Anda di halaman 1dari 7

Tugas Sejarah Indonesia

 Nama. : aurelly dewi priastuti


 Kelas. : Xii tav 1
 No. : 11
 Materi : Lawang sewu semarang
BAB I
PENDAHULUAN

 Latar Belakang Lawang Sewu

Lawang Sewu adalah gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di


KotaSemarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-
Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada
tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut


memilikipintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak
mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga
masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai
kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api
Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah
Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian PerhubunganJawa
Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika
berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945).
Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau
Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.

Setelah cukup lama Lawang Sewu seperti tak terurus, kondisi bangunan Lawang


Sewu, terdapat 3 gedung dari total keseluruhan gedung terdapat kerusakan dimana
kerusakan tersebut dapat memicu rayap untuk masuk dan menyerang ke dalam gedung,
Lawang Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai
pada akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011
diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event
Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk - produk tradisional dari
seluruh Nusantara.

Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi
yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api
Persero. Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI, Ella Ubaidi berkata bahwa Gedung Lawang
Sewu bukan sekedar warisan sejarah (historical heritage) tapi harus mampu menjadi sumber
daya budaya (cultural resource) sebagaimana layaknya sumber daya yang lain seperti
sumber daya alam, manusia, dan sosial. Berbagai kegiatan diharapkan mampu menjadi
kekuatan yang menghasilkan manfaat yang lebih luas. Lawang Sewu pada saatnya akan
mampu menghidupi dirinya sendiri untuk pembiayaan konservasinya, bahkan menghidupi
lingkungannya.

Bab Ii
Pembahasan

Lawang Sewu adalah gedung gedung bersejarah diIndonesia yang berlokasi di


Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-
Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada
tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het


hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat NIS).
Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang
Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang sangat
pesat, mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan tenaga administrasi yang tidak
sedikit seiring berkembangnya administrasi perkantoran.

Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu
yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini
memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya
sebagai pintu.

Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah,
dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian
dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan
engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).

Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah perkeretaapian di indonesia karena dibangun
sebagai Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatscappij (NIS)
yaitu kantor pusat NIS, perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda
yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang
dengan “Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur
Semarang Temanggung 1867.

Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan


jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan
membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota
dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi
NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J
Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.

Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah
di jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter
dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah
penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah
dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan
tambahan pada tahun 1916 – 1918.

Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu
dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan
swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah
pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang . Stasiun di
Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan.

Pada peralihan abad ke-20 NIS membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada
tahun 1914 stasiun Tambaksari digantikan oleh Stasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun
1908 selesai dibangun pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan
Bodjong, di Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur.

Kantor pusat NIS yang baru itu adalah bangunan besar 2 lantai berbentuk “L” yang
dirancang oleh J.F Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival .Menurut
Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah tipikal 2 dasawarsa awal abad
20 ketika diperkenalkan politik etis, ketika itu “ Muncul kebutuhan yang cukup besar untuk
mendirikan bangunan bangunan publik dan perumahan, akibat perluasan daerah jajahan,
desentralisasi administrasi kolonial dan pertumbuhan usaha swasta”.

Penduduk Semarang memberinya nama “Lawang Sewu” (pintu seribu), mengacu pada
pintu pintunya yang sangat banyak, yan gmerupakan usaha para arsiteknya untuk
membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua
bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati.

Pada saat yang bersamaan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berusaha mengambil
alih kereta api, pertempuran pecah antara pemuda dan tentara Jepang, belasan pemuda
terbunuh di gedung ini, 5 diantara mereka dimakamkan di halaman (tetapi pada tahun 1975
jenazah mereka dipindah ke Taman Makam Pahlawan). Di depan Lawang Sewu berdiri
monumen untuk memperingati mereka yang gugur di Pertempuran Lima Hari.

Sesaat setelah kemerdekaan Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api,
kemudian militer mengambil alih gedung ini, tetapi sekarang telah kembali ke tangan PT
KAI.
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan

Gedung lawang sewu dipakai sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia. Lawang Sewu
merupakan cagar budaya bangsa yang penting sehingga  perlu adanya upaya
pelestarian.Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu diresmikan oleh ibu Ani
Yudhoyono pada tgl 5 juli 2011.Ditemukan rayap jenis Macrotermes gilvus Hagen prajurit
mayor & minor dan Coptotermes curvignathus Holmgren. Gedung yang terancam dimasuki
rayap yaitu gedung B,D, dan E. Upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan cagar
budaya lawang sewu berupa upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar
budaya lawang sewu.

 Saran

Cagar budaya  perlu  dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya


pelestarian dalam rangka memajukan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat sekitar, pengunjung ataupun wisatawan
sebaiknya lebih memperhatikan kegiatan yang mereka lakukan agar tidak
mencederai keutuhan warisan budaya bangsa. Pemerintah dalam menentukan
kebijakan mengenai cagar budaya perlu dipertimbangkan secara matang agar hasil
akhirnya tidak mengecewakan, baik untuk pemerintah sendiri maupun masyarakat.
Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai upaya pelestarian
cagar budaya lawang sewu.

DAFTAR PUSTAKA

Jatman Darmanto. Sekitar masalah kebudayaan. Bandung : Penerbit Alumni, 1986.


Herimanto. Sejarah Lawang Sewu. Semarang : Bumi Aksara, 2013.

Anda mungkin juga menyukai