Lempar Cakram
Lempar Cakram
Mereka yang kurang terampil, kurang tahan berjalan, kurang cepat lari, kurang
tangkas melompat atau melempar akan mati karena kelaparan atau menjadi mangsa
binatang buas bahkan mungkin menjadi korban bencana alam. Jadi sejak zaman
prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh,
kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar.
Hal ini dapat diketahui dari buku pujangga Yunani yang ditulis oleh Homeros.
Dalam buku ini juga Homeros menceritakan pertualangan Odysseus. Bahwa pada
suatu ketika Odysseus terdampar disebuah kepulauan yang kemudian ternyata
bernama Phaeacia, rajanya bernama Alcinaus.
Setelah rangkaian ini selesai, raja Aleinaus minta agar Odysseus menberikan
demotrasi lempar cakram. Semula Odysseus menolaknya dengan halus, tetapi baginda
mendesaknya dengan alasan agar pumuda Phaeacia dapat menyaksikan bagaimana
cara melempar cakram yang sempurna, maka permintaan raja terpaksa dipenuhi.
Tanpa melepaskan pakaian perangnya yang terbuat dari logam itu, Odysseus
bangkit minta ijin kepada baginda, kemudian masuk gelanggang mengambil cakram
yang terberat dan dengan gaya termanis melempar cakram itu,cakram melucur dan
jatuh jauh dari jarak yang dicapai atlet-atlet dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).
Dari kutipan buku ini yakin bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik,
disini terlihat adanya nomor lari, lompat, dan lempar cakram yang merupakan nomor
atletik yang kita kenal sampai sekarang ini.
Namun demikian atletik termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan
keolahragawan mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dipagi hari semua
pelajar dan pegawai diwajibkan melakukan senam.
Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan atletik termasuk lempar cakram. Tetapi
semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia itu hanya untuk
kepentingan orang-orang Jepang sendiri, dalam usaha memenangkan perang (Drs. Aip
Syrifuddin, 1998 : 3).
1. Panjang lengan
2. Lempar cakram
3. Pengaruh panjang l;engan terhadap prestasi lempar cakram
Disamping panjang lengan, dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain kekuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa kekuatan
lengan adalah kemampuan kelompok otot-otot lengan untuk dapat mengatasi tahanan
atau beban dalam menjalankan aktivitas (Drs. Soeharno H. P. 1985 : 224), Standar
yang digunakan untuk mengukur panjang lengan menggunakan meteran baja
(Antropometer) yang diukur melalui pangkal persendian bahu yang paling atas sampai
ujung jari tengah.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa lengan adalah anggota
gerak bagian atas mulai dari gelang bahu sampai ujung jari (Soedarminta, 1994 : 108).
Berdasarkan pendapat diatas, maka hasil pengukuran dapat dibaca sesuai dengan apa
yang tertera pada alat ukur.
Siswa yang memiliki panjang lengan diatas rata-rata maka dianggap sebagai
siswa berlengan panjang, sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan dibawah
rata-rata diangggap sebagai siswa yang berlengan pendek. Untuk cabang olahraga
atletik khususnya nomor lempar cakram, apabila ada seseoarang yang memiliki lengan
panjang kecenderungan akan berpengaruh pada jauhnya lemparan jika didukung oleh
kekuatan otot yang baik bila dibandingkan seseorang yang memiliki lengan pendek.
Jadi lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan
sebuah benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bundar
pipih yang dilemparkan.
2. Tehnik-tehnik lempar cakram
3. Peraturan dalam lempar cakram
Lempar cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran
lempar tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran
lempar sebelum juri mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran
bagian dalam.pelempar boleh menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas
lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian atasnya.
Lemparan akan diukur dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram
yang terdekat ketepi dalam balok. Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan
diberi hak melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik
untuk mengikuti babak berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang atau kurang,
kesempatan melempar sebanyak 6 kali langsung final.
Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai.
Bagian atasnya dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari
semen, aspal atau bahan lain yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam
harus datar lebih rendah 14 mm sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran.
Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi
lingkaran lempar 6 mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari
bagian atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran.
2. Latihan
Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis
untuk mencapai mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan
mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 :
19).
1. Latihan kekuatan
Pelempar yang ingin berhasil harus mengembangkan kekuatan otot-ototnya
dengan latihan beban atau weight training. Prinsip-prinsip weight training adalah
kesedian untuk mengulang-ulang apa yang dipelajari. Gerakan dilang berkali-kali
sehingga pada akhirnya gerakan-gerakan itu dapat dilaksanakan tanpa memikir,
segala sesuatu sudah berlangsung secara otomatis, cepat dan efesien.
Pada akhirnya kemampuan berprestasi ini dibatasi oleh bakat yang tersimpan
didalam anak (Bambang Wijanarko, 1994 : 113).
Dalam memilih macam latihan hendaknya disesuaikan dengan nomor lempar yang
diikuti, pada masa persiapan tahap kedua dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu,
dan pada masa perlombaan masih dapat dilakukan sekali seminggu.
2. Latihan kecepatan
Seorang pelempar tidak hanya harus kuat, tetapi juga mampu bergerak dengan
cepat. Bagi pelempar, kecepatan akan memberikan kekuatan eksplosif yang sangat
berguna untuk meningkat prestasi lempar. Latihan kecepatan bagi para pelempar dapat
berupa : lari 30 meter, loncat tegap, jingkat 3 kali dan pul-up.
Makin tinggi dan besar pelempar cakram, makin baik adanya. Pelempar dengan
lengan panjang akan lebih menguntungkan daripada berlengan pendek. Sebab lengan
yang panjang mempunyai jangkauan ayunan yang lebih jauh (Winarno surachman,
1992 : 20).
Menunjukkan bahwa bukti akan kebenaran pendapat diatas. Oleh karena itu
para Pembina olahraga khususnya pelempar cakram perlu kiranya memperhatikan
postur atau bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian
preastasi yang maksimal (Soeharno HP, 1985).
Seorang yang mempunyai tubuh yang lebih tinggi dan besar sudah jelas
mempunyai jangkauan yang lebih jauh daripada yang mempunyai bentuk tubuh pendek
yang pada gilirannya tidak akan mampu melempar yang lebih jauh.