Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM


DI PUSKESMAS MALILI

Oleh:

SUHARTINI, S.Kep

DIBIMBING OLEH : Ns. Hera Wati Ramli, S.Kep.,M.M

PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian kasus bayi

mati dalam kandungan karena kesalahan aktifitas yang dilakukan seperti

berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena

dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktifitas yang

membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi

yang terlilit lehernya.

Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)

atau Intra Uterine Fethal Death (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan

dibawah dua puluh minggu maupun sesudah kehamilan dua puluh minggu.

(Rosfanty. 2009)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Intra Uterine Fetal Death (IUFD)


2.1.1 Pengertian
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)

atau Intra Uterine Fethal Death (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan

dibawah dua puluh minggu maupun sesudah kehamilan dua puluh minggu.

(Rosfanty.2009)

1. Sebelum dua puluh minggu kematian janin dapat terjadi dan biasanya

berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak

dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.

2. Sesudah dua puluh minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin

sejak kehamilan dua puluh minggu dan seterusnya. Apabila wanita hamil

tidak meraskan gerakan janin dapat dicurigai terjadi kematian janin dalam

rahim.

2.1.2 Klasifikasi Persalinan Untuk Janin Mati Dalam Rahim (Agustina, 2011)

1. Kematian janin dapat di bagi menjadi empat golongan :

a. Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai dua puluh

minggu penuh.
b. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil dua puluh minggu hingga

dua puluh delapan minggu.

c. Golongan III : Kematian sesudah kehamilan lebih dari dua puluh

delapan minggu (Late Fetal Death).

d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga

golongan diatas.

2. Jenis-jenis pertolongan perslainan untuk janin mati

a. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronitomi

Perforasi kronitomi merupakan tindakan beruntung yang dilakukan

pada bayi yang meninggal didalam kandungan untuk memperkecil

kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin

(dengan kronitomi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh

letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala. Dengan kemajuan

pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang

lebih baik, maka tindakan proferasi dan kronitomi sudah jarang

dilakukan (Agustina, 2011).

Bahaya tindakan proferasi dan kronitomi adalah perdarahan infeksi,

trauma jalan lahir dan yang paling berat rupture uteri pecah/robeknya

jalan lahir).

b. Pertolongan persalinan dengan dekapitasi

Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk

dapat lahir normal pervaginam. Kegagalan pertolongan pada letak

lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin


tidak layak dilakukan dengan section seesarea kecuali pada keadaan

khusus seperti plasnta previa totalis, kesempitan panggul absolute.

Persalinan dilakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong

leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat dilahirkan.

3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi

a. Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu

isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk

selanjutnya dilahirkan.

b. Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja diruang

sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu

mengancam adalah perdarahan, infeksi dan trauma jalan lahir dengan

pengawasan antenatal yang baik, situasi kehamilan dengan letak

lintang selalu dapat diatasi dengan versi luar. Atau sectsio sesaria.

4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi

Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga

volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih

dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan

perslainan bahu pada anak yang besar.

2.1.3 Etiologi (Agustina, 2011)

1. Faktor plasenta :

a. Insufisiensi plasenta

b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta

d. Plasenta previa

2. Faktor Ibu

a. Diabetes mellitus

b. Preeklamsi dan eklamsi

c. Nefritis kronis

d. Polihidramnion dan oligohidramnion

e. Shipilis

f. Penyakit jantung

g. Hipertensi

h. Penyakit paru atau TBC

i. Inkompatability rhesus

j. AIDS

3. Faktor Intrapartum

a. Perdarahan antepartum

b. Partus lama

c. Partus macet

d. Persalinan presiptatus

e. Persalinan sungsang

f. Obat-obatan

4. Faktor Janin

a. Prematuritas
b. Postmaturitas

c. Kelainan bawaan

d. Perdarahan otak

5. Faktor Tali Pusat

a. Prolapsus tali pusat

b. Lilitan tali pusat

c. Tali pusat pendek

Kecuali itu ada sebagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian

janin dalam kandungan, diantaranya :

1) ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.

Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara ayah

rhesus positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan menjadi rhesus

positif. “Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus”.

2) Ketidakcocokan Golongan Darah antara Ibu dan Janin

Terutama pada golongan darah A, B, O. “Yang kerap terjadi antara

golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolngan darah O atau

sebaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dengan janin

akan saling mengalir melalui plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan

darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodynya. Ketidakcocokan ini

akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya dapat terjadi hidrop

sfetalis suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada

janin, antara lain pembengkakan pada perut akiabat terbentuknya cairan


berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan

cairan pada rongga dada atau ronngga jantung dan lain-lain. Akibat

penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan

membengkak.”Bahkan darahnya pun bisa bercampur air.” Biasanya kalau

sudah demikian janin tidak akan tertolong lagi. Hidrops fetalis merupakan

manifestasi dari bermacam penyakit bisa karena kelainan darah, rhesus atau

kelainan genetik.“Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada

manfaatnya kehamilan dipertahankan.Karena janinnya pasti mati.”Sayangnya,

seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak

bisa diketahui penyebab hidrops fetalis.“Padahal dengan mengetahui

penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada kehamilan berikutnya.”

3) Gerakan janin berlebihan

Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi

gerakan satu arah saja. Karena gerakannya berlebihan, maka tali pusat yang

menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir,

maka pembuluh darah yang mengalir ke plasenta bayi jadi tersumbat. “kalau

janin sampai memberontak, yang ditandai dengan gerakan “liar” biasanya

karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan

oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang

mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan

gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal,

maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. “sebab, dengan aktivitas


berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri,

sehingga janin relative kekurangan”

4) Berbagai Penyakit pada Ibu Hamil

Salah satu contohnya preeklamsia dan diabetes.Itulah mengapa pada ibu

hamil perlu dilakukan Cardiotopogravi (CTG) untuk melihat kesejahteraan

janin dalam rahim.

5) Trauma saat Hamil

Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta atau plasenta terlepas.

Trauma terjadi, misalnya karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan

atau pemukulan.“Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta,

sehingga timbul perdarahan di plasenta ataau plasenta lepas sebagian.

Akhirnya aliran ke bayi pun jadi tak ada.

6) Infeksi pada Ibu Hamil

Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat

bakteri maupun virus. “Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa

menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya”

7) Kelainan Bawaan Bayi


Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa

mengakibatkan kematian di kandungan.

2.1.4 Patofisiologi (Agustina, 2011)

Kematian janin dalam kandungan Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

juga bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan

anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai

makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga

pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu

pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka

jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalaah irefersibel. Kerja

organ-organ maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan

pertumbuhan IUGR.

2.1.5 Faktor Predisposisi (Agustina, 2011)

a. Faktor ibu (High Risk Mothers)

1) Status social ekonomi yang rendah

2) Tingkat pendidikan ibu yang rendah

3) Umur ibu yang melebihi 35 tahun atau kurang dari 20 tahun

4) Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih

5)  Tinggi dan BB ibu tidak proporsional

6) Kehamilandi luar perkawinan

7) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal

8) Ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan


9) Ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik

seperti bayi lahir mati

10) Riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu

b. Factor Bayi (High Risk Infants)

1) bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital

2) bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)

3) bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social

c. Factor yang Berhubungan dengan Kehamilan

1) Abrupsio plasenta

2) Plasenta previa

3) Preeklamsi / eklamsi

4) Polihidramnion

5) Inkompatibilitas golongan darah

6) Kehamilan lama

7) Kehamilan ganda

8) Infeksi

9) Diabetes

10) Genitourinaria

2.1.6 Tanda dan Gejala IUFD (Agustina, 2011)

1. Ibu tidak merasakan gerakan janin

Diagnosis :

a. Nilai denyut jantung janin


b. Bila ibu mendapatkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat,

kemudian nilai ulang

c. Bila denyut jantung janin abnormal, lihat penatalaksanaan denyut

jantung janin abnormal.

d. Bila denyut jantung janin tidak terdengar, pastikan adanya kematian

janin dengan stetoskop (Doppler)

e. Bila denyut jantung janin baik, berarti bayi tidur

f. Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) atau dengan

menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila

denyut jantung janin meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan

janin, maka janin dapat dikatakan normal.

g. Bila denyut jantung janin cenderung turun saat janin bergerak, maka

dapat disimpulkan adanya gawat janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi

Diagnosis :

a. Gejala dan tanda selalu ada kadang-kadang ada diagnosis

kemungkinan

b. Gerakan janin berkurang atau hilang

c. Nyeri perut hilang timbul atau menetap

d. Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu

e. Uterus tegang/kaku

f. Gawat janin atau denyut jantung janin tidak terdengar

g. Solusio plasenta
h. Gerakan janin dan denyut jantung janin tidak ada

i. Perdarahan

j. Nyeri perut hebat/syok

k. Perut kembung/cairan bebas intra abdominal

l. Kontraksi uterus abnormal

m. Abdomen nyeri

n. Denyut nadi ibu cepat

o. Rupture uteri

p. Gerakan janin berkurang atau hilang

q. Denyut jantung janin abnormal (<100 x/menit/>160 x/menit)

r. Gerakan janin/ denyut jantung janin hilang. Tanda-tanda kehamilan

berhenti

s. Tinggi fundus uteri berkurang

t. Kematian janin

2.1.7 Diagnosis IUFD Menurut (Agustina. 2011)

1) Anamnesis

Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin

sangat berkurang.Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan

bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.

2) Inspeksi

Tidak terlihat gerakan-gerakan janin , yang biasanya dapat terlihat

terutama pada ibu yang kurus


3) Palpasi

Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba

gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi

pada tulang kepala janin

4) Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoralmaupun dengan deptone akan terdengar

denyut jantung janin

5) Rontgen Foto Abdomen

Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin

- Tainda Nojosk : Adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin

- Tanda Gerhard : Adanya hiperekstensi kepala dan tulang leher janin

- Tanda Spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin

- Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat

6) Ultrasonografi

Tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin

2.1.8 Penilaian Klinik (Agustina, 2011)

1) Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga TFU menurun

2) Bunyi denyut jantung janin tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan

dengan Doppler

3) Tulang kepala kolaps

4) USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya

menunjukan janin tanpa tanda kehidupan

5) Pemeriksaaan HCG urin menjadi negatif


2.1.9 Komplikasi

1) Syok berat dapat terjadi bila waktu antara kematian janin dan perslinan

cukup lama

2) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

3) Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari dua

minggu

2.1.10 Penanganan Pertolongan Persalinan dengan IUFD

1) Penanganan umum yaitu berikan dukungan emosional pada Ibu

2) Nilai denyut jantung janin

3) Penanganan pada masa kehamilan

 Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun

ekspektatif, perlu dibicarakan dengan klien dan keluarganya,

sebelum keputusan diambil

 Bila pilihan pada ekspektatif : tunggu persalinan spontan hingga 2

minggu, yakinkan bahwa 90% perslainan spontan akan terjadi

komplikasi

 Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan

menggunakan oksitosin atau misoprostol

4) Kematian janin

Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah

lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak,


hiperfleksi kolumna, vetebralis, gelembung udara didalam jantung dan

edema scalp

USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk

memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin

tanpa tanda hidup, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin

dan cairan ketuban berkurang.

Dukungan mental emosional perlu diberikankepada pasien selalu

didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan

dapat lahir pervaginam.

Pilihlah cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun

ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum

keputusan diambil.

5) Bila pilihan persalinan adalah aktif :

a. Tunggu persalinan spontan hingga dua minggu

b. Yakinkan bahwa (90%) persalinan spontan akan terjadi tanpa

komplikasi

c. Jika trombosit dalam dua minggu menurun tanpa persalinan spontan,

lakukan penanganan aktif

d. Jika penanganan aktif akan dilakukan, niali serviks

e. Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

atau prostaglandin

f. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan

prostaglandin atau kateter foley


g. Bila pilihan persalinan adalah ekspektatif :

- Jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi

- Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir

- Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit

menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan

misoprostol

- Tempatkan misoprostol 25 µg di puncak vagina, dapat diulangi

sesudah 6 jam

- Jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 µg misoprostol, naikan

dosis menjadi 50 mg menjadi setiap 6 jam

- Catatan : jangan biarkan lebih dari 50 µg setiap kali dan jangan

melebihi 4 dosis

- Jika ada tanda infeksi, berikan antibotik untuk metritis

- Jika tes pembukaan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan

mudah pecah, waspadai koagulopati

- Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat

dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang

meninggal tersebut

- Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan

adanya patologi plasenta dan infeksi

2.1.11 Tahapan Dalam Asuhan Kebidanan (Depkes RI)


Proses manajemen terdiri dari 7 langkah (step) yang dimulai dari

pengumpulan / pengkajian data dasar dan diakhiri dengan evaluasi

(Depkes RI)

Step I. Identifikasi dan Analisa Data Dasar

Identifikasi dan analisa data dasar merupakan tahap awal dari asuhan

kebidanan.Tahap ini merupakan kemampuan intelektual dari bidan dalam

mengidentifikasi dan menganalisa masalah yang diungkapkan oleh klien.

Dalam kasus ini data awal yang harus dikumpulkan melalui 3 cara, yaitu

sebagai berikut :

1. Anamnesis

Ditanyakan mengenai usia, tanya jawab yang dilakukan oleh bidan dan

dengan klien, keluarga atau tim kesehatan lainnya. Data yang dikumpulkan

mencakup semua keluhan klien tentang masalah kesehatan kebidanan yang

dialami oleh klien.

Menurut Agustina 2011 gambaran klinik yang biasanya timbul pada

klien dengan IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan

janin dalam kandungan.

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan data

yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah melihat memperhatikan


sesuatu pada pemeriksaan fisik.Pada saat observasi juga dilakukan

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.Pemeriksaan fisik pada klien

dilakukan dari ujung kaki sampai ujung rambut.

3. Pengelolahan data dan pengelompokan data

a. Data subjektif

Termasuk dalam data subjektif adalah data yang berhubungan dengan

klien melalui pengamatan tidak langsung yang berkaitan dengan identitas

klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat menstruasi, riwayat

kehamilan, riwayat persalinan dan nifas yang lalu, riwayat ginekology,

pengetahuan, pendidikan, dukungan keluarga, serta keadaan psikososial

dan cultural.

Menurut Agustina 2011, diagnosis ditegahkan berdasarkan gejala dan

hasil pemeriksaan fisik, klien mengatakan nyeri pada pinggang dan perut

bagian bawah, serta janinnya tidak bergerak sejak tiga hari yang lalu.

b. Data Objektif

Termasuk dalam data ini adalah data yang berhubungan dengan

intervensi langsung oleh tenaga medik, berupa keadaan umum, tinggi

badan, tanda-tanda vital, keadaan fisik obstetrik melalui inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

Menurut Agustina 2011, gambaran yang diperoleh pada klien

1) Inspeksi

Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat

terutama pada ibu yang kurus


2) Palpasi

Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba

gerakan janin.Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya

krepitasi pada tulang kepala janin.

3) Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan deptone tidak

terdengar denyut jantung janin

4) Reaksi Kehamilan

Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati

dalam kandungan.

Data yang dikelompokan adalah hasil pemeriksaaan laboratorium, USG

dan lain-lain.

Menurut Agustina 2011, USG adalah untuk memastikan kematian janin

dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan serta

pemeriksaan HCG urine menjadi negatif.

Step II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Pada tahap ini merupakan pengembangan dari interpretasi data dalam

identifikasi yang spesifik (khusus) mengenai masalah atau diagnosa

masalah yang lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh

klien dan diagnosa yang ditetapkan dan sering di identifikasi oleh bidan

dengan berfokus pada hasil penuturan klien secara individu. Diagnosa

merupakan hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan oleh


bidan dan menetapkan diagnosa, bidan menggunakan pengetahuan

professional sebagai dasar arahan untuk mengambil tindakan. Diagnosa

kebidanan sebagai dasar tindakan untuk mengatsai ancaman kehidupan

klien (Depkes RI)

Menurut Agustina 2011, gambaran yang diperoleh pada masalah aktual

antara lain

1) Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu

2) Gawat janin atau denyut jantung janin tidak terdengar

3) Solusio plasenta

4) Perdarahan

5) Nyeri perutt hebat

Step III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosa kebidanan adalah

masalah yang mungkin akan timbul dan bila tidak segera diatasi akan

mengancam keselamatan klien. Identifikasi adanya diagnosa atau masalah

potensial dari diagnosa atau masalah aktual. Masalah aktual merupakan

persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi (Depkes RI)

Menurut Agustina 2011, Masalah potensial dapat terjadi antara lain :

1) Syok berat dapat terjadi bila waktu antara kematian janin dan

persalinan cukup lama.


2) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

3) Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari

dua minggu

Step IV. Tindakan Segera (Emergency) dan Kolaborasi

Step ini dibutuhkan ketelitian, agar bidan atau dokter kebidanan dapat

menentukan intervensi yang harus dilakukan sesuai dengan

kewenangannya yaitu pada klien dengan situasi emergency atau kegawat

daruratan dalam rangka menyelamatkan nyawa klien, namun tetap

memerlukan tindakanu konsultasi atau kolaborasi dengan Dokter

kebidanan maupun tim kesehatan yang lain. Yang ikut merawat klien atau

yang terlibat langsung dengan kesehatan klien, pada situasi lain yang tidak

dalam keadaan emergency pun tetap membutuhkan tindakan konsultasi

atau kolaborasi dengan Dokter dalam upaya penyelamatkan nyawa klien

(Varney, Helen. 2007)

Menurut Agustina 2011, penanganan yang deberikan pada persalinan

IUFD antara lain :

1) Lakukan pemeriksaan USG

2) Penanganan pada masa persalinan

- Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun

ekspektatif, perlu dibicarakan dengan klien dan keluarganya,

sebelum keputusan diambil


- Bila pilihan pada ekspektatif : tunggu persalinan spontan hingga 2

minggu, yakinkan bahwha 90 % persalinan spoontan akan terjadi

tanpa komplikasi

- Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan

menggunakan oksitosin atau misoprostol

Step V. Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengembangkan dan melaksanakan suatu rencan tindakan

komprehensif dan profesional yang ditetapkan berdasarkan pada step

sebelumnya. Seluruh keputusan yang dibuat untuk pengembangan dan

pelaksanaan suatu rencana tindakan seharusnya mengambarkan rasional

yang tepat berdasarkan pengetahuan yang relefan dan teoritikal, demi

efektifitasnya suatu rencana tindakan haruslah diawali dengan persetujuan

antara klien dengan bidan atau kesepakatan antara keduanya. Oleh karena

itu, rencana tindakan harus di diskusikan dengan klien (Varney, Helen,

2007)

Rencana tindakan dapat dibuat bersama klien dengan keluarganya

(Depkes RI).

1) Pengobatan/Intervensi yang bersifat mengurangi masalah

2) Biopsiko untuk memberikan rasa aman dan nyaman

3) Upaya pencegahan untuk menurunkan peningkatan resiko

4) Upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari

5) Kebutuhan konseling
6) Kebutuhan rujukan

Menurut Agustina 2011, penanganan persalinan dengan IUFD :

1) Penanganan umum yaitu berikan dukungan emosional pada ibu

2) Nilai denyut jantung janin

3) Penanganan pada masa persalinan

4) Observasi kematian janin

Step VI. Implementasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Implementasi atau tindakan didalam manajemen kebidanan adalah

tindakan yang dilaksanakan oleh bidan melalui kerja sama dengan tenaga

kesehatan lain. Berdasarkan rencana yang ditetapkan sebelumnya, bidan juga

harus memonitor kemajuan kesehatan klien.Pelaksanaan tindakan kebidanan

selalu diupayakan dalam waktu relative singkat efektif, hemat dan

berkualitas serta dillaksanakan sesuai dengan rencana tindaka (Depkes RI).

Implementasi disini melaksanakan intervensi secara langsung sesuai dengan

kebutuhan klien.

1) Melakukan penanganan umum yaitu memberikan dukungan emosional

pada ibu

2) Menilai denyut jantung janin

3) Melakukan pada masa persalinan

4) Mengobservasi pada kematian janin

Step VII. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan


Langkah akhir dari asuhan kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya

langkah evaluaasi ini dilakukan pada setiap langkah asuhan kebidanan.Pada tahap

ini bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan bidan yang telah diberikan

pada klien, dengan membandingkan hasil asuhan kebidanan dengan kriteria

keberhasilan yang dicantumkan pada perencanaan asuhan kebidanan (Depkes RI).

Menurut Agustina 2011, evaluasi yang diperoleh :

1) Ada tidaknya syok berat

2) Ada tidaknya infeksi

3) Ada tidaknya koagulapati

PENGKAJIAN ANTENATAL
KEPERAWATAN MATERNITAS
NY.S UMUR 22 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 30 MINGGU
DI PUSKESMAS MALILI

Nama Mahasiswa: Suhartini, S.Kep NIM: .................


Tgl : 26 april
Tempat Praktik : Puskesmas Malili 2020

A.DATA UMUM KLIEN

No. Register : 104


Masuk RS/PKM/BPM Tanggal/Pukul : 26 April 2020/08.40 WIB
Dirawat di ruang : Periksa

I. PENGKAJIAN DATA,
Tanggal/Pukul : 27 April 2020 /08.45 WIB.Oleh
A. Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny.B Tn.H
Umur : 27 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Puncak Malili, Puncak Malili

B.           Data Subyektif


1. Alasan datang/ di rawat
Ibu mengatakan ingin periksa kehamilannya

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak merasakan gerakan janinnya sejak 3 hari yang lalu

3.Riwayat Menstruasi
Menarce : 14 tahun Siklus : ± 25 hari
Lama : 5 hari Teratur : Teratur
Sifat Darah : Cair Keluhan : Tidak ada4.     
4.Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Sah Menikah ke :1
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 24 tahun
5.Riwayat kehamilan dan persalinan
Anak ke Tahu jenis Berat Ditolon Jenis Ket
n kelamin badan g oleh Persalina
lahir n
Hamil
sekarang

6.Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak pernah ber KB

      7.Riwayat Kehamilan Sekarang


a.       HPHT : 15 Setember 2019 HTP : 22 Juni 2020
b.      ANC pertama umur kehamilan : 13 minggu
c.       Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi :-
Keluhan :-
Komplikasi :-
Terapi :-
Trimester II
Frekuensi : 3 kali
Keluhan : tidak ada
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Fe + asam folat 1x1
Trimester III
Frekuensi :1
Keluhan : tidak ada
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Fe + kalk 1x 1

d.   Imunisasi TT : 2 kali
TT 1 : tanggal caten
TT 2 : tanggal 10 0ktober 2019
TT 3 : tanggal
TT 4 : tanggal -
TT 5 : tanggal –
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan pergerakan janin lebih dari 10 x dalam 12 jam

8.    Riwayat Kesehatan


a) Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular
seperti( hepatitis,TBC,HIV,), menurun seperti (DM,hipertensi) dan
menahun seperti ( asma,jantung dan ginjal).
b) Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan
menahun)
c) Ibu mengatakan keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular seperti ( hepatitis,TBC,HIV,), menurun seperti (DM,hipertensi)
dan menahun seperti( asma,jantung dan ginjal).
d) Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari pihak ibu dan suami
tidak memiliki riwayat keturunan kembar
e) Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi
f) Riwayat alergi obat : Ibu mengatakan Tidak memiliki riwayat alergi obat

9.   Pola pemenuhan kebutuhan sebelum hamil

 a Nutrisi
Makan Sebelum hamil Setelah hamil
Frekuensi : 3 x/ hari 3 x/ hari
Jenis : nasi,sayur, lauk nasi,sayur,lauk,buah
Porsi : 1-2 piring 1 piring
Pantagan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
Minum
Frekuensi : 4 x/ hari 5-6 x/ hari
Jenis :air putih, teh air putih,susu
Porsi : 1gelas 1 gelas
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b.      Eliminasi
BAB
Frekuensi :1-2 x/ hari 1 x/hari
Warna : kuning kuning
Konsisten : lembek lembek
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 4 x/ Hari 10 x/hari
Warna : kuning gelap
Konsisten : cair cair
Keluhan : tidak ada nyeri saat berkemih

c.       Istirahat
Tidur siang
Lama : 1 jam ½ jam
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama :8 jam 6 jam
Keluhan : tidak ada tidak ada

d.      Personal Hygiene


Mandi : 2 x/ hari 2-3 x hari
Ganti pakaian : 2 x/hari 3 x/hari
Gosok gigi : 2 x/ hari 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu 2 x minggu

e.       Pola seksualitas


Frekuensi : 4 x/minggu 2 x/ minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada

f.       Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)


 Ibu mengatakan rajin melakukan pekerjaan rumah seperti
 mengepel,menyapu,memasak dan mencuci.
 Ibu mengatakan tidak pernah melakukan olahraga
10. Kebiasaan yang menganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman
beralkohol)
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang menganggu kesehatan seperti
merokok,minum jamu dan minuman beralkohol.

11.  Data psikososial,spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap


kehamilan,dukungankeluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,kegiatan
ibadah,kegiatan social,keadaan ekonomi keluarga)
 Ibu mengatakan,ibu,suami dan keluarga merasa bahagia dan mendukung
kehamilan ibu
 Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami,keluarga dan tetangga baik
 Ibu mengatakan rajin melakukan sholat 5 waktu
 Ibu mengatakan aktif mengikuti kegiatan social
 Ibu mengatakan keadaan ekonomi mencukupi kebutuhan rumah tangga

12.  Pengetahuan ibu (tentang kehamilan,persalinan, dan nifas)


 Ibu mengatakan belum mengetahui ketidaknyamanan TM3
 Ibu mengatakan belum mengetahui tanda bahaya TM3
 Ibu mengatakan belum mengetahui pola nutrisi ibu hamil
 Ibu mnegatakan belum mengetahui tanda-tanda persalinan

13.  Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan )


 Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumah bersih dan tidak mempunyai
hewan peliharaan
C.           Data Obyektif
1.         Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital
Tekanan darah : 130/70 mmHg Nadi : 88 x/ menit
Pernapasan : 23 x/menit Suhu : 37,3 0C
BB sekarang : 56 kg TB : 157 cm

2.         Pemeriksaan Fisik


Kepala : mesochepal,tidak ada benjolan dan massa,rambut tidak rontok
Wajah : simetris,tidak ada oedem dan cloasma gravidarum
Mata : simetris,konjungtiva agak pucat,tidak ada secret
Hidung : tidak ada polip dan secret

Mulut :gusi tidak berdarah dan tidak ada stomatitis,tidak ada caries gigi
dan tidak ada tonsilitis
Telinga :simetris ,tidak ada serumen
Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,perotis,limfe dan
vena jugularis
Dada :simetris,tidak ada suara tambahan/ wheezing,tidak ada retraksi
dinding dada
Payudara :simetris,hiperpigmentasi areola,putting susu menonjol ,tidak ada
massa
Abdomen tidak ada bekas luka operasi,ada linea gravidarum,tidak ada
striae,pembesaran perut sesuai umur kehamilan.

Palpasi
Leopold I :Bagian fundus teraba lunak,bulat dan tidak melenting (bokong),
TFU: 23cm, lingkar perut 97 cm
Leopold II :Bagian kanan perut ibu teraba keras, memanjang, dan datar,
(punggung), bagian kiri ibu teraba bagian kecil-kecil(ekstremitas)
Leopold III :Bagian terendah perut ibu teraba lunak,bulat, melenting dan
kepala teraba lebih besar
Leopold IV :kedua tangan tidak bertemu (divergen)
Auskultasi
Djj : Djj tidak ditemukan
Ekstremitas Atas: simetris, jari lengkap,tidak ada oedem LILA :24,5 CM
Ekstremitas bawah: simetris,jari lengkap,tidak ada oedem,reflek patella (+) kanan
kiri
Genetalia luar : tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul; tidak dilakukan
( bila perlu )

3.         Pemeriksaan penunjang


Protein urin : negative
Hemoglobin : 11,9 gr%

4.         Data penunjang


Tidak ada.

II.    INTERPRETASI DATA


A.    Diagnosa kebidanan
Ny S umur 22 tahun G1P0A0 umur kehamilan 30 minggu janin dengan IUFD

Data dasar
Data Subjektif
 Ibu mengatakan umurnya 22 tahun
 Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya belum pernah keguguran
 Ibu mengatakan HPHTnya 15 September 2019
 Ibu mengatakan sejak 3 hari tidak merasakan gerakan janinmya
Do : Ku :baik
Kesadaran :composmentis
Status emosional : stabil
TTV TD : 130/70 mmHg S : 37,20C
N :88 x/menit R : 23 x/menit
BB : 56 kg
Palpasi : TFU : 23 cm, LP : 97CM
Djj : Djj tidak ditemukan
Pemeriksaan penunjang : protein urin : negative
Hemoglobin : 11,9 gr%
III.            IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

IV.            TINDAKAN SEGERA


  A Mandiri
1. Oservasi keadaan umum ibu
2. Melakukan Pemeriksaan ANC
B.     Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter untuk pengambilan keputusan rujukan.
C. Merujuk
Melakukan rujukan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas lengkap
    V.  PERENCANAAN
Tanggal: 26 April 2020 Pukul : 10.01 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga dengan hati-hati mengenai keadaan janin ibu
berdasarkan hasil pemeriksaan,
2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk ke RS untuk
mendapatkan penanggan lebih lanjut
3. Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.
4. Lakukan inform consent untuk segera melakukan pemasangan infuse dan
tindakan rujukan
5. Memberi dukungan mental pada ibu dan keluarga.
6. Observasi keadaan umum ibu
VI.            PELAKSANAAN
Tanggal:26 April 2020 Pukul :10.03 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga dengan hati-hati mengenai keadaan janin ibu
berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa janin yang dikandungnya dalam
keadaan tidak baik dan dapat dipastikan sudah meninggal.
2.   Keluarga menyetujui tindakan rujukan ke Rumah sakit
3.  Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.Menjelaskan
mengenai pilihan untuk mengeluarkan janin, yaitu dengan menunggu janin lahir
sendiri, dengan kemungkinan akan menunggu dalam waktu lama dan tidak dapat
ditentukan serta dapat menjadikan adanya risiko gangguan pada proses
pembekuan darah atau pilihan kedua dengan dipacu (diinduksi) menggunakan
obat.
4. Memberi dukungan mental agar ibu dan keluarga bersabar dan menerima apa
yang terjadi.

VII.            EVALUASI
Tanggal : 26 April 2020 Pukul : 10.13 WIB
1.         Ibu dan suami tampak sedih
2.         Ibu mengerti dengan keadaan bayinya yang harus segera dikeluarkan
3.         Ibu sepakat dan menandatangani surat kesepakatan untuk dirujuk.
4.         Ibu dan keluarga tampak pasrah dengan keadaan ibu

Anda mungkin juga menyukai