PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah sesuatu bagian yang integral dari kesehatan menurut
World health Organisation (WHO) dalam Yosep (2011), kesehatan jiwa bukan
adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan
Gangguan kesehatan jiwa secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu
orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan
gangguan jiwa. ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No. 18 Tahun
2014).
1
penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial,
minum obat, gejala yang umum terhadap pengobatan peristiwa kehidupan yang
2012). Sebanyak lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak diobati
dan tidak tertangani dengan optimal baik oleh keluarga maupun tim medis yang
2012).
Skizofrenia atau gangguan jiwa berat saat ini masih menjadi salah satu
suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan prilaku psikotik,
2
sedangkan insidensi atau kasus baru yang muncul tiap tahun sekitar 0,01%.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Rikesdas 2013) prevalensi
penderita gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per mil, dengan prevalensi
Selatan (2,6%), Bali (2,3%), Jawa Tengah (2,3%) dan Sulawesi Tenggara (1,1%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa
Prov. Sulawesi Tenggara diperoleh data jumlah pasien yang mengalami gangguan
jiwa yang dirawat inap pada tahun 2017 tercatat sebanyak 1111 pasien dan yang
mengalami skizofrenia sebanyak 872 pasien. Tahun 2018 sebanyak 1042 pasien
dan yang mengalami skizofrenia sebanyak 868 pasien. Tahun 2019 periode
Januari - Mei 2019 tercatat sebanyak 450 pasien dan yang mengalami skizofrenia
sebanyak 253 pasien (Rekam Medik RS Jiwa Prov. Sulawesi Tenggara Tahun
2019).
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti pada saat pengambilan data pada
jiwa yang dirawat di ruang rawat inap Flamboyan berjumlah 22 pasien dimana
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di rumah sakit jiwa
3
mengalami halusinasi dengar. Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia, 70%
bahwa jenis halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia
pasien yang mengalami halusinasi berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
jiwa khususnya halusinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Akemat dan Keliat
yaitu dengan cara mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan
4
Dari berbagai data yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa
laporan kasus yang berjudul: Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. Y dengan
B. Rumusan Masalah
dalam pelaksanaan studi kasus yaitu Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. Y
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
5
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Manfaat Teoritis
6
2. Manfaat Praktis
a. Rumah sakit
b. Perawat
c. Institusi pendidikan
d. Bagi penulis
E. Metode penulisan
sebagai berikut :
dengan kasus klien. Literatur yang digunakan yaitu asuhan keperawatan jiwa,
7
berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc edisi revisi jilid 2, dan asuhan
keperawatan jiwa
masalah klien.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Skizofrenia
a. Pengertian
otak.
9
sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang skizofrenia,
tuju.
klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya
10
akut secara cepat. Beberapa penderita mengalami gangguan seumur
hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal
c. Patofisiologi skizofrenia
1) Faktor genetika
11
bandingkan dengan angka konkordasi pada anak kembar dizigot
2) Patologi otak
3) Perubahan Biokimia
12
dopamin dengan demikian mengurangi aktifitas sistem dopamin.
1) Gejala positif
13
2) Gejala negatif
hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul
apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa klien skizofrenia tidak bisa
1) Fase prodomal
2) Fase aktif
3) Fase residual ;
14
f. Kriteria diagnostik skizofrenia
fase aktif: baik (1), (2), atau (3) untuk sedikitnya seminggu
a) Waham
d) Perilaku katatonik
mati)
atau pikiran orang itu, atau dua atau lebih suara yang sedang
saling berbincang.
sendiri.
15
2. Skizofrenia Residual
positif, namun minimal dalam satu tahun terakhir telah timbul gejala
halusinasi, biasanya tidak promiten atau tidak disertai efek yang kuat.
b. Etiologi
1) Pendekatan Biologis
a) Faktor Genetik
16
kemungkinan untuk terkena skizofrenia. Hal ini menunjukkan
b) Faktor Biokimia
c) Otak
kerusakan otak
2) Pendekatan Psikoanalisis
id, ego, dam super ego. Pertimbangan antara id dan super ego
17
dikendalikan atau di selesaikan secara adekuat. Sementara jika ego
1) Perlambatan psikomotor
2) Aktivitas menurun
3) Afek tumpul
4) Sikap pasif tak punya inisiatif, tak punya minat dan energi sama
sekali
5) Banyak diam
d. Pedoman Diagnosis
18
atau pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti
intensitas dan frekuensi gejala yang ada minimal dan telah timbul
e. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
19
Adapun obat antipsikotik yang sering digunakan berdasarkan
20
8 Sulpiride DOGMATIL Amp. 50 mg/ 300-600 mg/h
FORTE Tab. 200 ml
(Delagrange) mg
9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h
(Jansen)
10 Risperidone RISPERAL Tab. 1,2, mg 2-6 mg/h
(Jansen) 3
NERIPROS Tab. mg
(Pharos) 1,2,
NOPRENIA Tab. 3 mg
(Novell)
PERSIDAL Tab. 1,2, mg
(Mersifarma) 3
RIZODAL Tab. mg
(Guardian 1,2,
Pharmatama) Tab. 3 mg
ZOFREDA
(Kalbe Farma) 1,2,
3
1,2,
3
11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg 25-100 mg/h
(Novartis) 100 mg
12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg 50-400 mg/h
(Astra Zeneca) 100 mg
200 mg
12 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg 10-20 mg/h
(Eli Lilly) 10 mg
3. Halusinasi
a. Pengertian halusinasi
2. 2015).
21
Menurut Varcarolis dalam Yosep (2011) halusinasi dapat
merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan
Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejah halusinasi
22
bahwa halusinasi adalah persepsi klien yang salah melalui panca indra
sesuatu.
b. Etiologi Halusinasi
2014)
1) Faktor predisposisi
a) Faktor Perkembangan
b) Faktor Sosiokultural
23
c) Faktor Biokimia
d) Faktor Psikologis
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
2) Faktor presipitasi
24
a) Prilaku
yaitu :
i) Dimensi fisik
25
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
26
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien
v) Dimensi Spiritual
memburuk.
c. Psikopatologi Halusinasi
keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang
datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan
menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input
ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada
27
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
2014).
d. Jenis-jenis Halusinasi
Tabel 2.2. Jenis Halusinasi Serta Ciri Subjektif dan Objektif Klien
yang Mengalami Halusinasi. (Videbeck, 2004:310) ( Yosep, 2011).
Jenis
Data Subjektif Data Objektif
Halusinasi
28
Halusinasi 1. Klien mengatakan ada sesuatu 1. Mengusap,
perabaan yang menggerayangi tubuh mengaruk-garuk,
seperti tangan, binatang kecil, meraba-raba
mahluk halus. permukaan kulit.
2. Merasakan sesuatu di permukaan 2. Terlihat menggerak-
kulit, merasakan sangat panas atau gerakkan badan,
dingin, merasakan tersengat aliran seperti merasakan
listrik. sesuatu rabaan.
Halusinasi 1. Klien seperti sedang mrasakan 1. Seperti mengecap
pengecapan makanan tertentu rasa tertentu sesuatu. Gerakan
atau mengunyah sesuatu. mengunyah,
meludah /muntah.
Kinestetic 1. Klien melaporkan bahwa fungsi 2. Klien terlihat
hallucination tubuhnya tidak dapat terdeteksi, penatap tubuhnya
misalnya tidak adanya denyutan sendiri dan terlihat
di otak, atau sensasi pembentukan merasakan sesuatu
urine dalam tubuhnya, perasaan yang aneh tentang
tubuhnya melayang di atas bumi. tubuhnya.
2011) yaitu:
4) Menutup telinga.
5) Mulut komat-kamit.
8) Mendengar suara/bunyi.
29
10) Mendengar seseorang yang sudah meninggal.
11) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
f. Fase-fase Halusinasi
di bawah ini.
30
dirinya dengan sumber menyempit
yang dipersepsikan 3. Asyik dengan pengalaman
3. Klien mungkin sensori dan kehilangan
mengalami dipermalukan kemampuan membedakan
oleh pengalaman sensori halusinasi dan realita.
dan menarik diri dari 4. Menyalahkan
orang lain. 5. Menarik diri dari orang lain
4. Mulai merasa kehilangan 6. Konsentrasi terhadap
kontrol pengalaman sensori kerja
5. Tingkat kecemasan berat,
secara umum halusinasi
menyebabkan perasaan
antipati
PSIKOTIK RINGAN
Fase.III Controling 1. Klien berhenti melakukan 1. Kemauan yang dikendalikan
Ansietas berat perlawanan terhadap halusinasi akan lebih diikuti
Pengalaman sensori halusinasi dan menyerah 2. Kesukaran berhubungan
jadi berkuasa pada halusinasi tersebut dengan orang lain
2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhatian hanya
menarik beberapa detik atau menit
3. Klien mungkin 4. Adanya tanda-tanda fisik
mengalami pengalaman ansietas berat ; berkeringat,
kesepian jika sensori tremor, dan tidak mampu
halusinasi berhenti mematuhi perintah
5. Isi halusinasi menjadi atraktif
6. Perintah halusinasi ditaati
7. Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat, tremor
PSIKOTIK dan berkeringat
Fase.IV Conquering 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku error akibat panik
Panik menjadi mengancam jika 2. Potensi kuat suicide atau
Umunmya menjadi klien mengikuti perintah homicide
melebur dalam halusinasinya 3. Aktivitas fisik merefleksikan
halusinasinya isi halusinasi seperti perilaku
2. Halusinasi berakhir dari kekerasan, agitasi, menarik
beberapa jam atau hari diri atau katatonik
jika tidak ada intervensi 4. Tidak mampu merespons
therapeutic perilaku yang kompleks
5. Tidak mampu merespon lebih
dari satu orang
PSIKOTIK BERAT 6. Agitasi atau kataton
31
g. Rentang Respon Neurobiologis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
alamat klien.
32
b. Keluhan utama
senyum sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, menarik diri dari orang
lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, ekspresi muka
disorientasi waktu tempat dan orang, tidak dapat mengurus diri dan tidak
c. Faktor predisposisi
maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
33
4) Faktor psikologis; hubungan interpersonal yang tidak harmonis,
ini.
d. Faktor presipitasi
klien dalam kelompok, terlalu lama Diajak komunikasi objek yang ada di
e. Aspek fisik
Hasil pengukuran tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien. Terjadi peningkatan denyut
f. Aspek psikososial
34
g. Konsep diri
1) Citra tubuh
2) Identitas diri
3) Peran
4) Identitas diri
5) Harga diri
h. Status mental
35
berupa bicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat,
menarik diri dari orang lain berusaha untuk menghindari orang lain, tidak
dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, terjadi peningkatan denyut
dari perawat, tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan
kataton curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri orang lain dan
j. Mekanisme koping
36
kepada orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang
stimulus internal.
k. Aspek medik
2. Diagnosa Keperawatan
b) Isolasi sosial
dan verbal).
37
Gambar 2.2. Pohon Masalah Teori Halusinasi Berdasarkan
Diagnosa Di Atas
Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal
Effect
Core Problem
Isolasi sosial
Causa
( Damaiyanti 2014)
3. Rencana Tindakan Keperawatan ( Intervensi)
yang dilakukan :
cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau
1) SP 1 : Menghardik halusinasi
38
diri dan tidak mengikuti halusinasinya yang muncul, mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan
perilaku klien.
lebih sulit, untuk itu klien perlu dilatih menggunakan obat sesuai
39
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
halusinasi
40
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan
terjadwal
5. Evaluasi Keperawatan
41
6. Psikoterapi dan Rehabilitasi Pasien Halusinasi
lingkungan masyarakat. Selain itu terapi kerja dan bermain juga sama
dan terapi lingkungan. Hal ini sesuai dengan teori Purwaningsih (2009),
bahwa terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada dilingkungan kita
42
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Inisial : Ny Y
Umur : 37 tahun
RM. No. : 06 48 89
Rekan Medik
2. Alasan Masuk
karena klien mengamuk, klien merusak barang yang ada di dalam rumah,
sendiri dan marah tanpa sebab, klien susah tidur dan mengatakan sering
43
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya
saat klien sedang sendiri, dan klien mengatakan merasa terganggu dan
serta tertawa sendiri, mulut nampak komat kamit dan berbicara sendiri.
Menurut klien suara tersebut muncul secara tiba-tiba pada pagi dan
4. Faktor Predisposisi
√ Ya - Tidak
b. Pengobatan sebelumnya
Aniaya fisik - -- - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
44
Tenggara Dan terakhir di rawat inap di rumah sakit jiwa pada
- Ya √ Tidak
gangguan jiwa
Klien mengatakan ayah klien telah tiada dan hanya tinggal bersama
ibu, kakak, dan adiknya. Tetapi karena ibu dan kakaknya sibuk bekerja
7. Pemeriksaan Fisik
S = 36,2 ᵒC P = 20 x/m
45
b. Ukur : TB = 153 m BB = 58 kg
dirasakan
8. Psikososial
3
7
: Meninggal. : Klien
Keterangan :
c. Klien tinggal bersama ibu, dua kakak laki-laki dan satu adiknya
perempuannya.
46
d. Tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
keluarga.
kepala keluarga.
b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
2) Identitas
pernah menikah
3) Peran
4) Ideal diri
47
5) Harga diri
c. Hubungan sosial
kegiatan.
menyendiri.
d. Spiritual
48
2) Kegiatan ibadah:
e. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktivitas motorik
49
4) Alam perasaan (afek dan emosi)
a) Emosi
- gembira berlebihan
b) Afek
- Tidak sesuai
√
Jelaskan : Klien nampak labil, karena terkadang ia marah tanpa
mengganggunya..
- mudah tersinggung
50
6) Persepsi-Sensori
- Pengecapan - penghidu
7) Proses pikir
- pengulangan pembicaraan/persevarasi
sekarang.
51
8) Isi pikir (Proses pikir)
Waham
9) Tingkat kesadaran
Disorentasi
10) Memori
- -
52
Gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
53
Jelaskan: Klien mengatakan bahwa ia sakit sehingga ia dirawat di
rumah sakit.
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
54
menggunakan sabun dan air secukupnya, klien juga
4) Berpakaian / berhias
Tidur malam klien sekitar enam sampai tujuh jam, sedangkan tidur
6) Penggunaan obat
pada pagi dan malam hari, klien juga sudah tahu kalau obatnya ada
Efektif
7) Pemeliharaan kesehatan
55
Perawatan pendukung ya √ ya tidak
Belanja ya tidak
- √
Transportasi - ya √
tidak - √
Lain-lain ya tidak
g. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
-
56
Mampu menyelesaikan masalah
-
- Reaksi lambat/berlebihan
-
- Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan
57
√
Masalah dengan pelayanan kesehatan,spesifik : Klien mengatakan
√ Masalah lainnya,spesifik :
- Koping - Obat-obatan
Jelaskan: Klien mengatakan penyakit jiwa itu adalah orang gila. Klien
j. Aspek Medik
k. Terapi Medik :
58
KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif:
untuk membunuh
3. Klien mengatakan suara itu muncul secara tiba-tiba pada saat klien
dirumah
9. Klien mengatakan jika marah dia memukul siapa saja yang mengganggu
59
10. Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari marahnya
Data Obyektif :
60
5. Klien nampak tertawa sendiri.
2 Ds: Harga diri
1. Klien mengatakan merasa tidak di perhatian lagi oleh rendah kronis
keluarganya, dan merasa hidupnya tidak
berguna/berharga lagi
2. Klien mengatakan jarang dijenguk oleh ibu, anak dan
saudaranya
3. Klien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain,
karena malu di anggap orang gila.
Do:
1. Klien nampak labil terkadang marah-marah tapa sebab.
2. Klien terlihat sedih ketika menceritakan tentang dirinya.
3 Ds: Resiko prilaku
1. Klien mengatakan kesal dengan suara-suara yang kekerasan.
mengganggunya, suara itu muncul pada malam atau pagi
hari
2. Klien mengatakan jika mengamuk merusak barang-
barang yang ada dirumah
3. Klien mengatakan jika marah dia memukul siapa saja
yang mengganggu
4. Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari
marahnya
Do:
1. Klien nampak tegang, cemas dan gelisah.
2. Klien nampak tertawa sendiri.
3. Klien nampak mondar-mandir
4. Klien nampak sering menggerakkan kakinya
5. Klien nampak labil terkadang marah-marah tapa sebab.
6. Bicara klien kadang keras cepat dan kasar
7. Tatapan mata tajam
61
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
62