Anda di halaman 1dari 48

TUGAS

SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK DAN REL


MEREVIEW PERHITUNGAN BOK (BIAYA OPERASIONAL
KENDARAAN) TRANS SARBAGITA

Oleh:

Shane Geona Budhiana 1805511036


Ni Putu Bintang Arisanthi 1805511050

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis selaku penyusun laporan
ini dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. Tidak lupa juga penulis ucapkan
terimakasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu penulis.

Penulis selaku penyusun makalah ini tentunya sangat berharap agar


makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca utamanya bagi mahasiswa Prodi
Teknik Sipil Universitas Udayana yang akan melakukan mengikuti mata kuliah
Sistem Transportasi Publik dan Rel ini. Dan tidak lupa juga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat dibutuhkan dalam proses penyempurnaan laporan ini.

Bukit Jimbaran, 9 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................3
1.4 Manfaat..........................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................4
2.1 Tata Guna Lahan (TGL) dan Transportasi Wilayah Sarbagita..............4
2.2 Pengembangan Angkutan Umum Trans Sarbagita...................................5
2.3 Jaringan Trayek Angkutan Umum Trans Sarbagita................................6
2.4 Pengenalan Layanan Uji Coba dan Membangun Citra............................8
2.5 Perhitungan BOK tetap per tahun..............................................................9
2.6 Perhitungan BOK tidak tetap per tahun..................................................11
2.7 Perhitungan BOK total per tahun.............................................................17
2.8 Perhitungan BOK per Kilometer..............................................................17
BAB III.......................................................................................................................19
PEMBAHASAN.........................................................................................................19
3.1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)......................................................19
3.2 Review Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)..................24
3.3 Analisis Tarif berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK)..............28
3.4 Asumsi dan Analisis Perhitungan Ability To Pay (ATP) Users.............29
3.5 Asumsi dan Perhitungan Willingness To Pay masyarakat pemakai.....30
BAB IV........................................................................................................................32
PENUTUP..................................................................................................................32
4.1 Simpulan......................................................................................................32

ii
4.2 Saran............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan kota atau wilayah berimplikasi pada
meluasnya kawasan terbangun dan menyebarnya lokasi pemenuhan kebutuhan
kehidupan. Disamping itu jumlah penduduk yang senantiasa bertambah padat
juga memiliki kontribusi yang besar bagi peningkatan kebutuhan. Dengan
semakin meningkat dan menyebarnya kebutuhan kehidupan penduduk, maka
akan bertambah pula permintaan perjalanan untuk melayani peningkatan
aktivitas pergerakan orang dan barang dalam suatu wilayah atau kota.
Aktivitas pergerakan ini mutlak memerlukan sarana dan prasarana transportasi
yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kota


Denpasar tahun 2009, tingkat penggunaan sepeda motor telah mencapai 70%
dari jumlah volume kendaraan di jalan atau jaringan jalan kota. Hal ini
seringkali menyebabkan kesemrawutan tatanan dan pola lalu lintas yang ada
di jalan raya pada umumnya. Selain dilihat dari aspek teknis, penggunaan
sepeda motor atau angkutan pribadi lainnya juga dapat berpengaruh terhadap
lingkungan, ekonomi, psikologi pengendara, dan sistem keamanan dan
kenyamanan di jalan raya.

Pemerintah Provinsi Bali berupaya untuk menekan semua pengaruh-


pengaruh negatif yang ditimbulkan dari penggunaan angkutan pribadi
tersebut, khususnya sepeda motor dengan mengalihkan pergerakan orang ke
dalam wadah yang lebih besar (angkutan umum massal). Pengalihan ini
mengambil konsep-konsep transportasi, dimana transportasi merupakan upaya
untuk memindahkan pergerakan orang/barang dan bukan perpindahan
kendaraan. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Denpasar tahun
2009, juga diketahui bahwa jumlah penggunaan angkutan umum di Bali

1
sangat kecil yakni dibawah 2,1% dari total perjalanan. Sedangkan, Bank
Dunia menetapkan angka 70% sebagai ukuran efisiensi sistem transportasi
umum di perkotaan. Berdasarkan perbandingan angka tersebut sangat jelas
bahwa prospek pengembangan angkutan umum di Bali masih sangat besar.

Wilayah yang menjadi percontohan pengembangan angkutan umum


massal di Bali yaitu wilayah padat penduduk SARBAGITA yang terdiri dari
Kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Daerah tersebut dipilih sebab
jumlah penduduknya melebihi kapasitas penduduk kota biasa dan kini telah
mencapai 1 juta jiwa atau masuk dalam wilayah penduduk metropolitan. Hal
ini mau tidak mau untuk efisiensi sistem transportasinya harus dilayani
angkutan umum massal. Pengembangan angkutan umum massal yang dipilih
yaitu berupa Bus Rapid Transit (BRT) yang kini dikenal dengan Bus
SARBAGITA.

Disisi lain, penetapan tarif resmi Bus Rapid Transit (BRT)


SARBAGITA oleh pemerintah merupakan sesuatu yang berpengaruh
langsung terhadap daya guna masyarakat, khususnya para pemakai. Jika
penetapan tarif terlalu tinggi dibandingkan dengan kemampuan masyarakat,
otomatis konsumen tidak akan mau beralih moda transportasi dari kendaraan
pribadi menjadi moda transportasi umum. Untuk itu diperlukan peninjauan
terhadap tarif yang telah ditetapkan, baik berdasarkan Biaya Operasional
Kendaraan (BOK) , Willingness to Pay (WTP) maupun Ability to Pay (ATP)
masyarakat. Menganalisis tarif Bus Rapid Transit (BRT) Sarbagita yang telah
diberlakukan secara resmi, berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
Penyedia Jasa dan Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP)
masyarakat pengguna (Users).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas terdapat beberapa
rumusan masalah antara lain:

2
1. Bagaimana cara menghitung BOK (Biaya Operasional Kendaraan) pada
Trans Sarbagita ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas maka tujuan dari
penulisan laporan ini antara lain:

1. Mengetahui cara menghitung BOK (Biaya Operasional Kendaraan) pada


Trans Sarbagita.

1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai mata
kuliah Sistem Transportasi Publik dan Jalan Rel terkhususnya tentang cara
menghitung BOK (Biaya Operasional Kendaraan) dengan benar dan tepat.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

.1 Tata Guna Lahan (TGL) dan Transportasi Wilayah Sarbagita


Secara geografis, letak kota Denpasar sangatlah strategis karena diapit
oleh obyek- obyek wisata ternama seperti Sanur, Kuta, Nusa Dua, Petitenget,
Tanah Lot dan Uluwatu serta pusat-pusat kesenian kawasan Ubud yang
merupakan sentra-sentra utama Kawasan Pariwisata di Bali. Selain itu
Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali juga menjadi orientasi aktivitas
pemerintahan, pendidikan dan perdagangan. Penyebaran lokasi-lokasi kantor-
kantor Pemerintahan (Provinsi dan Kota Denpasar), kawasan perumahan dan
obyek-obyek wisata memunculkan fenomena pergerakan ulang-alik atau
sering disebut KOMUTER. Fenomena ini muncul terutama pada lintasan-
lintasan antar Kawasan perumahan dan tempat-tempat kerja dengan volume
perjalanan yang cukup besar, khususnya pada waktu-waktu sibuk pagi dan
sore hari, serta seringkali juga pada malam hari.

Dampaknya yang langsung dirasakan adalah munculnya kemacetan-


kemacetan yang terjadi pada hampir di semua jaringan jalan-jalan utama
perkotaan. Merebaknya kemacetan ini menyebabkan peningkatan waktu
perjalanan, pemborosan energi serta pencemaran udara yang selanjutnya dapat
menyebabkan degradasi produktivitas masyarakat dan kualitas lingkungan
serta stress yang berlebihan. Namun, pemerintah tidak bisa begitu saja
melakukan pengaturan yang bersifat pembatasan penggunaan kendaraan
pribadi. Apalagi bila pemerintah tidak menyiapkan pilihan (alternatif) kepada
masyarakat berupa angkutan umum yang baik (aman, nyaman, mudah, tepat
waktu, menjangkau pusat-pusat kegiatan dan ekonomis/terjangkau).

Gambaran kondisi sistem transportasi kedepan, nampaknya kemacetan


akan susah untuk ditekan apabila tidak segera dicarikan solusinya., hal ini
dipicu oleh faktor-faktor seperti:

4
 Tidak seimbangnya antara pertumbuhan kendaraan bermotor dan panjang
ruas jalan yaitu 12,42% berbanding 2,28% per-tahun, sehingga
menyebabkan ketimpangan antara kebutuhan pergerakan dan kapasitas
jalan yang tersedia semakin besar.
 Buruknya kinerja angkutan umum dengan indikasi mahalnya biaya
perjalanan, tingginya perpindahan antar trayek, lamanya waktu tunggu,
serta tidak adanya kepastian pelayanan karena beroperasi tanpa jadwal.
 Rendahnya jangkauan lokasi pelayanan angkutan umum mengingat
banyaknya kawasan di wilayah SARBAGITA terutama kawasan
pemukiman, pendidikan, perkantoran, perdagangan yang tidak terjangkau
oleh pelayanan angkutan umum.
 Hal lain yang turut memperburuk situasi adalah semakin mudahnya
masyarakat memiliki kendaraan pribadi khususnya sepeda motor dengan
bermacam-macam kemudahan kepemilikan kendaraan.
Dengan kondisi ini, sampai saat ini, masyarakat cenderung tidak
memilih angkutan umum yang ada, karena memang tidak dapat
diandalkan dan akan beralih menggunakan kendaraan pribadi, sehingga
pada akhirnya akan menambah beban perjalanan di masa-masa
mendatang.

2.2 Pengembangan Angkutan Umum Trans Sarbagita

Melihat kondisi di atas dan memperhatikan faktor-faktor pemicunya,


maka diperlukan adanya terobosan kebijakan untuk menciptakan efisiensi
pergerakan melalui pengembangan angkutan umum massal berbasis
“perpindahan penumpang bukan kendaraan” yang mampu menarik minat
pengguna jalan. Pengembangan angkutan umum ini telah termuat dan menjadi
bagian yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Bali Tahun 2005-2025 dan juga dalam Peraturan Daerah Bali Nomor 16
Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-

5
2029 yang implementasinya dituangkan dalam ACTION PLAN dan dikemas
dalam satu program ROAD MAP “BACK TO PUBLIC TRANSPORT”, yang
meliputi tahapan proses sbb:

• 2009-2010 : Meletakkan Landasan, Memantapkan Rencana dan


Sosialisasi.
• 2011-2013 : Mengenalkan Layanan, Membangun Citra.
• 2014-2016 : Memantapkan dan Mengembangkan Layanan.
• 2016-dst : Public Transport Jadi Pilihan melalui Pengembangan Layanan
Berkelanjutan.
Dalam jangka panjang, pengembangan Angkutan Umum Trans
SARBAGITA dimaksudkan untuk menciptakan efisiensi perjalanan dan
mampu menjangkau seluruh kawasan SARBAGITA dengan konsep:

• Restrukturisasi jaringan trayek angkutan kota Denpasar dan sekitarnya


(wilayah SARBAGITA)
• Penggunaan kendaraan dengan kapasitas yang lebih besar dan lebih
nyaman.
• Berhenti terbatas pada halte-halte yang ditentukan dan penerapan jadwal
perjalanan.
• Tarif terjangkau.
• Penerapan satu manajemen pengelolaan melalui Sistem Pembelian
Layanan (Buy the Service) dengan pemberlakuan Standar Pelayanan
Minimal (SPM).

2.3 Jaringan Trayek Angkutan Umum Trans Sarbagita

Rencana jaringan trayek TRANS SARBAGITA meliputi jaringan


trayek utama, trayek cabang dan trayek ranting dengan perincian, sbb:

6
Jaringan Trayek Utama (17 Trayek Dengan Bus Sedang/Besar) :

• Kota – GWK (Garuda Wisnu Kencana) PP


• Batubulan-Nusa Dua PP Via Sentral Parkir Kuta
• Sanur – Petitenget PP Via Civic Center/Nitimandala
• Sanur – Ubud PP Via Kedewatan
• Gianyar – Pesiapan PP Via Mengwi
• Sanur – Nusa Dua PP Via Bandara Ngurah Rai
• Mengwi – Bandara Ngurah Rai PP Via Kerobokan
• Mengwi – Pelabuhan Benoa PP Via Kota
• Mengwi – Batubulan PP Via Darmasaba
• Sanur – Canggu PP Via Kota
• Tegal – Mambal PP
• Sentral Parkir Kuta- Tanah Lot PP
• Sanur – Lebih PP Via Taman Safari
• Batubulan-Bandara Ngurah Rai PP Via Gatot Subroto

7
• Ubung-Sentral Parkir Kuta PP Via Buluh Indah/Mahendradata
• Mengwi – Batubulan PP Via Dalung
• Batubulan-Sentral Parkir Kuta PP Via Kota.
Ke-17 trayek utama rencananya akan didukung oleh 11 Trayek Cabang dan
25 Trayek Ranting, sehingga jumlah trayek Trans Sarbagita keseluruhan 53
trayek.

2.4 Pengenalan Layanan Uji Coba dan Membangun Citra

Pada pertengahan tahun 2011, tepatnya tanggal 18 Agustus 2011 mulai


diluncurkan pelayanan BRT Trans Sarbagita, dengan uraian karakteristik
pelayanan sebagai berikut:

a. Trayek:

8
Koridor 2 (Trayek Utama): Batubulan-Nusa Dua via Sentral Parkir

b. Tarif
Tarif Penumpang Angkutan Umum Trans SARBAGITA ditetapkan terdiri
dari Tarif Penumpang Umum dan Tarif Pelajar/Mahasiswa, sebagai berikut:
Tarif penumpang Bus trayek Batubulan-Nusa Dua dan Kota – GWK untuk
Penumpang Umum sebesar Rp. 3.500,00 dan Pelajar/Mahasiswa sebesar Rp.
2.500,00.
c. Sistem Ticketing
Pada tahap awal menggunakan system manual/karcis, untuk pengembangan
selanjutnya direncanakan Sistem Tiketing pada Trayek Utama menggunakan
Smart Card berbasis waktu (harian, mingguan, bulanan).

2.5 Perhitungan BOK tetap per tahun


Adapun biaya operasional kendaraan tetap yang harus dikeluarkan
setiap tahunnya adalah :
1. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi)
Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight
line depreciation) karena metode ini perhitungannya cukup sederhana dan
mengalokasikan depresiasi secara merata selama umur ekonomis. Jadi laju
depresiasinya adalah sama setiap tahun selama umur ekonomis. Biaya
penyusutan kendaraan dihitung dengan rumus :

Nilai Residu dari biaya penyusutan diambil sebesar 20% dari harga kendaraan
awal dan masa susut ditetapkan 7 tahun.
2. Biaya Bunga Modal
Biaya bunga modal dihitung dengan rumus :

9
dimana :
n = pengembalian modal, diambil selama 5 tahun.
i = tingkat suku bunga per tahun, diambil sebesar 20% per tahun.
Masa susut ditetapkan 7 tahun.
3. Biaya Pajak Kendaraan
Biaya pajak kendaraan dihitung berdasarkan tarif resmi dari pemerintah.
4. Biaya Ijin Trayek
Besarnya biaya ijin trayek dihitung berdasarkan jumlah yang sesungguhnya
dikeluarkan sesuai dengan hasil survei di lapangan.
5. Biaya KIR Kendaraan
Dalam analisis BOK besarnya biaya KIR per periode juga dihitung
berdasarkan
hasil survei di lapangan.
6. Biaya Iuran Organda
Besarnya biaya iuran organda per tahun yang dikenakan pada operator
angkutan umum dihitung berdasarkan tarif resmi yang berlaku di daerah
setempat.
7. Biaya Ijin Usaha
Besarnya biaya ijin usaha per tahun dihitung berdasarkan hasil survei di
lapangan.
Maka total BOK Tetap per tahun dari jumlah keseluruhan dari
pengeluaran biaya adalah :
BOK/thn = BP/thn + BM/thn + BPK/thn + BIT/thn + BK/thn + BIO/thn +
BIU/thn
dimana :
BOK/thn = biaya operasi kendaraan per tahun
BP/thn = biaya penyusutan per tahun
BM/thn = biaya bunga modal per tahun

10
BPK/thn = biaya pajak per tahun
BIT/thn = biaya ijin trayek per tahun
BK/thn = biaya KIR kendaraan per tahun
BIO/thn = biaya iuran organda per tahun
BIU/thn = biaya ijin usaha per tahun

2.6 Perhitungan BOK tidak tetap per tahun


Adapun biaya operasional kendaraan tidak tetap yang terjadi setiap
tahun antara lain :
1. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan, biaya
ini menyangkut jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter bahan bakar
yang
digunakan. Taksiran jumlah biaya BBM per tahun dihitung dengan rumus :
BBBM/thn = JPBBM/hr x HBBM/ltr
dimana :
BBBM/thn = biaya BBM per tahun
JPBB/hr = jumlah pemakaian BBM per hari
HBBm/ltr = harga BBM per liter
2. Biaya Retribusi
Biaya retribusi terminal dikenakan per hari kepada operator sehingga biaya
retribusi per tahun dihitung dengan rumus :
BR/thn = BRH/hr x JHO/thn
dimana :
BR/thn = biaya retribusi per tahun
BRH/hr = biaya retribusi per hari
JHO = jumlah hari operasi per tahun
3. Gaji Pengemudi

11
Dalam praktek dilapangan, upah (gaji) pengemudi bukan menjadi tanggung
jawab pemilik kendaraan, melainkan harus diusahakan oleh pengemudi
sendiri.
Dalam hal ini, upah pengemudi pada dasarnya merupakan saldo dari
pendapatan operasi per hari setelah dikurangi berbagai macam BOK harian
seperti :
 Biaya BBM
 Biaya retribusi, dan
 Biaya sewa kendaraan (setoran)
Dengan demikian, maka besarnyaupah harian yang diterima pengemudi dapat
bervariasi dari hari ke hari. Namun dalam konteks penelitian ini, penulis akan
mengambil suatu jumlah upah tertentu yang mengacu kepada besarnya upah
harian minimum yang ditargetkan oleh masing-masing sampel.
Tingkat upah harian tersebut selanjutnya dianggap tetap dari hari ke hari agar
dapat diperkirakan jumlah total biaya upah pengemudi. Dengan demikian
taksiran biaya upah/gaji pengemudi per tahun dihitung dengan rumus:
GP/thn = GP/hr x JHO/thn
dimana :
GP/thn = gaji pengemudi per tahun
GP/hr = gaji pengemudi per hari
JHO = jumlah hari operasi per tahun
4. Biaya Pemakaian Suku Cadang
Biaya pemakaian suku cadang adalah biaya pembelian suku cadang kendaraan
yang secara teknis mengalami keausan akibat dioperasikan untuk jangka
waktu atau jumlah jarak tempuh tertentu. Dalam analisis ini jenis suku cadang
yang diperhitungkan antara lain : ban, oli, busi, platina, kondensor, aki (accu),
kanvas rem, plat kopling, kalahar roda depan/belakang. Perhitungan masing-
masing biaya suku cadang per tahun adalah sebagai berikut :
 Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian ban adalah biaya untuk pembelian ban yang digunakan

12
untuk pengoperasian kendaraan, yang terdiri dari ban dalam dan ban luar.
Biaya pemakaian ban per tahun dapat dihitung dengan rumus :
BPB/thn = jumlah pemakaian ban/thn x harga ban/unit
dimana :
BPB/thn = biaya pemakaian ban per tahun
 Biaya Pemakaian Oli (Pelumas)
Biaya penggantian oli adalah biaya pembelian oli kendaraan yang secara
teknis diganti secara periodik akibat dioperaikannya kendaraan untuk suatu
jangka waktu atau jumlah jarak tempuh tertentu. Dalam analisis ini jenis
suku cadang yang diperhitungkan terdiri dari : oli mesin, oli gardan, oli
verseneling, oli rem.
Perhitungan masing-masing suku cadang per tahun adalah sebagai berikut :
 Biaya Oli Mesin
BOM/thn = JPOM/thn x HOM/ltr
dimana :
BOM/thn = biaya oli mesin per tahun
JPOM/thn = jumlah pemakaian oli mesin per tahun
HOM/ltr = harga oli mesin per liter
 Biaya Oli Gardan
BOG/thn = JPOG/thn x HOG/ltr
dimana :
BOG/thn = biaya oli gardan per tahun
JPOG/thn = jumlah pemakaian oli gardan per tahun
HOG/ltr = harga oli gardan per liter
 Biaya Oli Verseneling
BOV/thn = JPOV/thn x HOV/ltr
dimana :
BOV/thn = biaya oli verseneling per tahun
JPOV/thn = jumlah pemakaian oli verseneling per tahun
HOV/ltr = harga oli verseneling per liter

13
 Biaya Oli Rem
BOR/thn = JPOR/thn x HOR/ltr
dimana :
BOR/thn = biaya oli rem per tahun
JPOR/thn = jumlah pemakaian oli rem per tahun
HOR/ltr = harga oli rem per liter
 Biaya Gemuk
BG/thn = JPG/thn x HG/ltr
dimana :
BG/thn = biaya gemuk per tahun
JPG/thn = jumlah pemakaian gemuk per tahun
HG/ltr = harga gemuk per liter

Biaya total oli per tahun dihitung dengan rumus :


BPO/thn = BOM/thn + BOG/thn + BOV/thn + BOR/thn + BG/thn
 Biaya Plat Kopling
Dihitung dengan rumus :
BPK/thn = BPPk/thn x HPK/bh
dimana :
BPK/thn = biaya plat kopling per tahun
BPPK/thn = biaya pemakaian plat kopling per tahun
HPK/bh = biaya plat kopling per buah
 Biaya Kanvas Rem
Dihitung dengan rumus :
BKR/thn = JPKR/thn x HKR/bh
dimana :
BKR/thn = biaya kanvas rem per tahun
JPKR/thn = jumlah pemakaian kanvas rem per tahun
HKR/thn = harga kanvas rem per buah
 Biaya Filter Oli

14
Dihitung dengan rumus :
BFO/thn = JPFO/thn x HFO/bh
dimana :
BFO/thn = biaya filter oli per tahun
JPFO/thn = jumlah pemakaian filter oli per tahun
HFO/bh = harga filter oli per buah
 Biaya aki (accu)
Dihitung dengan rumus :
BA/thn = JPA/thn x HA/bh
dimana :
BA/thn = biaya aki per tahun
JPA/thn = jumlah pemakaian aki per tahun
HA/bh = harga aki per buah
 Biaya Kalahar Roda Depan dan Belakang
Dihitung dengan rumus :
BK/thn = JPK/thn x HK/bh
dimana :
BK/thn = biaya kalahar per tahun
JPK/thn = jumlah pemakaian kalahar per tahun
HK/bh = harga kalahar per buah
 Biaya Kondensor
Dihitung dengan rumus :
BKD/thn = JPKD/thn x HKD/bh
dimana :
BKD/thn = biaya kondesor per tahun
JJKD/thn = jumlah pemakaian kondesor per tahun
HKD/bh = harga kondesor per buah
 Biaya Saringan Udara
Dihitung dengan rumus :
BSU/thn = JPSU/thn x HSU/thn

15
dimana :
BSU/thn = biaya saringan udara per tahun
JPSU/thn = jumlah pemakaian saringan udara per tahun
HSU/thn = harga saringan udara per buah
 Biaya Ball Joint
Dihitung dengan rumus :
BBJ/thn = JPBJ/thn x HBJ/bh
dimana :
BBJ/thn = biaya ball joint per tahun
JPBJ/thn = jumlah pemakaian ball joint per tahun
HBJ/bh = harga ball joint per buah

Biaya total pemakaian suku cadang dihitung dengan rumus sebagai


berikut :
BPSC/thn = BPB/thn + BPO/thn + BB/thn + BP/thn + BKK/thn +
BKR/thn + BFO/thn + BA/thn + BK/thn + BKD/thn + BSU/thn +
BBJ/thn

5. Biaya Servis Berat (Overhoul)


Dalam penelitian ini, biaya servis berat (overhoul) dipandang sebagai biaya
perbaikan mesin dan renovasi bodi kendaraan. Mengingat frekuensi overhoul
jarang sekali dilakukan secara periodik setahun sekali, melainkan kebanyakan
dilakukan secara isidentil jika terjadi kerusakan. Dengan demikian maka
jumlah biaya overhoul pertahun dari masing-masing sampel dihitung dengan
membagi total biaya overhoul yang dikeluarkan selama umur kendaraan
dibagi dengan jumlah umur kendaraan.

dimana :
BO/thn = biaya overhoul per tahun
BTO = biaya total overhoul selama umur kendaraan

16
U = umur kendaraan
Berdasarkan hasil perhitungan BOK variabel diatas maka total BOK variabel
per tahun, dihitung dengan rumus :
BOKV/thn = BBBM/thn + BPSC/thn + BR/thn + BO/thn + GP/thn
dimana :
BOKV/thn = biaya operasi kendaraan variabel per tahun
BBBM/thn = biaya bahan bakar minyak per tahun
BPSC/thn = biaya pemakaian suku cadang per tahun
BR/thn = biaya retribusi per tahun
BO/thn = biaya overhoul per tahun
GP/thn = gaji pengemudi per tahun

2.7 Perhitungan BOK total per tahun


Dengan diketahui taksiran BOK tetap dan BOK variabel per tahun
diatas maka estimasi total BOK per tahun untuk masing-masing sampel
operator dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1. Biaya Operasi Kendaraan Total
BOK/thn = BOKT/thn + BOKV/thn
dimana :
BOK/thn = total BOK per tahun
BOKT/thn = total BOK tetap per tahun
BOKV/thn = total BOK tidak tetap per tahun
2. Biaya Operasi Kendaraan Total + Margin 15%
BOK total + margin 15% merupakan biaya operasi kendaraan yang telah
memperhitungkan keungtungan pemilik dan operator yaitu sebesar 15%,
sehingga rumusnya :
BOK + M 15% = BOKT + BOKV + K
dimana :
BOK + M 15% = total biaya operasi kendaraan per tahun dengan
keuntungan 15%

17
BOKT = biaya tetap per tahun
BOKV = biaya variabel per tahun
K = keuntungan 15% dari BOK total

2.8 Perhitungan BOK per Kilometer


Untuk mengetahui besarnya BOK per kilometer diperlukan data sebagai
berikut:
1. Jumlah BOK per tahun masing-masing sampel
2. Taksiran jarak tempuh masing-masing sampel per tahun
Penaksiran jumlah kilometer jarak tempuh per tahun dari masing-masing
sampel didasarkan pada jumlah jarak tempuh per hari dan jumlah hari operasi
per tahun. Dengan diketahui rata-rata jarak tempuh per hari dari masing-
masing sampel operator maka total jarak tempuh per tahun ditaksir sebagai
berikut :
JT/thn = RJT/hr x JHO/thn
dimana :
JT/thn = jarak tempuh per tahun
RJT/hr = rata-rata jarak tempuh per tahun
JHO/thn = jumlah hari operasi per tahun
Dengan diketahuinya jarak perjalanan per tahun dari masing-masing
sampel operator maka taksiran BOK per kilometer dapat dihitung dengan
rumus:

1.

dimana :
BOK/km = total BOK per kilometer masing-masing sampel
BOK/thn = total BOK per tahun masing-masing sampel
JT/thn = jarak tempuh masing-masing sampel per tahun

2.

18
dimana :
BOKT+ M15%/km = total biaya operasi kendaraan dengan keuntungan
15% per kilometer masing-masing sampel
BOKT+ M15% = total biaya operasi kendaraan dengan kauntungan
15% per tahun masing-masing sampel
JT/thn = jarak tempuh masing-masing sampel per tahun

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)


Salah satu tujuan penelitian ini adalah menganalisis Biaya Operasi
Kendaraan (BOK) Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA yang telah
dioperasikan sehingga dapat diketahui perkiraan biaya pokok yang harus
dikeluarkan untuk mengoperasikan BRT tersebut. Berdasarkan
pengelompokan biaya, maka struktur perhitungan biaya pokok jasa angkutan
adalah sebagai berikut:

 Biaya Langsung yang terdiri dari : Penyusutan kendaraan produktif;


Bunga modal kendaraan produktif; Gaji/ upah, tunjangan kerja operasi
(uang dinas) dan Tunjungan sosial dari sopir dan kondektur; Bahan Bakar
Minyak (BBM); Ban; Service Kecil; Service Besar; Pemeriksaan
(Overhaul); Penambahan Oli; 10) Suku Cadang dan bodi; Cuci bus;
Retribusi Terminal; STNK/ pajak kendaraan; Kir; Asuransi (kendaraan
dan awak bus).
 Biaya tidak langsung yaitu biaya pegawai selain awak kendaraan
seperti : gaji/upah; uang lembur; tunjangan sosial (tunjungan perawatan
kesehatan, pakaian dinas, asuransi kecelakaan).
 Biaya pengelolaan yang terdiri dari : Penyusutan bangunan kantor;
Penyusutan pool dan bengkel; Penyusutan inventaris/ alat kantor;
Penyusutan sarana bengkel; Biaya administrasi kantor; Biaya

19
pemeliharaan kantor; Biaya pemeliharaan pool dan bengkel; Biaya listrik
dan air; Biaya telepon dan telegram; Biaya perjalanan dinas selain awak
kendaraan; Pajak perusahaan; Izin trayek; Izin usaha; Biaya pemasaran;
Lain-lain

Kemudian akan dianalisis pula skenario besaran tarif yang dikenakan


pada pengguna BRT berdasarkan komponen-komponen biaya yang terkait.
Beberapa asumsi yang diberlakukan untuk dapat menentukan Biaya Operasi
Kendaraan BRT dideskripsikan pada Tabel 1, berikut.

20
21
22
23
24
3.2 Review Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
1. Biaya Langsung
Harga kendaraan−nilai residu
a. Biaya Penyusutan =
masa susut x jarak tempuh per tahun( km)
450.000 .000−90.000.000
=
7 x 157.147
= 327,26 Rupiah
n+1
x harga kend . x tingkat bunga
b. Biaya Bunga Modal = 2
masa susut x jarak tempuh per tahun( km)

25
5+1
x 450.000 .000 x 75 % x 12%
= 2
7 x 157.147
= 110,45 Rupiah
c. Biaya Awak Bus
Jumlah Awak = Sopir + Kondektur
= 2,5 + 2,5 orang/bus
= 5 orang/bus
Gaji per tahun = (Gaji sopir/ bulan x jumlah sopir) + (Gaji
kondektur/bulan x jumlah kondektur)
= (1.750.000 x 12 x 2,5) + (1.100.000 x 12 x 2,5)
= 85.500.000 Rupiah
Tunjangan Sosial :
Pengobatan/tahun = Pengobatan/orang/bulan x Jumlah awak
= 100.000 x 12 x 5
= 6.000.000 Rupiah
Pakaian dinas/bus/thn = Jumlah stel x Harga stel x Jumlah awak
= 2 x 120.000 x 5
= 1.200.000 Rupiah
Asuransi/bus/thn = Biaya asuransi/bus/bulan x 12 bulan
= 3.375.000 x 12
= 40.500.000 Rupiah
Biaya awak bus/thn = Gaji/tahun + Total tunjangan
= 85.500.000 + (6.000.000+1.200.000+40.500.000)
= 133.200.000 Rupiah
Biaya awak bus /tahun
Biaya awak bus/km =
Jarak tempuh per tahun(km)
133.200.000
=
157.147 km
= 847,61 Rupiah
d. Biaya BBM/bus/hari = Jml penggunaan/hari x Harga BBM/liter

26
= 54 x 4.300
= 232.200 Rupiah
Biaya BBM /hari
Biaya BBM/km =
Jarak tempuh per hari(km)
232.200
=
431km
= 538,75 Rupiah

Jml . pemakaian ban x hargaban /buah


e. Biaya Ban/km =
Dayatahan ban(km)
6 x 1.100 .000
=
21.000
= 314,29 Rupiah
f. Biaya Pemeliharaan :
Jumlah biaya service kecil
Service Kecil/km =
5000 km
540.000
=
5000 km
= 108,00 Rupiah
Jumlah biaya service besar
Service Besar/km =
20.000 km
2.465.000
=
20.000 km
= 123,25 Rupiah
Biaya overhoul mesin
Overhoul Mesin =
300.000 km
13.500.000
=
300.000 km
= 45,00 Rupiah
Biaya overhoul body
Overhoul Body =
300.000 km
32.400.000
=
300.000 km

27
= 108,00 Rupiah
Penambahan oli/hari x harga oli/ L
Penambahan Oli Mesin =
Jarak tempuh/hari( km)
1
x 15.000
= 2
431 km
= 17,40 Rupiah
Biaya cuci kendaraan
Biaya Cuci Kendaraan/km =
Jarak tempuh /hari( km)
40.000
=
431 km
= 92,81 Rupiah
Biaya ganti SC
Penggantian SC/km =
Jarak tempuh /tahun (km)
5.400 .000
=
157.147 km
= 34,36 Rupiah
Biaya pemeliharaan body
Pemeliharaan body/km =
Jarak tempuh/tahun(km)
1.800 .000
=
157.147 km
= 11,45 Rupiah
Total Biaya Pemeliharaan/Reparasi Kendaraan/km
= 108,00 + 123,25 + 45,00 + 108,00 + 17,40 + 92,81 + 34,36 + 11,45
= 540,27 Rupiah

Retribusiterminal /hari
g. Biaya Retribusi Terminal =
Jarak tempuh /hari( km)
10.000
=
431 km
= 23,20 Rupiah
Harga PKB /tahun/bus
h. Biaya PKB (STNK) =
Jarak tempuh /tahun (km)

28
2.250 .000
=
157.147 km
= 14,32 Rupiah
Biaya keur /tahun/bus
i. Biaya Keur Kendaraan =
Jarak tempuh /tahun(km)
2 x 75.000
=
157.147 km
= 0,95 Rupiah
2. Biaya Pengelolaan
Total Biaya Pengelolaan/tahun
= 5.000.000 + 37.500.000 + 5.000.000 + 5.000.000 +1.200.000 +12.000.000 +
12.000.000 + 750.000 + 1.000.000 + 1.000.000
= 80.450.000 Rupiah

3. Rekapitulasi Biaya/km
Biaya Langsung/km = Total Keseluruhan Biaya Langsung/km
= 327,26 + 110,45 + 847,61 + 538,75 + 314,29 +
540,27 + 23,20 + 14,32 + 0,95 + 71,59
= 2788,27 Rupiah
Biaya Tidak Langsung/km = 102,49 Rupiah
BOK bus/km = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung
= 2788,27 + 102,49
= 2891,19 Rupiah

3.3 Analisis Tarif berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK)


Perhitungan tarif didapatkan dari hasil perhitungan BOK, berikut ini
analisis perhitungan tarif per penumpang untuk kondisi load factor 80%:

 BOK bus per km = Rp. 2.891,19


 BOK per penumpang per km = (Rp. 2.891,19/80%*36) = Rp. 99,696
 Jumlah penumpang = 80% x 36 orang = 29 orang

29
 Panjang rute = 20.9 km
 Tiket per penumpang = Rp. 99,696 x 20,9 km = Rp. 2.083,64

Dalam perhitungan tarif memberikan keuntungan 10% kepada


operator, sehingga besarnya tarif yang akan diberlakukan untuk jalur Busway
SARBAGITA sepanjang 20.9 km dengan sistem tiketing adalah:
 Keuntungan 10% = 10% x Rp. 2.083,64= Rp. 208,36
 Tiket per penumpang dengan 10% keuntungan = Rp. 2.083, 64 + Rp.
208,36 = Rp. 2.292,01 (dibulatkan Rp. 2.400,-).

Untuk perhitungan tarif berdasarkan BOK dengan load factor lain


dapat dilakukan secara tabelaris, seperti ditunjukkan Tabel berikut.
Load Factor Besaran tarif Pembulatan
70% Rp. 2.556,48 Rp. 2.600
80% Rp. 2.292,01 Rp. 2.400
90% Rp. 2.014,20 Rp. 2.100
100% Rp. 1.846,35 Rp. 1.900
110% Rp. 1.661,71 Rp. 1.700
120% Rp. 1.538.62 Rp. 1.600
130% Rp. 1.420.27 Rp. 1.500
140% Rp. 1.318.82 Rp. 1.400
150% Rp. 1.230.90 Rp. 1.300
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat direkomendasikan tarif per
penumpang dengan asumsi load factor 70 - 80% adalah sebesar Rp. 2.500,-
3.4 Asumsi dan Analisis Perhitungan Ability To Pay (ATP) Users.
Untuk melakukan perhitungan Ability to Pay berdasarkan pendapatan
rata-rata, asumsi yang dapat digunakan dapat dilihat pada lampiran berikut:
 Standard Ideal Biaya Transportasi: 10 % x Pendapatan Per kapita,
 Pendapatan per kapita Denpasar , Badung, Gianyar, Tabanan : Rp. 15, 74
juta per tahun atau Rp. 1,3 per bulan (sumber: www.denpasar.go.id),
 Alokasi biaya transportasi per bulan = 10% x Rp. 1,3 juta/bulan = Rp.
130.000/bulan,

30
 Rata-rata hari kerja/bulan = 24 hari,
 Biaya Transportasi/hari = Rp. 130.000/24 = Rp. 5.417/hari,
 Rata-rata perpindahan moda = 1,5 per perjalanan,
 Jumlah perjalanan per hari = 3 perjalanan (asumsi jenis perjalanan Home
based),
 Biaya transportasi per perjalanan diasumsikan sama dengan Ability to
Pay (ATP) masyarakat = Rp.5.417 : 3 = Rp. 1.806 per perjalanan.

3.5 Asumsi dan Perhitungan Willingness To Pay masyarakat pemakai.


Untuk melakukan perhitungan Willingness To Pay (WTP) masyarakat
dilakukan melalui survei dengan menyebarkan kuisioner kepada penumpang
Bus mengenai kesesuaian tarif yang berlaku saat ini jika dibandingkan dengan
kualitas yang ditawarkan. Pada saat ini penetapan tarif Bus Rapid Transit
(BRT) SARBAGITA sebesar Rp. 3.500,- untuk kalangan umum dan sebesar
Rp. 2.500,- untuk kalangan pelajar.

Berdasarkan hasil survei sementara terhadap 30 orang penumpang


Bus, dapat diambil kesimpulan bahwa penumpang bus menganggap bahwa
tarif yang diterapkan sebesar Rp. 3.500,- untuk kalangan umum merupakan

31
tarif yang terlalu tinggi sehingga hanya sekitar 7 orang (23%) penumpang
yang berasumsi tarif tersebut terjangkau dan sebagian besar yaitu 23 orang
(77%) beranggapan tarif yang ditetapkan tersebut masih terlalu tinggi.
Disisi lain, berdasarkan hasil survei Willingness to Pay (WTP)
masyarakat yang bersangkutan selanjutnya juga didapatkan tarif yang
dikehendaki oleh sebagian besar masyarakat pemakai (users) adalah sebesar
Rp. 2.500,- yaitu sebanyak 15 orang (50 %) dari hasil survei memberikan
indikasi tersebut. Hasil-hasil lainnya mengenai tarif yang dikehendaki
masyarakat pemakai dapat dilihat pada gambar.

32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa
berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) bus dapat ditetapkan tarif
sebesar Rp. 2.500,- per penumpang, berdasarkan Ability to Pay (ATP) sebesar
Rp. 1.800,- perpenumpang sedangkan berdasarkan Willingness to Pay (WTP)
sebesar Rp. 2.500,- per penumpang.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan tarif resmi saat ini
yaitu sebesar Rp. 3.500,- per penumpang merupakan penetapan tarif yang
relatif masih tinggi dibandingkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dengan
load factor 80%. Dipihak lain, tarif untuk penumpang umum tersebut masih
diluar jangkauan ATP dan WTP masyarakat pemakai.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu Hasil penelitian dan analisis
kembali perhitungan ini diharapkan menjadi masukan pada pengelola Bus
Rapid Transit agar penetapan tarif resmi lebih fleksibel sesuai load factor
yang dicapai, sehingga bisa lebih terjangkau oleh masyarakat pemakai.

33
DAFTAR PUSTAKA

I Wayan Suweda dan Kadek Arisena Wikarma. 2012. Analisis Tarif Bus Rapid
Transit (BRT) Trans Sarbagita Berdasarkan BOK, ATP, dan WTP. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil. 16(1):11--23

John H. Frans, dkk. 2016. Kajian Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya
Operasional Kendaraan (BOK), Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay
(WTP) di Kabupaten TTS. Jurnal Teknik Sipil. 5(2):185-197

NN. TT. “Sistem Transportasi”. -

34
LAMPIRAN

ANALISIS TARIF BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS SARBAGITA


BERDASARKAN BOK, ATP DAN WTP
I Wayan Suweda1 dan Kadek Arisena Wikarma2
1) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
2) Program Pascasarjana Bidang Transportasi, Jurusan Teknik Sipil, Unud

Beberapa asumsi yang diberlakukan untuk dapat menentukan Biaya


Operasi Kendaraan BRT dideskripsikan pada Tabel 1, berikut.

35
36
37
38
Ability to Pay (ATP)
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan
yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang
digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dari
pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain ability to pay adalah
kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya.
Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay,
diantaranya:
 Besar penghasilan.

39
 Kebutuhan transportasi.
 Total biaya transportasi (harga tiket yang ditawarkan).
 Prosentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi.

Willingness to Pay (WTP)


Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan
atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP
didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum
tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
 Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi.
 Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan.
 Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut.
 Perilaku pengguna.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Tarif berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Biaya Langsung
Perhitungan tarif didapatkan dari hasil perhitungan BOK, berikut ini analisis
perhitungan tarif per penumpang untuk kondisi load factor 80%:
 BOK bus per km = Rp. 3.014,92
 BOK per penumpang per km = (Rp. 3.014,92/80%*36) = Rp. 103,96
 Jumlah penumpang = 80% x 36 orang = 29 orang
 Panjang rute = 20.9 km
 Tiket per penumpang = Rp. 103,96 x 20,9 km = Rp. 2.172,82
Dalam perhitungan tarif memberikan keuntungan 10% kepada operator, sehingga
besarnya tarif yang akan diberlakukan untuk jalur Busway SARBAGITA sepanjang
20.9 km dengan sistem tiketing adalah:
 Keuntungan 10% = 10% x Rp. 2.172,82 = Rp. 217,28

40
 Tiket per penumpang dengan 10% keuntungan = Rp. 2.178, 82 + Rp. 217,28
= Rp. 2.390,10 (dibulatkan Rp. 2.400,-).
Untuk perhitungan tarif berdasarkan BOK dengan load factor lain dapat dilakukan
secara tabelaris, seperti ditunjukkan table berikut.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat direkomendasikan tarif per


penumpang dengan asumsi load factor 70 - 80% adalah sebesar Rp. 2.500,-

Asumsi dan Analisis Perhitungan Ability To Pay (ATP) Users.


Untuk melakukan perhitungan Ability to Pay berdasarkan pendapatan rata-rata,
asumsi yang dapat digunakan dapat dilihat pada lampiran berikut:
 Standard Ideal Biaya Transportasi: 10 % x Pendapatan Per kapita,
 Pendapatan per kapita Denpasar , Badung, Gianyar, Tabanan : Rp. 15, 74 juta
per tahun atau Rp. 1,3 per bulan (sumber: www.denpasar.go.id),
 Alokasi biaya transportasi per bulan = 10% x Rp. 1,3 juta/bulan = Rp.
130.000/bulan,
 Rata-rata hari kerja/bulan = 24 hari,
 Biaya Transportasi/hari = Rp. 130.000/24 = Rp. 5.417/hari,
 Rata-rata perpindahan moda = 1,5 per perjalanan,
 Jumlah perjalanan per hari = 3 perjalanan (asumsi jenis perjalanan Home
based),
 Biaya transportasi per perjalanan diasumsikan sama dengan Ability to Pay
(ATP) masyarakat = Rp.5.417 : 3 = Rp. 1.806 per perjalanan.

41
Asumsi dan Perhitungan Willingness To Pay masyarakat pemakai (Users).
Untuk melakukan perhitungan Willingness To Pay (WTP) masyarakat dilakukan
melalui survei dengan menyebarkan kuisioner kepada penumpang Bus mengenai
kesesuaian tarif yang berlaku saat ini jika dibandingkan dengan kualitas yang
ditawarkan. Pada saat ini penetapan tarif Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA
sebesar Rp. 3.500,- untuk kalangan umum dan sebesar Rp. 2.500,- untuk kalangan
pelajar.

Berdasarkan hasil survei sementara terhadap 30 orang penumpang Bus, dapat diambil
kesimpulan bahwa penumpang bus menganggap bahwa tarif yang diterapkan sebesar
Rp. 3.500,- untuk kalangan umum merupakan tarif yang terlalu tinggi sehingga hanya
sekitar 7 orang (23%) penumpang yang berasumsi tarif tersebut terjangkau dan
sebagian besar yaitu 23 orang (77%) beranggapan tarif yang ditetapkan tersebut
masih terlalu tinggi.
Disisi lain, berdasarkan hasil survei Willingness to Pay (WTP) masyarakat yang
bersangkutan selanjutnya juga didapatkan tarif yang dikehendaki oleh sebagian besar
masyarakat pemakai (users) adalah sebesar Rp. 2.500,- yaitu sebanyak 15 orang (50

42
%) dari hasil survei memberikan indikasi tersebut. Hasil-hasil lainnya mengenai tarif
yang dikehendaki masyarakat pemakai dapat dilihat pada gambar.

43

Anda mungkin juga menyukai