Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH DENGUE HAEMORRHAGIK FEVER (DHF)

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan anak

Dosen Pengampu : Bpk. Arifin Dwi Atmaja. M.kep


Disusun Oleh :
1. Fanny Amalia (A0018066)
2. Feriyadi Pratama (A0018068)
3. Hilwa Daffa (A0018069)
4. Ike pujiati (A0018070)
5. Imam Nur C (A0018071)
6. Indah Verawati (A0018072)
7. Naba’an Abdi N (A0017079)
Kelas/Prodi : 2 B/D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa
ilmu dan amal. Penulis dapat menyelesaikan makalah keperawatan anak yang
insyaallah tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas
tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya
kepada :

1. arifin dwi atmaja, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing dan
pengampu mata kuliah Keperawatan anak.

2. Tem kelompok selaku penulis dan pembuat makalah ini. Dan untuk teman
teman yang lain yang tergabung dalam kelas 2B program studi DIII
Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.


Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun bagi penulis butuhkan
untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Slawi, 2 Maret 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................................... ii

DAFTARISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ................................................................................. 1

B.Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

c.Tujuan .......................................................................................................... 2

d.Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian ...................................................................................... 3
2. Etiologi ........................................................................................... 3
3. Manifestasi Klinik ........................................................................ 4
4. Klarifikasi ..................................................................................... 4
5. .. Patofisiologi .................................................................................
5
6. Pathway ............................................................................................... 6
7. Komplikasi .......................................................................................... 7
8. Pemeriksaan diagnostik ...................................................................... 9
9. Penatalaksanaan .................................................................................. 9

BAB III Asuhan Keperawatan DHF

A. Pengkajian ...................................................................................... 12

B. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 13

C. Iintervensi keperawatan ................................................................. 13

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................................... 18

Saran .................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Haemorrhagik fever (DHF) adalah penyakit demem akut yang
dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotype virus dari
genus falvivirus, virus RNA dari keluarga falviviridae (Soedarto,2012)
Dengue Haemorhage fever (DHF) merupakan salah satu infeksi arbovirus
yang paling umum muncul didaerah tropis dan subtropics diseluruh dunia.
Infeksinya disebabkan oleh nyamuk yang menyebabkan demam,
pembengkakan, dan perdarahan disimpul kelenjar getah bening. Juga
menyebabkan rasa sakit yang sangat diotot dan persendian ini, seringkali
diderita oleh anak dibawah 10 tahun, dan infeksinya bisa kambuh lagi pada
tahun berikutnya (Mursalin, 2011).
Dibeberapa Negara didunia khususnya di Indonesia kejadian luar biasa
terutama khususnya yang disebabkan oleh penyakit menular seperti DHF,
Malaria, Diare dan lain-lain masih terjadi, penyakit ini cenderung meluas
keseluruh nusantara.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan DHF pada anak ?
2. Apakah sajakah etiologi DHF pada anak ?
3. Apa sajakah tanda dan gejala DHF pada anak ?
4. Bagaimana patofisiologi DHF pada anak ?
5. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik DHF pada anak ?
6. Apa sajakah asuhan keperawatan DHF pada anak ?

1
2

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada anak dengan penyakit DHF.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk Mengetahui Definisi dari DHF.
2) Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang penyakit DHF
pada anak

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang DHF
2. Sebagai bahan pertimbangan mengenai literature DHF
BAB II
PEMBAHASAN

A. Demam Dengue
1. Pengertian
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat
dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga
dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan
dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2011). Sehingga penulis dapat
menyimpulkan bahwa penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan
oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ) nyamuk aedes
aegepty.

2. Etiologi
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda.Vector utama penyakit DHF adalah nyamuk aedes
aegypti(didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan).
(Widoyono, 2011).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,
kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100
butir (Murwani, 2011).

3
4

3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama DHF adalah demam tinggi yang timbul
mendadak, sakit kepala yang berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan
sendi. Demam tinggi berlangsung selama lima sampai enam hari (39-
40oC). (Soedarto 2012

Demam dengue menunjukkan gejala-gejala klinis sebagai berikut:


 Demam tinggi yang timbul mendadak
 Sakit kepala yang berat, terutama di kepala bagian depan
 Nyeri di belakang mata yang semakin sakit jika mata
digerakkan
 Sakit seluruh badan dan nyeri sendi
 Mual atau muntah
 Uji Torniquet

4. Klarifikasi
Pembagian Derajat menurut WHO (2011):
a. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.
b. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit
atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (≤20mmHg)
hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan anak gelisah.
d. Derajat IV : demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak
teraba dan tekanan darah tak terukur).
5

5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke
intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.Trombositopenia dapat terjadi
akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani, 2011).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).
6

6. Pathway
a. Phatway DHF
7

7. Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok.Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati.Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah
otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh.Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar
darah otak.Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut.Pada ensefalopati cenderung terjadi udem
otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan
cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera
dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan
NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak
diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila
terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak
diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K
intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg.
Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan
mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi
asidosis dan elektrolit. 13 Perawatan jalan nafas dengan pemberian
oksigen yang adekuat.Untuk mengurangi produksi amoniak dapat
diberikan neomisin dan laktulosa.Usahakan tidak memberikan obat-
obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk
mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar
atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan tranfusi tukar.Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam
amino rantai pendek.
8

b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.Dapat dijumpai
sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.Untuk mencegah gagal
ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi
dengan baik.Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.Diuresis
diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam.Oleh karena bila syok belum
teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat
terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin. 14.
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai
akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari
sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya
tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma
masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila
hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran
udem paru pada foto rontgen dada. Komplikasi demam berdarah
biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk demam berdarah
yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling
serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:
1) Dehidrasi
2) Pendarahan
3) Jumlah platelet yang rendah
4) Hipotensi
9

5) Bradikardi
6) Kerusakan hati

8. Pemeriksaan diagnostic
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani,
2011):
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal:
pria 40-50%; wanita 35-47%.
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara
tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5
menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang
20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai
kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien
masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga
diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan
pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau
jaringanjaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang
untuk penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang
dikerjakan.

9. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar
yang bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran.Perawatan
kita berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan
beratnya penyakit.
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan
elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman
karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata. Perawat:
istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan
10

minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompre dingin,


memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan,
diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik
dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan
hemaesis. Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang
tampon sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam
bentuk lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu,
mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila
perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin membatasi
terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai
dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus,
jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu,
nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan
keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock. 17 Perawatan:
mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan
kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat
dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut dan hidung, beri
oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau
pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin
dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian
kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1) Menggunakan insektisida Yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh
jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate)
ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu
11

bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1


ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2) Tanpa insektisida Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan
dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan
telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari); Menutup tempat penampungan
air rapat-rapat; Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas,
botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
BAB III

Asuhan Keperawatan DHF

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,


verifikasi, komunikasi dan data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari
dua tipe yaitu data subyektif dan persepsi tentang masalah kesehatan mereka
dan data obyektif yaitu pengamatan/pengukuran yang dibuat oleh
pengumpulan data. Berdasarkan klasifikasi NANDA (2018) meliputi :
1. Identitas : Nama, umur, alamat, tempat tanggal lahir, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit terdahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
7. Riwayat tumbuh kembang
b. Perkembangan psikoseksual
c. Perkembangan psikosoksial
d. Perkembangan koognitif
8. Pola fungsi kesehatan
e. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
f. Pola Nutrisi Metabolic
g. Pola Eliminasi
h. Pola Aktivitas Latihan
i. Pola Istirahat dan Tidur
j. Pola Kognitif Perseptual
k. Pola Konsep Diri
l. Pola Seksual Reproduksi
m. Pola Koping Stress
n. Pola Nilai Kepercayaan

12
13

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler
ke ekstravaskuler
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto
pembekuan darah ( trombositopeni )
6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan
perdaahan
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh antara 36 – 37
- Nyeri otot hilang
Intervensi :
a. Beri komres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara
konduksi
b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari
( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
14

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah


menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah )
tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai
program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan suhu tubuh
pasien.
2. Resiko defisit volume cairan  berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria :  
- Input dan output seimbang
- Vital sign dalam batas normal
- Tidak ada tanda presyok
- Akral hangat
- Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan
intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ
diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
15

Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral


e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah
terjadinya hipovolemic syok.
3. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria :- Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama
saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /
syok.
b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk
memastikan tidak terjadi presyok / syok
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria :
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukkan berat badan yang seimbang.
16

Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu
makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
g. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah ( trombositopeni).
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
- TD; 100/60 mmHg.
- N; 80-100x/menit reguler.
- pulsasi kuat
- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
17

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran


pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-
tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah  dan kemungkinan perdarahan yang
dialami pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika
ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk
penaganan dini bila terjadi perdarahan.
e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil
darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Dengue Haemorhage fever (DHF) merupakan salah satu infeksi
arbovirus yang paling umum muncul didaerah tropis dan subtropics diseluruh
dunia. Infeksinya disebabkan oleh nyamuk yang menyebabkan demam,
pembengkakan, dan perdarahan disimpul kelenjar getah bening. Juga
menyebabkan rasa sakit yang sangat diotot dan persendian ini, seringkali
diderita oleh anak dibawah 10 tahun, dan infeksinya bisa kambuh lagi pada
tahun berikutnya (Mursalin, 2011).
Penyakit DHF dapat menyerang siapa saja terutama pada anak-anak
sampai dewasa serta seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.adapun
tanda dan gejala ;Sakit kepala,Tanda tanda renjatan (sianosis, kulit lembab
dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah),Mual,
muntah, tidak ada nafsu makan, diare konstipasi, Nyeri otot, tulang sendi,
abdomen dan ulu hati.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang
penyakit asma bronhkial,dan khususnya bagi penulis.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta:


Sugeng Seto.
Mursalin. 2011. Peran-perawat-dalam-kaitannya-mengatasi DBD.html
http://id.wikipedia.org/wiki.com. Diperoleh tanggal 12 Desember 2011
Sudoyo, A.W.Setiyohadi, B.Alwi, I.Simadibrata, M. & Setiati, S. 2010.Buku ajar
ilmu penyakit dalam.Edisi ke-4.Pusat Penerbit Ilmu penyakit Dalam FKUI,
Jakarta, 1218-20.
Widoyono. 2011. Penyakit tropisepidemologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I.
Yogyakarta
WHO.Dengue.Guidelines for Diagnosis, Treatment. Prevention and Control New
Edition. Geneva:WHO. 2011.
NANDA.(2018). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018. Jakarta
-EGC

Anda mungkin juga menyukai