RINGKASAN MATERI KULIAH Bahasa Indonesia
RINGKASAN MATERI KULIAH Bahasa Indonesia
Terdiri dari kemampuan gramatikal (kosakata, dialek/ragam, morfologi, sintaksis, fonologi). Kemampuan
pragmatik, kemampuan sosiolinguistik.
3. Untuk membangun kecerdasan dengan berpikir logis sehingga terciptanya kreativitas untuk mengembangkan
profesi.
Ragam bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah (kuno), sedangkan ragam bahasa baru ditandai
dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan yang disempurnakan (EYD), dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar dengan menggunakan ragam bahasa
tulis resmi.
1. KARANGAN
Tema Karangan: Ide sentral di dalam karangan yang akan mampu mengikat keseluruhan uraian, deskripsi,
penjelasan dan seluruh pembuktian di dalam konstruksi karangan ilmiah yang bersangkutan.
Ide sentral: tema karangan akan mengontrol keseluruhan isi karangan. Keseluruhan konstruksi karangan pasti akan
dapat dikembalikan kepada ide sentral. Bagi seorang penulis, tema karangan akan dapat menuntun dirinya agar
dapat sampai pada akhir tulisan secara tuntas.
Tema karangan yang baik bagi penulis adalah sesuai bidangnya. Bila penulis ingin mengkaji tema tertentu dalam
sebuah karya tulis, pastikan bahwa tema itu memiliki data yang melimpah. Hal lain yang harus di penulis karya
ilmiah bahwa ketersediaan teori harus benar-benar dijamin oleh si penulis itu sendiri.
Untuk menentukan judul karangan Bisa di awal ketika akan menulis, bisa di tengah saat setelah memulai menulis,
atau bahkan setelah penulis selesai menulis karangan. Selain itu harus setali dengan tema karangan, harus kelihatan
benang merahnya, dan harus sesuai dengan isi karangan.
Kalimat tesis identik dengan tema karangan. Ibaratnya, kalimat tesis dalam sebuah karangan atau tulisan itu kalimat
utama atau kalimat pokok paragraf, sedangkan tema karangan identik dengan ide pokok karangan.
Tujuan : Untuk menunjukkan bahwa sepatu buatan dalam negeri dapat diupayakan agar lebih diminati oleh
konsumen
Tesis : Sepatu buatan dalam negeri dapat ditingkatkan penjualannya dengan menambah daya saing agar lebih
diminati konsumen.
Tujuan : Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi perlu diberikan kepada siswa SD/MI gua meningkatkan
kualitas pembelajaran dan daya belajar yang lebih maksimal.
Tesis : Teknologi Informasi sudah saatnya diajarkan kepada siswa SD/MI guna meningkatkan kualitas
pembelajaran dan memaksimalkan daya belajar para siswa.
1. POLA KALIMAT
v Struktur kalimat
Kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat
dipahami dengan mudah.
Struktur kalimat dibentuk berdasarkan unsur subjek, predikat, dan objek pelengkap serta keterangan. Sebuah kalimat
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Selain itu, kalimat harus lengkap, tidak berupa anak kalimat
atau penggabungan anak kalimat.
Contoh :
Dalam rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan.
a. Rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang dan pelanggan.
b. Dalam rapat ditegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang dan pelanggan.
Ketetapan urutan frasa Urutan kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat yang menggambarkan proses harus
disusun secara logis.
Dalam kerjanya mereka mengerjakan laporan kegiatan dan menyusun perencanaan kemudian melaksanakan.
Pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S), dan predikat (P).
a. berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu Pel dan satu K).
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek (S) dan satu predikat (P).
c. Selalu diawali dengan subjek.
e. unsur tersebut ada yang berupa kata, dan ada yang berupa frasa
f. dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, objek dan keterangan.
Contoh kalimat majemuk setara : Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar.
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada delapan
macam.
1. Anak Kalimat keterangan waktu menggunakan kata: ketika, waktu, saat, setelah, sebelum.
2. Anak kalimat keterangan sebab, menggunakan kata: sebab, lantaran, karena.
3. Anak kalimat hasil (akibat) menggunakan kata: hingga, sehingga, akhirnya.
4. Anak kalimat keterangan mengunakan kata: jika, apabila, kalau, andaikata
5. Anak kalimat tujuan menggunakan kata: agar, supaya, demi, untuk, guna.
6. . Anak kalimat cara menggunakan kata : dengan dalam.
7. Anak kalimat posesif menggunakan kata: meskipun, walaupun, biarpun.
8. Menggunakan pengganti nomina menggunakan kata: bahwa.
v Kalimat majemuk gabungan setara dan bertingkat
Bangsa Indonesia bekerja keras mengejar ketertinggalan ekonomi setelah krisis politik berkepanjangan dan krisis
keamanan mulai membaik.
Ciri:
Tanda diakritik seperti koma ain atau di atas dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’,
dinamai’
v Ejaan Soewandi (ejaan republik) : 19 Maret 1947 di diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen.
Ciri-ciri :
1.
Huruf oe diganti u, seperti guru, itu, umur.
2.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
3.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4.
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata
depan dirumah, dikebundisamakan dengan imbuhan di- padaditulis, dikarang.
v Ejaan melindo : Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana ketua tim Indonesia)
dan Syeh Nasir bin Ismail (Malaysia) Ketua, menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan
nama Ejaan Melindo (Melayu Indonesia.
Namun perkembangan politik dan psaang surut hubungan kedua negara mengurungkan peremian ejaan ini.
EYD Diresmikan oleh Presiden RI pada 16 Agustus 1972 pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia, dengan Putusan
Presiden No 57 Tahun 1972.
Terbit buku kecil berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 12 Oktober melalui Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (Ketua
Amran Halim) menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Isinya: paparan
kaidah ejaan yang lebih luas.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusan No 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
1. 1. Perubahan Huruf:
Ejaan Soewandi: EYD
v valuta, universitas
z zeni, lezat
1. 4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2
Contoh : jalan-jalan, meloncat-loncat.
J Tanda Petik (“ “)
Unsur-unsur tersebut dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini
, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk
Indonesiannya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
1. DIKSI DAN GAYA BAHASA
Gaya bahasa itu ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata, kalimat,
paragraf atau wacana menjadi efektif jika diekspresikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya resmi, dapat
membawa pembaca /pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tidak resmi mengarahkan
pembaca/pendengar ke dalam situasi rileks tetapi efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam situasi
realistis.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Pada dasarnya diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau mirip. Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang
tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu.
Tersirat: dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah
ide.
Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat,
dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
v Perbendaharaan kata
Disebut pula kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Makna Kata: Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek
bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna.
gadis-gadis manis, dara-dara manis, perawan-perawan manis.
Ketiga kata tersebut mengandung referensi yang sama untuk referen yang sama yaitu wanita yang masih muda.
v Makna denotatif
Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan atau arti sebenarnya disebut kata denotatif
atau maknanya disebut makna denotatif,
Contoh:
v Makna konotatif
Makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar
yang umum, dinamakan makna konotatif atau konotasi. Dari contoh terdahulu, kata gadis bersifat denotatif, karena
mengacu pada sejenis makhluk tertentu tanpa suatu penilaian tambahan, sedangkan kata dara dan perawan di
samping mengacu kepada sejenis makhluk tersebut, mengandung nilai tambahan pula.
Untuk mengetahui dan memahami arti kata beda kita bisa membuka KBBI terbitan Balai Pustaka 1993 dan kamus
yang terbaru. beda: tidak sama.
v Tesaurus
Tesaurus merupakan khazanah kata yang disusun menurut sebuah sistem tertentu, terdiri dari gagasan- gagasan yang
mempunyai pertalian timbal balik sehingga setiap pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya
(Keraf, 1988:69)
1. PENGEMBANGAN PARAGRAF
v Paragraf pengantar dan pembuka
Pengantar ini berfungsi untuk memberitahukan latar belakang masalah, tujuan, anggapan dasar. Pengantar yang
baik akan berhasil mengetuk hati dan memperoleh simpati, menggugah minat dan gairah orang lain untuk
mengetahui lebih banyak. Fungsi paragraf pengantar adalah menunjukan ide pokok yang mendasari karangan yang
dibahas.
Membuat paragraf pembuka untuk menarik minat pembaca penulis dapat melakukan berbagai upaya yang dapat
dipilih dan dirasa tepat dalam berbagai hal.
v Paragraf pengembang yaitu paragraf yang berfungsi menerangkan atau menguraikan gagasan pokok karangan.
v Paragraf penutup Fungsi:
1. Sebagai penutup, menyatakan bahwa karangan sudah selesai. Komunikasi melalui karangan yang
dibacanya telah ditutup, namun semangat yang besar dan segar diharapkan terus berlanjut.
2. Mengingatkan (menegaskan) kepada pembaca akan pentingnya pokok pembahasan.
3. Memuaskan pembaca untuk mendapat pandangan baru.
4. Menyajikan simpulan.
Fonem: Satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang dapat membedakan arti
kata jahat dan jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan dengan
huruf i. Bunyi /a/ dan bunyi /i/ disebut fonem /a/ dan fonem /i/ .
Morfem: Satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna . Wujud morfem
dapat berupa imbuhan, partikel, dan kata dasar (-an, -lah, -kah, ).
1. Morfem bebas : Yang dapat berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain.
Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
2. Morfem terikat: Yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna ini baru jelas setelah morfem itu
digabungkan dengan morfem yang lain.
3. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan dan akhiran), tergolong sebagai morfem terikat.
Kata : Satuan bentuk (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang
dibentuk dengan menggabungkan huruf atau menggabungkan morfem , baru bisa diakui sebagai kata bila
bentukan itu mempunyai makna.
Arti Leksikal: Arti yang tertera dalam kamus, arti lepas tanpa dipengaruhi oleh konteks atau situasi.
Misalnya kursi= tempat duduk.
1. Kata yang bermorfem tunggal: Disebut juga kata dasar, atau kata yang tidak berimbuhan.
2. Kata yang bermorfem banyak.
Hasan Alwi 1988 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, mengelompokkan kata ke dalam lima jenis :
1. Verba (kata kerja) 3. Adverbia (kata keterangan)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang
bukan merupakan sifat atau kualitas.
Bentuk kata kerja atau verba
1. Verba redulikasi atau verba berulang.
Misal: makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak menembak.
b. Verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan kata, yang tidak membentuk idiom.
c. Verba berpreposisi, yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu, misalnya tahu akan,
berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari, menyoal atas, tergolong sebagai.
Kata sifat atau ajektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi nomina (orang, binatang, atau
benda lainnya).
1. ajektiva bertaraf: yaitu ajektiva yang mengungkapkan suatu kualitas.
2. ajektiva tak tak bertaraf: ajektiva yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan.
Kata keterangan (adverbia) adalah kata yang menerangkan verba ajektiva, nomina, adverbia lain, frasa
preposisional dan juga seluruh kalimat. Letak kata keterangan ini dapat mendahului atau mengikuti kata yang
diterangkan.
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat.
Klausa adalah kelompok kata yang mengandung subjek (s) dan predikat (p). Berarti, meskipun kalimat tunggal,
pasti mempunyai klausa karena kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu S dan satu P.
Menurut Gorys Kerap, Bahasa: adalah suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya.
Bahasa mencakup 4 hal sebagai suatu sistem :
1. Sistem lambang bunyi yang arbiter/kesepakatan, digunakan secara berulang-ulang dan tetap.
2. Alat komunikasi, dapat dipakai untuk mengekspresikan atau mengungkapkan perasaan, mewakili
keinginan, harapan dan bahkan impian.
3. Simbol bunyi yang memiliki arti serta makna
4. Digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi.
Bahasa: adalah alat komunikasi yang bersifat arbiter dan konvensional, merupakan lambang bunyi.
Ciri-ciri bahasa:
Asal bahasa :
Berasal dari bahasa Melayu, yang dalam perkembangan berikutnya mendapat serapan dari bahasa-bahasa daerah
dan bahasa asing.
Bahasa melayu diakui sebagai bahasa indonesia. Yang termasuk Melayu Polinesia Barat ialah melayu Polinesia
Filipina dan Indonesia Barat. Bahasa Melayu adalah bahasa kebudayaan tingkat tinggi yang tercatat dalam
peningalan historis pada banyak peninggalan sejarah. Bahasa Melayu secara politis diterima oleh banyak suku di
Indonesia, terutama suku bangsa besar seperti Jawa dan Sunda.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa melayu yang
mendasari bahasa Indonesia itu, telah diakui sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) selama berabad-abad di
seluruh kawasan Nusantara.
4. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
1. Kejelasan (Clarity), Karangan ilmah harus konkret dan jelas, mudah dipahami, mudah dibaca serta tidak
memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat samar-samar. Tidak boleh kabur, tidak boleh
ada wilayah abu-abu (tidak jelas) alias gamblang.
2. Ketepatan (accuracy), Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan atau ketepatan. Hasil penelitian
ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu harus tepat dan akurat. Maka penulis dan atau peneliti harus
sangat cermat, sangat teliti, tidak boleh sembrono atau ‘main-main dengan ilmu’.
3. Keringkasan (brevity), Karangan ilmiah harus ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan
setebal 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh isinya tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang
bertele-tele, kalimat yang bertumpukan, sarat dengan kemubaziran dan kerancuan.
v Perencanaan karangan
Proses Kreatif :
1. Tahap persiapan yaitu mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus
penulisan, mengamati objek yang akan ditulis dan memperkaya pengalaman kognitif untuk proses
selanjutnya.
2. Tahap inkubasi atau pendadaran yaitu proses logis dengan memanfaatkan seluruh informasi yang
dikumpulkan dari sebab ke akibat atau dari tesis-antitesis sampai dengan sintesis yang merupakan
pemikiran sinergis-kreatif.
3. Tahap iluminasi atau kejelasan yang ditandai dengan adanya inspirasi pemecahan masalah .
4. Tahap verifikasi yaitu mengevaluasi, memeriksa kembali, atau menyeleksi seluruh tahapan, dan
menyusunnya kembali sesuai dengan fokus tujuan penulisan.
Menentukan jenis karangan
Makalah, Makalah biasa dan makalah posisi. Makalah biasa cenderung bebas, tidak terikat oleh posisinya
sebagai mahasiswa, profesi, keahlian atau posisi lain. Makalah posisi yakni makalah yang ditulis
berdasarkan posisi penulisnya.
Jenis karangan, sistematika makalah. Judul, abstrak, pendahuluan, pembahan isi, kesimpulan, daftar pustaka.
Artikel Jurnal adalah karangan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan dalam sebuah jurnal yang
khusus menerbitkan bidang kajian ilmu tersebut.
Proposal adalah karangan ilmiah yang berisi rancangan kerja. Proposal mempunyai beberapa jenis.
2. Proposal penelitian: rancangan kerja penelitian yang didanai oleh suatu lembaga.
3. Proposal kerja sama untuk melakukan suatu kegiatan yang didanai oleh sponsor.
Susunan Proposal:
Laporan adalah penyampaian informasi yang ditulis secara lengkap, jelas, sistematis, objektif dan tepat waktu
oleh seorang kepada orang lain atau pejabat.
1. PARAGRAF
Paragraf= Karangan mini
Paragraf : Satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus disusun
secara runut dan sistematis sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam
paragraf itu.
Sesungguhnya sebuah paragraf harus mengemban ide ide pokok atau ide utama . Tanpa ide pokok atau ide utama
yang jelas demikian itu, sebuah paragraf pasti tidak memiliki kendali. Ide utama harus ditempatkan pada posisi yang
jelas sehingga pengembangan terhadap ide utama itu akan mudah dilakukan. Penempatan ide utama yang jelas
tersebut sekaligus juga akan menentukan jenis tulisan atau karangan yang akan diemban oleh paragraf.
Ciri-ciri paragraf :
1. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat
2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
3. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang
1. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dengan kalimat penjelas.
Ihwal paragraf
Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf itu pengarang
dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna. Bahkan paragraf
dapat mendinamisasikan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis dan energik.
Fungsi paragraf
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan.
2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf
berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil
5. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
Ide utama atau gagasan utama yaitu topik yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Ide utama atau ide pokok
itu dinyatakan dalam kalimat topik. Dalam paragraf pikiran utama berfungsi sebagai pengendali keseluruhan
paragraf.
Jenis paragraf
Kalimat Topik atau Ide Utama pada awal paragraph. Isi kalimat ini berupa: penjelas, uraian, analisis, contoh-contoh,
keterangan atau rincian kalimat topik. Paragraf diakhiri kalimat topik dan diawali dengan kalimat penjelas. Artinya
paragraf ini menyajikan kasus khusus, contoh, penjelasan, keterangan atau analisa lebih dahulu, barulah ditutup
dengan kalimat topik.
Syarat paragraf yang baik adalah paragraf yang benar-benar tuntas dari dimensi penjabaran atau pemaparan ide
pokoknya.
Ada tiga prinsip yang harus dikuasai, yaitu: 1) Prinsip Kesatuan Pikiran, 2) Prinsip Ketuntasan Pemaparan, dan 3)
Prinsip Keruntutan.