PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu dipenuhi dengan permasalahan. Permasalahan
inilah yang membuat kehidupan menjadi berdinamika. Permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari menjadi materi atau bahan pembuatan drama, yang disebut
dengan konflik. Konflik adalah hukum dasar dari drama/lakon. Lakon harus
menyatakan kehendak manusia menghadapi dua kekuatan yang saling beroposisi.
Secara teknis disebut kisah dari protagonis dan antagonis
(RMA.Harrymawan,Dramaturgi:9). Sifat-sifat tersebuat adalah sifat yang sering
terjadi dalang kehidupan manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Hal ini yang
membuat manusia memiliki ketergantungan satu sama lain. Dalam kehidupan
sosial manusia harus memiliki rasa saling menghargai, seperti suku, ras, dan
agama. Adanya perbedaan agama terkadang memunculkan konflik sosial. Salah
satu konflik sosial dalam perbedaan agama, seperti masalah percintaan. Setiap
manusia dianugrahi rasa cinta dan kasih sayang. Cinta beda agama seringkali
terjadi dikehidupan masyarakat yang mengakibatkan dua orang yang saling
mencintai tidak dapat melanjutkan kejenjang pernikahan. Namun, cinta juga bisa
membuat seseorang buta akan segala hal, termasuk menggoyahkan iman dan
keyakinan tentang agamanya.
Perbedaan agama dalam percintaan ini yang melatar belakangi pembuatan
naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang”. Naskah ini akan dibawakan dengan
gaya pementasan non realis dengan bentuk pementasan drama tari. Drama Tari
adalah rangkaian gerak yang disusun sedemikian rupa hingga melukiskan suatu
kisah atau cerita drama tari berdialog, baik prosa maupun puisi, dan ada juga yang
berupa dialog atau percakapan. Drama Tari menarik untuk dipentaskan karena
mengandung unsur drama, tari, dan musik.
B. Dasar Pemikiran
1
perempuan untuk menuju kearah pernikahan. Hubungan pernikah dapat dilakukan
ketika adanya rasa saling mencintai dan kesepakatan untuk hidup bersama.
Keyakinan Agama yang sama juga seringkali menjadi syarat terjadinya hubungan
pernikahan. Kesetiaan seumur hidup juga menjadi hal yang perlu di jaga dalam
suatu hubungan yang mengarah pada pernikahan, namun seringkali keyakinan
agama dan kesetiaan sering diingkari dalam sebuah hubungan yang mengarah
pada pernikahan. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran pementasan naskah
dengan judul “Menunggu Kereta Datang”.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mencipta karya drama, tari dan musik dengan naskah
berjudul “Menunggu Kereta Datang”?
D. Tujuan
1. Mengetahui cara mencipta karya drama, tari dan musik dengan naskah
berjudul “Menunggu Kereta Datang”.
2
BAB II
A. Drama
A.1. Naskah / Teks / Cerita
Naskah darama adalah salah satu karya sastra, yang menceritakan tentang
konflik kehidupan, dengan esensinya adalah dialog. Ujian mata kuliah penciptaan
seni 1 mementaskan naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang. Naskah ini
menceritakan tentang kesetiaan seseorang menunggu kekasihnya yang berjanji akan
datang menemuinya, perbedaan agama yang membuat mereka tidak dapat
dipersatukan oleh ikatan pernikahan, hingga usia mereka sudah tua mereka masih
mencari jalan Tuhan untuk menyatuhkan cinta mereka, akhirnya jalan Tuhan yang
mereka lewati adalah dengan cara kematian.
3
A.2. Penyutradaraan
Metode Penyutradaraan
Sutradara merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas
berlangsungnya suatu proses pertunjukan drama. Dalam proses tersebut,
sutradara berhadapan dengan manusia, maupun benda-benda atau barang
mati yang harus mampu dihadirkan bukan lagi sebagai sesuatu yang liar dan
mati, tetapi sebagai sesuatu yang akrab, menyenangkan dan hidup. Menurut
Suyatna Anirun (2002:5).
Naskah drama “Menunggu Kereta Datang” akan dibawakan dengan
menggunakan konsep nonrealis dan dikemas dalam bentuk Sendratasik (Seni
drama, tari, musik), dari hasil analisis naskah ini memang tidak realis, karena
pada realitanya kematian adalah suatu hal yang sangat menakutkan dan
mengerikan dengan penyabutan nyawa manusia namun pada naskah ini
menceritakan tentang kematian yag disimbolkan oleh suara kereta yang
datang untuk menjemput nenek-nenek dan kakek-kakek untuk pergi kedunia
lain. Data tersebut yang membuat sutradara memutuskan menyajikan naskah
ini secara nonrealis. Nonrealis yang dimaksud meliputi segala aspek mulai
dari pemeran, setting, lighting.
Pementasan dengan judul naskah Menunggu Kereta Datang menggunakan
beberapa metode penyutradaran, diantaranya :
1. Cast
Merupakan pemilihan aktor sebagai pemeran kelayakan aktor
apakah memenuhi kriteria yang sesuai dengan yang dimaksudkan dengan
peran yang ada di dalam naskah.
Penetuan cast menggunakan cara berdasarkan kecocokan fisik
pemain juga pencarian watak yang bertentangan. Menurut Harymawan
dalam bukunya Dramaturgi ada beberapa cara type casting dan metode
yang digunakan ada 2 yaitu casting : to type : pemilihan terhadap
kecocokan fisik pemain, dan antitype casting : pemilihan yang
bertentangan dengan watak atau fisik si pemain atau dapat disebut
education acting.
Pilihan cast antara lain :
1. Rahayu Wijiasih (Merry)
2. Singgih Yusuf Prabowo (Ahmad)
4
3. Yunike Marcella (Suster)
4. Nuril Azizah (Nenek)
5. Berrar Fachtya (Nenek)
6. Yulindha Wulan N (Nenek)
7. Mayfatul Afifah (Nenek)
8. Lia Yuliati (Nenek)
9. Galih Wahyu (Kakek)
10. Billal Ikhsanul A (Kakek)
11. Yusuf Setia (Kakek)
12. Rini Sugianti (Suster)
13. Afan Trifanto (Suster)
14. S Tristiandika Saputro (Suster)
2. Vokal
Dalam sebuah latihan pementasan pasti terdapat pesan yang akan
disampaikan kepada penonton, maka perlu adanya latihan vokal yang
dimaksud adalah tehknik mengeluarkan suara agar bisa terdengar oleh
penonton dan menyakinkan penonton tentang karakter yang dibawakan.
Latihan vokal dengan cara mengolah warna suara menjadi orang tua dan
menjadi suster yang centil.
3. Tubuh
Kesiapan seorang aktor ditentukan oleh fisik, mulai dari postur
hingga ketahanan tubuh, dalam melakukan sebuah peran tubuh harus siap
dengan segala hal yang akan terjadi diatas panggung, baik yang disngaja
ataupun yang tidak disengaja, maka perlu dilakukan latihan olah tubuh
mulai streching, dan olah tubuh ini juga untuk membentuk ketubuhan
pemain dalam memerankan karakternya, yaitu orang tua yang bungkuk
dan anak muda yang lincah.
4. Reading
Membaca naskah drama berulang-ulang sampai seluruh
pendukung paham pesan apa yang akan disampaikan kepada penonton
dalam naskah tersebut, hal ini juga berfungsi sebagai sarana menghafal
untuk pemain.
5. Dramatik reading
5
Membaca teks drama dengan teknik, intonasi dan ekspresi
sehingga rasa pada teks dapat dirasakan, dalam hal ini yang paling
menonjol adalah audio sehingga rasa yang dimunculkan yaitu melalui
suara sehingga merangsang daya hayal para pendukung, metode yang
digunakan yaitu dengan membaca secara bergantian bersama-sama, bila
sudah ditentukan cast maka dramatik reading dilakukan setiap masing-
masing tokoh sesuai peran hasil cast.
6. Mencari karakter
Karakter adala penentuan seorang tokoh dapat dilihat diatas
panggung atau dapat menjadi titik fokus penonton, hal ini yang harus
dicari oleh para pemain sehingga tokoh yang baik. Latihan yang dilakukan
adalah berinteraksi dengan para orang tua dan perawat di sebuah panti
jompo, melakukan pengamatan dari segi psikologi, fisikologi.
7. Latihan meruang dan bloking
Pemanfaatan ruang sangat penting dalam kesuksesan sebuah
adegan atau pertunjukan yang utama adalah agar pemain dapat terlihat dan
lakunya terlihat enak dimata penonton, sekali lagi penonton adalah
penentu utama.
Bloking merupakan tempat atau titik dimana pemain melakukan
lakunya, kapan pemain harus berpindah meruang menetukan arah hadap,
melakukan gruping menjadi komposisi yang indah dan menarik. Latihan
ini dilakukan dengan berjalan disetiap sudut yang sutradara mau sehingga
terbntuk keseimbangan panggung, bila membuat grup perlu pemahaman
tentang levelitas dan komposisi.
8. Cut to cut
Merupakan metode dimana dalam sebuah latihan dilakukan
pembenahan adegan secara langsung ketika dilakukan run trough.
Penerapannya dilakukan ketika adegan dirasa kurang dan pemain terdapat
kelalaian dalam melakukannya.
9. Run Trough
Merupakan metode dimana dalam latihan dengan mengulang
ualang keseluruhan adegan dalam pertunjukan tanpa melakukan
pembenahan. Penerapannya dilakukan ketika adegan sudah dirasa baik dan
pemain tidak melakukan kesalahan dalam sebuah permainan acting.
6
Analisis Naskah
Karya naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang” merupakan
naskah hasil dari kelas dramaturgi yang ditempuh pada semester tiga, dan
sudah diseleksi dari beberapa mahasiswa angkatan 2015 . Naskah dengan
judul “Menunggu Kereta Datang” menceritakan tentang seorang
perempuan tua dengan usia 60 tahun yang sedang berada di rumah sakit
karena sedang mengalami sakit. Perempuan ini bernama Merry. Diusianya
yang sudah tua Merry masih setia menunggu kekasihnya. Kekasih Merry
bernama Ahmad, yaitu laki-laki muslim yang berjanji untuk menikahinya.
Perbedaan keyakinan agama yang membuat Ahmad pergi meninggalkan
Merry sebelum adanya pernikahan, dan Merry tetap setia untuk menunggu
Ahmad.
Saat umur mereka sudah tua dan sakit sakitan, mereka berdua
dipertemukan lagi disebuah kamar rumah sakit tempat mereka dirawat,
namun karena usia yang sudah tua Merry dan Ahmad hampir tidak
mengenali fisik mereka yang sudah berubah menjadi tua. Sepucuk surat
yang diberikan Ahmad kepada Merry saat Ahmad pergi meninggalkan
Merry menjadikan Ahmad mengetahui bahwa perempuan yang berada di
samping ranjangnya adalah Merry, kekasihnya yang dia tinggalkan
beberapa tahun yang lalu.
Merry merasa sangat bahagia saat melihat Ahmad telah kembali,
namun ada sesuatu hal yang membuat Merry kecewa yaitu karena Ahmad
telah menikah dengan perempuan lain, tetapi Istri Ahmad sudah
meninggal. Ahmad terkejut ketika mendengar kesaksian Merry yang telah
menjadi muslim sama seperti Ahmad, dan ingin menikah dengannya.
Akhirnya mereka dipersatukan dalam kematian.
a. Judul
Pementasan drama ini berjudul “Menunggu Kereta Datang”.
Dalam naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang” kereta diartikan
sebagai kereta kematian, maka judul dari naskah ini mempunyai arti
menunggu ajal kematian. Kematian Merry dan Ahmad yang sudah lama
saling menunggu untuk cintanya dipersatukan. Akhirnya mereka
dipersatukan oleh kematian.
7
b. Tema
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan
disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema akan menuntun laku
cerita dari awal sampai akhir.
Tema dalam naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini
adalah penantian cinta dua insan manusia yang berbeda agama. Setiap
manusia dianugerahi rasa cinta dan kasih sayang. Cinta beda agama
seringkali terjadi dikehidupan masyarakat yang mengakibatkan dua orang
yang saling mencintai tidak dapat melanjutkan kejenjang pernikahan.
Namun, cinta juga bisa membuat seseorang buta akan segala hal, termasuk
menggoyahkan iman dan keyakinan tentang agamanya.
c. Plot (Alur)
Plot (alur) adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani
dengan seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui perumitan
(penggawatan atau komplikasi) kearah klimaks penyelesaian. Nasakah
berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini memiliki Plot (alur) simple plot,
yaitu lakon yang memilki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak
dari awal sampai akhir.
d. Setting atau Latar
Latar Tempat : tempat yang menjadi peristiwa itu terjadi. Naskah
berjudul“Menunggu Kereta Datang” memiliki latar tempat di salah
satu ruang rawat inap rumah sakit.
Latar Waktu : waktu yang menjadi latar belakang peristiwa.
Naskah dengan judul “Menunggu Kereta Datang” memiliki latar
waktu tahun 1970-an.
Pemeranan
1. Merry :
8
a. Segi psikologis : suka berhayal, penyayang, penyabar, tidak mudah
putus asa, keras kepala, sedikit manja.
2. Ahmad :
a. Observasi
9
Mengamati orang tua yang sedang menyukai seseorang.
Mengamati perawat disuatu rumah sakit.
Mengamati perawat rumah sakit yang sedang merawat pasien.
b. Interpretasi
10
B. Tari
B.1. Sumber Penciptaan Tari
Sumber garapan tari dalam pementasan “Menunggu Kereta Datang” ialah
dari kehidupan sehari-hari yang dikemas dalam bentuk gerak non realis. Kegiatan
atau peristiwa yang terjadi pada lansia dijadikan sebagai sumber gagasan dalam
penciptaaan tari pementasan ini.
Durasi : 6 menit
Latar Belakang :
11
No. Pola Lantai Hitungan / Durasi Deskripsi
1. 1 menit 15 detik Kur Vocal
12
4. 1x8 Hit 1-4 gerak naik turun
kesamping kanan dan bergerak 2
langkah kekiri.
Hit 5-6 gerak memutar tangan
kekiri dan bergeser 1 langkah.
Hit 7-8 gerak tangan mengunci
dan mendorong, dengan posisi
kaki ditekuk kemudian berjalan
mundur.
13
Hit 5-8 gerak jatuh memutar
level bawah, suster 1 dan 3
berlutut dan suster 2 dan 4
tengkurap.
Hit 1-6 (untuk suster 1 dan 3)
Hitungan 1-2 gerak kayang
dengan posisi kaki berlutut;
hitungan ke 3 duduk bersimpuh;
hitungan ke 4 tangan kiri dan
badan diangkat keatas; hitungan
5-6 kembali duduk bersimpuh.
Hit 1-6 (untuk suster 2 dan 4)
Hitungan 1-2 kedua kaki ditarik
hingga duduk bersimpuh dengan
kedua tangan menopang di
lantai; hitungan 3-6 gerak tusuk
pinggang dimana pada hitungan
3 dan 5 pinggang diangkat
keatas dengan kedua kaki
diluruskan dan kedua tangan
menopang di lantai sedangkan
hitungan 4 dan 6 kembali ke
posisi duduk bersimpuh.
Hit 7-8 gerak tangan vertikal.
Dengan tangan kanan memutar
kebelakang hingga menyentuh
lantai dan menopang badan
kemudian tangan kiri menyusul
dan lurus keatas hingga kedua
tangan membetuk garis vertikal.
Hit 1-2 kaki kanan maju, tangan
masih membentuk garis vertikal.
Hit 3-4 gerak memutar dan
berdiri dengan kaki kanan
sebagai tumpuan.
Hit 5-6 suster 2 dan 3
melangkah mundur dengan
kedua tangan melambai kekanan
dan kekiri sedangkan suster 1
dan 4 melakukan hal yang sama
namun tetap pada tempatnya.
Hit 7-8 gerak memutar tangan
disamping telinga, kaki double
step di tempat dan tangan
diluruskan keatas.
14
7. 2x8 Gerak berputar cantik. Dimana
gerakan memutar badan secara
bergantian kekanan dan kekiri,
kedua tangan diregangkan
dengan pembagian 4 hitungan,
setiap hitungan 4 dan 8 berhenti
dengan posisi kaki kanan
membuka dan menitikkan jari
kaki kemudian kedua tangan
dilipat didepan dada (begitu
sebaliknya).
15
level menghadap kekanan. Nenek
nomor 1 dan 3 berada di depan
panggung sebelah kiri dan saing
berhadapan.
13. 42 detik Masuk gerombolan kakek dari
arah penonton, 2 orang melalui
kanan panggung dan 2 orang
melalui kiri panggung
mendekati nenek-nenek dengan
gerakan improvisasi sesuai
karakter masing-masing.
16
membalik badan.
17
2. Adegan 1
Durasi : 45 detik
Latar Belakang :
Dalam adegan ini penata gerak membuat gerak langkah kaki untuk
menggambarkan suara langkah kaki tokoh Ahmad dalam bayangan Merry.
18
kanan panggung.
4. 1x8 Hit 1-2 badan dibungkukkan
kedepan.
Hit 3-4 badan diputar ke arah
depan (penonton).
Hit 5-6 gerak ssssttt (jari
telunjuk ditempelkan di bibir).
Hit 7-8 kembali ke posisi
semula.
19
3. Adegan 2
Durasi : 13 menit
Latar Belakang :
20
4. 5x8 Hit 1-4 berjalan melangkah
mundur dari arah nenek dengan
posisi tangan saling merangkul,
kedua tangan nenek di leher
kakek dan kedua tangan kakek
merangkul di pinggang nenk.
Pada hitungan ke 4 berhenti dan
menoleh ke depan.
Hit 5-8 gerak saling mendorong
badan secara bergantian dengan
satu kaki di belakang. Pada
hitungan 8 kaki ditutup.
Hit 1-8 gerak berjalan memutar
dan mengayun dengan menatap
satu sama lain.
Hit 1-2 gerak bergandengan
tangan.
Hit 3-4 gerak kaki maju-mundur
dan bergandengan tangan.
Hit 5-6 gerak memutar badan
diantara 2 tangan yang
bergandegan.
Hit 7-8 gerak mendorong kakek
dengan tangan nenek berada di
bahu kakek dengan posisi kaki
depan-belakang.
Hit 1-2 nenek memutar kekanan
kemudian merangkulkan tangan
kiri di leher kakek. Kakek
merangkel nenek dari belakang
dengan posisi tangan di pinggang
nenek.
Hit 3-6 gerak mengayun kaki.
Hit 7-8, pada hitungan ke 7
kakek mengangkat nenek dengan
posisi kaki kanan nenek berada
di pangkal paha kakek sebagai
tumpuan dan kaki kiri nenek
lurus ke samping kiri, tangan kiri
nenek melipat ke pinggang.
Hitungan ke 8 turun ke posisi
saling berdampingan.
Hit 1-4 nenek berjalan setengah
memutari kakek. Pada hitungan
ke 4 nenek kembali ke posisi di
samping kanan kakek. Tangan
kiri nenek menepuk bahu kakek
dan saling bertatapan.
Hit 5-8 gerak kaki membuat
21
garis setengah lingkaran.
Hitungan ke 5 tangan kiri nenek
dan tangan kanan kakek saling
berpautan sedangkan tangan
yang lainnya melipat di pinggan
masing-masing. Kaki kanan
nenek dan kaki kiri kakek maju.
Hitungan ke 6 kaki yang maju
membentuk garis setengah
lingkaran. Hitungan ke 7 kaki
yang membentuk garis setengah
lingkaran diangkat dan ditekuk.
Hitungan ke 8 kaki diletakkan
menutup dan pandangan
kedepan.
22
Hit 2x8 selanjutnya gerak
memutar badan dan kemudian
berjalan keluar. Satu pasang
kakek dan nenek keluar melalui
pintu sebelah kanan panggung
dan satu pasang lainnya keluar
melalui pintu sebelah kiri
panggung.
23
4. Adegan 3
Latar Belakang :
3. (Gerak Lyrical)
Jika cinta ini kaki kiri dan tangan kiri dibuka
kesamping kiri kemudian tangan
kanan menutup, badan
menghadap kekiri.
24
Maka Tuhan yang akan Gerak melipat dan
menyilangkan tangan di dada,
kaki dirapatkan kemudian badan
merendah dan condong kekiri.
25
kepala menghadap keatas.
26
(level bawah), penari 3 pose setengah
berdiri dengan kaki kanan didepan
membentuk siku-siku.
27
5. Adegan 4
Ahmad (Singgih)
Merry (Rahayu)
Durasi : 3 menit
Latar Belakang :
Gerak yang diambil dalam koreografi pada adegan ini merupakan gerak
yang terinspirasi dari gerak zombi (mayat hidup) yang konotasinya kaku dan
menyeramkan. Kemudian diisi dengan suara para pemain yang meneriakkan
nama Merry dan Ahmad secara bersahutan sehingga mempergaduh suasana
serta suara tertawa para pemain yang menimbulkan efek mencekam untuk
menambah unsur dramatik sebagai akhir dari pementasan “Menunggu Kereta
Datang”.
Nb:
Suster 1 dan 2 duduk
bersampingan menghadap
serong kiri.
Suster 3 duduk menghadap
kedepan.
Kakek 1 terbaring ditengah
panggung menghadap kedepan.
Kakek 2 berdiri disamping
ranjang sebelah kanan
28
Nenek 1 berdiri di meja sebelah
kiri ranjang.
nenek 2 duduk di meja sebelah
kanan ranjang.
Nenek 3 setengah berdiri di
tengah ranjang sebelah kiri
panggung.
Nenek 4 duduk di tepi ranjang
sebelah kiri panggung
Merry dan Ahmad terbaring di
ranjang sebelah kanan
panggung.
Keterangan :
: Kakek : Ranjang
: Nenek : Meja
: Petunjuk arah/transisi
29
C. Musik
C.1. Sumber Penciptaan Musik
Dalam naskah ini, musik dibawakan dengan beberapa bentuk, yaitu musik
yang berbentuk iringan tari, musik ilustrasi, dan musik sebagai rangkaian lagu.
Bagian I
Notasi
4/4, do = F
30
Keyboard : Dm (Layer String)
Bass : | D | D :}
-__ ==== _= __ - __ ==== -_= __
Saron I : | 6<6< . 6<6<6< . . 6< 66 | 6<6< .6<6<6< . . 6< 6<6< :}
__ ==== -_= __ __ ==== _= __
Sarin II : | 33 . 333 . . 3 33 | 33 .333 . . 3 33 : }
Biola : Staccato, Improvisasi tangga nada D minor
Bagian II
1. KOOR
4. Biola tremolo
Notasi
Biola : Tremolo { | Dm . . . | Gm . . . | F . . . | A7 . . . | } 2x
Bass/Keyboard : { Dm Gm F A } 2x
_= __ __ __== __
Koor I/Saron I : | . . 6< 1 .3 | 2 .1 2 . | . 1 7<1 . .2 | 3 . . .
|
_= __ __ -__= __
| . . 6< 1 .3 | 2 . 1 2 . | . 1 7<1 . .2 | 3 4 3 .
}
_= __ __ -__== __
31
Koor II/Saron II : | . . 6< 1 .3 | 4 .3 4 . | . 3 23 . .6 | 5/ . .
.|
_= __ __ -__== __
: | . . 6< 1 .3 | 4 . 3 4 . | . 3 23 . .6 | 5/ 6 7
.}
Bagian III
4. Solo Biola
5. Saron I, II imbal
3. Saron I, II
Musik iringan kakek dan Suster masuk, adalah musik untuk gerak.
Membangun suasana yang enak untuk bergerak. Bass memainkan tangga nada
D minor, dengan ritme asyik. Saron I, II bermain melodi.
2. Disusul Saron I, II
Notasi
32
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
__
Bass : | 66> 35 66> 35 | 66> 35 66> 35 | 66> 35 66> 35 | 66> 35 66>
35 :}
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
Saron I, II : | 6<6> 6<6< 11 11 | 22 22 33 21 | 6<6< 6<6< 11 11 | 22 22 33 21
:}
2. Suara Kereta
Suasana ceria adegan ini di dukung oleh suara piano, yang memainkan
solo piano swing 80an. Dinamika piano mengalir, sesuai dialog, dan emosi
pemain.
33
Suasana Horror (Adegan Merry dan Suster)
Ilustrasi suasana horror ini juga sebagai musik transisi adegan pertama
menuju adegan kedua.
Suara Piano pelan-pelan masuk (fade in) sebelum suster membaca surat,
untuk memberi nuansa pada adegan ini. Kemudian memainkan tangga nada C
Major bersama Bass dan Biola saat membaca Surat. Ada sedikit lagu pada
adegan ini. Keyboard drum masuk bersamaan dengan Vokal. Setelah bagian lagu
selesai terdapat musik garapan sebagai ilustrasi, melodi pokok dimainkan oleh
saron.
2. Improvisasi Biola
3. Bass Electric
“Berusahalah menjadi yang terbaik, dan akupun akan demikian hingga Tuhan… “
Lagu “Kembalilah”
34
Notasi
do = F, 6/8
Intro: 6/8
__ __ __ __ __ __
Saron I : | 65 35 32 | 32 12 15 | 6. .. .. |
Setelah Saron I masuk 1 putaran, disusul Unison Saron II, Drum, Bass, Keyboard, dan
Biola dengan notasi yang sama :
__ __ __ __ __ __
| 65 35 32 | 32 12 15 | 6. .. .. | .. . (masuk Lagu)
Lagu:
Gm C F A
Kembalilah… Sayang, ku disini menantimu
Gm C F A
Rasa sepi yang kualami t’lah kehilangan dirimu
Gm C F A
Kurasa kau t’lah kembali disini menemuiku
Gm C Dm
Kurasa kau t’lah kembali disini menemuiku
Dm C G7 Bb A
__ __ __ __ __ __
Coda : . 3 45 | 6 65 . 5 | 4/ 4/ 4 . 4 | 3 .. .. } (UNISON) Semua
Instrumen
35
Ilustrasi Mengharukan (Adegan Merry dan Ahmad)
Notasi
4/4, do = F
Dm C Bb A Dm C Bb A
__ __ __ __ __
| . 3 1>7 1> 2>1> | 7 . . 7 | 6 . 5 4 | 3 . . 12 | 3 . . . | 2 . . . | 1 . . 7 <6< | 5/ .
..|
Dm C Bb A Dm C Bb
A
__ ==== __ __
| 6< 7 1 . | 2 . . . | 1 7< 6< 1 | 7< . . 3 3432/ | 3 < 6< 1 . | 7< . . 1 23 | 4 . . . | 3
. . . :}
Lagu “Pencarian”
Pada lagu ini terdapat gerak tari, selain sebagai sajian lagu. Bagian ini juga
menampilkan cerita tentang pencarian Tuhan, lewat tari dan Lagu.
1. Suara Kereta
36
2. Intro Saron I, II
3. Masuk Lagu
Notasi
4/4, do = F
CGm F Gm A Dm
_= -==== _= ==== _= ==== __ __
Intro : | . . . 3 6543 | 4 . . 2 5432 | 3 . . 1 4321 | 2 . 1 7< . 5 | 6 . . . |
Lagu:
Dm C F A
Jika cinta ini adalah kehendak Tuhan, maka Tuhan yang akan menyatukan kita
Dm C F A
Bukan antara Tuhanmu dan Tuhanku, namun Tuhan kita adalah satu
Bb F-Gm A
Bb F Bb Bbm
Berusahalah menjadi yang terbaik dan akupun akan demikian hingga Tuhan…
Dm
37
Keterangan : Langsung masuk ilustrasi no 13 (Sambung)
Musik ilustrasi pada bagian ini sama seperti music no 11. Perbedaannya,
pada bagian ini, musik memainkan suasan sedih, lebih banyak bermain dinamika,
tempo tidak statis.
1. Piano
1. Suara Kereta
2. Keyboard (string)
38
Notasi
4/4,
do = C
Saron I, II (imbal) :
Am D# Am D# Am D#
==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ====
| 67\71> 67\71> 67\71> 67\71> | 67\71> 67\71> 67\71> 67\71> | 67\71> 67\71> 67\71> 67\71> :}
39
D. TATA ARTISTIK
D.1. Dekorasi dan Properti
Dekorasi
Setiap pertunjukan drama pasti memerlukan tata artistik di desain
sedemikian rupa, sehingga terlihat sangat menarik. Penataan artistik ini sangat
penting hubungannya dengan suatu pertunjukan drama, tata rias dan busana,
seperti tata sinar, setting/dekorasi dan properti. Jika tata artistik tidak
dipersiapkan dengan matang, tentu pertunjukan tersebut akan terlihat kurang
menarik. Tata artistik ini juga merupakan salah satu pengikat daya tarik suatu
pertunjukan yang akan membuat penonton semakin penasaran.
Setting atau dekorasi adalah pemandangan latar belakang (background)
tempat untuk memainkan lakon. Jika lakon dimainkan pada pentas yang kosong,
maka dinding gedung itu adalah dekorasi. Tujuan dekorasi adalah untuk
melingkungi daerah pemain dengan pemandangan yang serasi dan sesuai dengan
lakon.
Setting tempat disebuah kamar rumah sakit tua yang disini tidak terlihat
realis, dan tidak bertembok namun non realis (seperti dunia mimpi). Di kamar
tersebut hanya ada dua buah ranjang tua, meja, dan dibantu dengan pencahayaan
lighting untuk setiap suasana. Desain kamar sendiri dibuat dengan warna seperti
bangunan tua tahun 1970-an.
Alasan pertama yang mendasari pemilihan setting adalah dari konsep
pengkaryaan sutradara yang telah disepakati untuk membuat suasana seperti
dunia mimpi.
Adegan Opening
Dari keterangan adegan yang tertulis dinaskah, di dalam adegan ini
hanya memanfaatkan dua level untuk menggambarkan adegan mimpi nenek-
nenek dan kakek-kakek. Tetapi untuk penataan, ranjang dan meja sudah
terlebih dahulu tertata berlawanan dibelakang level, lebih tepatnya dibelakang
tirai arena pertunjukan. Level yang pertama berukuran 2m x 1m dan yang
kedua hanya 1m x 1m. Diatas level tersebut terbalut kain putih dan lighting
hanya menggunakan lampu spot yang terfokus pada level yang nantinya akan
40
menggambarkan tokoh Merry sedang bermimpi dan disitu banyak orang-orang
tua seumuran Merry yang berunding lalu lampu blackout.
Keterangan:
: Ranjang
: Meja
: Level
41
Adegan 1 sampai adegan 4
Adegan satu sampai adegan empat posisi setting hanya ada seditit perubahan
dari adegan opening, hanya saja level out semua dan hanya setting dua ranjang
dan dua meja saja.
42
Berikut ini adalah setting ranjang dan dua meja yang digunakan dalam
pementasan Menunggu Kereta Datang.
43
Properti
Nampan besi
Mangkuk
44
Gelas kaca
Sendok
45
Obat
46
D.2. Rias dan Busana
Tata rias dan busana merupakan elemen penting dalam sebuah seni
pertunjukan. Konsep tata rias yang diangkat dalam karya ini adalah jenis rias
cantik panggung dan rias karakter kakek dan nenek.
Konsep tata rias dan busana mengadopsi dari naskah sutradara yang
mengangkat latar tahun 1970-an yang gaya busananya yang longgar. Untuk
konsep rias wajah disesuaikan dengan masing-masing tokoh. Model busana gaya
1970-an yang identik dengan pakaian longgar ini selain merupakan konsep dari
sutradara dan sesuai dengan naskah, juga mampu memberikan kenyamanan
kepada aktor dan aktris saat bergerak dan berperan.
Dalam karya yang berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini kostum yang
digunakan tidak berseragam, melainkan memiliki motif dan model yang berbeda-
beda. Kostum yang digunakan menyesuaikan tokoh dalam naskah tersebut yaitu
suster, kakek dan nenek. Karya ini mengangkat jenis tema non-realis, jadi ada
beberapa kostum yang menunjukan motif anak-anak / remaja.
I. Tata Rias
Tata rias merupakan salah satu bagian yang penting dalam pertunjukan
untuk memperjelas karakter dan watak suatu tokoh. Misalnya dengan karakter
wanita cantik menggunakan rias cantik halus dengan warna eyeshadow cerah dan
warna bibir cerah, untuk karakter tua bisa menggunakan rias sayu ditambah
dengan kerutan pada wajah tokoh.
47
terlalu pucat. Rambutnya dicat warna putih tetapi tidak menyeluruh. Untuk
model rambutnya beragam, ada yang ikal, lurus, diurai dan diikat.
48
Tata Rias Tokoh Merry
a. Segi psikologis : suka berhayal, setia, penyayang, penyabar, tidak mudah putus
asa, keras kepala, sedikit manja.
c. Segi Fisiologis : wanita berusia 60 tahun, memiliki rambut curly sebahu dan
beruban.
Tata rias tokoh Merry menggunakan jenis rias karakter wanita tua dengan
eyeshadow sedikit lebih terang. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar
tidak terlalu pucat. Rambut di curly agar memberikan kesan bahwa Merry adalah
keturunan bangsawan dan termasuk dalam golongan orang kaya, rambutnya tidak
diikat dan diwarna putih dibagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban.
49
Tata Rias Tokoh Ahmad
Ahmad adalah seorang laki-laki tua muslim yang berusia 65 tahun yang
sedang berada di rumah sakit karena sedang menderita sakit kepala yang berlebihan.
b.Segi Sosiologi : seorang pekerja disuatu kantor, termasuk golongan orang yang
sederhana.
Tata rias tokoh Ahmad menggunakan jenis rias karakter laki-laki tua dengan
eyeshadow berwarna coklat. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar tidak
terlalu pucat. Rambut tidak terlalu rapi namun masih tertata dan diwarna putih di
bagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban..
50
Tata Rias Tokoh Nenek
Tata rias tokoh nenek menggunakan jenis rias karakter wanita tua dengan
eyeshadow berwarna coklat. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar tidak
terlihat pucat. Gaya rambut diikat tidak terlalu rapi namun tertata dan diwarna putih
di bagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban. Tata rias yang sudah
disebutkan diterapkan dalam adegan opening hingga adegan 3.
51
2. Tata rias nenek di adegan 4
Untuk adegan 4 tata rias untuk karakter nenek rambut sedikit acak-acakan,
bagian mata ditambahkan dengan eyeshadow coklat dan hitam yang diaplikasikan di
bagian lingkar mata, mulai dari bawah garis alis sampai kantung mata untuk
menggambarkan adegan di alam lain (alam kematian).
52
Tata Rias Tokoh Kakek
Tata rias tokoh kakek menggunakan jenis rias karakter laki-laki tua dengan
eyeshadow berwarna coklat. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar tidak
terlihat pucat. Gaya rambut tidak terlalu rapi namun tertata dan diwarna putih di
bagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban. Ada salah satu tokoh
53
kakek yang menggunakan assesoris topi. Tata rias yang sudah disebutkan diterapkan
dalam adegan opening hingga adegan 3.
Untuk adegan 4 tata rias untuk karakter kakek rambut sedikit acak-acakan,
bagian mata ditambahkan dengan eyeshadow coklat dan hitam yang diaplikasikan di
bagian lingkar mata, mulai dari bawah garis alis sampai kantung mata untuk
menggambarkan adegan di alam lain (alam kematian).
54
Tata Rias Tokoh Suster
a. Segi Psikologis : penyabar, centil.
b. Segi Sosiologis : seorang pekerja di rumah sakit sebagai perawat.
c. Segi Fisiologis : perempuan berumur 26 tahun.
Tata rias tokoh suster mengunakan jenis rias cantik panggung dengan
eyeshadow warna pink dipadukan dengan ungu untuk melambangkan kasih sayang.
Warna bibir berwarna merah terang untuk melambangkan sifat suster yang centil.
Gaya rambut ada dua macam yaitu diurai dan di ikat setengah. Tata rias yang telah
disebutkan diterapkan dalam agedan opening hingga adegan 3.
Untuk adegan 4 tata rias untuk karakter suster rambut acak-acakan, bagian
mata ditambahkan dengan eyeshadow coklat dan hitam yang diaplikasikan di bagian
lingkar mata, mulai dari bawah garis alis sampai kantung mata untuk
menggambarkan adegan di alam lain (alam kematian).
Busana berasal dari bahasa sansekerta “bhusana” dan istilah yang paling
populer dalam bahasa Indonesia adalah busana yang dapat diartikan sebagai pakaian.
Tata pakaian pentas adalah segala sandang dan perlengkapan yang dikenakan di
dalam pentas. (RMA. Harymawan, Dramaturgi, 1993 : 127)
55
1. Busana yang dikenakan tokoh Merry
56
2. Busana yang dikenakan tokoh Ahmad
57
3. Busana yang dikenakan pemeran nenek-nenek
a. Atasan-bawahan bunga-bunga
b. Dress bunga-bunga
58
c. Dress kotak-kotak
59
4. Busana yang dikenakan pameran kakek-kakek :
a. Kemeja lengan pendek bermotif
60
b. Sweater motif lengan panjang dan syal coklat
61
5. Busana yang dikenakan suster
Seragam suster berwarna pink dengan panjang bahu ¾ dan panjang baju 2cm
dibawah lutut
Model seragam suster bersaku sepinggang di bagian kanan dan kiri
62
D.3. Tata Sinar
Tata sinar atau lighting merupakan unsur pendukung dalam sebuah
pementasan apapun termasuk drama. Tata sinar bertujuan untuk membantu
menggambarkan latar suasana maupun latar tempat dalam sebuah pementasan.
Seperti latar suasana senang, sedih, tegang, dan lain-lain. Latar tempat pun dapat
pula digambarkan dengan tata sinar. Misalnya latar tempat di hutan, di laut, di
rumah, dan lain-lain.
Untuk tata sinar atau lighting disetiap adegan hampir semuanya
menggunakan lampu spot,par dan halogen. Lampu spot disini menggambarkan
tembok yang fokus di kedua ranjang. Sedangkan lampu par untuk menambah
ruang depan dan samping kanan kiri bagian derpan. Dan lampu halogen hanya
fokus di pemusik dari awal sampai akhir.
Adegan opening
Untuk adegan opening, lampu yang digunakan hanya lampu spot
yang terfokus di lavel. Diadegan ini menggunakan satu lampu spot karena
untuk membuat fokus penonton disatu titik fokus saja. Tetapi posisi lampu
halogen tetap terfokus ke pemusik.
Adegan 4
Di adegan empat ada sedikit perbedaan karena menggunakan
lampu halogen disebelah kanan pintu masuk penonton. Dipilih disebelah
kanan, karena untuk mengiringi kedatangan kereta yang menggambarkan
sudah berada di dunia lain. Lampu ini menggunakan filter yang berwarna
kuning untuk menggambarkan lampu kereta yang telah datang. Selain itu
untuk membuat efek ketika tepung ditaburkan pada saat adegan yang
paling terakhir.
63
D.4. Tata Suara
64
E. Nilai-nilai Pendidikan
Pendidikan karakter menurut Suyanto (2009) adalah sebagai cara berfikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.
Pendidikan karakter memiliki nilai-nilai, yaitu religius, jujur, toleransi, desiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat / komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab.
1. Religius
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai religius karena pementasan ini menceritakan tentang kecintaan
seseorang terhadap Tuhannya.
2. Jujur
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai jujur karena tokoh Ahmad mempunyai sifat berani berkata
jujur walaupun dalam situasi apapun.
3. Toleransi
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai toleransi karena pementasan ini menceritakan tentang
perbedaan agama Merry dan Ahmad, namun mereka masih bisa saling
menghargai dan menyayangi.
4. Disiplin
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai disiplin karena tokoh suster memliki sifat yang disiplin dalam
melakukan pekerjaannya.
5. Kerja Keras
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai kerja keras karena para pemain dan pencipta karya seni
Menunggu Kereta Datang bekerja penuh semangat dan tidak mengenal lelah.
6. Kreatif
65
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai kreatif karena para pemain dan pencipta karya Menunggu
Kereta Datang berusaha selalu mencari hal yang menarik dan sekreatif mungkin
dengan dana yang ada dan mengemasnya menjadi indah.
7. Mandiri
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai mandiri karena dalam pementasan Menunggu Kereta Datang
para pemain diminta untuk mandiri mengatur dirinya sendiri pada saat diatas
panggung.
8. Demokratis
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai demokratis karena dalam berproses saling memberi saran dan
menerimanya dengan baik.
9. Rasa Ingin Tahu
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai rasa ingin tahu kerena dalam berproses para pemain dan
pencipta sebi melakukan banyak observasi dan pengamatan untuk mencari tahu
bagaimana peran yang mereka bawakan.
10. Menghargai Prestasi
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai menghargai prestasi karena sifat ini dicerminkan oleh tokoh
suster yang selalu memberikan pujian kepada pasiennya agar bersemangat
kembali.
11. Bersahabat / Komunikatif
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai komunikatif karena dalam proses pementasan saling
menghormati orang lain dan bekerjasama dengan baik.
Dalam pementasan Menunggu Kereta Datang tokoh suster menunjukkan
sikap yang bersahabat dengan pasiennya.
12. Gemar Membaca
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai gemar membaca karena proses pementasan Menunggu Kereta
Datang mendorong untuk selalu membaca agar mendapat pengetahuan yang lebih
terutama membaca naskah.
66
13. Peduli Lingkungan
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai peduli lingkungan karena setting yang digunakan dalam
pementasan Menunggu Kereta Datang menggunakan bahan yang tidak
mencemari lingkungan.
14. Peduli Sosial
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai peduli sosial karena pementasan Menunggu Kereta Datang
berangkat dari fakta yang telah terjadi di masyarakat tentang orang tua (kakek-
kakek dan nenek-nenek).
15. Tanggung Jawab
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai tanggung jawab karena dalam proses pementasan seluruh
pemain dan pencipta mampu bertanggung jawab dengan tugas dan perannya
masing-masing.
Pada tokoh Ahmad yang dengan berani bertanggung jawab akan janjinya
kepada Merry dengan segala resiko yang akan diterimanya.
67
BAB III
A. Drama
Drama berarti melakukan, mengerjakan, berbuat, bertindak. Drama adalah
konflik kemanusiaan yang selalu menguasai perhatian dan minat publik.
(Harymawan 1993). Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta
Datang yang dikemas dengan bentuk pementasan Sendratasik (Seni drama, tari,
musik) terdapat konsep, proses dan hasil penciptaan seni.
Naskah dengan judul Menunggu Kereta Datang menceritakan Merry
seorang wanita yang sedang menunggu kekasihnya datang untuk memenuhi
janjinya, mereka terpisah karena perbedaan agama yang membuat mereka tidak
bisa dipersatuhkan dalam pernikaha. Kesetiaan Merry menunggu kekasihnya
Ahmad membuatnya tidak menjalin cinta dengan laki-laki lain hingga dia tua
sebuah kamar ruang inap rumah sakitlah mereka dipertemukan kembali tanpa
sengaja, namun ketika Merry mengungkapkan bahwa dia sudah menjadi seagama
dengan Ahmad, mereka dipersatuhkan oleh Tuhan lewat kematian. Naskah
Menunggu Kereta datang ini adalah naskah non realis, karena kematian tidak
diwujudkan secara nyata, namun disimbolkan oleh suara kereta.
1. Gaya Pementasan
Pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang ini menggunakan
gaya pementasan Surealisme karena mendapatpengaruh dari berkembangnya teori
psikologi dengan usaha untuk mengekspresikan dunia bawah sadar manusia
melalui simbol-simbol mimpi, penyimpangan watak atau kejiwaan manusia, dan
asosiasi bebas bergaya, dan penonton seolah dibawah ke alam lain atau dunia
mimpi yang terkadang mustahil, tetapi hampir bisa dirasakan dan mungkin pernah
dirasakan oleh semua orang.
2. Jenis Pementasan
Pementasan naskah dengan judul Menunggu Kereta Datang ini dikemas
dalam jenis pementasan Sendratasik (Seni drama, tari dan musik) karena disetiap
adegan pemantasan Menunggu Kereta Datang ada unsur drama, tari, dan musik.
68
3. Struktur Dramatik
Struktur dramatik merupakan bagian dari plot karena didalamnya
merupakan satu kesatuan peristiwa yang terdiri dari bagian bagian yang
memuat unsur-unsur plot.
a. Exposision : adalah penggambaran awal dari sebuah tokoh. Berisi tentang
perkenalan karakter, masalah, masalah yang akan digulirkan. Dalam naskah
berjudul Menunggu Kereta Datang dimulai dengan perwujudan dari mimpi
Merry, disana terdapat nenek-nenek dan kakek-kakek yang sedang berdendang
lalu datang suster-suter yang akan memeberikan makan siang, lalu mereka
semua takut ketika mendengar suara kereta kematian telah datang.
b. Camplication (rising action): mulai terjadi kerumitan atau komplikasi yang
diwujudkan menjadi jalinan peristiwa. Dalam naskah berjudul Menunggu
Kereta Datang Merry semakin menggebuh dan yakin bahwa kekasihnya
Ahmad akan datang dan dia berusaha mencarinya ketika terdengar suara sepatu
lewat didepan kamar rumah sakit.
c. Climax : puncak dari laku lakon dan titik kulminasi mencapai titik. Pada
titik ini semua permasalahan akan terurai dan mendapat penjelasan melalui
laku karakter maupun dialog yang disampaikan oleh peran. Dalam naskah
berjudul Menunggu Kereta Datang Merry dipertemukan lagi oleh kekasihnya
yaitu Ahmad, namun Ahmad sudah pernah menikah karena dijodohkan oleh
pamannya, hal ini membuat Merry kecewa dan marah.
d. Reversal (falling actor) : penurunan emosi lakon. Dalam naskah Menunggu
Kereta Datang Ahmad merasa bahagia karena Merry sudah menjadi Islam
sama sepertinya.
e. Danouement : penyelesaian dari lakon tersebut, baik berakhir dengan
bahagia atau menderita. Dalam naskah Menunggu Kereta Datang Ahmad dan
Merry akhirnya dipersatukan oleh Tuhan lewat jalan kematian.
4. Tipe Naskah Drama
Naskah berjudul Menunggu Kereta Datang ini adalah tipe naskah
melodrama. Melodrama adalah naskah yang isinya mengupas suka duka
kehidupan dengan cara menimbulkan haru kepada penonton. Istilah
melodrama berasal dari bagian dari sebuah opera yang menggambarkan
suasana sedih/romantis dengan iringan musik.
69
Senang : Merry saat menceritakan tentang romantisnya kekasih Merry
kepada suster.
Romantis : Merry dan Ahmad tanpa sengaja dipertemukan lagi disebuah
kamar ruang inap rumah sakit.
Sedih : Merry dan Ahmad dipersatukan oleh Tuhan lewat jalan
Kematian.
5. Penokohan
70
Pendapat dan uraian diatas itulah yang akan dipakai sebagai referensi atas
dasar menganalisis unsur penokohan naskah berjudul Menunggu Kereta
Datang.
a. Merry : Protagonis, karena peran utama yang mempunyai pusat sentral
dari cerita
b. Ahmad : Antagonis, peran lawan yang saling beroposisi dengan tokoh
Protagonis
c. Suster : Deutragonis, tokoh yang berpihak pada tokoh protagonis untuk
mendukung, menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
tokoh protagonis.
d. kakek & nenek : Utility, tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian
cerita.
6. Teknik Pemeranan
Teknik asar pemeranan adalah teknik mendayagunakan peralatan
ekspresipemeran.
a. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan
peran untuk pertama kali memasuki sebuah pentas lakon. (WS. Rendra, 1982.
Tentang Bermain Drama).
Pada adegan 1 : suster muncul dari kanan panggung sambil berjalan
membawa nampan lalu berdialog.
pada adegan opening : suster muncul dengan berjialog menuruh makan
siang lalu masuk mendekati nenek-nenek dan kakek-kakek.
b. Teknik Memberi Isi
Teknik memberi isi adalah teknik untuk memberi isi pengucapan dialog-
dialog untuk menonjolkan emosi dan pikiran pikiran yang terkandung dalam
dialog tersebut. (Menurut Rendra (1982)
Latihan dengan perasaan
Latihan dengan mengeja kata
Latihan dengan kalimat
71
c. Teknik Membina Puncak-Puncak
Teknik membina puncak puncak adalah teknik yang dilakukan oleh
pemeran terhadap jalannya pementasan lakon. Teknik membina puncak puncak
yang dilakukan Merry adalah :
Merry mengatakan dialog dengan nada yang lebih tinggi dariAhmad.
72
B. Tari
Penata tari memiliki bahasa gerak sebagai dasar, tetapi tetapi memerlukan
suatu makna analisa isi sehingga ia dapat mengambil gejala pola perilaku
manusia, menghaluskannya, menambah, menyusun variasi, mengambil intisari,
meluaskan, menonjolkan bagian tertentumenurut kebutuhan komposisinya.
Analisa gerak yang paling berguna dan komperensif telah diterangkan oleh
Rudolf Laban dalam buku “Tari Pendidikan Modern” (Modern Educational
Dance) dan “Penguasaan Gerak” ( Mastery of Movements). Messkipun siapa saja
dapat mengacu pada penjelasan tersebut sebagai analisa, dimana dapat
memungkinkan penguraian gerak didalam berbagai kompone, tetapi semua itu
hanya untuk maksud deskripsi. Semua itu bukan penguraian secara ilmiah
sebagaimana dapat dijumpai dalam ilmu-ilmu seperti anatomi, fisiologi,
mekanika, ilmu hayat. Analisa tersebut barangkali lebih dimaksudkan agar
seseorang dengan pengetahuan tentang konsep Rudolf Laban dapat mengamati
dan mendeskripsikan gerak secara terperinci.
Meskipun bermula dari gerak manusia, bayangan gerak tari simbolis dapat
menyebabkan beberapa kemungkinan penafsiran. Dalam batas tertentu akan
tergantung pada sifat penonton yait bagaimana menawarkan penafsiran yang
dapat dijangkau penata tari dalam tariannya. Beberapa penonton mengharapkan
untuk terhibur tanpa banyak berbuat sesuatu atau memerlukan imaji gerak yang
dikenal sebelumnya, sementara yang lain cenderung untuk menikmati secara
lebih mendalam.
Dalam pementasan “Menunggu Kereta Datang” garapannya
menggunakan genre Dramatari yang dimana tidak semua dialog diucapkan, tetapi
juga digerakan melalui bahasa tubuh yang dapat dimengerti dan memiliki maksud
yang jelas dari gerak itu sendiri. Oleh karena itu, bereksplorasi untuk lebih
mengenal tubuh sangat diperlukan supaya dapat mempermudah proses pemain
selama penggarapan. Gerak yang diambil dalam garapan ini adalah gerak yang
berasal dari gerak natural , gerak imitatif dan semi kontemporer, karena dari
cerita naskah yang bersifat non realis sehingga dalam konsep penataan gerak atau
tarinya terlepas dari gerakan tradisi dan lebih kepada pengembangan gerak.
Secara garis besar penata tari banyak menggunakan rangsang visual dan
rangsang audiktif. Dimana penata tari beserta tim melakukan tinjauan langsung
(observasi) mengenai lansia di salah satu panti jompo, serta menggunakan
73
beberapa referensi musik tahun 1970-an untuk membuat gerak tari yang
digunakan untuk melengkapi pementasan. Adapun proses yang dilakukan penata
tari dengan para pemain/penari pendukung pementasan ini, yaitu dengan
melakukan observasi dengan tujuan para pemain/penari dapat lebih menjiwai
karakternya. Kemudian selama proses latihan penata gerak juga membiasakan
untuk melakukan oalah tubuh diawal pertemuan agar tubuh lebih siap untuk
menerima materi gerak yang disampaikan oleh penata gerak.
74
C. Musik
Penggarapan, aransemen, dan penyajian musik dalam naskah “Menunggu
Kereta Datang” dimulai sejak awal perkuliahan PCT 1. Musik secara umum
mengarah dan sesuai dengan konsep Sutradara. Penggarapan musik disini adalah
musik sebagai penyajian Sendratasik, mengarah pada seni Drama, Tari dan
Musik.
Berawal dari mendengarkan, melihat musik-musik iringan tari, konser
music kontemporer, musikalisasi puisi, musik pada era 70, 80an, musik drama,
teater, musik ilustrasi dalam televisi, komposisi musik kontemporer, dan
sebagainya. Secara khusus, penata musik mengacu pada grup musik “Kyai
Kanjeng” yang terkenal dengan gamelan Diatonisnya, musik “Kyai Kanjeng”
juga sangat dinamis. Baik secara genre yang memainkan semua aliran dan jenis
musiknya cenderung pada tahun 80an. Secara musikal, penataan musik pada
naskah ini dipengaruhi oleh grup musik Led Zeppelin, Soneta (Rhoma Irama),
Kyai Kanjeng, dan musik pop-Rock 80an.
Kemudian mulai menyusun, memperkenalkan, dan memberikan materi
musik yang akan digarap kepada semua pemain. Baik sutradara, pemusik,
penyanyi, aktor, dan penari. Penyusunan musik dalam naskah “Menunggu Kereta
Datang” digarap secara bertahap. Dimulai dari seksional oleh para pemusik,
kemudian latihan bersama dengan semua pemain. Setelah materi music,
aransemen, iringan, lagu, dan ilustrasi musik sudah diperkanalkan dan dilatihkan
kepada semua pemain, kemudian latihan secara keseluruhan.
75
D. Tata Artistik
Pemilihan warna untuk setting dalam naskah Menunggu Kereta Datang ini
cenderung menyesuaikan latar tempat dan waktu yang mengambil tema tahun
1970-an yaitu warna hijau muda yang sedikit gelap. Untuk bahan ranjang atau
tempat tidur memilih ranjang yang terbuat dari besi yang tidak terlalu tinggi
seperti ranjang rumah sakit pada zaman sekarang ini. Bentuk meja juga
menyesuaikan tema yang secara pemilihannya mencari meja yang sesuai tahun
1970-an.
Nampan
Nampan besi ini digunakan suster saat membawakan makan siang untuk Merry.
Seperti rumah sakit pada umunya yang menggunakan nampan bermaterial besi.
Nampan besi ini juga menguntungkan saat dibawa oleh suster, karena gelas yg
dibawa tidak mudah goyang sehingga lebih aman daripada nampan plastik.
Mangkuk
Mangkuk ini digunakan untuk membawa bubur sebagai makan siang Merry.
Mangkuk yang dipilih pun yang berukuran sedang, bermaterial atom warna putih.
76
Gelas kaca
Gelas kaca dengan bentuk tinggi akan mempermudah pasien untuk
memegangnya. Gilas ini juga banyak digunakan dirumah sakit pada tahun 70an.
Sendok alumunium
Sendok ini digunakan suster untuk menyuapkan makan siang untuk Merry.
Sendiok yang dipilih juga bermaterial alumunium karena lebih mudah digunakan
daripad sendok plastik.
Obat
Obat yang dipilih ini adalah vitamin C berbentuk tablet, mempermudah Merry
dalam menelannya. Obatnya pun dimasukan kedalam tempat kecil supaya terlihat
jelas oleh penonton.
Keranjang
Keranjang ini digunakan untuk tempat tepung yang dibawa oleh makhluk-
makhluk di alam lain. Mereka masuk stage sambil menaburi tebung guna untuk
membuat suasana semakin mencekam dan memperkuat suasana dialam lain.
77
Dalam karya yang berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini kostum yang
digunakan tidak berseragam, melainkan memiliki motif dan model yang berbeda-
beda. Kostum yang digunakan menyesuaikan tokoh dalam naskah tersebut yaitu
suster, kakek dan nenek. Karena karya ini mengangkat jenis tema non-realis,
maka ada beberapa kostum yang menunjukan motif anak-anak / remaja.
Pemilihan motif dan model dari setiap kostum berlatar belakang dari
konsep sutradara yaitu mengangkat tema busana tahun 1970-an yang identik
dengan full motif dan longgar.
Proses mempersiapkan busana yaitu dimulai dengan mencari gambaran
model busana dan gaya berbusana pada tahun 1970an dengan referensi dari
berbagai sumber. Kemudian melakukan pencarian bahan untuk busana suster dan
membuat desain yang sesuai dengan konsep awal yaitu berlatar belakang tahun
1970-an. Teknik dalam mempersiapkan kostum/busana yaitu dengan meminjam ,
membeli dan membuat. Dalam meminjam dan membeli, pemilihan kostum tetap
disesuaikan dengan konsep. Ada satu kostum yang dijahit dengan desain sendiri
yaitu kostum suster.
Tata rias dan busana memiliki fungsi sebagai pengenal atau ciri khas dari
masing-masing tokoh dalam sebuah pemeranan. Untuk penentuan konsep tata rias
dimulai dengan melakukan observasi di sebuah yayasan untuk lansia. Konsep tata
rias menggunakan rias cantik untuk suster pada umumnya dan make up karakter
tua dengan menambahkan kerutan di beberapa bagian wajah.
Tata Sinar
Tata sinar atau lighting dalam pertunjukan Menunggu Kereta Datang
disetiap adegan hampir semuanya menggunakan lampu spot,par dan halogen.
Lampu spot disini menggambarkan tembok yang fokus di kedua ranjang.
Sedangkan lampu par untuk menambah ruang depan dan samping kanan kiri
bagian derpan. Dan lampu halogen hanya fokus di pemusik dari awal sampai
akhir.
78
E. Nilai-nilai Pendidikan
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Menghargai Prestasi
11. Bersahabat / Komunikatif
12. Gemar Membaca
13. Peduli Lingkungan
14. Peduli Sosial
15. Tanggung Jawab
79
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
Iswantara, Nur, Drama Teori dan Praktik Seni Peran,Media Kreatif: Yogyakarta,
2016.
81
LAMPIRAN
A. NASKAH
Sinopsis :
Dia sudah datang!. Apakah kau mau duluan?. Kau penakut!.
ADEGAN 1
1. Merry : (mengigau)
Kau kembali..kekasihku kembali, cintaku ada disini, pegang tanganku,
jangan pergi sayang..jangan..
2. Suster : (lembut)
Nona Merry bangun waktunya makan siang.
3. Merry : (kesal)
Suster kenapa kamu membangunkanku, aku sedang bertemu dengan
kekasihku dan kamu membuatnya pergi lagi.
4. Suster : (tegas, tetap lembut)
Maaf nona Merry, aku tidak bermaksud membuat kekasihmu pergi.
Sekarang waktunya jam makan siang, nona harus makan supaya cepat
sembuh dan bisa bertemu lagi dengan kekasih nona.
5. Merry : (sewot)
Suster aku bosan dengan sayur, bahkan rasanya aku hafal, tidak terasa
asin, tidak terasa manis, apalagi gurih.
82
6. Suster : (mantap, meyakinkan)
Mungkin karena nona Merry sedang sakit, jadi lidah nona tidak dapat
merasakan betapa lezatnya makan siang ini. Makan dulu ya nona supaya
cepat sembuh.
7. Merry : (bersemangat bertanya, penasaran)
Apa benar suster? . apakah selezat pizza yang dijual toko besar sebelah
kanan perempatan depan sana?.
8. Suster : (lembut, mencoba meyakinkan)
Rasanya jauh lebih lezat. Nona makan dulu supaya cepat sembuh.
9. Merry : (lembut mencoba meyakinkan)
Suster, adakah yang lebih lezat dari pizza itu suster?. Suster bohong ya?.
Suster belum pernah pergi kesana dan menikmati pizza?. Meskipun
terakhir kali aku makan pizza lezat itu sudah 30tahun yang lalu, aku masih
ingat betul lezatnya.. saat itu hujan deras seperti siang ini, hanya aku dan
kekasihku yang menjadi pelanggan di toko itu. Kekasihku basah kuyup
karena dia memberikan jaketnya untuk melindungiku dari air hujan.
Hanya kami yang sedang menunggu pesanan. Kami duduk di meja pojok
dekat jendela. Kekasihku kedinginan dan menggigil. Tangannya yang ada
diatas meja mulai pucat, aku sentuh tangannya dan kuberi hangat
tanganku. Dia tersenyum kecil sangat manis sekali suster. Lalu dia....
10. Suster : (membujuk, meyakinkan, lembut)
Wah nona critanya bagus sekali, sekarang makan dulu ya.
11. Merry : (tidak menghiraukan, mengingat, sedih)
Lalu dia mengelus rambutku, dan memberikan kecupan dikeningku.
Seolah itu bertanda bahwa aku harus menunggunya, sampai hari ini pun
aku sedang menunggunya suster.
12. Suster : (tegas)
Nona makanannya akan dingin kalau tidak segera dimakan!.
13. Merry : (bersuara pelan, meyakinkan suster)
Ssssttttt....suster diam jangan berisik. Aku mendengarnya. Dia sudah
datang suster.
83
14. Merry : (tergesa-gesa)
Ya..aku ingat betul suara sepatunya ketika dia berjalan. Suster..suster
cepat bantu aku, aku akan menyambutnya di depan pintu. Aku tidak mau
dia kecewa.. cepat suster.
MERRY MENCOBA TURUN DARI RANJANG, KARENA TERGESAH-
GESAH DAN BADANNYA YANG MASIH LEMAS, MERRY TERJATUH DARI
RANJANG.
ADEGAN 2
MERRY DIBANTU OLEH SUSTER BERJALAN MENDEKATI PINTU DAN
MELIHAT KELUAR KAMAR.
18. Suster : (sabar, penasaran)
Dimana kekasihmu nona?.
19. Merry : (sedih, percaya diri)
Ahmad..ahmad dimana kamu?.
20. Suster : (tegas)
Sudah ayo kembali ketempat tidur dan makan.
21. Merry : (berjalan menuju tempat tidur, marah)
Kamu ini sangat berisik suster, lihat sekarang kekasihku sudah pergi lagi.
Apakah kau tidak tau suster, betapa hatiku sangat merindukannya. Kamu
tidak tau bagaimana rasanya aku mengingat dan menyimpan suara
sepatunya ketika dia berjalan. Suaranya keetika tertawa, wangi
parfumnya, hangat tangannya. Kamu terlalu berisik sehingga dia pergi lagi
meninggalkanku, tapi kali ini tanpa sepucuk surat.
22. Suster : (lembut dengan rasa sayang)
Nona, kekasihmu bukan pergi lagi, tapi memang belum datang.
84
23. Merry : (tenang, sedih)
Belum datang? Belum datang ya suster?. Ya benar, ternyata dia belum
datang.
(mengambil surat dibawah bantal)
Suster kekasihku menitipkan surat ini pada bocah kecil untukku. Dia akan
datang, sama seperti janjinya disurat ini. Sekarang mataku sudah rabun ya? .
tulisannya terlihat samar, mungkin karena kertasnya sudah lama. Maukah kau
membacakan untukku suster?
(memberikan suratnya pada suster)
24. Suster : (membaca dengan tenang)
Untukmu Merry kekasihku, jika cinta ini ada karena kehendak Tuhan,
maka tuhan yang akan menyatuhkan kita. Bukan antara Tuhanmu dan
Tuhanku namun Tuhan kita adalah satu. Ini hanya masalah pencarian yang
belum kita temukan. Berusahalah menjadi yang terbaik dan akupun akan
demikian hingga Tuhan akan menyatuhkan kita, bukan lewat agamamu
atau agamaku, Tuhan punya berjuta rencana. Dengan surat ini aku pamit
untuk pergi, jangan berfikir aku akan menyerah, namun ada suatu
pekerjaan yang menugaskanku harus pergi jauh. Kekasihmu Ahmad.
25. Merry : (meyakinkan)
Lalu dia pergi, dan sampai sekarang dia belum kembali. kamu baca sendiri
kan suster? Dia akan kembali. dia menulis bahwa kita akan dipersatukan
oleh Tuhan.
26. Suster : (lembut)
Nona Merry mungkin kekasihmu sedang mencarimu, jadi kamu harus
sembuh.
27. Merry : (sedih)
Aku selalu bertanya pada Tuhan disetiap doaku, kapan Tuhan akan
menyatukan sepasang kekasih seperti aku dan Ahmad, yang terpisah
bukan hanya oleh jarak namun juga oleh keyakinan.
28. Suster : (lembut, meyakinkan)
Nona harus sabar, mungkin Tuhan sedang menguji cinta nona.
30. Merry : (sedih)
Cintaku selalu aku jaga suster, tapi entahlah dengan Ahmad. Terkadang
aku sangat ragu dengan cintanya. Seiring berjalannya waktu, rambutku
85
yang mulai memutih, gigiku yang mulai habis, kulitku yang mulai keriput,
ragaku mulai lelah, bahkan mataku yang kini sudah tidak awas lagi untuk
melihat senyum kecil diwajahnya.
31. Suster : (tegas, mantap)
Nona, sudahlah! Makan siangnya sudah mulai dingin. Ayo makan dulu!.
32. Merry : (sambil melamun, dan mengunyah makanan)
Rasanya hambar
(tidak mau makan lagi)
33. Suster : (lembut)
Nona minum obat ya, setelah itu nona bisa tidur.
ADEGAN 3
86
38. Merry : (mempalingkan pandangan, tegas)
Suster aku ingin melanjutkan tidurku!.
39. Suster : (lembut)
Baik nona, selamat beristirahat.
DIAM-DIAM MERRY MEMPERHATIKAN PASIEN BARU YANG SEDANG
DUDUK DIATAS RANJANG.
87
Merry? Benarkah kau Merry? Wanita cantik berambut panjang yang ada
dipikiranku?, kau Merry?.
48. Merry : (sewot, marah)
Janganlah tuan mencoba merayuku, ribuan rayuanpun tak mampu
menggoyahkan keyakinanku, tentang kekasihku, AHMAD!. Aku
menunggu dan dia akan datang. Tuan ini siapa berani sekali tuan
berkata demikian.
49. Ahmad : (mempertegas, penasaran)
Kau Merry?, Wanita yang berdebad denganku tentang keyakinan?, Merry
yang... (merasakan sakit dikepala) ahhh...rasanya sakit sekali.
88
Maafkan aku Merry, aku tidak bermaksud membuatmu menunggu, aku
sedang mencari keyakinan didalam hatiku tentang agama kita. Aku tak
pernah sedikitpun menghianati hatimu Merry, akupun sama menunggu
untuk memelukmu. Kau tetap cantik sama seperti terakhirkali aku
melihatmu dari kejauhan, kau menitikan air mata sambil membaca
suratku.
56. Merry : (menangis)
Seperti sepucuk suratmu, bahwa ini adalah masalah pencarian yang belum
kita temukan, dan aku sudah menemukannya sekarang Ahmad. Tidak kah
kau merasa bahagia?.
57. Ahmad : (tegas)
Lalu apa yang kau temukan ? (MUNGKIN LAKI-LAKI LAIN) laki laki
lain?.
58. Merry : (marah)
Begitukah kau menilaiku Ahmad?. Aku disni terus menunggu. Tak
satupun laki-laki ada dihatiku kecuali namamu. Serasa otakku ini sudah
terjangkit virus, setiap saat kau berputar (BERPUTAR, BERPUTAR,
BERPUTAR) disini.
(menunjuk kepala).
59. Ahmad : (menjelaskan dengan tenang, sedih)
Waktu itu, setelah 5 tahun aku mengirim surat untukmu, dan memulai
kehidupan baru, jauh dari kamu dan kenangan kita. Pamanku yang
merawatku sejak kecil, membawakan seorang gadis kerumah. Pamanku
mulai mengatakan niatnya membawa gadis itu untuk dijodohkan
denganku. Besar harapan pamanku. Saat itu aku hanya percaya pada jalan
Tuhan. Atas nama pamanku aku menerima dia menjadi istriku, tapi tak
sedikitpun aku berbagi kasih dengannya. Aku melihat selalu dihantui rasa
bersalah, pikiranku selalu saja mengangan-angan tentangmu, aku takut
untum menemuimu. Setelah 2 tahun pernikahan kami, Tuhan memberi
jalan dia untuk kembali kepadaNya. Selama ini aku selalu memikirkanmu
Merry, percayalah padaku, aku minta maaf.
60. Merry : (menangis)
Pergilah Ahmad!. Jangan pernah kau kembali!. sebaiknya memang kau
tidak usah kembali. biar aku dirundung pilu penantian pantang tanpa
89
kepastian hingga Tuhan memanggilku, bukan dalam luka hati yang seperti
ini. Ahmad lalu apalah arti pencarian ini jika kita tidak dapat bersatu?.
ADEGAN 4
90
Ahmad akupun sangat mencintaimu. Meskipun ini telah melukai hatiku.
(merasakan sesak nafas). Aku akan menunggu cara Tuhan menyatuhkan
kita. Ahmad tahukah kamu aku telah menjadi muslim sama sepertimu.
69. Ahmad : (tenang, tegas)
Kau sudah mencarinya !, Merry aku mencintaimu, keretaku sudah datang.
Pegang erat tanganku Merry.
70. Merry : (tenang, lembut)
Ahmad aku mencintaimu, keretakupun sudah datang. Aku memegang erat
tanganmu.
SELESAI.
91
B. Susunan produksi
Konseptor
1. Sutradara : Nuril Azizah
2. Penata gerak : Rini Sugianti
3. Penata musik : Bilal Ihsanul
4. Penata rias dan busana : Berrar Fachtya
5. Penata setting : Galih Wahyu
6. Penata properti : Yunike Marcella
Aktor
1. Merry : Rahayu
2. Ahmad : Singgih
3. Suster : Yunike, Rini, Andhika, Afan
4. Kakek : Galih, Bilal, Yusuf
5. Nenek : Nuril, Berrar, Lia, Ame, Yulinda
Pemusik
a. Galih
b. Bilal
c. Andris
d. Kukuh
e. Ardhan
Tim Produksi
1. Pimpro : Yunike
2. Stage Manager : Zulva
3. Sekretasis : Berrar
4. Bendahara : Rini
5. Perlengkapan : Galih dan Bilal
6. Lighting : Deva dan Ridho
7. Crew Panggung : Reni, Ilham, Rais, Ipang, Dinda, Dimar
8. Crew Make Up : Lutfi, Vita, Arrini, Rinda
9. Konsumsi Latihan : Lia dan Andhika
10. Konsumsi Hari H : Wulan
92
C. Jadwal Latihan
Sabtu, 7 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Reading, olah tubuh,
Tombo Ati musik opening
Minggu, 8 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik -
Rabu, 11 Oktober 2017 20.00 – 22.00 WIB Halaman Belakang Penggarapan opening
Gedung Sendratasik
Sabtu, 14 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB BPSTW Kasongan Observasi ke Panti Jompo
Minggu, 15 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Penggarapan opening
Sabtu, 28 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Adegan 2 & penggarapan
Tombo Ati musik
Minggu, 29 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 2
Sabtu, 4 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Adegan 3 & penggarapan
Tombo Ati musik
Minggu, 5 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 3
Sabtu, 11 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 4 & penggarapan
musik
Minggu, 12 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 4
Rabu, 15 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Sabtu, 18 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Minggu, 19 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Rabu, 22 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Sabtu, 25 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
93
Minggu, 26 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Rabu, 29 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Sabtu, 2 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Teater arena Pemantapan adegan 1-4
Minggu, 3 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4
Rabu, 6 Desember 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Cut to cut
Sabtu, 9 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Cut to cut
Minggu, 10 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Gedung Kuliah Umum Cut to cut
Rabu, 13 Desember 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Cut to cut
Sabtu, 16 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Minggu, 17 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Rabu, 20 Desember 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Sabtu, 23 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Teater arena Run 3x
Minggu, 24 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Rabu, 27 Desember 2017 20.00 – 23.00 WIB Teater arena Run
94
D. Anggaran / Dana
Pemasukan
Total Rp 2.100.000,-
Pengeluaran
Total Rp 2.061.800,-
95
E. Dokumentasi
Opening
96
Adegan 1
97
Adegan 2
98
Adegan 3
99
Adegan 4
100
101