BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bracket Califer Mobil Listrik
Kampas rem ditempatkan pada califer sebagai rumahnya, dan califer memiliki
pasangan yang disebut dengan bracket. Bracket califer merupakan salah satu
komponen yang terdapat pada braking system mobil listrik yang berfungsi sebagai
dudukan califer rem agar terhubung dengan piringan cakramnya selain itu juga untuk
menyangga
rangka agar terhubung dengan roda seperti yang terlihat pada gambar II.1.
II-1
II-2
2.2 Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur dengan mencairkan logam
kemudian menuangkannya kedalam cetakan untuk menghasilkan bentuk yang
mendekati geometris akhir produk jadi. Pengecoran juga dapat menghasilkan barang
dengan lekukan-lekukan rumit tanpa proses memakan waktu, yang paling bermanfaat
dari pengecoran adalah kekuatan fatigue dari barang yang dihasilkan relatif kuat. [1]
Proses pengecoran banyak digunakan karena memiliki keunggulan diantaranya
dapat membuat
produk yang kecil hingga yang paling besar. Penggunaan bahan lebih
hemat. Produk hasil coran dapat digunakan tanpa harus dikerjakan lebih lanjut atau
dilakukan sedikit proses pemesinan. Selain itu dengan proses pengecoran dapat
membuat produk-produk sederhana sampai yang paling rumit. Berikut contoh produk-
produk yang dibuat melalui proses pengecoran dapat dilihat pada gambar II.2.
II-3
2.3 Jenis-Jenis Pengecoran
Pengecoran dibedakan menjadi dua macam yaitu traditional casting
(tradisional) dan non- tradisional casting (nom-tradisional).
2.3.1 Traditional Casting (Tradisional)
1. Sand-Mold Casting
Sand-mold casting atau pengecoran dengan cetakan pasir adalah metode
pengecoran yang tertua dari metode pengecoran lainnya. Pengecoran dengan metode
ini banyak dipakai karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya, ongkos produksi
murah dan dapat membuat benda coran dengan berbagai macam ukuran dengan
kapasitas berton-ton. [3]
Dry-sand casting merupakan pengecoran dengan media cetak pasir kering yang
prosesnya sama dengan sand-mold casting. Cetakan dibuat dari pasir kasar ditambah
dengan pengikat dari bahan organic, kemudian cetakan dibakar pada suhu antara
200oC– 300oC di dalam oven. Pembakaran cetakan dilakukan untuk meningkatkan
II-4
kekerasan
dan kekuatan cetakan. Cetakan pasir kering tidak menyusut saat terkena
panas dan bebas dari gelembung udara seperti terlihat pada gambar II.4.
II-5
Shell mold casting adalah proses pengecoran logam mirip dengan pengecoran
pasir, logam cair dituangkan ke dalam cetakan sekali pakai (expendable mold). Namun,
dalam shell mold casting, cetakan berupa dinding/tempurung tipis yang dibuat dari
campuran pasir dengan pengikat resin thermoset. Untuk pola, dapat berbentuk
komponen sesuai yang diinginkan, pola dapat digunakan kembali untuk beberapa kali
pengecoran.
Pola dapat digunakan kembali memungkinkan untuk tingkat produksi yang
lebih tinggi,
sedangkan cetakan sekali pakai memungkinkan geometri kompleks untuk
dicor. Shell mold casting memerlukan penggunaan pola, oven, campuran pasir-resin,
dump box, dan logam cair. Shell mold casting memungkinkan penggunaan logam besi
maupun non-besi, paling sering menggunakan besi cor, baja karbon, baja paduan,
stainless steel, paduan aluminium, dan paduan tembaga. Komponen khusus yaitu
memiliki ukuran tertentu dan memerlukan akurasi tinggi, seperti gear housings,
cylinder heads, connecting rods, and lever arms.
4. Cement-Mold Casting
Proses ini mengunakan bahan semen sebagai bahan cetakan seperti terlihat pada
gambar II.6.
II-6
5. Vacuum-Mold
Casting
Vacumm casting adalah pengecoran logam dengan ukuran yang kecil dan detail
yang bagus.
Vacuum casting juga merupakan pengecoran untuk material plastic.
Material yang teah dicairkan akan dimasukan kedalam pola dengan tekanan atmosfer
vacuum membuang udara yang terjebak untuk melancarkan aliran material cair.
Vacumm casting dikembangkan untuk pengecoran logam, yang mana vacuum
digunakan dengan berbagai macam kombinasi gas dengan tekanan untuk menaikan
kualitas pengecoran dan menurunkan porositas logam.
HPDC (High Pressure Die Casting) yaitu proses casting dengan menggunakan
tekanan tinggi. Proses pencetakannnya dibutuhkan tekanan yang relatif tinggi untuk
menghasilkan sebuah produk casting. Khususnya dalam teknologi Die Casting proses
pencetakan memakai sebuah cetakan atau mold yang mempunyai tingkat presisi yang
tinggi, sehingga proses pencetakannya dapat dilakukan berulang-ulang dengan hasil
produk yang sama dalam bentuk maupun ukurannya seperti terlihat pada gambar II.8.
II-7
2. Permanent-Mold Casting
II-8
Gambar II.9 Permanent mold [9]
Cetakan tersebut kemudian dibersihkan dan susun kembali bagian-bagian
cetakan, cetakan pun siap dituangi lagi (digunakan lagi). Alat ini sebagian besar
digunakan untuk mencetak piston dan bagian-bagian mesin kendaraan, mesin disel dan
mesin kapal. Peneraapan lainnya banyak ditemukan di industri yang membuat beberaba
marteri seperti gear pada mesin cuci, bagian-bagian pada vacum cleaner, tutup kipas
angin, bagian untuk alat-alat portable, perlengkapan lampu luar ruangan, dan lain-lain.
Permanent mold casting mempunyai hasil ahir permukaan yang bagus dan detail yang
tajam. Diperoleh keseragaman hasil dengan berat 1ons sampai 50 pound. Toleransinya
berkisar dari 0.0025 inchi sampai 0.010 inchi. Permanent mold casting termasuk
otomatis, sehingga dapat diperoleh produk yang cukup banyak.
3. Centrifugal Casting
II-9
4. Plaster-Mold Casting
Investment Casting, yaitu jenis pengecoran yang polanya terbuat dari lilin
(wax), dan cetakannya terbuat dari keramik. [3] Proses pembentukan cetakan dimana
cetakan dibuat dari pasir cetak (sand casting) diawali dengan pembuatan model
(pattern) dan untuk model yang dipakai dalam proses ini ialah dipilih dari bahan-bahan
yang memiliki titik cair sangat rendah misalnya lilin (wax), ini digunakan dalam
berbagai pembuatan model dengan bentuk yang sangat rumit, dalam proses ini model
II-10
dibentuk
dengan bahan lilin, selanjutnya dilapisi dengan bahan pelapis seperti ethil atau
sodium silikat untuk menghaluskan permukaan model. Kemudian model ini
ditempatkan (invested) didalam bahan cetakan seperti “resin” yang, selanjutnya
investment dikeringkan melalui pemanasan, proses pengeringan dengan pemanasan
dari 100 0C sampai 1100C ini akan mengakibatkan lilin sebagai model (pattern) ini
menjadi lumer dan mengalir melalui pori-pori bahan cetakan sehingga membentuk
rongga sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan, kemudian pemanasan
dilanjutkan
sampai 10000C untuk mengeraskan cetakan seperti gambar II.12.
II-11
mudah untuk menguap sehingga mempermudah proses pengecoran. Tahapan-tahapan
lost foam casting dapat dlihat pada gambar II.13.
Lost foam casting merupakan salah satu jenis pengecoran yang menggunakan
bahan expanded polystyrene (EPS) sebagai bahan untuk membuat pola dan ditanam
dalam pasir menjadi cetakan. Ketika logam cair dimasukkan ke dalam cetakan,
expanded polystyrene akan mencair dan menguap sehingga tempat itu akan diisi oleh
cairan logam. Metode ini ditemukan dan dipatenkan oleh Shroyer pada tahun 1958.
Pada tahun
1964, konsep penggunaan cetakan pasir kering tanpa pengikat telah
dikembangkan
dan dipatenkan oleh Smith.
Lost foam casting (LFC) merupakan salah satu metode pengecoran dengan
biaya yang efektif dan proses pengecoran yang ramah lingkungan. Lost foam casting
memiliki banyak keuntungan. Salah satu keuntungan dari lost foam casting adalah
fleksibilitas dalam mendesign pola pengecoran. Pengecoran lost foam dapat
memproduksi benda yang kompleks/bentuknya rumit, tidak ada pembagian cetakan,
tidak memakai inti, mengurangi tenaga kerja dalam pengecorannya. Cetakan dari pola
berbahan polystyrene foam mudah dibuat dan murah.
II-12
Pencemaran lingkungan karena emisi bahan-bahan pengikat dan pembuangan
pasir dapat dikurangi karena tidak menggunakan bahan pengikat dan pasir dapat
langsung digunakan kembali. Penggunaan cetakan foam meningkatkan keakuratan
dimensi dan memberikan peningkatan kualitas coran dibandingkan dengan cetakan
konvensional. Sudut-sudut kemiringan draf dapat dikurangi atau dieliminasi. [6].
Lost foam casting secara luas digunakan untuk coran paduan aluminium untuk
menghasilkan komponen yang mempunyai bentuk yang kompleks. Harga produksi
yang lebih
rendah juga merupakan salah satu faktor penting dari metode pengecoran,
karena pola pengecoran dibuat dari expanded polystyrene foam (EPS) dan peralatan
untuk pengecoran tergolong sederhana dan tidak mahal, sehingga metode ini dapat
digunakan untuk skala pengecoran kecil.
II-13
5. Tahan panas terhadap temperatur logam pada saat dituang ke cetakan.
Temperatur penuangan logam cair yang biasa digunakan untuk bermacam-
macam coran dinyatakan dalam tabal dibawah ini:
Tabel II.1 Temperatur penuangan logam cair ke dalam cetakan [3]
6. Komposisi yang cocok. Butir pasir bersentuhan dengan logam yang dituang
mengalami peristiwa kimia dan fisika karena logam cair mempunyai
temperature yang tinggi. Bahan-bahan yang tercampur memungkinkan
menghasilkan gas atau larut dalam logam yang tidak dikehendaki.
7.
Pasir cetak yang lazim digunakan didalam industri pengecoran [3] adalah sebagai
berikut:
1. Pasir Silika
Pasir silika didapat dengan cara menghancurkan batu silika, kemudian disaring
untuk mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan.
2. Pasir Zirkon
Pasir Zirkon berasal dari pantai timur australia yang mempunyai daya yahan
api yang efektif untuk mencegah sinter.
3. Pasir Olivin
Pasir Olivin didapat dengan cara menghancurkan batu yang membentuk 2MgO,
SiO2 dan 2FeO.SiO2.Pasir olivin mempunyai daya hantar panas yang lebih
besar dibanding pasir silika.
II-14
2.6 Pola (Pattern)
Pola atau pattern adalah suatu model yang memiliki ukuran dan bentuk yang
sama dengan bentuk produknya kecuali pada bidang-bidang tertentu yang disebabkan
oleh faktor-faktor lain seperti bidang pisah (parting line), bentuk rongga (cavity), dan
proses pemesinannya yang menyebabkan kesulitan untuk dibentuk langsung pada pola.
Faktor- faktor tersebut selanjutnya akan diantisipasi dengan perhitungan penyusutan
logam dan toleransi pemesinanya [2].
II-15
3. Penentuan Penyelesaian Pemesinan
Tempat dimana memerlukan penyelesaian mesin setelah pengecoran harus
dibuat dengan kelebihan tebal seperlunya. Kelebihan tebal ini berbeda menurut bahan,
ukuran, arah kup dan drag, dan keadaan pekerjaan mekanik. Harga tambahan ukuran
untuk proses penyelesaian oleh mesin dapat dilihat pada Tabel II.3.
4. Kemiringan Pola
Kemiringan pola diperlukan untuk memermudah saat melepas pola dari
cetakan. Kemiringan pola tergantung dari bahan pola yang dipakai. Pola dari logam
membutuhkan kemiringan 1/200. Pola dari kayu memerlukan kemiringan 1/30 sampai
1/100. [1]
II-16
2.7 Styrofoam
Styrofoam berasal dari kata stiren (zat kimia bahan dasar), dan foam
(busa/buih). Styrofoam adalah polimer turunan plastik. Styrofoam dibuat dari monomer
stirena yang dipolimerisasi suspensi pada suhu dan tekanan tertentu. Bahan dasar yang
digunakandalam pembuatan styrofoam ini terdiri dari 90-95% polystyrene dan 5-10%
gas nbutana.
Polystyrene bersifat sangat amorphous dan tembus cahaya, mempunyai indeks
refraksi tinggi, sukar ditembus oleh gas kecuali uap air. Dapat larut dalam alkoho rantai
panjang, kitin, dan ester hidrokarbon yang mengikat khlorin. Polimer ini mudah rapuh
sehingga banyak dikopolimerisasikan dengan batu diena atau akrilonitril.
Polystyrene Foam yang digunakan pada pengecoran lost foam casting terdiri
dari 92% C dan 8% H. Pola polystyrene foam yang dituang cairan logam dapat
membentuk gap (adanya ruang pemisah) antara logam cair dan pola yang belum
terkena cairan. Pada pengecoran almunium pola terurai menjadi air dan gas yang
berbentuk gelembung gelembung gas kecil. Gelembung gelembung gas dari seluruh
bagian cetakan akan bergerak naik kebagian atas, gelembung gelembung ini akan
mengalir dan saling bertemu pada bagian yang lebih tinggi dari cetakan dan
membentuk gap/pemisah antara cairan logam dan polystyrene foam.
Dengan membesarnya ukuran gap, perpindahan panas konduksi dari logam cair
ke polystyrene berkurang dan kecepatan pengisian cairan berkurang sehingga
polystyrene mengalami pengurangan lebih banyak dengan cara mencair daripada
dengan cara terbakar. Ketika hal ini terjadi polystyrene terdekomposisi pada daerah
II-17
gap. Gap
yang terbentuk ini pada kenyataannya tidak terjadi pada suatu tempat namun
terjadi pada seluruh permukaan cairan logam dalam cetakan. Dekomposisi polystyrene
akan menghasilkan tekanan balik yang berlawanan dengan aliran logam sehingga
menghasilkan gaya tekan yang menahan cetakan tetap berda pada tempatnya.
Gambar II.15 Skema terbentuknya gap antara polystyrene foam dengan cairan
logam
2.8 Aluminium
Aluminium adalah logam yang ringan dengan berat jenis 2.7 gram/cm3 setelah
Magnesium (1.7 gram/cm3 ) dan Berilium(1.85 gram/cm3 ) atau sekitar 1/3 dari berat
jenis besi maupun tembaga. Konduktifitas listriknya 60 % lebih dari tembaga sehingga
juga digunakan untuk peralatan listrik. Selain itu juga memiliki sifat penghantar panas,
memiliki sifat pantul sinar yang baik sehingga digunakan pula pada komponen mesin,
alat penukar panas, cermin pantul, komponen industri kimia dll.
II-18
menurunkan
sifat tahan korosi karena kadar aluminanya menurun. Penambahkan Mg,
Mn tidak mempengaruhi sifat tahan korosinya.
Aluminium bersifat ulet, mudah dimesin dan dibentuk dengan kekuatan tarik
untuk aliminium murni sekitar 4~5 kgf/mm2. Bila diproses penguatan regangan seperti
dirol dingin kekuatan bisa mencapai ± 15 kgf/mm2. [10]
Tabel II.4 Karakteristik aluminium [10]
Sifat-sifat Aluminium yang lebih unggul bila dibandingkan dengan logam lain
adalah sebagai berikut:
a. Ringan, Massa jenis Aluminium pada suhu kamar (29oC) sekitar 2,7 gr/cm3.
b. Kuat, Aluminium memiliki daya renggang 8 kg/mm3, tetapi daya ini dapat
berubah menjadi lebih kuat dua kali lipat apabila Aluminium tersebut
dikenakan proses pencairan atau roling. Aluminium juga menjadi lebih kuat
dengan ditambahkan unsur-unsur lain seperti Mg, Zn, Mn, Si.
c. Ketahanan terhadap korosi, Aluminium mengalami korosi dengan membentuk
lapisan oksida yang tipis dimana sangat keras dan pada lapisan ini dapat
mencegah karat pada Aluminium yang berada di bawahnya. Dengan demikian
logam Aluminium adalah logam yang mempunyai daya tahan korosi yang
lebihbaik dibandingkan dengan besi dan baja lainnya.
d. Daya hantar listrik yang baik, Aluminium adalah logam yang paling ekonomis
sebagai penghantar listrik karena massa jenisnya dari massa jenis tembaga,
II-19
dimana kapasitas arus dari Aluminium kira-kira dua kali lipat dari kapasitas
arus pada tembaga.
e. Anti Magnetis, Aluminium adalah logam yang anti magnetis.
f. Toksifitas, Aluminium adalah logam yang tidak beracun dan tidak berbau.
g. Kemudahan dalam proses, Aluminium mempunyai sifat yang baik untuk
proses mekanik dari kemampuan perpanjangannya, hal ini dapat dilihat dari
proses penuangan, pemotongan, pembengkokan, ekstrusi dan penempaan
Aluminium
h. Sifat dapat dipakai kembali, Aluminium mempunyai titik lebur yang rendah,
oleh karena itu kita dapat memperoleh kembali logam Aluminium dari scrap.
II-20
2. Sifat mekanik untuk paduan aluminium 6082
3. Sifat fisik untuk paduan aluminium 6082
Tabel II.7 Sifat fisik untuk paduan aluminium [11]
II-21
Namun secara prinsip ada perbedaan mendasar antara getting dan risering
dimana kedua sistem ini memiliki tujuan yang berbeda, getting bertujuan untuk
mengatur aliran logam cair agar dapat mengisi rongga (cavity) dengan baik dan untuk
menyaring agar slag tidak ikut masuk kedalam rongga produk cor tersebut. Sedangkan
riser berfungsi untuk menjaga produk cor dari cacat akibat perubahan volume karena
adanya proses pendinginan dan pembekuan dari logam cair. [2]
1. Cavity (Rongga Cetakan)
Merupakan
ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan. Bentuk
rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan
menggunakan pola.
2. Core (Inti)
Fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan
cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan menahan
temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir. c. Getting System (Sistem
Saluran Masuk)Merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran turun. Getting
sistemsuatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran rongga
cetakanyang akan diisi oleh logam cair.
3. Sprue (Saluran Turun)
Merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini juga dapat lebih
dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.
4. Pouring Basin
Merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk mengurangi
kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam yang
tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan
terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
5. Raiser (Penambah)
Merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga cetakan
bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
II-22
2.10 Perhitungan Sistem Saluran
Pembuatan saluran pengecoran untuk metode lost foam casting ini, saluran
dibuat dengan bahan yang sama dengan pola yaitu styrofoam. Sebelum mengitung
besar permukaan saluran tuang yang diperlukan, hal yang pertama dilakukan adalah
menghitung beberapa parameter dalam pengecoran sebagai berikut:
1. Pouring Weight ( Wp)
Perhitugan untuk mendapatkan pouring weight/ berat penuangan dapat dilihat pada
persamaan (1).
Wp =
𝑊𝑜
𝑌
………………………………. (1)
Keterangan:
Perhitungan untuk mendapatkan pouring volume/ volume penuangan dapat dilihat pada
persamaan (2).
Qp =
𝑊𝑝
𝑝
………………………….. (2)
Keterangn :
Qp : Pouring volume (m3)
Wp : Pouring weight (kg)
ρ : Massa jenis logam (kg/m3)
II-23
3. Effective Sprue Hight (ESH)
Posisi dan tinggi sprue sangat menentukan kecepatan alir dari logam cair yang
akan mengisi
rongga cetakan. Oleh karena itu perhitungan tinggi sprue efektif (ESH,
effective sprue hight) dapat dilihat pada persamaan (3).
2𝐻 𝑥 𝐶− 𝑃2
𝐸𝑆𝐻 = …………………………………. (3)
2𝐶
Keterangan:
H : Tinggi Sprue(mm)
C : Tinggi coran (mm)
P :Tinggi coran dari cope hingga bagian teratasnya (mm)
Pouring Time atau waktu tuang adalah waktu yang dibutuhkan logam cair untuk
mengisi penuh rongga cetakan dan dimulali pada saat logam cair menyentuh cawan
tuang. Besarnya waktu tuang (t) diperoleh pada persamaan (4) sebagai berikut:
𝑡 = 𝑠 𝑥 √𝑀𝑐…………………………. (4)
Keterangan:
t : Waktu tuang (s)
s : Besaran spesifik
Mc : Massa benda cor (kg)
II-24
Besaran
spesifik tergantung dari ketebalan benda cor, seperti pada tabel II.8 di
bawah ini:
3,5-8 1,86
8-15 2,2
5. Pouring Velocity (Vm)
Perhitungan pouring Velocity (Vm), kecepatan penuangan digunakan persamaan
(5). Nilai (t) waktu penuangan diambil dari hasil perhitungan pouring time. Berikut
adalah perhitungan untuk mendapatkan kecepatan penuangan:
𝑀𝑐
𝑉𝑚 = ………………………….. (5)
𝑡
Keterangan:
Vm : Kecepatan tuang (kg/s)
Mc : Berat benda cor (kg)
t : Waktu tuang (detik)
6. Choke, Ac
𝑀𝑐
𝐴𝑐 =
𝑡 𝑥 𝜇 𝑥 𝜌 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝐸𝑆𝐻
Keterangan :
Ac : Luas saluran masuk (mm2)
Mc : Berat benda cor (kg)
II-25
ρ : Massa jenis logam (kg/mm3)
μ : Tahanan hidrostatis seluruh sistem saluran
g : Percepatan gravitasi (mm/s2)
ESH: effective sprue hight (mm)
7. Sprue, As
Perhitungan untuk menghitung sprue/ luas saluran turun dapat digunakan
persamaan
(7).
𝐻
AS = AC x √ ℎ …………………… (7)
Keterangan:
8. Gating Ratio
Gating ratio adalah perbandingan luas penampang sprue (As): runner (Ar): gate
(Ag). Perbandingan sistem saluran (gating ratio) dapat dilihat pada tabel III.2.
Waktu Tuang As : Ar : Ag
Penuangan Cepat 1:2:4
Penuangan Normal 1 : 0,9 : 0,8
Penuangan Lambat 1 : 0,7 :0,5
II-26
9. Runner, Ar
Ar = k x As…………………..(8)
Keterangan:
Ar: Luas saluran pengalir/runner (mm2)
k : konstanta gating ratio
10. Gate, Ag
Ag = k x As……………………(9)
Keterangan:
II-27
12.
Cawan Tuang
Cawan Tuang (Ct) adalah suatu penampung logam cair yang dituang dari ladel
untuk diteruskan
ke saluran turun (As). Untuk dimensi dari cawan tuang dapat berbagai
macam sesuai dengan kebutuhan umumnya berbentuk kerucut terpancung. Perhitungan
untuk menghitung cawan tuang dapat digunakan persamaan (10).
D = d + (2 (tg 30o x H))……………………. (10)