Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / Kelas B

Sustyarko Onny Anandarma (162310101056)


Sofia Rosa Dewi (162310101060)
Fitri Eka Sari (162310101078)
Maulidatul Hoiriah (162310101092)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
Mei, 2018

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 1
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH

1. LATAR BELAKANG

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta


pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain ((Yusuf dkk., 2014). Kesehatan jiwa
adalah suatu kondisi sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan
potemsi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
dan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat (WHO, 2007 dalam
Varcarolis & Halter, 2010).

Tingginya angka gangguan jiwa di Indonesia memerlukan perhatian yang


cukup serius dari pemerintah dan masyarakat. Masalah keperawatan yang
paling banyak ditemukan di rumah sakit jiwa adalah perilaku kekerasan,
halusinasi, menarik diri dan harga diri rendah (Keliat & Akemat, 2010). Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak
rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak
menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah (Suerni dkk., 2013).

Masalah harga diri rendah perlu mendapatkan penanganan yang tepat


karena jika tidak hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah psikologis
lain yang lebih serius. Morton, Louise, Reid, dan Stewart (2011) menyebutkan
bahwa masalah harga diri rendah dapat berkembang menjadi gangguan jiwa
seperti depresi, ansietas dan panik. Potter, Perry (2009) juga menyebutkan
bahwa perilaku individu biasanya sesuai dengan konsep diri dan harga diri
yang dimilikinya, individu yang memiliki harga diri yang rendah sering kali
tidak dapat mengontrol situasi dan tidak merasakan manfaat dari pelayanan
yang akan mempengaruhi keputusan tentang pelayanan kesehatan.

2. DEFINISI
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan
bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah (Suerni
dkk, 2013). Harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri negatif yang
berkepanjangan atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri (Herdman,

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 2
2012). Harga diri rendah situasional dengan definisi munculnya persepsi
negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini (Herdman
& Kamitsuru, 2015).

3. KASUS

Klien adalah Nn. Y, berusia 18 tahun pendidikan SLTA. Belum pernah


menikah, pekerjaan sebelum sakit adalah karyawati namun semenjak sakit,
klien terpaksa berhenti bekerja. Klien masuk rumah sakit tanggal 9 Mei 2013
dengan diagnosa medis TB paru dengan DIH (Drug Induced Hepatitis).
Keluhan utama klien saat masuk RS adalah mual, kadang-kadang muntah,
tidak nafsu makan yang telah berlangsung selama dua minggu sebelum masuk
RS. Keluhan ini dirasakan klien sejak mengkonsumsi obat paru-paru (OAT)
yang diperolehnya dari Puskesmas. Riwayat penyakit sebelumnya sekitar 6
minggu sebelum masuk RS klien pernah berobat ke Puskesmas akibat sering
mengalami batuk-batuk, klien sempat diberi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
dan sejak mengkonsumsi obat-obat tersebut kondisi kesehatannya menjadi
semakin memburuk karena mengalami mual muntah berat. Klien baru 5
minggu menjalani pengobatan OAT dan penggunannya dihentikan sejak
seminggu yang lalu. Dalam riwayat penyakit keluarga menurut orang tua klien
riwayat sakit paru-paru ada pada kakek klien dari pihak ibu namun riwayat
pengobatannya tidak diketahui secara pasti.

Klien dan keluarganya tinggal di daerah pemukiman yang padat


sehingga lingkungan rumah kurang ventilasi udara. Klien juga memiliki
kebiasaan pulang malam (sehabis bekerja sebagai penjaga toko) dengan
menggunakan kendaraan bermotor tanpa menggunakan masker udara. Klien
juga termasuk orang yang sulit makan, kebiasaan makan hanya 1-2x/ hari
dalam porsi kecil. Klien lebih suka jajan di pinggir jalan, seperti makan mie,
bakso, gorengan dan sejenisnya.

Hasil pemeriksaan fisik secara umum menunjukkan bahwa klien


tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD: 100/80 mmHg, nadi
88x/menit suhu 37 derajat Celcius, frekuensi nafas 22 x/menit. Tinggi badan
saat ini 155 cm, berat badan 36 Kg (sebelum sakit 42 Kg), lingkar lengan atas
18 cm, IMT (Indeks Massa Tubuh) 15. Hasil pemeriksaan fisik Head to toe
menunjukkan kondisi bahwa konjungtiva pucat, warna pink muda, sklera agak
keruh, bibir agak pucat dan kering, nilai Hb: 11,6 mg/dL, dan terjadi
peningkatan pada nilai SGOT: 330U/L, SGPT: 90U/L. Adapun hasil
pemeriksaan penunjang berupa rontgen thoraks diperoleh gambaran bahwa
klien kemungkinan menderita TBC.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 3
Pemeriksaan kondisi psikososial yang dilakukan perawat pada hari
pertama berinteraksi dengan klien menunjukkan bahwa klien cenderung
murung dan pasif, mengatakan merasa malu tentang penyakit paru-paru yang
dideritanya, tidak berani menceritakan tentang penyakitnya dan memilig
menyebutkan jenis penyakit lain jika ada yang bertanya tentang penyakit.
Klien juga mengatakan merasa sedih karena terpaksa harus berhenti bekerja
akibat menderita penyakit ini. Kondisi ini juga membuat klien merasa malu
karena menjadi tidak produktif dan merasa khawatir akan masa depannya
kelak. Klien dan keluarganya juga masih memandang bahwa penyakit TB paru
merupakan penyakit yang memalukan dan merupakan suatu aib bagi keluarga.

Pengkajian lanjutan yang dilakukan pada hari ke lima perawat


mendapat data bahwa klien merasa khawatir terkait kemungkinan rencana
pengobatan OAT dan efek sampingnya. Klien mengatakan langsung merasa
mual saat membayangkan obat-obat paru yang pernah diminumnya. Klien
juga mengatakan khawatir dan takut akan ditolak oleh kingkungan, dijauhi
atau dicemooh oleh orang lain akibat penyakit TB paru nya ini. Klien tampak
tegang jika membicarakan tentang obat-obat TBC. Klien dan keluarga juga
mengatakan bahwa selama ini belum pernah mendapatkan informasi tentang
cara pengobatan dan perawatan TB paru dan mengahrapkan akan
mendapatkan informasi yang tepat dari perawat (Abdad, 2013)

4. PENGKAJIAN
4.1. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi adalah faktor risiko dan protektif yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber daya yang dapat digunakan orang
untuk menangani stres. Diantaranya adalah biologis, psikologis, dan
sosiokultural.
a. Biologis : Meliputi genetik, latar belakang, status gizi, kerentanan
biologis, kesehatan umum dan paparan racun .
Interpretasi pada kasus : Klien Nn Y masuk RS dengan TB paru
dengan DIH (Drug Induced Hepatitis). Riwayat penyakit keluarga
menurut orang tua klien ada pada kakek klien yaitu pernah sakit paru-
paru namun riayat pengobatannya tidak diketahui secara pasti.
Hasil pemeriksaan fisik secara umum menunjukkan bahwa klien
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD: 100/80 mmHg,
nadi 88x/menit suhu 37 derajat Celcius, frekuensi nafas 22 x/menit.
Tinggi badan saat ini 155 cm, berat badan 36 Kg (sebelum sakit 42
Kg), lingkar lengan atas 18 cm, IMT (Indeks Massa Tubuh) 15. Hasil
pemeriksaan fisik Head to toe menunjukkan kondisi bahwa
konjungtiva pucat, warna pink muda, sklera agak keruh, bibir agak
pucat dan kering, nilai Hb: 11,6 mg/dL, dan terjadi peningkatan pada
nilai SGOT: 330U/L, SGPT: 90U/L. Adapun hasil pemeriksaan

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 4
penunjang berupa rontgen thoraks diperoleh gambaran bahwa klien
kemungkinan menderita TBC
b. Psikologis : Meliputi Intelegensia, keterampilan verbal, moral,
kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi,
pertahanan psikologis, tugas perkembangan yang tidak terpenuhi.
Interpretasi pada kasus : Nn. Y nampak murung dan pasif. Klien
mengatakan merasa malu tentang penyakit paru-paru yang diderita,
tidak berani menceritakan tentang penyakitnya kepada orang lain,
cenderung menyembunyikan tentang penyakitnya kepada dan memilih
menyebutkan jenis penyakit lain jika ada yang bertanya tentang
penyakit.
Klien mengatakan khawatir dan takut akan ditolak oleh
lingkungan, dijauhi atau dicemooh oleh orang lain akibat penyakit TB
paru-nya ini. Klien nampang tegang jika membicarakan tentang obat-
obat TBC. Klien dan keluarga juga mengatakan bahwa selama ini
belum pernah mendapatkan informasi tentang cara pengobatan dan
perawatan TB paru dan mengharapkan akan mendapatkan informasi
yang tepat dari perawat.
c. Sosiokultural : Meliputi data demografi seseorang seperti umur, jenis
kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, latar belakang, budaya,
status sosial, agama dan keyakinan, politik, pengalaman bersosialisasi.
Interpretasi pada kasus : Nn. Y, perempuan berusia 18 tahun
pendidikan terakhir SLTA, belum menikah, pekerjaan sebelum sakit
adalah karyawati namun semenjak sakit klien terpaksa berhenti
bekerja.

4.2. FAKTOR PRESIPITASI


Faktor Presipitasi adalah suatu yang memicu munculnya stressor,
rangsangan yang menantang, mengancam, atau menuntut kepada individu
sehingga menghasilkan ketegangan dan stres. Hal ini dapat bersifat
biologis, psikologis, atau sosiokultural serta dapat berasal baik di
lingkungan internal orang tersebut atau di lingkungan eksternal orang
tersebut. Penting juga untuk menilai waktu dari stressor, yang termasuk
ketika stressor terjadi, berapa lama orang itu terkena stressor, dan
frekuensi terjadinya.
a. Sifat : Meliputi biologis, psikologis, sosiokultural.
Interpretasi pada kasus : Klien Nn Y perempuan berusia 18 tahun
pendidikan terakhir SLTA, belum menikah, pekerjaan sebelum sakit
adalah karyawati namun semenjak sakit klien terpaksa berhenti bekerja
masuk RS dengan TB paru dengan DIH (Drug Induced Hepatitis).
Riwayat penyakit keluarga menurut orang tua klien ada pada kakek
klien yaitu pernah sakit paru-paru namun riayat pengobatannya tidak

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 5
diketahui secara pasti. Hasil pemeriksaan fisik secara umum
menunjukkan bahwa klien tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, TD: 100/80 mmHg, nadi 88x/menit suhu 37 derajat Celcius,
frekuensi nafas 22 x/menit. Tinggi badan saat ini 155 cm, berat badan
36 Kg (sebelum sakit 42 Kg), lingkar lengan atas 18 cm, IMT (Indeks
Massa Tubuh) 15.
Nn. Y nampak murung dan pasif. Klien mengatakan merasa malu
tentang penyakit paru-paru yang diderita, tidak berani menceritakan
tentang penyakitnya kepada orang lain, cenderung menyembunyikan
tentang penyakitnya kepada dan memilih menyebutkan jenis penyakit
lain jika ada yang bertanya tentang penyakit.
b. Asal : Dapat berasal dari internal/ eksternal individu.
Interpretasi pada kasus : (Internal) penyakit yang diderita Nn. Y
menyebabkan Nn. Y merasa sedih dan malu. Klien cenderung
menyembunyikan tentang penyakitnya dan memilih menyebutkan jenis
penyakit lain jika ada yang bertanya tentang penyakit. Klien merasa
khawatr dan takut akan ditolak oleh lingkungan, dijauhi atau dicemooh
oleh orang lain akibat penyakit TB paru-nya ini.
c. Waktu :Meliputi kapan terjadinya, berapa lama individu terpapar
stressor, dan berapa sering mengalami stressor tersebut.
Interpretasi pada kasus: Memiliki penyakit Tb paru ini sekitar 6
minggu sebelum masuk RS. Dan klien pernah berobat ke Puskesmas
akibat sering mengalami batuk-batuk.
d. Jumlah : Individu akan sulit mengatasi stessor bilamana beberapa
stressor yang terjadi secara bersama.
Interpretasi pada kasus: Jumlah pengalaman stress yang dialami
Nn. Y berjumlah satu yaitu penyakit TB paru dengan DIH (Drug
Induced Hepatitis) yang mengakibatkan Nn. Y merasa sedih dan malu
karena harus berhenti bekerja dan khawatir akan masa depannya kelak.

4.3. TANDA DAN GEJALA


Penilaian dari seorang stressor melibatkan penentuan makna dan
pemahaman dampak dari situasi yang menekan untuk individu. Tanda dan
gejala ini meliputi respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial.
a. Kognitif
Kognitif disini menjadi penengah psikologis antara sesorang
dengan lingkungan dalam menghadapi stress. ini berarti bahwa
kerusakan atau potensi kerusakan suatu situasi ditentukan berdasarkan
pemahaman orang tersebut tentang kemampuan situasi dalam
menyelesaikan masalah dan cara yang dimiliki orang tersebut untuk
menetralisir atau mentoleransi bahaya (masalah).

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 6
Interpretasi pada kasus : Klien mengatakan merasa malu tentang
penyakit paru-paru yang dideritanya, ia tidak berani menceritakan
tentang penyakitnya kepada orang lain. Ia juga mengatakan merasa
sedih karena terpaksa harus berhenti bekerja akibat penyakitnya ini.
Ditambah lagi menurut klien dan keluarga memandang bahwa
penyakit TB paru ini merupakan penyakit yang memalukan dan
merupakan suatu aib bagi keluarga. Klien mengatakan khawatir dan
takut akan ditolak oleh lingkungan, dijauhi atau dicemooh oleh orang
lain akibat penyakit TB paru-nya.
b. Afektif
Berhubungan dengan perasaan (feeling) seseorang yang dapat
dinyatakan dengan emosi. Interpretasi pada kasus : Klien cenderung
murung dan pasif dan cenderung menyembunyikan tentang
penyakitnya.
c. Fisiologis
Berhubungan dengan respon tubuh seseorang yang mengalami
masalah atau stess. Hal ini terjadi karena adanya interaksi di sistem
saraf otonom dan meningkatnya aktivitas dari sumbu pituitari-adrenal.
Interpretasi pada kasus : Klien mengeluh mual, kadang-kadang
muntah, tidak nafsu makan. Keluhan ini dirasakan klien sejak
mengkonsumsi obat paru-paru (OAT) yang diperolehnya dari
Puskesmas.
Kondisi kesehatan umum klien menunjukkan klien nampak sakit
dengan kesadaran compos mentis, berat badan yang turun menjadi 36
Kg (sebelum sakit 42 Kg), konjungtiva pucat berwarna pink muda,
sklera nampak keruh, bibir agak pucat dan kering.
d. Perilaku
Hasil dari respons emosional dan fisiologis, serta analisis kognitif
seseorang terhadap situasi yang menekan. Interpretasi pada kasus :
Selama wawancara klien tidak berani menceritakan tentang
penyakitnya, cenderung menyembunyikan tentang penyakitnya dan
memilih menyebutkan jenis penyakit lain. Klien mengatakan langsung
merasa mual saat membaynagkan obat-obat paru yang pernah
diminumnya. Apabila membicarakan tentang obat-obat TBC klien
nampak tegang.
e. Sosial
Cara seseorang menilai suatu peristiwa adalah kunci psikologis
untuk memahami upaya penanggulangan dan sifat serta intensitas
respons stres. Berhubungan dengan kegiatan sosial dan hubungan
sosial seseorang yang terpengaruh akan masalah yang dihadapi
seseorang tersebut.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 7
Interpretasi pada kasus : Klien khawatir dan takut akan ditolak oleh
lingkungan, dijauhi atau dicemooh oleh orang lain akibat penyakit nya
ini. Klien dan keluarga menganggap bahwa penyakitnya ini merupakan
aib bagi keluarga.

4.4. SUMBER KOPING


Sumber koping yaitu suatu pilihan atau strategi yang membantu
menentukan apa yang bisa dilakukan serta apa yang dipertaruhkan.
Sumber koping meliputi :
a. Personal Ability
Berhubungan dengan kemampuan dari seseorang dalam
menyelesaikan masalahnya. Interpretasi pada kasus : Pesien cenderung
murung dan pasif,dan merasa malu tentang penyakit paru-paru yang
dideritanya, tidak berani menceritakan tentang penyakit dah memilih
menyebutkan jenih penyakit lain.
b. Sosial Support
Berhubungan dengan penyelesaikan masalah dengan orang lain,
meningkatkan kemungkinan mendapat kerja sama dan dukungan dari
yang lain, dan memberikan kontrol sosial individu yaang lebih besar.
Interpretasi pada kasus : Dukungan sosial tidak disebutkan di
dalam kasus karena Nn. Y memilih untuk menyebutkan jenis penyakit
lain apabila ditanya mengenai penyakit paru-nya tersebut. Dan Nn. Y
nampak gelisah apabila diajak diskusi mengenai OAT.
c. Material Assets
Merujuk pada uang dan barang dan jasa yang dapat dibeli dengan
uang, serta masalah keuangan seseorang berhubungan dengan masalah
yang dihadapai seseorang.
Interpretasi pada kasus : Nn. Y berhenti bekerja dari pekerjaannya
karena penyakit paru nya tersebut. Sehingga produktivitas dari Nn. Y
tidak lagi terpenuhi.
d. Positive Beliefs
Keyakinan seseorang dalam mengatasi masalahnya, keyakinan ini
juga sebagai dasar harapan dan dapat mempertahankan upaya
penanggulangan seseorang dalam situasi yang paling buruk.
Interpretasi pada kasus : Pasien terlihat belum adanya perasaan
maupun keyakinan yang positif atas dirinya. Ditandai dengan Ny.y
yang cenderung murung dan pasif, merasa malu tentang penyakit paru-
paru yang dideritanya, tidak berani menceritakan tentang penyakitnya
dan memilih menyebut penyakit lain jika di tanya, sedih karena
terpaksa harus berhenti bekerja,dan merasa malu karena menjadi tidak
produktif dan merasa khawatir akan masa depannya kelak.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 8
4.5. MEKANISME KOPING
Pada titik inilah dalam model mekanisme koping muncul. Ini adalah
waktu yang penting untuk kegiatan k3eperawatan yang diarahkan pada
pencegahan primer. Mekanisme koping adalah segala upaya yang
diarahkan pada manajemen stres dan mereka bisa konstruktif atau
destruktif.
Dalam upaya menangani masalah yang dialami klien, pada kasus di
sebutkan bahwa hubungan klien dengan keluarga sangat dekat. Namun,
disaat klien terkena penyakit paru nya ini, ia memilih untuk
menyembunyikan dan takut apabila nanti nya ia dijauhi atau dicemooh.
a. Problem-focused
Mekanisme penanggulangan, yang melibatkan tugas dan upaya
langsung untuk mengatasi ancaman itu sendiri. Contohnya termasuk
negosiasi, konfrontasi, dan meminta saran.
Interpretasi pada kasus : Klien mengatakan merasa sedih karena
terpaksa harus berhenti bekerja akibat menderita penyakit ini. Kondisi
ini juga membuat klien merasa malu karena menjadi tidak produktif
dan merasa khawatir akan masa depannya kelak.
b. Cognitively-focused
Mekanisme koping, dimana orang berusaha untuk mengendalikan
makna masalah dan dengan demikian menetralisirnya. Contohnya
termasuk perbandingan positif, ketidaktahuan selektif, penggantian
imbalan, dan devaluasi objek yang diinginkan.
Interpretasi pada kasus : Di dalam kasus tidak disebutkan secara
spesifik kepada siapa klien memiliki hubungan baik dalam hal
mekanisme koping penyakitnya. Namun, klien melakukan perawatan
di RS, klien ditemani dengan keluarga.
c. Emotion-focused
Mekanisme koping, dimana pasien berorientasi untuk memoderasi
tekanan emosional. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme
pertahanan ego, seperti penolakan, penekanan, atau proyeksi
Interpretasi pada kasus : Klien cenderung murung dan pasif, tidak
berani menceritakan penyakitnya kepada orang lain dan memilih
menyebutkan jenis penyakit lain jika ada yang bertanya tentang
penyakitnya ini. Klien mengatakan khwatir dan. Klien nampak tegang
jika membicarakan tentang obat-obat TBC.
Dalam hal ini, dari kasus Nn. Y dapat dikatakan mekanisme koping
yang terjadi mengarah kearah destruktif.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 9
4.6. RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

Keterangan :
a. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara
jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif
dan realistis.
e. Harga diri rendah
Transmisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Keracunan identitas
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanan ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
g. Depersonalisasi
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendir dan orang lain, dan tubuhnya sendir terasa
tidak nyata dan asing baginya.

Sesuai dengan pengkajian yang telah dilakukan, pada kasus Nn. Y


dapat di simpulkan bahwa rentang respon konsep diri yang di alami oleh
Nn. Y yaitu termasuk ke dalam rentang respon konsep diri harga diri

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 10
rendah, karena hal ini merupakan transisi antara respon konsep diri adaptif
dan maladaptif. Sesuai dengan kasus di atas bahwa klien sedikit
menyembunyikan tentang penyakitnya kepada siapapun, namun klien
masih dalam perilaku yang masih dalam batas tidak merusak (dalam hal
ini klien tidak melakukan respon yang destruktif).

4.7. PSIKODINAMIKA: HARGA DIRI RENDAH


Gambar. Psikodinamika Harga Diri Rendah

PREDISPOSISI

BIOLOGIS PSIKOLOGIS SOSIOKULTURAL


PRESIPITASI
Nn. Y mengeluh mual, Nn. Y nampak murung dan Nn. Y berusia 18 tahun,
kadang muntah, tidak nafsu pasif. Klien mengatakan pendidikan terakhir SLTA.
makan kurang lebih selama merasa malu tentang Pekerjaan sebelum sakit
dua minggu sebelum masuk penyakit paru-paru yang adalah SUMBER WAKTU
karywati namun
RS. Klien di diagnosa medis diderita, tidak berani setelah di diagnosa TB paru,
(Internal)
SIFAT penyakit yang
Memiliki
JUMLAH
TB paru dengan DIH (Drug menceritakan tentang Nn. Y berhenti bekerja.
diderita penyakit
Nn.Tb paruY
Induced Hepatitis) pada penyakitnya kepada orang Nn. menyebabkan
Y didiagnosa TB paru
Jumlah Nn. Y
ini sekitar 6
tanggal 9 Mei 2013. Riwayat lain, cenderung dengan DIH (Drug Induced
pengalaman
merasa minggu
sedih dan stress
malu.
sebelum
penyakit keluarga menurut
Laporan Pendahulan: menyembunyikan
Asuhan Keperawatan tentangHarga DiriHepatitis)
Pada Klien dengan Rendah | 11
yang RS. yang
dialami Nn.
Klien masuk cenderung DanY
orang tua klien ada pada penyakitnya kepada dan mengakibatkan klien
berjumlah
menyembunyikan
klien satu
pernah
kakek klien yaitu pernah memilih menyebutkan terpaksa berhenti bekerja.
yaitu
tentang penyakit
penyakitnya
berobat TB
dan
ke
sakit paru-paru namun riayat jenis penyakit lain jika ada Karena hal tersebut klien
SUMBER KOPING

Personal Ability Sosial Support Material Assets Positive Beliefs

Pasien cenderung Tidak dijelaskan di Nn. Y berhenti Ny.Y terlihat belum


murung dan pasif, dalam kasus bekerja dari adanya perasaan
dan merasa malu pekerjaannya karena maupun keyakinan
tentang penyakit penyakit paru nya positif. Ditandai dengan
yang dideritanya. tersebut. Sehingga Ny.Y yang mencerung
produktivitas dari Nn. murung dan malu.
Y tidak lagi
terpenuhi.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 12
PENILAIIAN TERHADAP STRESOR

KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS SOSIAL


Klien Klien Klien mengeluh PERILAKU
Klien khawatir dan
mengatakan cenderung mual, kadang-
merasa malu Selama takut akan ditolak
murung dan kadang muntah,
tentang penyakit wawancara klien oleh lingkungan,
pasif dan tidak nafsu
paru-paru yang tidak berani dijauhi atau
dideritanya, ia cenderung makan. Keluhan menceritakan dicemooh oleh
tidak berani menyembunyik ini dirasakan tentang orang lain akibat
menceritakan an tentang klien sejak
tentang penyakitnya, penyakit nya ini.
penyakitnya. mengkonsumsi
penyakitnya cenderung Klien dan keluarga
kepada orang obat paru-paru menyembunyika menganggap
lain. Ia juga (OAT) yang n tentang bahwa penyakitnya
mengatakan diperolehnya penyakitnya dan ini merupakan aib
merasa sedih dari Puskesmas.
karena terpaksa memilih bagi keluarga.
Kondisi menyebutkan
harus berhenti
bekerja akibat kesehatan umum jenis penyakit
penyakitnya ini. klien lain. Klien
Ditambah lagi menunjukkan mengatakan
menurut klien klien nampak
dan keluarga langsung merasa
sakit dengan mual saat
memandang
bahwa penyakit kesadaran membaynagkan
TB paru ini compos mentis, obat-obat paru
merupakan berat badan yang pernah
penyakit yang MEKANISME KOPING
yang turun diminumnya.
memalukan dan
menjadi 36 Kg Apabila
merupakan suatu
aib bagi
(sebelum sakit membicarakan
DESTRUKTIF
keluarga. Klien 42 Kg), tentang obat-
mengatakan konjungtiva obat TBC klien
khawatir dan pucat
RENTANGberwarna
RESPONnampak
KONSEP DIRI
takut akan
tegang.
pink muda,
ditolak oleh
lingkungan,
sklera nampak
dijauhi atau keruh, bibir
Sesuai dengan pengkajian yang telah dilakukan, pada kasus Nn. Y dapat di
dicemooh oleh agak pucat dan
orang lain akibat
simpulkan bahwa rentang respon konsep diri yang di alami oleh Nn. Y
kering.
penyakit TB yaitu termasuk ke dalam rentang respon konsep diri harga diri rendah,
paru-nya. karena hal ini merupakan transisi antara respon konsep diri adaptif dan
maladaptif.
Laporan Pendahulan: Sesuai
Asuhan dengan
Keperawatan Padakasus di atas
Klien dengan Hargabahwa klien| 13sedikit
Diri Rendah
menyembunyikan tentang penyakitnya kepada siapapun, namun klien
masih dalam perilaku yang masih dalam batas tidak merusak (dalam hal ini
klien tidak melakukan respon yang destruktif).
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Harga diri rendah situasional dengan definisi munculnya persepsi negatif
tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini (Herdman &
Kamitsuru, 2015)

6. DIAGNOSIS MEDIS YANG MUNGKIN MUNCUL RESPON HARGA


DIRI RENDAH
Diagnosa medis yang dapat di ambil yaitu diagnosis medis yang
memungkinkan berdampak pada masalah harga diri rendah situasional yaitu
TB paru dengan DIH (Drug Induced Hepatitis).

7. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


7.1 RENCANA TINDAKAN PADA KLIEN
1. Bantu klien untuk menemukan penerimaan diri
2. Berikan pengalaman yang akan meningkatkan otonomi pasien,
dengan tepat
3. Dukung klien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif
melalui pembicaraan pada diri sendiri dan secara verbal terhadap
diri setiap hari
4. Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri klien dalam
mengatasi situasi
5. Buat pernyataan positif mengenai pasien

7.2 RENCANA TINDAKAN PADA KELUARGA


1. Diskusikan masalah yang dialami
2. Diskusikan tahapan penyembuhan
3. Diskusikan kan cara merawat
4. Diskusikan cara meningkatkan motifasi
5. Diskusikan pengawasan dalam minum obat

8. EVALUASI HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN


8.1 EVALUASI KEMAMPUAN KLIEN DAN KELUARGA
1. Klien dapat mengidentifikasi kekuatan dalm dirinya
2. Klien mampu menemukan penerimaan diri
3. Klien mampu menguatkan kekuatan pribadi yang telah
diidentifikasinya
4. Klien mampu untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif
melalui pembicaraan pada diri sendiri dan secara verbal terhadap
diri setiap hari
5. Klien dapat menyampaikan atau mengungkapkan kepercayaan
dirinya dalam mengatasi situasi

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 14
8.2 EVALUASI TERHADAP TANDA GEJALA PADA KLIEN
1. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
2. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
3. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
4. Keluarga memberikan motivasi pada klien untuk sembuh
5. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat

9. DOKUMENTASI
Terlampir

IMPLEMENTASI EVALUASI

Tanggal: 24 Mei 2018


Data:
Pasien
Klien saat masuk RS adalah mual,
kadang-kadang muntah, tidak nafsu
makan yang telah berlangsung selama
dua minggu sebelum masuk RS
mengatakan merasa malu tentang
penyakit paru-paru yang dideritanya,
tidak berani menceritakan tentang
penyakitnya dan memilig menyebutkan
jenis penyakit lain jika ada yang
bertanya tentang penyakit, klien juga
mengatakan merasa sedih karena
terpaksa harus berhenti bekerja akibat
menderita penyakit ini

Keluarga:
Tidak dijelaskan dalam kasus

Diagnosis Keperawatan:
Harga diri Rendah Situasional

Tindakan Keperawatan
Pasien:
1. Membantuantu klien untuk

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 15
menemukan penerimaan diri
2. Memberikan pengalaman yang akan
meningkatkan otonomi pasien,
dengan tepat
3. Mendukung klien untuk terlibat
dalam memberikan afirmasi positif
melalui pembicaraan pada diri
sendiri dan secara verbal terhadap
diri setiap hari
4. Menyampaikan atau ungkapkan
kepercayaan diri klien dalam
mengatasi situasi
5. Membuat pernyataan positif
mengenai pasien

Keluarga:
1. Mendiskusikan masalah yang
dialami
2. Mendiskusikan tahapan
penyembuhan
3. Mendiskusikan cara merawat
4. Mendiskusikan cara meningkatkan
motifasi
5. Mendiskusikan pengawasan dalam
minum obat

Rencana Tindak Lanjut


Pasien:
Topik: Meningkatkan harga diri
Waktu: 25 Mei 2015, Pukul 08.00 WIB
Tempat: Bangsal Pasien
Keluarga:
1. Melatih cara merawat

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 16
10. REFERENSI

Abdad, F. A. 2013. Asuhan keperawatan harga diri rendah situasional pada nn. y
yang mengalami tb paru dengan pengobatan oat di ruang antasena rs. dr. h.
marzoeki mahdi bogor. Jurnal Kesehatan
Dochterman, J.M., & Bulechek, G. M. 2014. Nursing Interventon classification
(NIC).5TH ED. America Mosby Elsevier
Herdman, T. H., dan S. Kamitsuru. 2015. NANDA International Inc. Nursing
Diagnoses : Definitions & Classification 2015-2017. 10th Edition. John
Wiley & Sons Inc. Terjemahan oleh B. N. Keliat. 2015. NANDA
International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-
2017. Ed 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stuart,G. W. 2013. Priciples and Practice of Psychiatric Nursing. Edisi 10. St


Louis: Elsevier Inc

Suerni, T., B. A. Keliat, dan N. H. C.D. 2013. Penerapan Terapi Kognotif dan
Psikoedukasi Keluarga pada Klien Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira
Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2013. Jurnal
Keperawatan Jiwa. 1(2):161–169.
Yusuf, A., R. F. PK, dan H. E. Nihayati. 2014. Keperawatan. Jakarta Selatan:
Salemba Medika. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 17
Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

SP 1. PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


1. TAHAP ORIENTASI
1.1. Salam dan perkenalan
“Assalamualaikum, Selamat Pagi mbak. Perkenalkan saya perawat
Sustyarko Onny. Mbak bisa memanggil saya perawat Onny. Saya perawat
yang bertanggung jawab dalam perawatan mbak hari ini. Di sini saya
perawat yang bertugas pada shift kali ini dari pukul 07.00 samapi 14.00
nanti. Mohon maaf mbak, bisa disebutkan nama lengkapnya mbak ?”
1.2. Evaluasi
“Baik mbak, bagaimana keadaan mbak hari ini ?... ”
1.3. Validasi (Kemampuan untuk menyelesaikan masalah (data
evaluasi)
“Bagaimana perasaan mbak ketika tidak lagi bekerja secara normal setelah
didiagnosis penyakit paru ini ?”
1.4. Kontrak
1.3.1 Topik
“Kalau begitu jika mbak tidak keberatan, bagaimana jika kita
berbincang-bincang sebentar mengenai hal-hal positif yang bisa
mbak lakukan sehari-hari? Tujuannya agar mbak dapat melakukan
kegiatan positif yang mbak jalani dan memilih serta memasukan
kegiatan tersebut ke dalam jadwal harian mbak. Apaka mbak tidak
keberatan ? ... ”
1.3.2 Waktu
“Baik mbak. Mbak bagaimana jika bincang-bincang kali ini
memerlukan waktu 20 menit saja ? Nanti jika ada situasi yang

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 19
mendadak, bincang-bincang ini bisa dihentikan. Bagaimana mbak,
apakah mbak siap memulai bincang-bincang ini ?”
1.3.3 Tempat/Posis
“Mbak boleh tidur atau duduk senyaman mbak ya. ”

2. TAHAP KERJA
2.1 Mengenal masalah Harga Diri Rendah: Penyebab, tanda gejala dan
Dampak
Perawat : “Baik mbak. Bagaimana perasaan mbak setelah didiagnosa
TB paru ini ?
Pasien : “ Saya sedih dan malu mas. Penyakit TB ini membuat
saya berpikir jika nanti saya tidak lagi diterima di
lingkungan saya”
Perawat : “Kemudian, hal apa yang mbak lakukan ketika perasaan
sedih dan malu itu muncul ?”
Pasien : “ Saya hanya diam, merenung, dan memikirkan bahwa
saya ini merupakan aib bagi keluarga saya”
Perawat : “Baik mbak, mungkin kalau saya ada diposisi mbak, saya
juga akan merasakan apa yang mbak rasakan sekarang.
Mohon maaf mbak, mungkin mbak memiliki kemampuan
atau hobby di bidang tertentu seperti masak atau hal lain?
Mbak bisa melatih kemampuan mbak yang nantinya
kemampuan tersebut bisa sebagai salah satu kemampuan
yang dapat membuat produktivitas kembali mengalir.
Misalkan mbak suka memasak, dengan memasak dan
melatih kemampuan memasak mbak nanti hasil nya bisa
dijual lagi”
Pasien : “Baik mas, akan saya coba suatu saat nanti”
Perawat : “Baik mbak, semoga dengan mbak menceritakan
mengenai perasaan mbak sekarang bisa sedikit mengurangi
beban yang dirasakan saat ini. Dan semoga mbak lebih
tenang dan tidak khawatir di lingkungan nanti”

2.2 Bantu identifikasi aspek positif/kemampuan positif yang dimiliki


“Selama perawatan di RS ini, biasanya yang merawat siapa ya mbak?
Orang tua atau teman ?”
“Jika dirawat oleh orang tua mbak, mbak nantinya bisa mencurahkan
semuanya kepada orang tua mbak. Mbak bisa berbagi cerita dan
mengungkapkan perasaan mbak kepada orang tua. Dan mbak bisa
bersosialisasi kembali dengan lingkungan.”
2.3 Bantu buat daftarnya

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 20
“Mbak tetap meminum obat secara rutin, sambil berdoa dan
melakukan aktifitas yang bisa mbak kerjakan di rumah agar mbak
tidak merasa sedih berkepanjangan“
2.4 Latih kemampuan positif yang dimiliki (berdasarkan kesepakatan
pasien dan keluarga)
a. “Mbak jangan malu dan murung, ingat mbak masih punya
orang tua bisa menjadi teman cerita di setiap saat.“
b. “Agar mbak merasa sedikit lebih tenang serta tidak sedih dan
khawatir memikirkan kondisi mbak nanti, coba sekarang
mbak bisa memikirkan hal-hal positif dalam kehidupan mbak.
Sambil mengingat hal positif, mbak jangan hiraukan mereka
yang mencemooh mbak. Mbak ingat selalu kepada Allah
SWT, dengan sholat rutin 5 waktu. Disela-sela sholat tersebut
mbak sembari meminta pertolongan kepada Allah SWT untuk
diberi kesembuhan. Mbak juga bisa membaca Al-Quran di
setiap saat.“
2.5 Berikan pujian
“Baik mbak, bagus sekali mbak sudah bisa mengungkapkan perasaan
mbak saat ini dan mbak sudah paham mengenai cara-cara yang saya
berikan. Lebih baik untuk dilakukan terus menerus ya mbak.“

3. TAHAP TERMINASI
3.1 Evaluasi
3.1.1 Evaluasi Subjektif : Perasaan klien/keluarga dari
tindakan/intervensi keperawatan yang telah dilakukan di tahap
kerja
Perawat : “ Bagaimana perasaan mbak setelah kita
berbincang-bincang hari ini ?”
Pasien : “Alhamdulillah mas, saya merasa sedikit lega.
Beban hidup ini terasa sedikit terkurangi.”
3.1.2 Evaluasi Objektif : Kemampuan kognitif atau psikomotorik dari
ketrampilan yang telah dilatih perawat di tahap kerja

Perawat : “Kalau begitu, setelah saya beri metode untuk


mengatasi rasa sedih mbak, coba mbak jelaskan apa
saja metode apa yang kita bahas tadi.”

Pasien : “ Dengan memikirkan hal-hal positif, selalu


mengingat Allah dan sholat 5 waktu secara rutin. Di
sela-sela sholat sembari memohon kepada Allah
agar diberikan kesembuhan. Dan juga membaca Al-
Quran.”

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 21
3.2 Rencana Tindak Lanjut

Masukkan latihan keterampilan yang telah dilatih di jadwal klien (Dosis


latihan per hari sehingga klien dan keluarga dapat
membiasakan/membudaya)

“Iya mbak bagus sekali, setiap kali mbak merasa sedih, mbak bisa
melakukan metode yang saya contohkan tadi. Apabila mbak masih sedih
tentang kondisi mbak saat ini, mbak bisa mengingat kembali perbincangan
kita hari ini.“

3.3 Kontrak Pertemuan Selanjutnya


3.3.1 Tempat
“Baik mbak, setelah melakukan perbincangan tadi, apakah ada yang
mbak tanyakan? Jika mbak nantinya memiliki keluhan mbak bisa
menghubungi saya dan saya akan datang ketempat mbak.“
3.3.2 Waktu

“Kira-kira kapan kita bisa bertemu lagi untuk melihat perkembangan


mbak ? “

3.3.3 Topik

“Nanti saya akan kesini lagi untuk melihat perkembangan kondisi


mbak apakah sudah merasa lebih baik dari sebelumnya“

3.4 Salam
“Terimakasih mbak, sudah bercerita dengan saya, semoga setelah
bercerita dengan saya dan setelah apa yang saya beri masukan kepada
mbak tadi perasaan mbak lebih baik, bisa tenang dan kesehatan mbak
supaya bisa terus membaik. Saya permisi ya mbak. Assalamualaikum“

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

EVALUASI PENAMPILAN KLINIK PERAWAT

NAMA :_______________________________________________
_________________
NIM :_____________________________________________________
___________
TINDAKAN :_____________________________________________________
___________

NILAI
N KETERA
KEGIATAN Dilakukan Tidak
O NGAN
(1) Dilakukan (0)
I. ORIENTASI
1 Salam
2 Evaluasi
3 Validasi
KONTRAK/
KESEPAKATAN/INFORM CONSENT
4 Topic/ kegiatan/ tindakan
5 Lama/ tempat kegiatan/ tindakan
II INTI PERCAKAPAN: KEGIATAN/
TINDAKAN
A CARING
6 Peduli/ sensitive
7 Kompeten
8 Percaya diri
B PELAYANAN PRIMA
9 Memberi yang terbaik
10 Memberi lebih dari yang diharapkan
C KOMUNIKASI
11 Teknik komunikasi yang efisien
12 Tindakan sesuai SOP/ SPO
13 Memberi penjelasan
14 Memberikan kesempatan bertanya
15 Sikap professional
III TERMINASI/ PENUTUP
16 Evaluasi perasaan
17 Evaluasi pengetahuan/ ketrampilan
18 Rencana Kerja (PR) pasien/ lawan bicara

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 23
19 Perjanjian yang akan datang
20 Salam
TOTAL NILAI
Jember, Maret 2018
NILAI : TOTAL NILAI X 100: PENILAI
20
(…………………………………………
……)

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Harga Diri Rendah | 24

Anda mungkin juga menyukai