Anda di halaman 1dari 7

PJBL STEP 1-5

MODUL TUTORIAL 2
OSTEOARTRITIS

OLEH:

ST. SYARAH AULIA

70100119053

FARMASI C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
GOWA
2021
MODUL TUTORIAL (PBL) 2

OSTEOARTRITIS

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah proses tutorial yang dipandu dengan modul, maka dosen dapat menggali capaian kompetensi
mahasiswa terkait Osteoartritis yang indikatornya adalah kemampuannya dalam hal:

1) Menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi penyakit Osteoartritis
2) Menjelaskan prinsip penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi, thibbun nabawi dan
asuhan kefarmasian terkait penyakit Osteoartritis
3) Menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi penyakit Osteoartritis
4) Menjelaskan prinsip penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi, thibbun nabawi dan
asuhan kefarmasian terkait penyakit Osteoartritis

SKENARIO

Kaku Dan Nyeri Lutut Yang Mengganggu Pasien perempuan berinisial DT, usia 74 tahun, datang
ke IGD RS UIN Alauddin Makassar dengan keluhan nyeri pada lutut kiri dan kanan sejak hampir dua
pekan yang lalu sebelum pemeriksaan. Nyeri awalnya hilang timbul namun pagi hari sebelum masuk
rumah sakit (MRS), nyeri dikatakan menetap. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terlokalisir pada
lutut kiri dan kanan serta terasa kaku. Nyeri dirasakan sangat berat oleh pasien hingga tidak dapat
beraktivitas seperti biasa. Nyeri pada lutut dirasakan memberat terutama jika pasien berjalan, berdiri agak
lama atau bangun dari posisi jongkok, termasuk ketika ingin sujud pada waktu sholat. Keluhan juga
dikatakan memberat saat pagi hari dan tidak membaik jika pasien beristirahat. Pasien juga mengatakan
sering merasakan nyeri pada kedua lutut sejak 2 tahun yang lalu dan sudah memperoleh pengobatan dari
dokter. Kaku dikatakan bersamaan dengan timbulnya rasa nyeri pada lutut dan dirasakan sekitar 5-10
menit kemudian hilang. Kaku dirasakan biasanya pada pagi hari saat bangun dari tidur dan setelah pasien
duduk lama. Riwayat demam disangkal oleh pasien. Mual-muntah disangkal oleh pasien.

Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengatakan hanya memeriksakan diri ke dokter umum bila
keluhannya tidak terlalu parah. Biasanya pasien memperoleh pengobatan dengan natrium diclofenac yang
diminum hanya bila keluhan muncul.

Data Klinis, antara lain :

Pemeriksaan Fisik

Kesan sakit : berat

Kesadaran : CM

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

T : 36,5 ºC

BB : 55 kg

TB : 150 cm
IMT : 24,44 kg/mm2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Rujukan


BUN (mg/dl) 8,00 mg/dL 8,00 - 23,00
Creatinin (mg/dl) 0,41 mg/dL 0,5 - 0,9
Asam urat 1,80 mg/dL 2,00 - 5,70

Skor VAS : 4

Radiologi Rontgen

Genu Dextra et Sinistra AP/Lat

 Alignment baik
 Tampak osteofit + pada condylus medialis dan lateralis os.femur dan tibia kanan kiri, pada margo
potero-supero et inferior os.patella kanan kiri
 Celah dan permukaan sendi baik
 Tidak rampak erosi/destruksi tulang
 Soft tissue swelling (-)
 Kesan: OA genu bilateral

KLASIFIKASI ISTILAH ASING


1. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan
sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014).
2. Riwayat adalah uraian tentang segala sesuatu yang telah dialami seseorang (KBBI)
3. Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ataupun
obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
1. Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan
dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan
yang dikemukakan oleh Prabowo (Wilhamda, 2011) .
4. T = Suhu
5. BB = Berat Badan
6. TB = Tinggi Badan
7. IMT = Indeks Massa Tubuh
8. BUN/ Tes urea nitrogen darah adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar urea
nitrogen dalam darah. Melalui prosedur yang juga dikenal dengan nama blood urea nitrogen
(BUN) test ini, dokter dapat mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dan hati pasien.(dr.Levina
Felicia,2020)
9. Creatinin/ Kreatinin merupakan salah satu paramteter untuk mengetahui fungsi dari ginjal.
Kreatinin dihasilkan dari protein makananan dan metabolisme otot-otot di dalam tubuh.( dr. Dyah
Novita Anggraini,2015.)
10. Asam urat adalah senyawa turunan purina dengan rumus kimia C₅H₄N₄O₃ dan rasio plasma
antara 3,6 mg/dL dan 8,3 mg/dL. Kelebihan atau kekurangan kadar asam urat dalam plasma darah
ini sering menjadi indikasi adanya penyakit atau gangguan pada tubuh manusia.(Wikipedia)
11. Alignment t, yaitu kongruensi/ kesatuan dari tulang dan sendi. Alignment baik apabila tidak
terjadi disrupsi darikongruensi tulang dan sendi.
12. Osteofit atau bone spur adalah tulang yang tumbuh menonjol di sekitar persendian atau tempat
pertemuan antara dua tulang.( Wong, et al. (2016).)

MENETAPKAN MASALAH
1. Bagaimanakah patofisiologi penyakit Osteoartritis?
2. Apa saja tanda dan gejala pada penderita osteoarthritis?
3. Bagaimanakah prinsip penatalaksanaan terapi farmakologinya?
4. Bagaimanakah prinsip penatalaksanaan terapi non farmakologinya?
5. Apakah Penyakit OA dapat di sembuhkan?
6. Faktor Resiko apa saja yang mempengaruhi penyakit OA?

BRAINSTORMING
1. Patofisiologi Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi
dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kotak tulang dengan tulang dalam sendi disusul
dengan terbentuknya kista subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membrane
sinovial. Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya
ligament menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi menjadi lemah
karena efusi sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spasme otot pada sisi lain. Perubahan
biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme kondrosit,
gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim metalloproteinase yang memecah
proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtansi p sehingga meningkatkan nociceptor
dan menimbulkan nyeri.(Suriani Sri, 2013)
2. Tanda dan gejala pada penderita osteoarthritis apa bila sudah manifes akan memberikan tanda
maupun gejala sebagai berikut:
a) Nyeri
Menurut the international association for the study of pain (IASP).Nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosiaonal dan tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan atau berpotensi merusak jaringan.Devinisi tersebut merupakan pengalaman subyektif
dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak
secara otomatis menimbulkan perasaan nyeri yang sama (Meliana, 2004).
b) Kaku sendi
Gejala yang sering di jumpai pada OA terjadi kesulitan atau kekakuan pada saat akan
memulai gerakan pada kapsul, ligamentum, otot dan permukaan sendi (Heru, 2005).
c) Keterbatasan lingkup gerak sendi
Biasanya keterbatasan gerak mula-mula terlihat pada gerak fleksi kemudian dalam keadaan
lanjut terjadi keterbatasan ke arah ekstensi.Keterbatsan ini akibat dari perubahan permukaan
sendi, spasme dan kontraktur otot, kontraktur kapsul-kapsul sendi, hambatan mekanik oleh
osteofit atau jaringanjaringan yang terlepas (Nasution, 1994).
d) Krepitasi
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya rawan sendi ( Heru,
2005).
e) Kelemahan otot dan atropi otot
Kelemahan otot tidak bagian dari OA tetapi peranan sebagai faktor resiko OA perlu di
cermati kekuatan isometrik dan otot quadricep merupakan faktor yang berperan pada OA
lutut atropi lutut dapat di timbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait
merupakan manifestasi awal dari OA yang menyerang sendi penompang berat badan.Sendi
instabil berhubungan dengan penyakit lanjut (Isbagio, 2003).
f) Deformitas
Deformitas yang terjadi pada OA yang paling berat dapat menyebabkan distruksi cartilago,
tulang dan jaringan lunak sekita sendi terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada
kopartemen medial dan kendornya ligamentum (Slamet, 2000).
g) Gangguan Fungsional
Penderita sering mengalami kesulitan dalam melakukan fungsional dasar, seperti bangkit dari
posisi duduk keberdiri, saat jongkok, berlutut, berjalan, naik turun tangga, dan aktivitas yang
lain yang sifatnya membebani lutut

3. Penatalaksanaan Terapi Farmakologi


Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis. Obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat – obat antiinflamasi steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tidak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis
osteoartritis. Dokter meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan fungsi. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memberi obat untuk pasien
osteoartritis, antara lain Intensitas rasa sakit, efek samping yang potensial dari obat, dan penyakit
penyerta.
1) Analgetika
a. Analgetika non opioid
b. Analgetika Opioid
2) Antiinflamasi
a. Kortikosteroid
b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
3) Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)
4) Relaksan Otot, Psikotropika dan Antikonvulsan
5) Terapi Lokal
6) Operasi
7) Tindakan Alternatif Lain
4. Terapi non farmakologi terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja.
Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu
tergantung pada orang lain. Walaupun osteoartritis tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas
hidup pasien dapat ditingkatkan. Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting,
terutama pada pasien-pasien obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang
osteoartritis dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti 21
penderita osteoartritis yang mengalami obesitas, kemudian mereka melakukan penurunan berat
badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah diikuti selama 6 bulan, dilaporkan bahwa pasien-
pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi sendi serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa
sakit. Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal
dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan
penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat
penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya
dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien
yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah
pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan. Adapun terapi Non Farmakologis
untuk osteoartritis, antara lain seperti edukasi pasien, terapi fisik, okupasional, aplikasi
dingin/panas, latihan fisik, istirahat dan merawat persendian, penurunan berat badan, bedah
(pilihan terakhir), akupunktur, biofeedback, cognitive behavioural therapy, hipnosis, teknik
relaksasi (yoga dan meditasi).

5. Dokter spesialis bedah orthopedi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Dr dr Andri M Lubis
SpOT (K) mengatakan saat ini, berbeda dengan pada masa lampau, sekalipun usia sudah cukup
senior, tetapi masyarakat tetap ingin memliki kualitas hidup yang baik, dan dapat beraktivitas
dengan baik, termasuk jalan-jalan dan aktivitas lainnya. Akan tetapi tidak jarang, sendi, seperti
lutut sudah mengalami kerusakan sehingga timbul rasa sakit saat berjalan. Penyakit tersebut
umumnya disebabkan karena osteoarthritis atau OA. Penyakit tersebut sering disebut masyarakat
awam sebagai “pengapuran”. Osteoarthritis (OA) atau dikenal masyarakat awam dengan
pengapuran tidak bisa disembuhkan. Biasanya, pengobatan yang diberikan kepada penderita OA
hanya pada mengobati gejalanya, seperti rasa sakit, kaku, dan kesulitan pergerakan.

6. Faktor Resiko
1) Umur., dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah
45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3) Genetic. Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.
4) Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang
– orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
5) Kegemukan. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6) Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma). Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan
osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
7) Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear). Pemakaian sendi yang berlebihan secara
teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
8) Akibat penyakit radang sendi lain. Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.

ANALISIS MASALAH

Osteoartritis Faktor Komplikasi Cara Mengobati Cara Mencegah

MENETAPKAN TUJUAN BELAJAR


1) Mampu menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi penyakit
Osteoartritis
2) Mampu menjelaskan prinsip penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi, thibbun
nabawi dan asuhan kefarmasian terkait penyakit Osteoartritis
3) Mampu menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi penyakit
Osteoartritis
4) Mampu menjelaskan prinsip penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi, thibbun
nabawi dan asuhan kefarmasian terkait penyakit Osteoartritis

Anda mungkin juga menyukai