW (Shielded Metal
Arc Welding) dan GTAW (Gas Tungten Arc Welding) yang kompatibel digunakan untuk operasi
las secara manual di mana welder bisa mengatur heat input dengan memanjangpendekkan arc
length pada saat pengelasan, lihat Gambar 11. Sumber daya mesin las dengan karakter
constant voltage, arc length berpengaruh cukup signifikan terhadap perubahan arus listrik,
sedangkan voltasenya relatif kecil perubahannya. Mesin las dengan karakter seperti ini sesuai

19
digunakan untuk operasi pengelasan otomatis. Mesin las yang menggunaka sistim ini adalah
GMAW (Gas Metal Arc Welding), lihat Gambar 12.

Gambar 11. Karakteristik mesin las constant current


(The Japan Welding Society, 2008: 14)

Gambar 12. Karakteristik mesin las constant voltage


(The Japan Welding Society, 2008: 14)

8. Parameter Las

Parameter las adalah faktor yang berpengaruh terhadap heat input (masukan panas)
pada benda kerja dan elektroda. Parameter las ini merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam menentukan kualitas hasil las. Faktor tersebut adalah: 1) polaritas, 2) arc voltage,
3) arus las. Polaritas menentukan konsentrasi panas apakah di elektroda ataukah di bahan
dasar. Polaritas ini juga berpengruh terhadap kedalaman penetrasi, weldability pada bahan
tertentu, terjadinya cacat las, dan kesesuaian operasi mesin las. Lihat Tabel 4. Arc voltage
berkaitan dengan arc length. Pada mesin las yang baik terdapat pengaturan arc voltage. Arc
voltage mempengaruhi bentuk profil deposit logam las. Arus las berpengaruh terhadap

20
kedalaman fusi atau penetrasi. Semakin besar arus las semakin dalam penetrasinya, semakin
kecil arus akan terjadi sebaliknya.

Gambar 13. Polaritas Arus Pengelasan


(https://app.aws.org/forum/topic_show.pl?tid=24737)

Tabel 4. Polaritas mesin las (TWI, 2006: 9.3)

9. Beberapa Istilah dalam Pengelasan

Prosedur pekerjaan las harus mengikuti prosesdur yang distandarkan atau diakui secara
internasional., oleh karenanya banyak istilah-istilah dalam pekerjaan las harus diketahui oleh
semua orang yang menekuni pekerjaan ini. Istilahistilah tersebut adalah sebagai berikut.

21
a. Root gab, Root face, dan bevel angle

Istilah root gab, root face, dan bevel angle berhubungan dengan persiapan benda kerja
yang biasanya pada sambungan yang berkampuh. Root gab / root opening adalah ukuran celah
akar las, root face adalah lebar akar las, dan bevel angle merupakan ukuran sudut kampuh V.
(Lihat Gambar 14 dan 15)

Bevel angle
30°-35°

Root face

1,6- Root gab

0-3 mm
Gambar 14. Bentuk Persiapan Sambungan Las

b. Root pass, filler pass, dan cover pass

Cover pass

Filler pass
Root pass

Gambar 15. Jenis Jalur Las

Root pass berupa jalur las yang dibuat untuk penembusan, teknik pembuatannya
berbeda dengan filler dan cover pass. Filler pass adalah jalur las yang dibuatuntuk mengisi
kampuh sambungan, jumlah lapisan tergantung dari ketebalan bahan dan kecepatan
pengelasan. Cover pass yang dibuat untuk menutup bagian atas kampuh harus halus, tidak
bolaeh ada cacat permukaan atau seandainya ada cacat tidak boleh melebihi ukuran yang
ditetapkan oleh standar pengelasan.

22
c. Leg, Throat, Toe.

Pada sambungan T atau X, biasanya diterapkan pendeposisian logam las fillet atau
compound. Dimensi pada kedua pendeposisian logam las tersebut ditentukan oleh ukuran Leg,
Throat, Toe, dan Reinforcement pada weld face. Untuk mengetahui secara detail pengertian
beberapa istilah tersebut lihat Gambar 16.

d. Travel angle dan work angle

Posisi elektroda ketika pengelasan dilakukan harus tepat, jika tidak, kualitas sambungan
las tidak baik. Dua posisi elektroda yang harus diperhatikan adalah sudut elektroda searah
dengan penarikan kawat las yang biasa disebut Travel angle.

Besar sudut ini adalah antara 5°-15° dari arah tegak lurus benda kerja. Sudut kerja atau
Work angle besarnya tergantung jenis sambungan las, untuk sambungan fillet sebesar 45° dan
untuk sambungan flat 90°. (Lihat Gambar 17)

Gambar 16. Throat, Leg, dan Toe

5°-15°

90° 45°

Gambar 17. Travel dan Work Angle

23
e. Whipping dan Weaving

Ada beberapa macam gerakan elektroda ketikan proses las berlangsung, yaitu tanpa
ayun, whipping dan weaving. Gerakan tanpa ayunan digunakan untuk membuat stringre bead,
filler dan cover pass posisi horisontal, pengelasan multiple pass, dan root pass pada posisi over
head. Untuk membuat root pass semua posisi kecuali over head menggunakan gerakan
whipping atau maju-mundur, gerakan maju sebesar satu diameter elektroda dan mundur
setengah diameter elektroda. Gerakan weaving atau ayun kanan-kiri dimanfaatkan untuk
pembuatan filler dan cover pass semua posisi kecuali horisontal.

Gerakan weaving mempunyai berbagai macam bentuk ayunan, diantaranya adalah


setengah lingkaran, lingkaran penuh, ’U’, ’U’ patah-patah, ’Z’, segitiga, pohon cemara. Gerakan
setengah lingkaran digunakan untuk membuat filler dan cover pass semua posisi pengelasan
kecuali horisontal, lingkaran penuh untuk pembuatan root pass posisi horisontal dan depositing
bahan las pada sambungan fillet horisontal. Gerakan ’U’ paling baik diterapkan pada cover pass
posisi vertikal, sedangkan ’U’ patah-patah sebaiknya digunakan untuk membuat coverpas over
head. ’Z’ merupakan gerakan yang bisa diterapkan untuk membuat filler dan cover pass hampir
di semua posisi, kecuali horisontal. Gerakan segitiga dan pohon cemara lebih tepat diterapkan
pada pembuatan filler dan cover pass posisi vertikal up.

E. Welding procedure specification (WPS)


WPS adalah prosedur pengelasan yang harus diikuti oleh semua pihak yang melakukan
pekerjaan las. WPS merupakan acuan setiap sambungan las yang menghendaki kualitasnya
didasarkan pada kriteria standar pengelasan. Setiap WPS dibuat berdasarkan ujicoba
pengelasan material yang disesuaikan dengan bahan tambahnya, parameter las, proses
perlakuan panas, dan persyaratan pengujiannya. Dalam membuat WPS, bahan yang
disambung dilas dengan beberapa prosedur dan dilakukan pengujian kualitasnya memlalui
beberapa tahap. Prosedur pengujian ini dituangkan dalam rekaman yang disebut Welding
Procedure Qualification Record (PQR), oleh karenanya WPS harus dilengkapi dengan PQR.

WPS terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu: 1) Essential variables, 2) Non essential
variables, dan 3) Supplementtary essential variables. Esensial variables merupakan variabel
yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan sambungan las. Variabel ini terdiri
dari: jenis bahan yang dilas, jenis bahan tambah, perlakuan panas, dan jenis proses las. Non
sessential variables adalah variabel yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas
hasil las dan variabel ini tergantung dari welder yang mempunyai kualifikasi sesuai standar las,
variabel tersebut adalah tegangan las, arus las, dan kecepatan las. Suplementary essential
variables merupakan variabel yang mempengaruhi hasil las jika dipersyaratkan pengujian
sambungan las. Variabel tersebut adalah, group number, klasifikasi bahan tambah, dll.

24

Anda mungkin juga menyukai