BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Permasalahan
a. Berapa besar beban yang diterima oleh Box girder
b. Bagaimana menganalisis struktur jembatan dengan menggunakan box girder
c. Bagaimana dimensi box girder yang digunakan
d. Berapa jumlah tendon yang digunakan
e. Berapa kehilangan prategang yang terjadi
1.4 Tujuan
a. Untuk mengetahui beban yang diterima box girder
b. Untuk merencanakan dimensi box girder yang digunakan
c. Untuk merencanakan profil dan jumlah tendon yang dipakai
d. Untuk mengetahui kehilangan prategang
1.5 Manfaat
Manfaat dari perencanaan ini adalah
a. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang Precast Segmental Box Girder
b. Agar tepat dalam pemilihan jenis gelagar yang digunakan
c. Memperkenalkan kepada Mahasiswa Teknik Sipil tentang perencanaan
jembatan dengan Segmental Box Girder
3
BAB II
DASAR TEORI
3
4
Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan untuk beton tanpa tulangan
dan beton prategang penuh dapat dihitung dengan Persamaan 2.3 dan 2.4
berikut ini:
Beton tanpa tulangan : = 0,15 ′ (2-3)
Dari Gambar 2.3 di atas, dapat dihitung distribusi tegangan (f) sehingga
menghasilkan Persamaan 2.7, yaitu:
(2-7)
dengan :
f : tegangan.
P : gaya prategang,
A : luas penampang,
e : jarak pusat tendon terhadap c.g.c,
y : jarak dari sumbu yang melalui titik berat,
I : momen inersia penampang.
Gambar 2.4 Momen tahanan internal pada balok beton prategang dan beton
bertulang
Wb
Dari gambar di atas, beban (Wb) yang bekerja terdistribusi secara merata ke arah
atas, sehingga dapat dinyatakan dalam Persamaan 2.8:
(2-8)
dengan:
Wb : beban,
F : gaya prategang,
L : panjang bentang,
h : tinggi parabola.
Catatan: *faktor beban daya layan 1,3 digunakan untuk berat utilitas
(Sumber: RSNI T-02-2005)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan. Semua jembatan harus direncanakan untuk bisa
memikul beban tambahan yang berupa aspal beton sebesar 50 mm untuk pelapisan
11
(2-11)
dengan: Lav = panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang
disambungkan secara menerus
Lmax= panjang bentang maksimum dalam kelompok bentang yang
disambung secara menerus.
Selanjutnya untuk mendapatkan besaran FBD dapat dilihat pada
Gambar 2.6 berikut ini. Untuk pembebanan truk "T", FBD diambil 30%
Gambar 2.6 Faktor beban dinamis untuk BGT untuk pembebanan lajur" D"
(2-14)
dengan:
A = Luas tendon (mm)
fu = Kuat tarik tendon (MPa)
Tabel 2.6 Faktor beban akibat pengaruh prategang
(2-15)
dengan,
15
(2-16)
dengan:
T*EQ : gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN),
Kh : koefisien beban gempa horisontal,
C : koefisien geser dasar untuk daerah, waktu, dan kondisi setempat yang
sesuai,
I : faktor kepentingan,
S : faktor tipe bangunan,
WT : berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan gempa,
diambil sebagai beban mati ditambah beban mati tambahan (kN).
Koefisien geser dasar C sesuai dengan daerah gempa fleksibilitas tanah
di bawah permukaan dan waktu getar bangunan.
Untuk bangunan yang mempunyai satu derajat kebebasan yang
sederhana, dipergunakan Persamaan 2.17 berikut:
(2-17)
dengan:
T : waktu getar dalam detik untuk free body pilar dengan derajat kebebasan
tunggal pada jembatan bentang sederhana,
g : percepatan gravitasi (m/dt2),
WTP : berat total nominal bangunan atas termasuk beban mati tambahan ditambah
setengah berat dari pilar (bila perlu dipertimbangkan) dalam kN,
Kp :kekakuan gabungan sebagai gaya horisontal yang diperlukan untuk
menimbulkan satu satuan lendutan pada bagian atas pilar (kN/m).
Jembatan umumnya mempunyai waktu getar yang berbeda pada arah memanjang
dan melintang, sehingga beban rencana statis ekuivalen yang berbeda harus
dihitung untuk masing-masing arah.
16
Sumber : RSNI-T-02-2005
Sumber : RSNI-T-02-2005
2.2.8 Gaya Prategang
Gaya prategang dipengaruhi oleh momen yang terjadi. Persamaan 2.18
berikut ini menjelaskan tentang hubungan antara momen total dengan gaya
prategang (Lin,1988).
17
F=T= (2-18)
,
dengan:
MT= Momen Total
h= tinggi balok
Cara sederhana untuk menegangkan komponen struktur prategang adalah dengan
menarik kabel-kabel di antara dua dinding penahan (bulkhead) dan dikuburkan
pada ujung-ujung peralatan kerja.
ΔA:deformasi pengangkuran
Pegeseran Angkur ∆
2 ∆ = . Es : modulus elastik kabel
L : panjang tendon
F=T= (2-20)
.
Jika diasumsikan lengan momen adalah 0.65h, jika gaya prategang satuan
efektif untuk baja adalah fse maka luas baja yang diperlukan dapat dihitung dengan
Persamaan 2.21 berikut ini:
= = .
(2-21)
Bila MG/ MT ≥0.2-0.3 MT maka titik berat tulangan tidak dapat diletakan
terlalu jauh dari titik kern (inti), dan desain ditentukan oleh momen penahan M L
dengan lengan momen sebesar
+ ≈ 0.5 ℎ dan = /0.5 ℎ (2-24)
Terdapat 2 kondisi perencanaan
a. Rasio MG/MT kecil
b. Rasio MG/MT besar
Desain Penampang Prategang Dengan Teori Elastik (Tanpa Tegangan Tarik
Pada Beton)
Untuk rasio MG/MT kecil
a. Nilai MG , kt , kb dan Ac dapat dihitung setelah desain pendahuluan
b. Titik berat tulangan prategang (c.g.s) diletakan diluar kern
c. Mempertimbangkan 2 kondisi pembebanan : peralihan dan beban kerja
20
o Kasus 1
Untuk tegangan tarik, ft =0, maka c.g.s diletakan dibawah dan
resultan gaya tekan tepat pada kern bawah.
− = / (2-25)
Maka, Ft = tegangan pada serat atas =0
Fb= tegangan pada serat bawah=(Fo h)/(Ac Ct) ≤ 0.6 f’ci (2-26)
Ac= (Fo h)/(fb Ct) (2-27)
o Kasus 2
Bila c.g.s diletakan lebih keatas resultan gaya tekan, C akan berada
didalam kern, maka :
ft= tegangan pada serat atas akan mengalami tekan
fb= tegangan pada serat bawah ≤(Fo h)/(Ac Ct) ≤ 0.6 f’ci (2-28)
Ac= (Fo h)/(fb Ct) (2-29)
o Kasus 3
Bila c.g.s diletakan lebih ke bawah resulatan gaya tekan, C akan
berada diluar kern, maka:
ft= tegangan pada serat atas akan mengalami tarik
fb= tegangan pada serat bawah ≤(Fo h)/(Ac Ct) ≥ 0.6 f’ci (2-30)
Ac= (Fo h)/(fb Ct) (2-31)
o Kasus 4
Dengan bekerjanya beban kerja, prategang efektif dan momen total
MT, maka resultan gaya tekan, C akan bekerja pada titik kern atas
dengan:
fb= tegangan pada serat bawah=0
ft= tegangan pada serat atas =(F h)/(Ac Cb) ≤ 0.45 f’ci (2-32)
Ac= (F h)/(ft Cb) (2-33)
( / )
= + 1+ (2-39)
Luas penampang
( / )
= + 1+ (2-40)
2. Sesuai letak c.g.s di atas, hitung gaya prategang efektif (F) dan (Fo)
F=MT/(e+kt) (2-42)
3. Hitung luas penampang beton (Ac)
AC=F h/ft Cb (2-43)
4. Ulangi langkah 1 s/d 4 apabila nilai Ac di atas lebih kecil daripada yang
terdapat pada desain pendahuluan.
Parameter desain lentur (AASTHO LRFD)
Persamaan 2.44 digunakan untuk menghitung kekuatan momen nominal
pada penampang prategang. Kekuatan desain ultimit dari penulangan
menurut LRFD AASHTO (Nawy, 2001):
= 1− (2-44)
dengan:
= 2 1,04 − (2-45)
b. Penampang bersayap
. ( )
= (2-47)
.
≤ 0.42 (2-48)
Dengan = (2-49)
b. Penulangan minimum
Di setiap penampang, banyaknya penulangan non prategang harus cukup
untuk mengembangkan tahanan lentur terfaktor M r sedikitnya sama
dengan yang terkecil di antara 1,2 Mcr yang ditentukan berdasarkan
analisis elastis, dan 1,33 kali momen terfaktor yang dibutuhkan oleh
kombinasi pembebanan yang berlaku.
=( + ) − −1 (2-50)
= + (2-54)
24
Geser badan
(2-61)
Dengan = rata-rata tegangan tekan di seluruh sambungan
= luas area yang permukaannya masuk ke dalam
= kuat tekan beton
=luas area yang menjorong keluar
(2-62)
dengan = luas geser efektif
(Sumber : Rombach, 2002)