Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu


Stase KMB

Oleh:
BUDI SANTOSO
2020207209159

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2020/2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa
pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan
eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan
darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan
sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah
merah yang berlebihan (Elizabeth, 2002).
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama
tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat
infeksi parasit gastrointestinal. Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas
10 gr/dl, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya
Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain,
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh .
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat
gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama
anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan
diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri.
Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum: untuk memahami tentang penyakit anemia.

2. Tujuan Khusus:

a. Untuk mengetahui pengertian anemia

b. Untuk mengetahui klasifikasi anemia

c. Untuk mengetahui etiologi anemia

d. Untuk mengetahui patofisiologi anemia

e. Untuk mengetahui manisfestasi klinis anemia

f. Untuk mengetahui komplikasi anemia

g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang anemia

h. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia

i. Untuk mengetahui pengkajian fokus anemia

j. Untuk mengetahui pathways keperawatan anemia

k. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan anemia

l. Untuk mengetahui fokus intervensi keperawatan anemia.


TINJAUAN TEORI ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Menurut Price dan
Wilson (2006) Anemia adalah berkurang nya hingga dibawah nilai normal jumlah sel darah
merah, hemoglobin, dan volume packed red cell (hematokrit). Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002) anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2003)

B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh penurunan sel prekursor
dalam sumsum tulang dan lemak menggantikan sumsum tulang (Charlene J. Reeves,
2001). Etiologinya menurut Brunner dan Suddarth (2001) yaitu faktor congenital,
akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan, zat kimia, dan kerusakan akibat radiasi.
Penyerang yang paling umum adalah antimikrobial (klorampenikol), arsenic
organik, antikonvulsan, fenibutazon sulfonamid.
1)      Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddarth (2001)
a) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
b) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
c) Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi dimana kandungan besi tubuh total
tidak adekuat untuk perkembangan sel darah optimal. (Sandra M. Nettina, 2002).
Penyebab: Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi, Gangguan absorbsi (post gastrektomi), Kehilangan darah yang menetap
(neoplanemia, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh definisi vitamin B12
dan defisiensi asam folat yang memperlihatkan perubahan sumsum tulang dan darah
perifer yang identik (Brunner dan Suddarth, 2002).Anemia ini disebabkan oleh
gangguan sintesis DNA, disertai kegagalan maturasi dan pembelahan inti (Price dan
Wilson, 2006). Hal ini dapat di sebabkan oleh defisiensi defisiensi vitamin B12 dan
defisiensi asam folat, malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan
keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi dan pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh terjadinya penghancuran
(hemolisis) eritrosit yang berlebihan (Brunner dan Suddarth, 2002). Pada anemia
hemolitik ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek (Brunner dan Suddart,
2001). Penyebabnya yaitu pengaruh genetik, obat-obatan tertentu, penyakit Hookin,
limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik, defisiensi glukosa 6 fosfat
dihidrogenase, proses autoimun, reaksi transfusi, malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigen pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin planemia (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam planemia (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi planemianya melebihi kapasitas haptoglobin planemia (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat
proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E. PATHWAYS
 

F.

RISIKO
INFEKSI KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN

KELETIHAN
KELETIHAN

Mual

RISIKO PENURUNAN
PERFUSI JARINGAN
JANTUNG

TANDA DAN GEJALA


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

G. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung,
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

H. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


1. Kadar Hb, hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada defisiensi besi
a. Mencari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
3. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Lakukan pengkajian fisik
2.      Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3.      Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekwensi jatung

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan hipoksia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat
intake makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Keletihan berhubungan dengan anemia
6. Mual berhubungan dengan Ca Intraabdomen
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIANGOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan
(00027) selama 3x24 jam volume cairan tubuh Aktivitas-aktivitas:
klien meningkat dengan kriteria: 1. Menjaga intake/asupan yang akurat dan
Definisi: mencatat output pasien
Penurunan cairan intravaskuler, Kesimbangan cairan 2. Memonitor status hidrasi
interstisial, dan/atau intraseluler. 3. Memonitor hasil laboratorium yang
Ini mengacu pada dehidrasi, Indikator Target relevan dengan retensi cairan
kehilangan cairan saja tanpa Tekanan darah 5 4. Memonitor status hemodinamik
perubahan kadar natrium. Denyut nadi radial 5 5. Memonitor tanda-tanda vital pasien
Turgor kulit 5 6. Memberikan terapi IV
Domain 2: Nutrisi Kelembaban membran 5 7. Memonitor status gizi
Kelas 5: Hidrasi mukosa 8. Memberikan cairan dengan tepat
Batasan Karakteristik: Hematokrit 5 9. Mendukung pasien dan keluarga untuk
- Haus membantu dalam pemberian makanan
- Kelemahan Keterangan: yang baik
- Kulit kering 1: Sangat terganggu 10. Memberikan produk-produk darah
- Membran mukosa kering 2: Banyak terganggu
- Peningkatan frekuensi nadi 3: Cukup terganggu
- Peningkatan konsentrasi urine 4: Sedikit terganggu
- Peningkatan suhu tubuh 5: Tidak terganggu
- Penurunan berat badan tiba-
tiba
- Penurunan haluaran urine
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan turgor kulit
- Perubahan status mental
Faktor yang berhubungan:
- Kegagalan mekanisme
regulasi
- Kehilangan cairan aktif Indikator Target
Pusing 5
Keterangan:
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada

2 Risiko penurunan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Resusitasi Cairan


jaringan jantung (00200) selama 3x24 jam, tidak terjadi Aktivitas-aktivitas:
penurunan perfusi jaringan jantung 1. Dapatkan dan pertahankan salura IV yang
Definisi: dengan kriteria: besar
Rentan terhadap penurunan 2. Berkolaborasi dengan dokter untuk
sirkulasi jantung (koroner), yang Perfusi Jaringan: Jantung memastikan apa pemberian yang terbaik,
dapat mengganggu kesehatan baik kristaloid maupun koloid yang
Indikator Target sesuai
Domain 4: Aktivitas/istirahat Denyut nadi radial 5 3. Kelola cairan IV, sesuai yang diresepkan
Kelas 4: Respons Tekanan darah sistolik 5 4. Dapatkan spesimen darah untuk
Kardiovaskular/Pulmonal Tekanan darah diastolik 5 pemerikasaan laboratorium
Kelembaban membran 5 5. Kelola produk darah, sesuai yang
Faktor risiko: mukosa diresepkan
- Diabetes melitus Hematokrit 5 6. Pantau respon hemodinamik pasien
- Hiperlipidemia 7. Monitor status oksigen
- Hipertensi Keterangan: 8. Monitor kelebihan cairan
- Hipoksia 1: Deviasi berat dari kisaran normal 9. Monitor output kehilangan cairan tubuh
- Hipoksemia 2:Deviasi cukup berat dari kisaran 10. Monitor BUN, creatinin, total protein,
- Hipovolemia normal dan kadar albumin
- Pembedahan jantung 3: Deviasi sedang dari kisaran normal
- Spasme pada arteri koroner 4: Deviasi ringan dari kisaran normal
5: Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Indikator Target
Artimia 5
Takakikardia 5
Bradikardia 5
Mual 5
Muntah 5

Keterangan:
1: Banyak
2: Cukup banyak
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada

3 Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan
(00002) klien terpenuhi dengan kriteria: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Status Nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
memenuhi kebutuhan metabolik. Indikator Target intake Fe
Asupan makanan 5 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Domain 2: Nutrisi Asupan cairan 5 protein dan vitamin C
Kelas 1: Makan Keterangan: 5. Berikan substansi gula
1: Sangat menyimpang dari rentang 6. Yakinkan diet yang dimakan
Batasan karakteristik: normal mengandung tinggi serat untuk mencegah
- Berat badan 20 % atau lebih di 2: Banyak menyimpang dari rentang konstipasi
bawahrentang berat badan normal 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
ideal 3: Cukup menyimpang dari rentang dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Bising usus hiperaktif normal 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Cepat kenyang setelah makan 4: Sedikit menyimpang dari rentang catatan makanan harian.
- Diare normal 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Gangguan sensasi rasa 5: Tidak menyimpang dari rentang kalori
- Kelemahan otot pengunyah normal 10. Berikan informasi tentang kebutuhan
- Kelemahan otot untuk nutrisi
menelan 11. Kaji kemampuan pasien untuk
- Kesalahan informasi mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Ketidakmampuan memakan
makanan Monitor Nutrisi:
- Kram abdomen 1. BB pasien dalam batas normal
- Membran mukosa pucat 2. Monitor adanya penurunan berat badan
- Nyeri abdomen 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Penurunan berat badan dengan biasa dilakukan
asupan makan adekuat 4. Monitor interaksi anak atau orangtua
- Sariawan rongga mulut selama makan
- Tonus otot menurun 5. Monitor lingkungan selama makan
-    6. Jadwalkan pengobatan  dan tindakan
Faktor-faktor yang berhubungan: tidak selama jam makan
- Faktor biologis 7. Monitor kulit kering dan perubahan
- Faktor ekonomi pigmentasi
- Gangguan psikososial 8. Monitor turgor kulit
- Ketidakmampuan makan 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Ketidakmampuan mencerna mudah patah
makanan 10. Monitor mual dan muntah
- Ketidakmampuan 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
mengabsorpsi nutrien dan kadar Ht
- Kurang asupan makanan 12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4 Risiko infeksi (00004) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi
selama 3x24 jam, tidak terjadi infeksi Aktivitas-aktivitas:
Definisi: dengan kriteria: 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Rentan mengalami invasi dan pasien lainnya
multiplikasi organisme patogenik Keparahan Infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
yang dapat menggangu kesehatan 3. Batasi pengunjung bila perlu
Indikator Target 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
Domain 11: Demam 5 mencuci tangan saat berkunjung dan
Keamanan/Perlindungan Nyeri 5 setelah meninggalkan pasien
Kelas 1: Infeksi Malaise 5 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
Hilang nafsu makan 5 tangan
Lethargy 5 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Faktor risiko: Keterangan: tindakan keperawatan
- Kurang pengetahuan untuk 1: Berat 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
menghindari pemajanan 2: Cukup berat pelindung
- Malnutrisi 3: Sedang 8. Pastikan penanganan aseptik dari semua
- Obesitas 4: Ringan saluran IV
- Penyakit kronis 5: Tidak ada  9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
- Prosedur invasif dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
Pertahanan tubuh primer tidak Fungsi Gastroinstestinal 11. Dorong intake cairan yang sesuai
adekuat: 12. Dorong untuk bersitirahat
- Gangguan integritas kulit Indikator Target 13. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
- Gangguan peristalsis Toleransi terhadap makanan 5 14. Anjurkan pasien untuk meminum
- Merokok Nafsu makan 5 antibitoik seperti yang diresepkan
- Pecah ketuban dini Bising usus 5
- Penurunan pH sekresi Serum albumin 5
- Stasis cairan tubuh Perlindungan Infeksi
Hematokrit 5
Aktivitas-aktivitas:
Glukosa darah 5
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Pertahanan tubuh sekunder tidak Keterangan: 4. Batasi jumlah pengunjung
adekuat: 1: Sangat terganggu 5. Partahankan teknik aspesis pada pasien
- Imunosupresi 2: Banyak terganggu yang beresiko
- Leukopenia 3: Cukup terganggu 6. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
- Penurunan hemoglobin 4: Sedikit terganggu 7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Vaksinasi tidak adekuat 5: Tidak terganggu terhadap kemerahan, panas, drainase
8. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Indikator Target 9. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
Nyeri perut 5 10. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
Mual 5 11. Anjurkan istirahat
Muntah 5 12. Pantau adanya perubahan tingkat energi
Penurunan berat badan 5 atau malaise
Konstipasi 5 13. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Keterangan: 14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
1: Sangat berat gejala infeksi
2: Berat 15. Ajarkan cara menghindari infeksi
3: Sedang 16. Laporkan kecurigaan infeksi
4: Ringan
5: Tidak ada 

5 Keletihan (00093) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi


selama 3x24 jam, keletihan dapat Aktivitas-aktivitas:
Definisi: teratasi dengan kriteria: 1. Monitor respon klien terhadap aktivitas
Keletihan terus-menerus dan takikardi, disritmia, dispneu, pucat, dan
penurunan kapasitas untuk kerja Kelelahan: Efek yang Mengganggu jumlah respirasi
fisik dan mental pada tingkat yang 2. Monitor dan catat jumlah tidur klien
lazim Indikator Target 3. Monitor ketidaknyamanan atau nyeri
Malaise 5 selama bergerak dan aktivitas
Domain 4: Aktivitas/istirahat Nafsu makan turun 5 4. Monitor intake nutrisi
Kelas 3: Keseimbangan Energi Perubahan status nutrisi 5 5. Instruksikan klien untuk mencatat tanda-
Penurunan energi 5 tanda dan gejala kelelahan
Batasan karakteristik: Lethargy 5 6. Jelakan kepada klien hubungan kelelahan
- Apatis Keterangan: dengan proses penyakit
- Gangguan konsentrasi 1: Berat 7. Catat aktivitas yang dapat meningkatkan
- Kelelahan 2: Cukup berat kelelahan
- Kurang energi 3: Sedang 8. Anjurkan klien melakukan yang
- Letargi 4: Ringan meningkatkan relaksasi
- Peningkatan keluhan fisik 5: Tidak ada  9. Tingkatkan pembatasan bedrest dan
- Pola tidur tidak memuaskan aktivitas
- Tidak mampu 10. Monitor respon oksigen pasien
mempertahankan aktivitas
fisik pada tingkat yang
biasanya
Faktor yang berhubungan:
- Ansietas
- Depresi
- Gangguan tidur
- Hambatan lingkungan
(misalnya bising, terpajan
sinar/gelap, suhu/kelembapan)
- Kelesuan fisik
- Keleseuhan fisiologis
- Malnutrisi
- Peningkatan kelelahan fisik
- Stresor
6 Mual (00134) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual
selama 3x24 jam, mual dapat teratasi Aktivitas-aktivitas:
Definisi: dengan kriteria: 1. Dorong pasien untuk belajar strategi
Suatu fenomena subyektif tentang mengatasi mual sendiri
rasa tidak nyaman pada bagian Nafsu Makan 2. Lakukan penilaian lengkap terhadap
belakang tenggorok atau lambung, mual, termasuk frekuensi, tingkat
yang dapat atau tidak dapat Indikator Target keparahan, dan faktor pencetus.
mengakibatkan muntah. Intake makanan 5 3. Observasi tanda-tanda nonverbal dari
Intake cairan 5 ketidaknyamanan
Domain 12: Kenyamanan Keinginan untuk makan 5 4. Dapatkan riwayat lengkap perawatan
Kelas 1: Kenyamanan Fisik Merasakan untuk makan 5 sebelumnya
Energi untuk makan 5 5. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Batasan Karakteristik: menyebabkan mual
- Keengganan terhadap Keterangan: 6. Pastikan obat antiemetik yang efektif
makanan 1: Sangat terganggu yang diberikan untuk mencegah mual
- Mual 2: Banyak terganggu 7. Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup
- Peningkatan menelan 3: Cukup terganggu untuk memfasilatasi pengurangan mual
- Peningkatan salivasi 4: Sedikit terganggu 8. Berikan infromasi mengenai mual, seperti
- Rasa asam di dalam mulut 5: Tidak terganggu penyebab mual.
- Sensasi muntah 9. Monitor efek dari manajemen mual
secara kesuluruhan
Faktor yang berhubungan:
Biofisik: Manajemen Pengobatan
- Distensi lambung Mual dan Muntah: Efek yang Aktivitas-aktivitas:
- Gangguan biokimia Mengganggu 1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan
- Iritasi gastrointestinal kelola menurut resep
- Kehamilan Indikator Target 2. Monitor efektivitas cara pemberian obat
- Meningitis Asupan cairan menurun 5 yang sesuai
- Peningkatan tekanan Asupan makanan berkurang 5 3. Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
intrakranial (TIK) Kehilangan selera makan 5 4. Monitor efek samping obat
- Program pengobatan Penurunan berat badan 5 5. Ajari klien dan keluarga mengenai metode
- Tumor intraabdomen Perubahan status nutrisi 5 pemberian obat yang sesuai
- Tumor terlokasi (misal,
neuroma akustik, tumor otak, Keterangan: Monitor Nutrisi
metastasis tulang) 1: Parah Aktifitas-aktivitas:
2: Banyak 1. Monitor turgor kulit
Situasional: 3: Cukup 2. Monitor adanya mual dan muntah
- Ansietas 4: Sedikit 3. Monitor diit dan asupan kalori
- Gangguan psikologis 5: Tidak ada 4. Indentifikasi perubahan nafsu makan
- Rasa makanan/minuman yang 5. Monitor adanya warna pucat, kemerahan,
tidak enak dan jaringan konjungtiva yang kering
- Stimuli lingkungan yang tidak 6. Lakukan pemeriksaan laboratorium,
menyenangkan monitor hasilnya (misalnya albumin,
- Takut BUN, Hb, Ht, Creatinin)
7. Tentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I. Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:

EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.

JakartaEGC

Elizabeth, J. Corwin. 2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.

New Jersey: Upper Saddle River.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai