Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu dipenuhi dengan permasalahan. Permasalahan
inilah yang membuat kehidupan menjadi berdinamika. Permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari menjadi materi atau bahan pembuatan drama, yang disebut
dengan konflik. Konflik adalah hukum dasar dari drama/lakon. Lakon harus
menyatakan kehendak manusia menghadapi dua kekuatan yang saling beroposisi.
Secara teknis disebut kisah dari protagonis dan antagonis
(RMA.Harrymawan,Dramaturgi:9). Sifat-sifat tersebuat adalah sifat yang sering
terjadi dalang kehidupan manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Hal ini yang
membuat manusia memiliki ketergantungan satu sama lain. Dalam kehidupan
sosial manusia harus memiliki rasa saling menghargai, seperti suku, ras, dan
agama. Adanya perbedaan agama terkadang memunculkan konflik sosial. Salah
satu konflik sosial dalam perbedaan agama, seperti masalah percintaan. Setiap
manusia dianugrahi rasa cinta dan kasih sayang. Cinta beda agama seringkali
terjadi dikehidupan masyarakat yang mengakibatkan dua orang yang saling
mencintai tidak dapat melanjutkan kejenjang pernikahan. Namun, cinta juga bisa
membuat seseorang buta akan segala hal, termasuk menggoyahkan iman dan
keyakinan tentang agamanya.
Perbedaan agama dalam percintaan ini yang melatar belakangi pembuatan
naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang”. Naskah ini akan dibawakan dengan
gaya pementasan non realis dengan bentuk pementasan drama tari. Drama Tari
adalah rangkaian gerak yang disusun sedemikian rupa hingga melukiskan suatu
kisah atau cerita drama tari berdialog, baik prosa maupun puisi, dan ada juga yang
berupa dialog atau percakapan. Drama Tari menarik untuk dipentaskan karena
mengandung unsur drama, tari, dan musik.

B. Dasar Pemikiran

Hakikatnya manusia hidup memiliki rasa saling menyayangi dan


mencintai. Rasa saling mencintai menjadi hal yang wajar anatara laki-laki dan

1
perempuan untuk menuju kearah pernikahan. Hubungan pernikah dapat dilakukan
ketika adanya rasa saling mencintai dan kesepakatan untuk hidup bersama.
Keyakinan Agama yang sama juga seringkali menjadi syarat terjadinya hubungan
pernikahan. Kesetiaan seumur hidup juga menjadi hal yang perlu di jaga dalam
suatu hubungan yang mengarah pada pernikahan, namun seringkali keyakinan
agama dan kesetiaan sering diingkari dalam sebuah hubungan yang mengarah
pada pernikahan. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran pementasan naskah
dengan judul “Menunggu Kereta Datang”.

Naskah dengan judul “Menunggu Kereta Datang” akan dipentaskan


dengan gaya non-realis dalam bentuk drama tari, karena dalam naskah ini
menceritakan tentang kematiaan yang daalam kehidupan nyata kematian atau ajal
seseorang seringkali diartikan dengan banyak makna, dan sulit untuk
digambarkan. Drama tari akan menjadi bentuk penggarapan nasakah ini, dengan
menggabungkan unsur drama, tari, dan musik diharapkan memberikan suatu hal
yang menarik untuk dipentaskan.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mencipta karya drama, tari dan musik dengan naskah
berjudul “Menunggu Kereta Datang”?

D. Tujuan

Berdasarkan dari penjabaran peristiwa dalam naskah dengan judul


“Menunggu Kereta Datang” maka tujuan pementasan naskah tersebut adalah :

1. Mengetahui cara mencipta karya drama, tari dan musik dengan naskah
berjudul “Menunggu Kereta Datang”.

2
BAB II

KONSEP PENCIPTAAN SENI

A. Drama
A.1. Naskah / Teks / Cerita

Naskah darama adalah salah satu karya sastra, yang menceritakan tentang
konflik kehidupan, dengan esensinya adalah dialog. Ujian mata kuliah penciptaan
seni 1 mementaskan naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang. Naskah ini
menceritakan tentang kesetiaan seseorang menunggu kekasihnya yang berjanji akan
datang menemuinya, perbedaan agama yang membuat mereka tidak dapat
dipersatukan oleh ikatan pernikahan, hingga usia mereka sudah tua mereka masih
mencari jalan Tuhan untuk menyatuhkan cinta mereka, akhirnya jalan Tuhan yang
mereka lewati adalah dengan cara kematian.

Pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang ini dilatar


belakangi dengan adanya fenomena yang terjadi saat ini bahwa pernikahan harus
seagama, dan juga bagaimana cara memaknai sebuah toleransi sesama umat yang
berbeda agama. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa ini lah yang menjadikan ide
pokok dari cerita Menunggu Kereta Datang.

Naskah berjudul Menunggu Kereta Datang ini dipentaskan dengan tokoh


Ahamd, Merry, Para Suster, Para Kakek, dan Para Nenek. Naskah ini terdiri dari 4
adegan dengan latar tempat di sebuah ruang kamar rumah sakit.

3
A.2. Penyutradaraan
 Metode Penyutradaraan
Sutradara merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas
berlangsungnya suatu proses pertunjukan drama. Dalam proses tersebut,
sutradara berhadapan dengan manusia, maupun benda-benda atau barang
mati yang harus mampu dihadirkan bukan lagi sebagai sesuatu yang liar dan
mati, tetapi sebagai sesuatu yang akrab, menyenangkan dan hidup. Menurut
Suyatna Anirun (2002:5).
Naskah drama “Menunggu Kereta Datang” akan dibawakan dengan
menggunakan konsep nonrealis dan dikemas dalam bentuk Sendratasik (Seni
drama, tari, musik), dari hasil analisis naskah ini memang tidak realis, karena
pada realitanya kematian adalah suatu hal yang sangat menakutkan dan
mengerikan dengan penyabutan nyawa manusia namun pada naskah ini
menceritakan tentang kematian yag disimbolkan oleh suara kereta yang
datang untuk menjemput nenek-nenek dan kakek-kakek untuk pergi kedunia
lain. Data tersebut yang membuat sutradara memutuskan menyajikan naskah
ini secara nonrealis. Nonrealis yang dimaksud meliputi segala aspek mulai
dari pemeran, setting, lighting.
Pementasan dengan judul naskah Menunggu Kereta Datang menggunakan
beberapa metode penyutradaran, diantaranya :
1. Cast
Merupakan pemilihan aktor sebagai pemeran kelayakan aktor
apakah memenuhi kriteria yang sesuai dengan yang dimaksudkan dengan
peran yang ada di dalam naskah.
Penetuan cast menggunakan cara berdasarkan kecocokan fisik
pemain juga pencarian watak yang bertentangan. Menurut Harymawan
dalam bukunya Dramaturgi ada beberapa cara type casting dan metode
yang digunakan ada 2 yaitu casting : to type : pemilihan terhadap
kecocokan fisik pemain, dan antitype casting : pemilihan yang
bertentangan dengan watak atau fisik si pemain atau dapat disebut
education acting.
Pilihan cast antara lain :
1. Rahayu Wijiasih (Merry)
2. Singgih Yusuf Prabowo (Ahmad)

4
3. Yunike Marcella (Suster)
4. Nuril Azizah (Nenek)
5. Berrar Fachtya (Nenek)
6. Yulindha Wulan N (Nenek)
7. Mayfatul Afifah (Nenek)
8. Lia Yuliati (Nenek)
9. Galih Wahyu (Kakek)
10. Billal Ikhsanul A (Kakek)
11. Yusuf Setia (Kakek)
12. Rini Sugianti (Suster)
13. Afan Trifanto (Suster)
14. S Tristiandika Saputro (Suster)
2. Vokal
Dalam sebuah latihan pementasan pasti terdapat pesan yang akan
disampaikan kepada penonton, maka perlu adanya latihan vokal yang
dimaksud adalah tehknik mengeluarkan suara agar bisa terdengar oleh
penonton dan menyakinkan penonton tentang karakter yang dibawakan.
Latihan vokal dengan cara mengolah warna suara menjadi orang tua dan
menjadi suster yang centil.
3. Tubuh
Kesiapan seorang aktor ditentukan oleh fisik, mulai dari postur
hingga ketahanan tubuh, dalam melakukan sebuah peran tubuh harus siap
dengan segala hal yang akan terjadi diatas panggung, baik yang disngaja
ataupun yang tidak disengaja, maka perlu dilakukan latihan olah tubuh
mulai streching, dan olah tubuh ini juga untuk membentuk ketubuhan
pemain dalam memerankan karakternya, yaitu orang tua yang bungkuk
dan anak muda yang lincah.
4. Reading
Membaca naskah drama berulang-ulang sampai seluruh
pendukung paham pesan apa yang akan disampaikan kepada penonton
dalam naskah tersebut, hal ini juga berfungsi sebagai sarana menghafal
untuk pemain.
5. Dramatik reading

5
Membaca teks drama dengan teknik, intonasi dan ekspresi
sehingga rasa pada teks dapat dirasakan, dalam hal ini yang paling
menonjol adalah audio sehingga rasa yang dimunculkan yaitu melalui
suara sehingga merangsang daya hayal para pendukung, metode yang
digunakan yaitu dengan membaca secara bergantian bersama-sama, bila
sudah ditentukan cast maka dramatik reading dilakukan setiap masing-
masing tokoh sesuai peran hasil cast.
6. Mencari karakter
Karakter adala penentuan seorang tokoh dapat dilihat diatas
panggung atau dapat menjadi titik fokus penonton, hal ini yang harus
dicari oleh para pemain sehingga tokoh yang baik. Latihan yang dilakukan
adalah berinteraksi dengan para orang tua dan perawat di sebuah panti
jompo, melakukan pengamatan dari segi psikologi, fisikologi.
7. Latihan meruang dan bloking
Pemanfaatan ruang sangat penting dalam kesuksesan sebuah
adegan atau pertunjukan yang utama adalah agar pemain dapat terlihat dan
lakunya terlihat enak dimata penonton, sekali lagi penonton adalah
penentu utama.
Bloking merupakan tempat atau titik dimana pemain melakukan
lakunya, kapan pemain harus berpindah meruang menetukan arah hadap,
melakukan gruping menjadi komposisi yang indah dan menarik. Latihan
ini dilakukan dengan berjalan disetiap sudut yang sutradara mau sehingga
terbntuk keseimbangan panggung, bila membuat grup perlu pemahaman
tentang levelitas dan komposisi.
8. Cut to cut
Merupakan metode dimana dalam sebuah latihan dilakukan
pembenahan adegan secara langsung ketika dilakukan run trough.
Penerapannya dilakukan ketika adegan dirasa kurang dan pemain terdapat
kelalaian dalam melakukannya.
9. Run Trough
Merupakan metode dimana dalam latihan dengan mengulang
ualang keseluruhan adegan dalam pertunjukan tanpa melakukan
pembenahan. Penerapannya dilakukan ketika adegan sudah dirasa baik dan
pemain tidak melakukan kesalahan dalam sebuah permainan acting.

6
 Analisis Naskah
Karya naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang” merupakan
naskah hasil dari kelas dramaturgi yang ditempuh pada semester tiga, dan
sudah diseleksi dari beberapa mahasiswa angkatan 2015 . Naskah dengan
judul “Menunggu Kereta Datang” menceritakan tentang seorang
perempuan tua dengan usia 60 tahun yang sedang berada di rumah sakit
karena sedang mengalami sakit. Perempuan ini bernama Merry. Diusianya
yang sudah tua Merry masih setia menunggu kekasihnya. Kekasih Merry
bernama Ahmad, yaitu laki-laki muslim yang berjanji untuk menikahinya.
Perbedaan keyakinan agama yang membuat Ahmad pergi meninggalkan
Merry sebelum adanya pernikahan, dan Merry tetap setia untuk menunggu
Ahmad.
Saat umur mereka sudah tua dan sakit sakitan, mereka berdua
dipertemukan lagi disebuah kamar rumah sakit tempat mereka dirawat,
namun karena usia yang sudah tua Merry dan Ahmad hampir tidak
mengenali fisik mereka yang sudah berubah menjadi tua. Sepucuk surat
yang diberikan Ahmad kepada Merry saat Ahmad pergi meninggalkan
Merry menjadikan Ahmad mengetahui bahwa perempuan yang berada di
samping ranjangnya adalah Merry, kekasihnya yang dia tinggalkan
beberapa tahun yang lalu.
Merry merasa sangat bahagia saat melihat Ahmad telah kembali,
namun ada sesuatu hal yang membuat Merry kecewa yaitu karena Ahmad
telah menikah dengan perempuan lain, tetapi Istri Ahmad sudah
meninggal. Ahmad terkejut ketika mendengar kesaksian Merry yang telah
menjadi muslim sama seperti Ahmad, dan ingin menikah dengannya.
Akhirnya mereka dipersatukan dalam kematian.
a. Judul
Pementasan drama ini berjudul “Menunggu Kereta Datang”.
Dalam naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang” kereta diartikan
sebagai kereta kematian, maka judul dari naskah ini mempunyai arti
menunggu ajal kematian. Kematian Merry dan Ahmad yang sudah lama
saling menunggu untuk cintanya dipersatukan. Akhirnya mereka
dipersatukan oleh kematian.

7
b. Tema
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan
disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema akan menuntun laku
cerita dari awal sampai akhir.
Tema dalam naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini
adalah penantian cinta dua insan manusia yang berbeda agama. Setiap
manusia dianugerahi rasa cinta dan kasih sayang. Cinta beda agama
seringkali terjadi dikehidupan masyarakat yang mengakibatkan dua orang
yang saling mencintai tidak dapat melanjutkan kejenjang pernikahan.
Namun, cinta juga bisa membuat seseorang buta akan segala hal, termasuk
menggoyahkan iman dan keyakinan tentang agamanya.
c. Plot (Alur)
Plot (alur) adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani
dengan seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui perumitan
(penggawatan atau komplikasi) kearah klimaks penyelesaian. Nasakah
berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini memiliki Plot (alur) simple plot,
yaitu lakon yang memilki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak
dari awal sampai akhir.
d. Setting atau Latar
 Latar Tempat : tempat yang menjadi peristiwa itu terjadi. Naskah
berjudul“Menunggu Kereta Datang” memiliki latar tempat di salah
satu ruang rawat inap rumah sakit.
 Latar Waktu : waktu yang menjadi latar belakang peristiwa.
Naskah dengan judul “Menunggu Kereta Datang” memiliki latar
waktu tahun 1970-an.

 Pemeranan

Pemeranan merupakan usaha untuk membedakan peran satu


dengan peran yang lain. Naskah dengan judul “Menunggu Kereta Datang”
memiliki tokoh sebagai berikut :

1. Merry :

8
a. Segi psikologis : suka berhayal, penyayang, penyabar, tidak mudah
putus asa, keras kepala, sedikit manja.

b. Segi Sosiologis : keturunan bangsawan, termasuk golongan orang kaya.

c. Segi Fisiologis : wanita berusia 60 tahun, memiliki rambut sebahu dan


beruban.

2. Ahmad :

a. Segi Psikologis : bijaksana, penyabar, berkemauan keras.

b. Segi Sosiologi : seorang pekerja disuatu kantor, termasuk golongan


orang yang sederhana.

c. Segi Fisiologis : laki-laki berusia 65 tahun, rambutnya beruban,


bijaksana, penyabar, berkemauan keras.

3. Perawat Rumah Sakit :

a. Segi Psikologis : penyabar, centil.

b. Segi Sosiologis : seorang pekerja di rumah sakit sebagai perawat.

c. Segi Fisiologis : perempuan berumur 26 tahun.

Dalam pemeranan diperlukan adanya teknik-teknik pemeranan


untuk pendalam karakter, teknik teknik tersebut sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi berarti menangkap atau merekam hal-hal yang terjadi


dalam kehidupan. Kekuatan pengamatan (observasi) adalah gabungan
antara empati dan perhatian intelektual.

Observasi tokoh-tokoh yang ada pada naskah berjudul “Menunggu


Kereta Datang” :

 Mengamati tingkah laku orang yang sudah tua.


 Menirukan suara orang tua.
 Mengamati orang tua yang sedang sakit hati.

9
 Mengamati orang tua yang sedang menyukai seseorang.
 Mengamati perawat disuatu rumah sakit.
 Mengamati perawat rumah sakit yang sedang merawat pasien.

b. Interpretasi

Interpretasi pada karakter adalah usaha seorang pemeran untuk


menilai karakter peran yang akan dimainkan.

Interpretasi tokoh-tokoh pada nasakah berjudul “Menunggu Kereta


Datang” :

 Cara berbicara seperti orang tua


 Gerakan-gerakan simbolis

10
B. Tari
B.1. Sumber Penciptaan Tari
Sumber garapan tari dalam pementasan “Menunggu Kereta Datang” ialah
dari kehidupan sehari-hari yang dikemas dalam bentuk gerak non realis. Kegiatan
atau peristiwa yang terjadi pada lansia dijadikan sebagai sumber gagasan dalam
penciptaaan tari pementasan ini.

B.2. Penataan Tari


1. Opening

Aktor : Nenek (Berrar, Lia, Ame, Yulinda, Rahayu, Nuril)

Kakek (Singgih, Billal, Galih, Yusuf)

Suster (Cella, Rini, Afan, Andika)

Bentuk gerak : Kontemporer

Jenis Gerak : Non realis

Durasi : 6 menit

Latar Belakang :

Dalam koreografi ini menceritakan tentang kehidupan keseharian para


lansia di sebuah panti jompo, mulai dari aktivitas sehari-hari hingga pola tingkah
lakunya diusia yang tidak lagi muda. Berdasarkan observasi yang kami lakukan
disalah satu panti jompo di daerah Bantul, penata gerak, pemain serta tim “
Menunggu Kereta Datang” mencoba melakukan eksplorasi untuk memasukan
karakter sesuai perannya masing-masing, dengan harapan para pemain dapat lebih
mudah dalam menjiwai karakter pemeranannya.

Sedangkan untuk peran suster sengaja dimasukkan karakter hiperaktif


(kemayu dan centil) namun tetap memiliki jiwa penyabar, lembut dan penuh
kasih sayang sehingga gerakan yang diambil adalah gerak-gerak energik dan
gemulai.

11
No. Pola Lantai Hitungan / Durasi Deskripsi
1. 1 menit 15 detik Kur Vocal

Nb: nenek 1 menghadap kedepan.


nenek 2 menghadap serong kiri.
nenek 3 dan 4 menghadap serong
kanan.
2. 2x8 (Gerak Nenek)
 Hit 1x8 berjalan ketengah.
 Hit 1-4 menepuk punggung
nenek 1.
 Hit 4-8 membentuk formasi.

Nb: nenek 2,3 dan 4 memandang ke


nenek 1.
3. 2x8  Hit 1-2 gerak canon nenek 2 dan
4 (tangan kanan diangkat keatas,
badan condong kekiri, kaki
kanan diangkat 450).
 Hit 3-4 gerak canon nenek 1 dan
3 (kedua tangan diangkat keatas,
badan condong kekiri dan kaki
kanan diangkat 450).
 Hit 5-8 gerak naik turun
punggung dengan kaki
membuka, lutut di tekuk ketika
turun, tangan mengikuti gerak
badan, di hitungan kedelapan
pose dengan tangan kiri berada
di dagu dan tangan kanan
membuka diatas lantai.
 Hit 1-4 gerak naik turun. Pada
hitungan 3-4 posisi badan
membungkuk rendah, tangan
kiri di;etakkan diatas pinggang
dan tangan kanan diletakkan
menyamping kekiri menempel
diatas lantai dengan keadaan
membuka.
 Hit 5-8 gerak naik turun dan
pada hitungan 7-8 tangan
diangkat dan dijatuhkan dengan
posisi kaki menutup dan badan
condong kekanan.

Nb: arah hadap kedepan.

12
4. 1x8  Hit 1-4 gerak naik turun
kesamping kanan dan bergerak 2
langkah kekiri.
 Hit 5-6 gerak memutar tangan
kekiri dan bergeser 1 langkah.
 Hit 7-8 gerak tangan mengunci
dan mendorong, dengan posisi
kaki ditekuk kemudian berjalan
mundur.

Nb: arah hadap kedepan.


5. 1x8  Hit 1-4 gerak berjalan mundur
dengan posisi badan
membungkuk membentuk 900
dan tangan mengunci lurus
kedepan.
 Hit 5-6 gerak membusungkan
dada dengan tangan melipat di
pinggang.
 Hit 7-8 gerak pose bebas, nenek
1 dan 2 level rendah, nenek 3
level sedang dan nenek 4 level
tinggi.

Nb: nenek 1 menghadap kekanan.


nenek 2 menghadap kedepan.
nenek 3 dan 4 serong kanan.
6. 5x8 (Gerak Suster)
 Hit 1-4 gerak kaki dan tangan
kiri membuka kemudian
hitungan 3-4 kaki dan tangan
kanan menutup (dilakukan oleh
suster 3 dan 4, sedangkan suster
1 dan 2 melakukan gerak
sebaliknya).
 Hit 5-8 gerak memutar
menghadap kekanan, hiitungan
ke 7 kedua tangan diangkat dan
disilang, hitungan ke 8 tangan
jatuh dan kaki membentuk kuda-
kuda dengan kaki kiri didepan.
 Hit 1-8 gerak kayang setengah
berdiri, pada hitungan 3 dan 7
tangan kiri diangkat dan kepala
menghadap penonton. (untuk
hitungan ke 7 kedua tangan
diangkat dan disilang kemudian
dijatuhkan).
 Hit 1-4 gerak setengah kayang.

13
 Hit 5-8 gerak jatuh memutar
level bawah, suster 1 dan 3
berlutut dan suster 2 dan 4
tengkurap.
 Hit 1-6 (untuk suster 1 dan 3)
Hitungan 1-2 gerak kayang
dengan posisi kaki berlutut;
hitungan ke 3 duduk bersimpuh;
hitungan ke 4 tangan kiri dan
badan diangkat keatas; hitungan
5-6 kembali duduk bersimpuh.
 Hit 1-6 (untuk suster 2 dan 4)
Hitungan 1-2 kedua kaki ditarik
hingga duduk bersimpuh dengan
kedua tangan menopang di
lantai; hitungan 3-6 gerak tusuk
pinggang dimana pada hitungan
3 dan 5 pinggang diangkat
keatas dengan kedua kaki
diluruskan dan kedua tangan
menopang di lantai sedangkan
hitungan 4 dan 6 kembali ke
posisi duduk bersimpuh.
 Hit 7-8 gerak tangan vertikal.
Dengan tangan kanan memutar
kebelakang hingga menyentuh
lantai dan menopang badan
kemudian tangan kiri menyusul
dan lurus keatas hingga kedua
tangan membetuk garis vertikal.
 Hit 1-2 kaki kanan maju, tangan
masih membentuk garis vertikal.
 Hit 3-4 gerak memutar dan
berdiri dengan kaki kanan
sebagai tumpuan.
 Hit 5-6 suster 2 dan 3
melangkah mundur dengan
kedua tangan melambai kekanan
dan kekiri sedangkan suster 1
dan 4 melakukan hal yang sama
namun tetap pada tempatnya.
 Hit 7-8 gerak memutar tangan
disamping telinga, kaki double
step di tempat dan tangan
diluruskan keatas.

Nb: arah hadap kekanan (kecuali 4


hitungan terakhir menghadap
kedepan).

14
7. 2x8  Gerak berputar cantik. Dimana
gerakan memutar badan secara
bergantian kekanan dan kekiri,
kedua tangan diregangkan
dengan pembagian 4 hitungan,
setiap hitungan 4 dan 8 berhenti
dengan posisi kaki kanan
membuka dan menitikkan jari
kaki kemudian kedua tangan
dilipat didepan dada (begitu
sebaliknya).

Nb: arah hadap suster menyesuaikan


gerak, kemudian berjalan keluar
melalui tangga sebelah kanan
panggung.
8. 25 detik (Gerombolan Nenek)
 Gerak menggetarkan seluruh
badan dengan berbagai level,
kemudian berdialog.

Nb: arah hadap kedepan.


9. 15 detik Dialog nenek 1 dan 3.

Nb: nenek 1 berjalan kesamping


kanan panggung dan nenek 3
mengikuti ditengah panggung.
10. 10 detik Gerombilan nenek berteriak.

Nb: nenek 1,3,4,5 dan 6 berjalan


kesamping kiri panggung
mengikuti nenek 3.
11. 10 detik Gerombolan nenek melompat
ketakutan, bersembunyi dibalik
nenek nomor 2 dan berdialog
secara bersamaan.

12. 20 detik Gerak improvisasi, disesuaikan


dengan masing-masing karakter
nenek yang berbeda-beda.

Nb: nenek nomor 2 berdiri diatas


level. Nenek 5 dan 6 berada
disebelah kanan panggung
menghadap serong kiri. Nenek
nomor 4 berada di sebelah kiri

15
level menghadap kekanan. Nenek
nomor 1 dan 3 berada di depan
panggung sebelah kiri dan saing
berhadapan.
13. 42 detik Masuk gerombolan kakek dari
arah penonton, 2 orang melalui
kanan panggung dan 2 orang
melalui kiri panggung
mendekati nenek-nenek dengan
gerakan improvisasi sesuai
karakter masing-masing.

Nb: kakek 1 berada diatas level


bersama nenek 2. Kakek 2
menghampiri nenek nomor 3.
Kakek 3 menghampiri nomor 1.
Kakek 4 menghampiri nenek
nomor 6.
14. 2x8 Dari arah kanan panggung
masuk gerombolan suster
dengan gerak lincah dan
kemayu menghadap kekiri
diawali dengan berdialog.

Nb: arah hadap suster kekiri panggung.


15. 1x8  Hit 1-2 gerakan kaki kanan
diangkat membentuk siku-siku
masih arah hadap kekiri,
kemudian melangkah kedepan
untuk suster nomor 2 dan 4, dan
melangkah keserong kanan
untuk suster 1 dan 3.
 Hit 3-4 gerak badan menunduk.
 Hit 5-8 gerak memutar dengan
tangan kanan diatas dan
menghadap kedepan.

Nb: arah hadap suster nomor 1 dan 3


serong kekanan. Sedangkan suster
2 dan 4 tetap menghadap kekiri.
16. 1x8  Hit 1-2 gerak tangan melambai
kekanan dan kekiri dengan
langkah kaki ke depan.
 Hit 3-4 gerak melambai
dipercepat di tempat.
 Hit 5-6 gerak membungkukkan
badan dengan kaki kanan di
depan.
 Hit 7-8 gerak memutar dan

16
membalik badan.

Nb: suster menghadap kedepan


(penonton).
17. 1x8 Gerak improvisasi suster untuk
mendekati nenek dan kakek.

Nb: arah hadap kedepan (penonton).

18. 27 detik Teriak bergantian nenek-kakek,


dan suster, kemudian maju 3
langkah dan teriak bersamaan.

Nb: arah hadap kedepan (penonton)

17
2. Adegan 1

Aktor : Rahayu sebagai Merry

Yunike Marcella sebagai suster

Penari : Berrar, Lia, Yulinda, Ame

Bentuk gerak : Kontemporer

Jenis Gerak : Langkah kaki

Durasi : 45 detik

Latar Belakang :

Dalam adegan ini penata gerak membuat gerak langkah kaki untuk
menggambarkan suara langkah kaki tokoh Ahmad dalam bayangan Merry.

No. Pola Lantai Hitungan/Durasi Deskripsi


1. 36 detik  Merry yang sedang terbaring di
ranjang kemudian bermimpi dan
mengigau memanggil nama
Ahmad.
 2 orang suster datang dan
menghampiri Merry.
 Salah satu suster keluar setelah
memeriksa keadaan Merry.
2. 2 menit 49 detik Dialog Merry dan suster

3. 5x8 (Gerak Langkah Kaki)


 Segerombolan nenek masuk dari
arah panggung sebelah kiri
dengan suara hentakan kaki,dan
saling berpegangan tangan
dipundak depannya, pada
hitungan 8 terakhir berhenti
ditengah panggung.

Nb: Turun dari tangga sebelah kiri


panggung kemudian berjalan kearah

18
kanan panggung.
4. 1x8  Hit 1-2 badan dibungkukkan
kedepan.
 Hit 3-4 badan diputar ke arah
depan (penonton).
 Hit 5-6 gerak ssssttt (jari
telunjuk ditempelkan di bibir).
 Hit 7-8 kembali ke posisi
semula.

Nb: arah hadap kekanan panggung.


5, 3x8 Berjalan kedepan hingga keluar
panggung dengan langkah
hentak kaki (setiap hitungan 4
dan 8 kaki diangkat secara
bergantian kiri dan kanan)

Nb: arah hadap kekanan panggung.

19
3. Adegan 2

Aktor : Rahayu sebagai Merry

Yunike Marcella dan Afan sebagai suster

Penari : Berrar, Lia, Andika dan Yusuf

Bentuk gerak : Kontemporer

Jenis Gerak : Dansa ala-ala

Durasi : 13 menit

Latar Belakang :

Dalam koreografi di adegan ini penata gerak membuat garapan tari


Dansa Ala-ala sebagai gambaran pada saat tokoh Merry dan Ahmad bertemu.
Dalam gerak Dansa Ala-ala penata gerak menggambil gerak yang terinspirasi
dari gerak salsa yang kemudian dirangsang dengan musik-musik pada era
tahun 1970-an.

No. Pola Lantai Hitungan/Durasi Deskripsi


1. 1 menit 50 detik Dialog Merry dan suster.

2. 4 menit 55 detik Pembacaan surat oleh suster


kemudian dilanjutkan hingga
akhir dialog adegan 1.

Nb: perpindahan suster ketika membaca


surat mengikuti arah anak panah.
3. 2x8 (Gerak Dansa Ala-Ala)
 2 penari masuk dari arah kanan
panggung dan 2 penari masuk
dari arah kiri panggung secara
berpasangan. Kakek menghadap
kanan panggung dan nenek
menghadap kiri panggung.

Nb: kakek dan nenek saling berhadapan.

20
4. 5x8  Hit 1-4 berjalan melangkah
mundur dari arah nenek dengan
posisi tangan saling merangkul,
kedua tangan nenek di leher
kakek dan kedua tangan kakek
merangkul di pinggang nenk.
Pada hitungan ke 4 berhenti dan
menoleh ke depan.
 Hit 5-8 gerak saling mendorong
badan secara bergantian dengan
satu kaki di belakang. Pada
hitungan 8 kaki ditutup.
 Hit 1-8 gerak berjalan memutar
dan mengayun dengan menatap
satu sama lain.
 Hit 1-2 gerak bergandengan
tangan.
 Hit 3-4 gerak kaki maju-mundur
dan bergandengan tangan.
 Hit 5-6 gerak memutar badan
diantara 2 tangan yang
bergandegan.
 Hit 7-8 gerak mendorong kakek
dengan tangan nenek berada di
bahu kakek dengan posisi kaki
depan-belakang.
 Hit 1-2 nenek memutar kekanan
kemudian merangkulkan tangan
kiri di leher kakek. Kakek
merangkel nenek dari belakang
dengan posisi tangan di pinggang
nenek.
 Hit 3-6 gerak mengayun kaki.
 Hit 7-8, pada hitungan ke 7
kakek mengangkat nenek dengan
posisi kaki kanan nenek berada
di pangkal paha kakek sebagai
tumpuan dan kaki kiri nenek
lurus ke samping kiri, tangan kiri
nenek melipat ke pinggang.
Hitungan ke 8 turun ke posisi
saling berdampingan.
 Hit 1-4 nenek berjalan setengah
memutari kakek. Pada hitungan
ke 4 nenek kembali ke posisi di
samping kanan kakek. Tangan
kiri nenek menepuk bahu kakek
dan saling bertatapan.
 Hit 5-8 gerak kaki membuat

21
garis setengah lingkaran.
Hitungan ke 5 tangan kiri nenek
dan tangan kanan kakek saling
berpautan sedangkan tangan
yang lainnya melipat di pinggan
masing-masing. Kaki kanan
nenek dan kaki kiri kakek maju.
Hitungan ke 6 kaki yang maju
membentuk garis setengah
lingkaran. Hitungan ke 7 kaki
yang membentuk garis setengah
lingkaran diangkat dan ditekuk.
Hitungan ke 8 kaki diletakkan
menutup dan pandangan
kedepan.

Nb: arah hadap mengikuti pola gerak


yang telah dijelaskan.
5. 1x8 Gerak menyilang kaki
 Hit 1-2 kaki kiri menyilang dan
kaki kanan melangkah
membuka.
 Hit 3-4 kaki kanan melangkah
dan menyilang kebelakang
kemudian kaki kiri membuka.
 Hit 5-6 gerak melangkah
kedepan.
 Hit 7-8 gerak badan menunduk.
Pada hitungan ke 8 badan
diangkat kembali dan saling
berpautan tangan.

Nb: arah hadap kedepan (penonton).


6. 3x8  Gerak menyilang kaki dan
tangan saling berpautan.
 Hit 1-4 kaki kiri menyilang dan
kaki kanan membuka,
melangkah ke samping kanan.
 Hit ke 5 kaki kanan membuka ke
samping.
 Hit ke 6 kaki kanan membentuk
garis setengah lingkaran ke
depan.
 Hit ke 7 kaki kanan diangkat.
 Hit ke 8 kaki kanan diletakkan di
belakang dan kaki kiri menjinjit
di depan. Pandangan lurus
kedepan dengan kepala sedikit
dinaikkan.

22
 Hit 2x8 selanjutnya gerak
memutar badan dan kemudian
berjalan keluar. Satu pasang
kakek dan nenek keluar melalui
pintu sebelah kanan panggung
dan satu pasang lainnya keluar
melalui pintu sebelah kiri
panggung.

Nb: kakek nenek keluar sesuai arah


anak panah.

23
4. Adegan 3

Aktor : Rahayu sebagai Merry

Singgih sebagai Ahmad

Yunike Marcella sebagai suster

Penari : Rini Sugianti, Afan, Berrar Fachtya, Yulinda, dan


Ame

Bentuk gerak : Kontemporer

Jenis Gerak : Lyrical Dance

Durasi : 5 menit 52 detik

Latar Belakang :

Dalam adegan ke 3 terdapat koreografi lyrical dance yang dimana


gerak tarinya tidak dihitung dengan angka seperti biasanya, melainkan
mengikuti lirik serta musik iringannya. Penata tari menggunakan rangsang
auditif sebagai inspirasi dalam membuat gerak.

No. Pola Lantai Hitungan/Durasi Deskripsi


1. 1 menit 12 detik Dialog Merry, suster dan
Ahmad.

2. 3 menit 10 detik Dialog Merry dengan Ahmad.

3. (Gerak Lyrical)
Jika cinta ini  kaki kiri dan tangan kiri dibuka
kesamping kiri kemudian tangan
kanan menutup, badan
menghadap kekiri.

Adalah  Tangan kanan mengayun


kebawah.

Kehendak Tuhan  Gerak memutar badan

24
Maka Tuhan yang akan  Gerak melipat dan
menyilangkan tangan di dada,
kaki dirapatkan kemudian badan
merendah dan condong kekiri.

Nb: penari 1 dan 2 mengharap serong


kanan dari arah panggung, penari nomor
3 menghadap ke depan (penonton),
penari nomer 4 dan 5 menghadap serong
kiri dari arah panggung.
4. Menyatukan kita  Gerak mengumpul ditengah
membuat lingakran dengan
tangan kanan disatukan dan kaki
kanan didepan.

Nb: arah hadap masuk dalam lingkaran.


5. Bukan antara  Gerak menjatuhkan tangan,
badan dicondongkan kedepan,
kedua tangan lurus ke depan dan
kaki kiri didepan.

Nb: arah hadap saling membelakangi.


6. Tuhanmu (untuk penari 1, 3 dan 5)
 Maju 2 langkah kedepan dengan
tangan naik turun dan kemudian
tangan kanan menunjuk
kebelakang, kaki kiri
membentuk kuda-kuda dan
badan dicondongkan menghadap
kedepan

(untuk penari 2 dan 4)


Dan Tuhanku  Gerak tangan melipat disamping
pinggang kemudian diluruskan
kembali, badan tetap dalam
posisi membungkuk. Kaki
menjinjit secara bergantian
(step) di tempat dan memutar
badan kedepan kembali keposisi
awal.

Nb: arah hadap kedepan (penonton)


7. Tapi Tuhan kita  Gerak memutar badan dengan
tangan kanan diatas, dan kaki
kiri ditekuk membentuk segitiga.

Adalah satu  Tangan kanan menunduk keatas


dengan posisi badan siap dan

25
kepala menghadap keatas.

Ini hanya  Gerak step kaki diikuti dengan


tangan yang mengayun kanan
dan kiri secara bergantian.

Masalah  Gerak kedua tangan condong


kekanan atas dengan tangan kiri
melipat didepan dada, arah
badan beralawanan dengan
tangan.

Pencarian  Gerak mengguling dengan


awalan kaki kiri dan tangan kiri
diangkat, kemudian
menjatuhkan badan dan duduk
memutar, kemudian bangun
dengan posisi setengah berdiri,
kaki kiri membentuk siku-siku.

 Gerak memutar kepala dengan


Yang belum kita kedua tangan kemudian berdiri
temukan dengan menjatuhkan kedua
tangan. Badan dibusungkan
menghadap serong kiri.

 Gerak memutar kedua tangan


Berusahalah mejadi kesamping kanan dan badan
memutar kekanan, tangan dilipat
didepan dada dengan posisi
badan membungkuk, kemudian
tangan dan badan dilempar
kedepan samping kanan.

Nb: arah hadap mengikuti gerak yang


telah dijelaskan.
8. Yang terbaik dan  Gerak improvisasi
akupun akan demikian

Hingga Tuhan akan  Gerak memutar badan dengan


menyatukan kita kedua tangan diluruskan keatas
kemudian membentuk pose dan
pola lantai yang menunjuk ke
belakang (kearah Merry dan
Ahmad).

Nb: penari 1dan 5 pose berdiri(level


tinggi), penari 2 dan 4 pose rendah

26
(level bawah), penari 3 pose setengah
berdiri dengan kaki kanan didepan
membentuk siku-siku.

27
5. Adegan 4

Aktor : Nenek (Berrar, Lia, Ame, Yulinda, Rahayu)

Kakek (Yusuf dan Andika)

Suster (Cella, Rini, Afan)

Ahmad (Singgih)

Merry (Rahayu)

Bentuk gerak : Kontemporer

Jenis Gerak : Non realis

Durasi : 3 menit

Latar Belakang :

Gerak yang diambil dalam koreografi pada adegan ini merupakan gerak
yang terinspirasi dari gerak zombi (mayat hidup) yang konotasinya kaku dan
menyeramkan. Kemudian diisi dengan suara para pemain yang meneriakkan
nama Merry dan Ahmad secara bersahutan sehingga mempergaduh suasana
serta suara tertawa para pemain yang menimbulkan efek mencekam untuk
menambah unsur dramatik sebagai akhir dari pementasan “Menunggu Kereta
Datang”.

No. Pola Lantai Hitungan/Durasi Deskripsi


1. 1 menit 30 detik Dialog Merry dan Ahmad.

Nb: Merry dan Ahmad duduk di


tengah ranjang.

2. 1 menit 10 detik Adegan riuh para pemain yang


disimpulkan gerak improvisasi.

Nb:
 Suster 1 dan 2 duduk
bersampingan menghadap
serong kiri.
 Suster 3 duduk menghadap
kedepan.
 Kakek 1 terbaring ditengah
panggung menghadap kedepan.
 Kakek 2 berdiri disamping
ranjang sebelah kanan

28
 Nenek 1 berdiri di meja sebelah
kiri ranjang.
 nenek 2 duduk di meja sebelah
kanan ranjang.
 Nenek 3 setengah berdiri di
tengah ranjang sebelah kiri
panggung.
 Nenek 4 duduk di tepi ranjang
sebelah kiri panggung
 Merry dan Ahmad terbaring di
ranjang sebelah kanan
panggung.

Keterangan :

: Kakek : Ranjang

: Nenek : Meja

: Suster : level 1x1 dan 2x1 yang didusun


sesuai pada gambar

: Petunjuk arah/transisi

29
C. Musik
C.1. Sumber Penciptaan Musik

Dalam naskah ini, musik dibawakan dengan beberapa bentuk, yaitu musik
yang berbentuk iringan tari, musik ilustrasi, dan musik sebagai rangkaian lagu.

Pada bagian Opening musik ditampilkan dengan diawali suara kereta


yang gemuruh, kemudian disambung dengan koor dan musik iringan tari dengan
beat yang enerjik dan bertempo cepat, menggambarkan sebuah mimpi dan
menjadi pembuka adegan. Musik pada bagian awal ini bernuansa pop/jazz dan
disco, sejenis musik yang sedang berkembang di era 1970-an. Selain itu juga
terdapat musik ilustrasi untuk memperkuat dramatik adegan seperti ilustrasi suara
orang berjalan, ilustrasi musik kristiani, ilustrasi adegan sedih, mencekam dsb.
Dalam naskah ini terdapat 2 lagu. “KEMBALILAH” dan “PENCARIAN”, lagu-
lagu tersebut tetap diisi dan disajikan dengan menghadirkan tarian di dalamnya
sesuai garapan naskah ini yang mengarah pada Sendratasik.

C.2. Penataan Musik


 Opening

Do=F (in D minor)

Musik pada opening ada 3 bagian. Bagian pertama: menggambarkan


suasana mimpi Merry, bagian kedua: mengiringi vokal (koor) yang dinyanyikan
oleh pemain, bagian ketiga: musik untuk mengiringi tari, gerak.

Bagian I

1. Layer Suara Kereta

2. Bass Electric memainkan beat pokok in (D minor)

3. Keyboard, Layer String Voice

4. Biola Improvisasi in (D minor)

5. Saron I, II bermain ritme

6. Keyboard Drum masuk, fill in untuk vokal (KOOR)

Notasi

4/4, do = F

Drum Keyb : Hi- hat, Rhytme Improvisasi, kemudian Beat Unison

30
Keyboard : Dm (Layer String)

Bass : | D | D :}
-__ ==== _= __ - __ ==== -_= __
Saron I : | 6<6< . 6<6<6< . . 6< 66 | 6<6< .6<6<6< . . 6< 6<6< :}
__ ==== -_= __ __ ==== _= __
Sarin II : | 33 . 333 . . 3 33 | 33 .333 . . 3 33 : }
Biola : Staccato, Improvisasi tangga nada D minor

Keterangan : - Instrumen musik masuk menyusul suara kereta

- Dimainkan berulang-ulang sampi fill-in Drum masuk,


sambung Koor

Bagian II

1. KOOR

2. Semua instrument bunyi, mengiringi Vokal

3. Keyboard Drum Beat pelan

4. Biola tremolo

Notasi

Drum Keyboard : Beat pop-Rock, bertempo pelan

Biola : Tremolo { | Dm . . . | Gm . . . | F . . . | A7 . . . | } 2x

Bass/Keyboard : { Dm Gm F A } 2x
_= __ __ __== __
Koor I/Saron I : | . . 6< 1 .3 | 2 .1 2 . | . 1 7<1 . .2 | 3 . . .
|

_= __ __ -__= __
| . . 6< 1 .3 | 2 . 1 2 . | . 1 7<1 . .2 | 3 4 3 .
}

_= __ __ -__== __

31
Koor II/Saron II : | . . 6< 1 .3 | 4 .3 4 . | . 3 23 . .6 | 5/ . .
.|

_= __ __ -__== __
: | . . 6< 1 .3 | 4 . 3 4 . | . 3 23 . .6 | 5/ 6 7
.}

Bagian III

1. Unison Saron, Bass, dan Drum

2. Biola bermain ritme cepat

3. Beat Disco 80an

4. Solo Biola

5. Saron I, II imbal

6. Instrumen lain Jap, dan penuh hentakan.

 Ilustrasi Adegan Merry dan Nenek (Suasana Tegang)

Pola permainan Saron sama seperti Opening bagian pertama

1. Keyboard, Layer Choir in (D minor)

2. Roll Saron, untuk masuk dialog

3. Saron I, II

 Iringan Kakek dan Suster Masuk

Musik iringan kakek dan Suster masuk, adalah musik untuk gerak.
Membangun suasana yang enak untuk bergerak. Bass memainkan tangga nada
D minor, dengan ritme asyik. Saron I, II bermain melodi.

1. Bass Electric masuk, membuat ritme

2. Disusul Saron I, II

Notasi

4/4 do = F (in D minor)

32
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
__
Bass : | 66> 35 66> 35 | 66> 35 66> 35 | 66> 35 66> 35 | 66> 35 66>
35 :}

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
Saron I, II : | 6<6> 6<6< 11 11 | 22 22 33 21 | 6<6< 6<6< 11 11 | 22 22 33 21
:}

Keterangan : - Dimainkan berulang-ulang sampai dialog “Nona-nona, waktunya makan


siang”,
musik berhenti,
- Musik kemudian musik bunyi lagi dimainkan dengan tempo cepat.

 Ilustrasi Adegan “Makan Malam”


1. Aksen Drum, untuk Qyu pemain teriak

2. Suara Kereta

 Ilustrasi Suasana Kristiani (Adegan Merry dan Suster)

Hanya 1 instrumen yang bermain dalam adegan ini, yaitu Keyboard


dengan suara organ gereja. Disini musik menggambarkan suasana kristiani.

1. Improvisasi Keyboard in E Major, voice Organ

 Ilustrasi Ceria (Adegan “…selezat Pizza”)

Suasana ceria adegan ini di dukung oleh suara piano, yang memainkan
solo piano swing 80an. Dinamika piano mengalir, sesuai dialog, dan emosi
pemain.

1. Improvisasi Swing (Keyboard) Voice Piano, in G Major

 Iringan bayangan orang berjalan

1. Keyboard Drum (Floor, Kick, dan Cymbal)

33
 Suasana Horror (Adegan Merry dan Suster)

Ilustrasi suasana horror ini juga sebagai musik transisi adegan pertama
menuju adegan kedua.

1. Keyboard Suasana Horror

2. Bass Electrik memberi aksen

 Musikalisasi Puisi (Adegan membaca Surat)

Suara Piano pelan-pelan masuk (fade in) sebelum suster membaca surat,
untuk memberi nuansa pada adegan ini. Kemudian memainkan tangga nada C
Major bersama Bass dan Biola saat membaca Surat. Ada sedikit lagu pada
adegan ini. Keyboard drum masuk bersamaan dengan Vokal. Setelah bagian lagu
selesai terdapat musik garapan sebagai ilustrasi, melodi pokok dimainkan oleh
saron.

1. Keyboard, Piano Voice in C Major

2. Improvisasi Biola

3. Bass Electric

4. Suster Bernyanyi Drum Masuk

“Berusahalah menjadi yang terbaik, dan akupun akan demikian hingga Tuhan… “

5. Saron dan Biola bermain Tangga nada 2 suara

6. Ilustrasi Puisi (Saron)

7. Semua Instrumen berbunyi

 Lagu “Kembalilah”

Lagu “Kembalilah” menceritakan tentang penantian seorang kekasih yang


telah lama pergi. Lagu ini juga sebagai musik transisi Adegan 3. Lagu ini berirama
6/8 untuk mengiringi tarian (dansa)

34
Notasi

do = F, 6/8

Intro: 6/8

__ __ __ __ __ __
Saron I : | 65 35 32 | 32 12 15 | 6. .. .. |

Setelah Saron I masuk 1 putaran, disusul Unison Saron II, Drum, Bass, Keyboard, dan
Biola dengan notasi yang sama :
__ __ __ __ __ __
| 65 35 32 | 32 12 15 | 6. .. .. | .. . (masuk Lagu)

Lagu:

Gm C F A
Kembalilah… Sayang, ku disini menantimu

Gm C F A
Rasa sepi yang kualami t’lah kehilangan dirimu

Gm C F A
Kurasa kau t’lah kembali disini menemuiku

Gm C Dm
Kurasa kau t’lah kembali disini menemuiku

Dm C G7 Bb A
__ __ __ __ __ __
Coda : . 3 45 | 6 65 . 5 | 4/ 4/ 4 . 4 | 3 .. .. } (UNISON) Semua
Instrumen

35
 Ilustrasi Mengharukan (Adegan Merry dan Ahmad)

Adegan saat Ahmad bercerita tentang kekasihnya. Musik suasana disini di


dominasi oleh suara gesekan Biola dan diberi sentuhan Piano yang mengiringi
dialog dan emosi adegan ini.

1. Keyboard (Piano Voice) dimainkan 4 birama,

2. Kemudian Biola masuk

Notasi

4/4, do = F

Keyboard : | Dm . . . | C . . . | Bb . . . | A . . . :} Di mainkan berulang-


ulang, mengiringi Biola.

Biola (Ntasi Pokok) :

Dm C Bb A Dm C Bb A
__ __ __ __ __
| . 3 1>7 1> 2>1> | 7 . . 7 | 6 . 5 4 | 3 . . 12 | 3 . . . | 2 . . . | 1 . . 7 <6< | 5/ .
..|

Dm C Bb A Dm C Bb
A
__ ==== __ __
| 6< 7 1 . | 2 . . . | 1 7< 6< 1 | 7< . . 3 3432/ | 3 < 6< 1 . | 7< . . 1 23 | 4 . . . | 3
. . . :}

Keterangan : Dimainkan berulang-ulang, sesuai dinamika dialog.

 Lagu “Pencarian”

Pada lagu ini terdapat gerak tari, selain sebagai sajian lagu. Bagian ini juga
menampilkan cerita tentang pencarian Tuhan, lewat tari dan Lagu.

1. Suara Kereta

36
2. Intro Saron I, II

3. Masuk Lagu

Notasi

4/4, do = F

CGm F Gm A Dm
_= -==== _= ==== _= ==== __ __
Intro : | . . . 3 6543 | 4 . . 2 5432 | 3 . . 1 4321 | 2 . 1 7< . 5 | 6 . . . |

Lagu:

Dm C F A

Jika cinta ini adalah kehendak Tuhan, maka Tuhan yang akan menyatukan kita

Dm C F A

Bukan antara Tuhanmu dan Tuhanku, namun Tuhan kita adalah satu

Bb F-Gm A

Reff : Ini hanya masalah pencarian yang belum kita temukan

Bb F Bb Bbm

Berusahalah menjadi yang terbaik dan akupun akan demikian hingga Tuhan…

Dm

Akan menyatukan kita

37
Keterangan : Langsung masuk ilustrasi no 13 (Sambung)

 Ilustrasi Adegan Merry dan Ahmad (Tegang, sedih)

1. Saron I, II bermain tri suara (in D minor)

2. Keyboard (Layer String)

 Ilustrasi Sedih, Adegan Ahmad sesak ( Transisi adegan 4)

Musik ilustrasi pada bagian ini sama seperti music no 11. Perbedaannya,
pada bagian ini, musik memainkan suasan sedih, lebih banyak bermain dinamika,
tempo tidak statis.

1. Piano

2. Biola lebih berimprovisasi

 Ilustrasi Mencekam (Adegan Terakhir)

Musik dengan tempo cepa, berisik, dan dinamis, membangun suasana


adegan sakaratul maut.

1. Suara Kereta

2. Keyboard (string)

3. Bass, member aksen A D#

4. Saron I, II imbal notasi seperenambelas

5. Biola dan Drum Keyboard masuk,

6. Perlahan, musik semakin keruh, suasana mencekam

38
Notasi

4/4,
do = C

Notasi Adegan Terakhir in ( A minor)

Saron I, II (imbal) :

Am D# Am D# Am D#
==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ==== ====
| 67\71> 67\71> 67\71> 67\71> | 67\71> 67\71> 67\71> 67\71> | 67\71> 67\71> 67\71> 67\71> :}

Keterangan : - Dimainkan dinamis, baik tempo maupun keras-lembutnya


- Semakin lama semakin cepat, keras, dan memuncak
- Musik dipatahkan oleh dialog “ Heyyy..!!! Apakah kau juga mau
duluan? KAU PENAKUT!”

Musik penutup : Lagu “KEMBALILAH”

39
D. TATA ARTISTIK
D.1. Dekorasi dan Properti
 Dekorasi
Setiap pertunjukan drama pasti memerlukan tata artistik di desain
sedemikian rupa, sehingga terlihat sangat menarik. Penataan artistik ini sangat
penting hubungannya dengan suatu pertunjukan drama, tata rias dan busana,
seperti tata sinar, setting/dekorasi dan properti. Jika tata artistik tidak
dipersiapkan dengan matang, tentu pertunjukan tersebut akan terlihat kurang
menarik. Tata artistik ini juga merupakan salah satu pengikat daya tarik suatu
pertunjukan yang akan membuat penonton semakin penasaran.
Setting atau dekorasi adalah pemandangan latar belakang (background)
tempat untuk memainkan lakon. Jika lakon dimainkan pada pentas yang kosong,
maka dinding gedung itu adalah dekorasi. Tujuan dekorasi adalah untuk
melingkungi daerah pemain dengan pemandangan yang serasi dan sesuai dengan
lakon.
Setting tempat disebuah kamar rumah sakit tua yang disini tidak terlihat
realis, dan tidak bertembok namun non realis (seperti dunia mimpi). Di kamar
tersebut hanya ada dua buah ranjang tua, meja, dan dibantu dengan pencahayaan
lighting untuk setiap suasana. Desain kamar sendiri dibuat dengan warna seperti
bangunan tua tahun 1970-an.
Alasan pertama yang mendasari pemilihan setting adalah dari konsep
pengkaryaan sutradara yang telah disepakati untuk membuat suasana seperti
dunia mimpi.

 Adegan Opening
Dari keterangan adegan yang tertulis dinaskah, di dalam adegan ini
hanya memanfaatkan dua level untuk menggambarkan adegan mimpi nenek-
nenek dan kakek-kakek. Tetapi untuk penataan, ranjang dan meja sudah
terlebih dahulu tertata berlawanan dibelakang level, lebih tepatnya dibelakang
tirai arena pertunjukan. Level yang pertama berukuran 2m x 1m dan yang
kedua hanya 1m x 1m. Diatas level tersebut terbalut kain putih dan lighting
hanya menggunakan lampu spot yang terfokus pada level yang nantinya akan

40
menggambarkan tokoh Merry sedang bermimpi dan disitu banyak orang-orang
tua seumuran Merry yang berunding lalu lampu blackout.

Gambar Adegan Opening

Keterangan:
: Ranjang
: Meja
: Level

41
 Adegan 1 sampai adegan 4

Adegan satu sampai adegan empat posisi setting hanya ada seditit perubahan
dari adegan opening, hanya saja level out semua dan hanya setting dua ranjang
dan dua meja saja.

Gambar Adegan 1 sampai adegan 4

42
Berikut ini adalah setting ranjang dan dua meja yang digunakan dalam
pementasan Menunggu Kereta Datang.

43
 Properti

Pementasan dapat berjalan dengan baik jika dilengkapi dengan unsur


pendukung seperti setting, properti, lighting, rias dan busana. Properti gunakan
untuk menunjang sebuah pementasan. Meskipun aspek properti terdengar sangat
sederhana namun adanya properti sangat mempengaruhi suatu karya/pementasan,
untuk itu perlu dilakukan pemilihan properti yang tepat dan aman jika digunakan
oleh aktor pada saat pementasan berlangsung.

Dalam pementasan “Menunggu Kereta Datang”penata artistik memilih


beberapa properti antara lain: mangkuk, nampan,sendok,gelas,amplop(surat),obat,
dan keranjang. Pemilihan properti ini sesuai konsep dari sutradara. Propertinay
terdiri dari :

 Nampan besi

 Mangkuk

44
 Gelas kaca

 Sendok

 Surat dan Amplop

45
 Obat

 Keranjang berisi tepung

46
D.2. Rias dan Busana

Tata rias dan busana merupakan elemen penting dalam sebuah seni
pertunjukan. Konsep tata rias yang diangkat dalam karya ini adalah jenis rias
cantik panggung dan rias karakter kakek dan nenek.

Konsep tata rias dan busana mengadopsi dari naskah sutradara yang
mengangkat latar tahun 1970-an yang gaya busananya yang longgar. Untuk
konsep rias wajah disesuaikan dengan masing-masing tokoh. Model busana gaya
1970-an yang identik dengan pakaian longgar ini selain merupakan konsep dari
sutradara dan sesuai dengan naskah, juga mampu memberikan kenyamanan
kepada aktor dan aktris saat bergerak dan berperan.

Dalam karya yang berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini kostum yang
digunakan tidak berseragam, melainkan memiliki motif dan model yang berbeda-
beda. Kostum yang digunakan menyesuaikan tokoh dalam naskah tersebut yaitu
suster, kakek dan nenek. Karya ini mengangkat jenis tema non-realis, jadi ada
beberapa kostum yang menunjukan motif anak-anak / remaja.

I. Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk


mewujudkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada
para pemain diatas panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar.
(RMA. Harymawan, Dramaturgi, 1993 : 134)

Tata rias merupakan salah satu bagian yang penting dalam pertunjukan
untuk memperjelas karakter dan watak suatu tokoh. Misalnya dengan karakter
wanita cantik menggunakan rias cantik halus dengan warna eyeshadow cerah dan
warna bibir cerah, untuk karakter tua bisa menggunakan rias sayu ditambah
dengan kerutan pada wajah tokoh.

Dalam naskah berjudul “Menunggu Kreta Datang” karya Nuril Azizah


ini terdapat 3 karakter tokoh, yaitu : kakek, nenek dan suster.

1. Pemeran wanita berusia lanjut (nenek-nenek) menggunakan riasan wajah


tua tetapi tetap dipercantik dengan eyeshadow berwarna cokelat yang
fungsinya untuk memperkuat bagian mata dan pemerah bibir agar tidak

47
terlalu pucat. Rambutnya dicat warna putih tetapi tidak menyeluruh. Untuk
model rambutnya beragam, ada yang ikal, lurus, diurai dan diikat.

2. Pemeran pria berusia lanjut (kakek-kakek) menggunakan riasan wajah tua,


bagian mata dipertajam dengan eyeshadow berwarna gelap. Rambutnya
dicat warna putih tetapi tidak menyeluruh. Untuk model rambutnya tertata
rapi, ada satu tokoh yang menggunakan assesoris topi.
3. Pemeran suster menggunakan riasan wajah cantik dengan eyeshadow warna
pink dipadukan dengan ungu dan warna bibir merah terang. Model rambut
diurai dan diikat setengah.

48
 Tata Rias Tokoh Merry

Merry adalah seorang perempuan tua keturunan Indonesia-Belanda dengan


usia 60 tahun yang sedang berada di rumah sakit karena sedang menderita sakit
sesak di bagian dada. Diusianya yang sudah tua Merry masih setia menunggu
kekasihnya.

a. Segi psikologis : suka berhayal, setia, penyayang, penyabar, tidak mudah putus
asa, keras kepala, sedikit manja.

b. Segi Sosiologis : keturunan bangsawan, termasuk golongan orang kaya.

c. Segi Fisiologis : wanita berusia 60 tahun, memiliki rambut curly sebahu dan
beruban.

Tata rias tokoh Merry menggunakan jenis rias karakter wanita tua dengan
eyeshadow sedikit lebih terang. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar
tidak terlalu pucat. Rambut di curly agar memberikan kesan bahwa Merry adalah
keturunan bangsawan dan termasuk dalam golongan orang kaya, rambutnya tidak
diikat dan diwarna putih dibagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban.

49
 Tata Rias Tokoh Ahmad

Ahmad adalah seorang laki-laki tua muslim yang berusia 65 tahun yang
sedang berada di rumah sakit karena sedang menderita sakit kepala yang berlebihan.

a.Segi Psikologis : bijaksana, penyabar, berkemauan keras.

b.Segi Sosiologi : seorang pekerja disuatu kantor, termasuk golongan orang yang
sederhana.

c. Segi Fisiologis : laki-laki berusia 65 tahun, rambutnya beruban, bijaksana,


penyabar, berkemauan keras.

Tata rias tokoh Ahmad menggunakan jenis rias karakter laki-laki tua dengan
eyeshadow berwarna coklat. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar tidak
terlalu pucat. Rambut tidak terlalu rapi namun masih tertata dan diwarna putih di
bagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban..

50
 Tata Rias Tokoh Nenek

1. Tata rias nenek di adegan opening sampai adegan 3

Tata rias tokoh nenek menggunakan jenis rias karakter wanita tua dengan
eyeshadow berwarna coklat. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar tidak
terlihat pucat. Gaya rambut diikat tidak terlalu rapi namun tertata dan diwarna putih
di bagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban. Tata rias yang sudah
disebutkan diterapkan dalam adegan opening hingga adegan 3.

51
2. Tata rias nenek di adegan 4

Untuk adegan 4 tata rias untuk karakter nenek rambut sedikit acak-acakan,
bagian mata ditambahkan dengan eyeshadow coklat dan hitam yang diaplikasikan di
bagian lingkar mata, mulai dari bawah garis alis sampai kantung mata untuk
menggambarkan adegan di alam lain (alam kematian).

52
 Tata Rias Tokoh Kakek

1. Tata rias kakek di adegan opening sampai adegan 3

Tata rias tokoh kakek menggunakan jenis rias karakter laki-laki tua dengan
eyeshadow berwarna coklat. Warna bibir coklat dipadukan dengan pink agar tidak
terlihat pucat. Gaya rambut tidak terlalu rapi namun tertata dan diwarna putih di
bagian tertentu untuk menandakan bahwa sudah beruban. Ada salah satu tokoh

53
kakek yang menggunakan assesoris topi. Tata rias yang sudah disebutkan diterapkan
dalam adegan opening hingga adegan 3.

2. Tata rias kakek di adegan 4

Untuk adegan 4 tata rias untuk karakter kakek rambut sedikit acak-acakan,
bagian mata ditambahkan dengan eyeshadow coklat dan hitam yang diaplikasikan di
bagian lingkar mata, mulai dari bawah garis alis sampai kantung mata untuk
menggambarkan adegan di alam lain (alam kematian).

54
 Tata Rias Tokoh Suster
a. Segi Psikologis : penyabar, centil.
b. Segi Sosiologis : seorang pekerja di rumah sakit sebagai perawat.
c. Segi Fisiologis : perempuan berumur 26 tahun.

Tata rias tokoh suster mengunakan jenis rias cantik panggung dengan
eyeshadow warna pink dipadukan dengan ungu untuk melambangkan kasih sayang.
Warna bibir berwarna merah terang untuk melambangkan sifat suster yang centil.
Gaya rambut ada dua macam yaitu diurai dan di ikat setengah. Tata rias yang telah
disebutkan diterapkan dalam agedan opening hingga adegan 3.

Untuk adegan 4 tata rias untuk karakter suster rambut acak-acakan, bagian
mata ditambahkan dengan eyeshadow coklat dan hitam yang diaplikasikan di bagian
lingkar mata, mulai dari bawah garis alis sampai kantung mata untuk
menggambarkan adegan di alam lain (alam kematian).

II. Tata Busana

Busana berasal dari bahasa sansekerta “bhusana” dan istilah yang paling
populer dalam bahasa Indonesia adalah busana yang dapat diartikan sebagai pakaian.
Tata pakaian pentas adalah segala sandang dan perlengkapan yang dikenakan di
dalam pentas. (RMA. Harymawan, Dramaturgi, 1993 : 127)

55
1. Busana yang dikenakan tokoh Merry

 Atasan seperti dress diatas lutut dengan motif agak kekanak-kanakan


 Menggunakan celana kulot coklat muda
 Leher ditutup dengan syal berwarna pink (sedang sakit)

56
2. Busana yang dikenakan tokoh Ahmad

 Kostum atasan menggunakan sweater rajut berwarna cream ditambah kemeja


lengan panjang berwarna coklat muda
 Ditambah dengan syal untuk menutupi leher (sedang sakit)
 Celana bermodel cargo

57
3. Busana yang dikenakan pemeran nenek-nenek

a. Atasan-bawahan bunga-bunga

b. Dress bunga-bunga

58
c. Dress kotak-kotak

d. Dress polkadot kecil-kecil

 Dress bermotif dengan model rok bawah lebar,berlengan panjang/pendek


 Motif bermacam-macam: bunga-bunga, kotak-kotak, dan polkadot
 Model baju tidak semuanya sama :
1. Atas-bawahan bunga-bunga
2. Dress bunga-bunga
3. Dress kotak-kotak
4. Dress polkadot kecil-kecil
 Model rambut diikat tidak terlalu rapi

59
4. Busana yang dikenakan pameran kakek-kakek :
a. Kemeja lengan pendek bermotif

60
b. Sweater motif lengan panjang dan syal coklat

 Model baju tidak semuanya sama :


a. Kemeja lengan pendek bermotif
b. Sweater motif lengan panjang dan syal coklat
 Mengenakan celana cutbray/lurus

61
5. Busana yang dikenakan suster

 Seragam suster berwarna pink dengan panjang bahu ¾ dan panjang baju 2cm
dibawah lutut
 Model seragam suster bersaku sepinggang di bagian kanan dan kiri

62
D.3. Tata Sinar
Tata sinar atau lighting merupakan unsur pendukung dalam sebuah
pementasan apapun termasuk drama. Tata sinar bertujuan untuk membantu
menggambarkan latar suasana maupun latar tempat dalam sebuah pementasan.
Seperti latar suasana senang, sedih, tegang, dan lain-lain. Latar tempat pun dapat
pula digambarkan dengan tata sinar. Misalnya latar tempat di hutan, di laut, di
rumah, dan lain-lain.
Untuk tata sinar atau lighting disetiap adegan hampir semuanya
menggunakan lampu spot,par dan halogen. Lampu spot disini menggambarkan
tembok yang fokus di kedua ranjang. Sedangkan lampu par untuk menambah
ruang depan dan samping kanan kiri bagian derpan. Dan lampu halogen hanya
fokus di pemusik dari awal sampai akhir.
 Adegan opening
Untuk adegan opening, lampu yang digunakan hanya lampu spot
yang terfokus di lavel. Diadegan ini menggunakan satu lampu spot karena
untuk membuat fokus penonton disatu titik fokus saja. Tetapi posisi lampu
halogen tetap terfokus ke pemusik.

 Adegan 1 sampai adegan 3


Adegan satu sampai tiga masih sama hanya menggunakan lampu
spot untuk fokus ke semua bagian kedua ranjang, karena untuk
menggambarkan sebuah ruangan. Lampu par di adegan ini juga untuk
mengisi bagian depan dan samping saat pemain melebihi bagian lampu
spot yang menyorot ke dua ranjang.

 Adegan 4
Di adegan empat ada sedikit perbedaan karena menggunakan
lampu halogen disebelah kanan pintu masuk penonton. Dipilih disebelah
kanan, karena untuk mengiringi kedatangan kereta yang menggambarkan
sudah berada di dunia lain. Lampu ini menggunakan filter yang berwarna
kuning untuk menggambarkan lampu kereta yang telah datang. Selain itu
untuk membuat efek ketika tepung ditaburkan pada saat adegan yang
paling terakhir.

63
D.4. Tata Suara

Dalam pementasan dengan naskah Menunggu Kereta Datang tata suara


yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Biola
2. Bass Electric
3. Keyboard
4. Synyh Keyboard, Efect, Percussion
5. Saron (2)
6. Laptop
7. Kabel Roll, terminal (3)
8. Kabel Line (7)
9. Pick-up Biola
10. Tabuh Saron (2)
11. Ampli (Sound Control) 3
12. Sound Out (Teater Arena)
13. Kabel trs
14. Microphone (3)
15. Kabel Microphone (3)
16. Stand Microphone (3)
17. Mixer (teater Arena)

64
E. Nilai-nilai Pendidikan
Pendidikan karakter menurut Suyanto (2009) adalah sebagai cara berfikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.
Pendidikan karakter memiliki nilai-nilai, yaitu religius, jujur, toleransi, desiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat / komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab.

Dalam pementasan dengan naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang”


terkandung nilai-nilai pendidikan karakter antara lain :

1. Religius
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai religius karena pementasan ini menceritakan tentang kecintaan
seseorang terhadap Tuhannya.
2. Jujur
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai jujur karena tokoh Ahmad mempunyai sifat berani berkata
jujur walaupun dalam situasi apapun.
3. Toleransi
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai toleransi karena pementasan ini menceritakan tentang
perbedaan agama Merry dan Ahmad, namun mereka masih bisa saling
menghargai dan menyayangi.
4. Disiplin
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai disiplin karena tokoh suster memliki sifat yang disiplin dalam
melakukan pekerjaannya.
5. Kerja Keras
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai kerja keras karena para pemain dan pencipta karya seni
Menunggu Kereta Datang bekerja penuh semangat dan tidak mengenal lelah.
6. Kreatif

65
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai kreatif karena para pemain dan pencipta karya Menunggu
Kereta Datang berusaha selalu mencari hal yang menarik dan sekreatif mungkin
dengan dana yang ada dan mengemasnya menjadi indah.
7. Mandiri
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai mandiri karena dalam pementasan Menunggu Kereta Datang
para pemain diminta untuk mandiri mengatur dirinya sendiri pada saat diatas
panggung.
8. Demokratis
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai demokratis karena dalam berproses saling memberi saran dan
menerimanya dengan baik.
9. Rasa Ingin Tahu
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai rasa ingin tahu kerena dalam berproses para pemain dan
pencipta sebi melakukan banyak observasi dan pengamatan untuk mencari tahu
bagaimana peran yang mereka bawakan.
10. Menghargai Prestasi
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai menghargai prestasi karena sifat ini dicerminkan oleh tokoh
suster yang selalu memberikan pujian kepada pasiennya agar bersemangat
kembali.
11. Bersahabat / Komunikatif
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai komunikatif karena dalam proses pementasan saling
menghormati orang lain dan bekerjasama dengan baik.
Dalam pementasan Menunggu Kereta Datang tokoh suster menunjukkan
sikap yang bersahabat dengan pasiennya.
12. Gemar Membaca
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai gemar membaca karena proses pementasan Menunggu Kereta
Datang mendorong untuk selalu membaca agar mendapat pengetahuan yang lebih
terutama membaca naskah.

66
13. Peduli Lingkungan
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai peduli lingkungan karena setting yang digunakan dalam
pementasan Menunggu Kereta Datang menggunakan bahan yang tidak
mencemari lingkungan.
14. Peduli Sosial
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai peduli sosial karena pementasan Menunggu Kereta Datang
berangkat dari fakta yang telah terjadi di masyarakat tentang orang tua (kakek-
kakek dan nenek-nenek).
15. Tanggung Jawab
Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang
mengandung nilai tanggung jawab karena dalam proses pementasan seluruh
pemain dan pencipta mampu bertanggung jawab dengan tugas dan perannya
masing-masing.
Pada tokoh Ahmad yang dengan berani bertanggung jawab akan janjinya
kepada Merry dengan segala resiko yang akan diterimanya.

67
BAB III

DESKRIPSI PENCIPTAAN SENI

A. Drama
Drama berarti melakukan, mengerjakan, berbuat, bertindak. Drama adalah
konflik kemanusiaan yang selalu menguasai perhatian dan minat publik.
(Harymawan 1993). Dalam pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta
Datang yang dikemas dengan bentuk pementasan Sendratasik (Seni drama, tari,
musik) terdapat konsep, proses dan hasil penciptaan seni.
Naskah dengan judul Menunggu Kereta Datang menceritakan Merry
seorang wanita yang sedang menunggu kekasihnya datang untuk memenuhi
janjinya, mereka terpisah karena perbedaan agama yang membuat mereka tidak
bisa dipersatuhkan dalam pernikaha. Kesetiaan Merry menunggu kekasihnya
Ahmad membuatnya tidak menjalin cinta dengan laki-laki lain hingga dia tua
sebuah kamar ruang inap rumah sakitlah mereka dipertemukan kembali tanpa
sengaja, namun ketika Merry mengungkapkan bahwa dia sudah menjadi seagama
dengan Ahmad, mereka dipersatuhkan oleh Tuhan lewat kematian. Naskah
Menunggu Kereta datang ini adalah naskah non realis, karena kematian tidak
diwujudkan secara nyata, namun disimbolkan oleh suara kereta.
1. Gaya Pementasan
Pementasan naskah berjudul Menunggu Kereta Datang ini menggunakan
gaya pementasan Surealisme karena mendapatpengaruh dari berkembangnya teori
psikologi dengan usaha untuk mengekspresikan dunia bawah sadar manusia
melalui simbol-simbol mimpi, penyimpangan watak atau kejiwaan manusia, dan
asosiasi bebas bergaya, dan penonton seolah dibawah ke alam lain atau dunia
mimpi yang terkadang mustahil, tetapi hampir bisa dirasakan dan mungkin pernah
dirasakan oleh semua orang.
2. Jenis Pementasan
Pementasan naskah dengan judul Menunggu Kereta Datang ini dikemas
dalam jenis pementasan Sendratasik (Seni drama, tari dan musik) karena disetiap
adegan pemantasan Menunggu Kereta Datang ada unsur drama, tari, dan musik.

68
3. Struktur Dramatik
Struktur dramatik merupakan bagian dari plot karena didalamnya
merupakan satu kesatuan peristiwa yang terdiri dari bagian bagian yang
memuat unsur-unsur plot.
a. Exposision : adalah penggambaran awal dari sebuah tokoh. Berisi tentang
perkenalan karakter, masalah, masalah yang akan digulirkan. Dalam naskah
berjudul Menunggu Kereta Datang dimulai dengan perwujudan dari mimpi
Merry, disana terdapat nenek-nenek dan kakek-kakek yang sedang berdendang
lalu datang suster-suter yang akan memeberikan makan siang, lalu mereka
semua takut ketika mendengar suara kereta kematian telah datang.
b. Camplication (rising action): mulai terjadi kerumitan atau komplikasi yang
diwujudkan menjadi jalinan peristiwa. Dalam naskah berjudul Menunggu
Kereta Datang Merry semakin menggebuh dan yakin bahwa kekasihnya
Ahmad akan datang dan dia berusaha mencarinya ketika terdengar suara sepatu
lewat didepan kamar rumah sakit.
c. Climax : puncak dari laku lakon dan titik kulminasi mencapai titik. Pada
titik ini semua permasalahan akan terurai dan mendapat penjelasan melalui
laku karakter maupun dialog yang disampaikan oleh peran. Dalam naskah
berjudul Menunggu Kereta Datang Merry dipertemukan lagi oleh kekasihnya
yaitu Ahmad, namun Ahmad sudah pernah menikah karena dijodohkan oleh
pamannya, hal ini membuat Merry kecewa dan marah.
d. Reversal (falling actor) : penurunan emosi lakon. Dalam naskah Menunggu
Kereta Datang Ahmad merasa bahagia karena Merry sudah menjadi Islam
sama sepertinya.
e. Danouement : penyelesaian dari lakon tersebut, baik berakhir dengan
bahagia atau menderita. Dalam naskah Menunggu Kereta Datang Ahmad dan
Merry akhirnya dipersatukan oleh Tuhan lewat jalan kematian.
4. Tipe Naskah Drama
Naskah berjudul Menunggu Kereta Datang ini adalah tipe naskah
melodrama. Melodrama adalah naskah yang isinya mengupas suka duka
kehidupan dengan cara menimbulkan haru kepada penonton. Istilah
melodrama berasal dari bagian dari sebuah opera yang menggambarkan
suasana sedih/romantis dengan iringan musik.

69
Senang : Merry saat menceritakan tentang romantisnya kekasih Merry
kepada suster.
Romantis : Merry dan Ahmad tanpa sengaja dipertemukan lagi disebuah
kamar ruang inap rumah sakit.
Sedih : Merry dan Ahmad dipersatukan oleh Tuhan lewat jalan
Kematian.
5. Penokohan

Unsur penokohan merupakan faktor penting dalam penciptaan cerita.


Tanpa tokoh tidak mungkin terjadi certita dengan segenap peristiwa,
perjuangan, pertentangan,dan berbagai konflik manusia dengan alam sekitar
dan manusia dengan dirinya sendiri. Begitu urgennya fungsi tokoh dalam
cerita sehingga tak pernah ada dalam satu cerita pun yang tidak melibatkan
kehadiran seorang pemeran.
Kenyataannya tokoh cerita, termasuk drama, tidak terbatas diperankan
manusia saja. Kadang-kadang ada yang pelakunya binatang yang merupakn
bentuk simbolisasi tingkah laku manusia (Saleh Saad 1967:123). Namun
demikian tokoh suatu cerita kebanyakan manusia sebab manusia adalah
makhluk yang mempunyai berbagai macam persoalan dan sifat-sifat kejiwaan
(Pradopo 1976:30).
Dalam drama pada dasanya selalu tedapat beberapa jenis pemikiran yang
tidak sama. Pemikiran-pemikiran yang tidak sama itu oleh pengarang
diwujudkan dalam bentuk-bentuk dan watak-watak yang berbeda sehingga
terjadilah penokohan.
Selain itu, akibat hubungan antar pelaku sering menimbulkan konflik, baik
konflik lahir maupun batin, tetapi bukan berarti setiap perbuatan tokoh
menimbulkan konflik. Perbuatan atau perilaku tokoh pada hakikatnya dapat
memperlihatkan watak atau sifatnya. Saleh Saad mengatakan (1967:123)
bahwa watak atau sifat tertentu dapat memberikan alasan mengapa si tokoh
dapat berbuat sesuatu atau tiak berbuat sesuatu. Dalam darma tiap-tiap
perbuatan tidak boleh menyimpang dari sifat dasar yang dimiliki pelaku cerita.
Dengan demikian, perbuatan-perbuatan tersebut harus berkembang sesuai
dengan perkembangan jiwa pelakunya (Pradopo 1976:31).

70
Pendapat dan uraian diatas itulah yang akan dipakai sebagai referensi atas
dasar menganalisis unsur penokohan naskah berjudul Menunggu Kereta
Datang.
a. Merry : Protagonis, karena peran utama yang mempunyai pusat sentral
dari cerita
b. Ahmad : Antagonis, peran lawan yang saling beroposisi dengan tokoh
Protagonis
c. Suster : Deutragonis, tokoh yang berpihak pada tokoh protagonis untuk
mendukung, menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
tokoh protagonis.
d. kakek & nenek : Utility, tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian
cerita.

6. Teknik Pemeranan
Teknik asar pemeranan adalah teknik mendayagunakan peralatan
ekspresipemeran.
a. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan
peran untuk pertama kali memasuki sebuah pentas lakon. (WS. Rendra, 1982.
Tentang Bermain Drama).
 Pada adegan 1 : suster muncul dari kanan panggung sambil berjalan
membawa nampan lalu berdialog.
 pada adegan opening : suster muncul dengan berjialog menuruh makan
siang lalu masuk mendekati nenek-nenek dan kakek-kakek.
b. Teknik Memberi Isi
Teknik memberi isi adalah teknik untuk memberi isi pengucapan dialog-
dialog untuk menonjolkan emosi dan pikiran pikiran yang terkandung dalam
dialog tersebut. (Menurut Rendra (1982)
 Latihan dengan perasaan
 Latihan dengan mengeja kata
 Latihan dengan kalimat

71
c. Teknik Membina Puncak-Puncak
Teknik membina puncak puncak adalah teknik yang dilakukan oleh
pemeran terhadap jalannya pementasan lakon. Teknik membina puncak puncak
yang dilakukan Merry adalah :
Merry mengatakan dialog dengan nada yang lebih tinggi dariAhmad.

Persentase drama dalam pementasan dengan naskah berjudul Menunggu


Datang adalah 40 persen dari keseluruhan hasil pementasan dengan judul
Menunggu Kereta Datang.

72
B. Tari
Penata tari memiliki bahasa gerak sebagai dasar, tetapi tetapi memerlukan
suatu makna analisa isi sehingga ia dapat mengambil gejala pola perilaku
manusia, menghaluskannya, menambah, menyusun variasi, mengambil intisari,
meluaskan, menonjolkan bagian tertentumenurut kebutuhan komposisinya.
Analisa gerak yang paling berguna dan komperensif telah diterangkan oleh
Rudolf Laban dalam buku “Tari Pendidikan Modern” (Modern Educational
Dance) dan “Penguasaan Gerak” ( Mastery of Movements). Messkipun siapa saja
dapat mengacu pada penjelasan tersebut sebagai analisa, dimana dapat
memungkinkan penguraian gerak didalam berbagai kompone, tetapi semua itu
hanya untuk maksud deskripsi. Semua itu bukan penguraian secara ilmiah
sebagaimana dapat dijumpai dalam ilmu-ilmu seperti anatomi, fisiologi,
mekanika, ilmu hayat. Analisa tersebut barangkali lebih dimaksudkan agar
seseorang dengan pengetahuan tentang konsep Rudolf Laban dapat mengamati
dan mendeskripsikan gerak secara terperinci.
Meskipun bermula dari gerak manusia, bayangan gerak tari simbolis dapat
menyebabkan beberapa kemungkinan penafsiran. Dalam batas tertentu akan
tergantung pada sifat penonton yait bagaimana menawarkan penafsiran yang
dapat dijangkau penata tari dalam tariannya. Beberapa penonton mengharapkan
untuk terhibur tanpa banyak berbuat sesuatu atau memerlukan imaji gerak yang
dikenal sebelumnya, sementara yang lain cenderung untuk menikmati secara
lebih mendalam.
Dalam pementasan “Menunggu Kereta Datang” garapannya
menggunakan genre Dramatari yang dimana tidak semua dialog diucapkan, tetapi
juga digerakan melalui bahasa tubuh yang dapat dimengerti dan memiliki maksud
yang jelas dari gerak itu sendiri. Oleh karena itu, bereksplorasi untuk lebih
mengenal tubuh sangat diperlukan supaya dapat mempermudah proses pemain
selama penggarapan. Gerak yang diambil dalam garapan ini adalah gerak yang
berasal dari gerak natural , gerak imitatif dan semi kontemporer, karena dari
cerita naskah yang bersifat non realis sehingga dalam konsep penataan gerak atau
tarinya terlepas dari gerakan tradisi dan lebih kepada pengembangan gerak.
Secara garis besar penata tari banyak menggunakan rangsang visual dan
rangsang audiktif. Dimana penata tari beserta tim melakukan tinjauan langsung
(observasi) mengenai lansia di salah satu panti jompo, serta menggunakan

73
beberapa referensi musik tahun 1970-an untuk membuat gerak tari yang
digunakan untuk melengkapi pementasan. Adapun proses yang dilakukan penata
tari dengan para pemain/penari pendukung pementasan ini, yaitu dengan
melakukan observasi dengan tujuan para pemain/penari dapat lebih menjiwai
karakternya. Kemudian selama proses latihan penata gerak juga membiasakan
untuk melakukan oalah tubuh diawal pertemuan agar tubuh lebih siap untuk
menerima materi gerak yang disampaikan oleh penata gerak.

Persentase tari dalam pementasan dengan naskah berjudul Menunggu


Datang adalah 30 persen dari keseluruhan hasil pementasan dengan judul
Menunggu Kereta Datang.

74
C. Musik
Penggarapan, aransemen, dan penyajian musik dalam naskah “Menunggu
Kereta Datang” dimulai sejak awal perkuliahan PCT 1. Musik secara umum
mengarah dan sesuai dengan konsep Sutradara. Penggarapan musik disini adalah
musik sebagai penyajian Sendratasik, mengarah pada seni Drama, Tari dan
Musik.
Berawal dari mendengarkan, melihat musik-musik iringan tari, konser
music kontemporer, musikalisasi puisi, musik pada era 70, 80an, musik drama,
teater, musik ilustrasi dalam televisi, komposisi musik kontemporer, dan
sebagainya. Secara khusus, penata musik mengacu pada grup musik “Kyai
Kanjeng” yang terkenal dengan gamelan Diatonisnya, musik “Kyai Kanjeng”
juga sangat dinamis. Baik secara genre yang memainkan semua aliran dan jenis
musiknya cenderung pada tahun 80an. Secara musikal, penataan musik pada
naskah ini dipengaruhi oleh grup musik Led Zeppelin, Soneta (Rhoma Irama),
Kyai Kanjeng, dan musik pop-Rock 80an.
Kemudian mulai menyusun, memperkenalkan, dan memberikan materi
musik yang akan digarap kepada semua pemain. Baik sutradara, pemusik,
penyanyi, aktor, dan penari. Penyusunan musik dalam naskah “Menunggu Kereta
Datang” digarap secara bertahap. Dimulai dari seksional oleh para pemusik,
kemudian latihan bersama dengan semua pemain. Setelah materi music,
aransemen, iringan, lagu, dan ilustrasi musik sudah diperkanalkan dan dilatihkan
kepada semua pemain, kemudian latihan secara keseluruhan.

Persentase musik dalam pementasan dengan naskah berjudul Menunggu


Datang adalah 30 persen dari keseluruhan hasil pementasan dengan judul
Menunggu Kereta Datang.

75
D. Tata Artistik

 Dekorasi dan Properti


Dalam persiapan dekorasi pada konsep garapan dengan naskah Menunggu
Kereta Datang ini lebih memilih dan memakai barang yang sudah jadi, seperti
ranjang, meja, kasur busa (matras), bantal, sprei dan selimut. Dari konsep awal
untuk pemilihan setting dikaitkan dengan tema dan nuansa tahun 1970-an yang
disitu dominan warna dan penampilan lebih terlihat vintage.

Pemilihan warna untuk setting dalam naskah Menunggu Kereta Datang ini
cenderung menyesuaikan latar tempat dan waktu yang mengambil tema tahun
1970-an yaitu warna hijau muda yang sedikit gelap. Untuk bahan ranjang atau
tempat tidur memilih ranjang yang terbuat dari besi yang tidak terlalu tinggi
seperti ranjang rumah sakit pada zaman sekarang ini. Bentuk meja juga
menyesuaikan tema yang secara pemilihannya mencari meja yang sesuai tahun
1970-an.

Pada pemilihan properti untuk pementasan “Menunggu Kereta Datang”


menggunakan konsep tahun 1970an dengan setting dan latar rumah sakit, maka
dari itu pemilihan properti menggunakan perlengkapan yang ada dirumah sakit
pada tahun itu. Alat-alat dan perlengkapan rumah sakit pada tahun 70an sangat
berbeda dengan sekarang, baik dari segi warna, material, dan bentuknya.

 Nampan
Nampan besi ini digunakan suster saat membawakan makan siang untuk Merry.
Seperti rumah sakit pada umunya yang menggunakan nampan bermaterial besi.
Nampan besi ini juga menguntungkan saat dibawa oleh suster, karena gelas yg
dibawa tidak mudah goyang sehingga lebih aman daripada nampan plastik.

 Mangkuk
Mangkuk ini digunakan untuk membawa bubur sebagai makan siang Merry.
Mangkuk yang dipilih pun yang berukuran sedang, bermaterial atom warna putih.

76
 Gelas kaca
Gelas kaca dengan bentuk tinggi akan mempermudah pasien untuk
memegangnya. Gilas ini juga banyak digunakan dirumah sakit pada tahun 70an.

 Sendok alumunium
Sendok ini digunakan suster untuk menyuapkan makan siang untuk Merry.
Sendiok yang dipilih juga bermaterial alumunium karena lebih mudah digunakan
daripad sendok plastik.

 Surat & Amplop


Surat yang dibacakan oleh suster ini terbuat dari kertas asturo berwarna putih,
kemudian kertas ini dibuat kusam dengan memberi eyeshadow berwarna coklat
pada bagian dalam dan luar kertas. Kemudian kertas ini dimasukan kedalam
amplop berwarna coklat

 Obat
Obat yang dipilih ini adalah vitamin C berbentuk tablet, mempermudah Merry
dalam menelannya. Obatnya pun dimasukan kedalam tempat kecil supaya terlihat
jelas oleh penonton.

 Keranjang

Keranjang ini digunakan untuk tempat tepung yang dibawa oleh makhluk-
makhluk di alam lain. Mereka masuk stage sambil menaburi tebung guna untuk
membuat suasana semakin mencekam dan memperkuat suasana dialam lain.

 Rias dan Busana


Konsep tata rias dan busana mengadopsi dari naskah sutradara yang
mengangkat latar tahun 1970-an yang gaya busananya yang longgar. Untuk
konsep rias wajah disesuaikan dengan masing-masing tokoh. Model busana gaya
1970-an yang identik dengan pakaian longgar ini selain merupakan konsep dari
sutradara dan sesuai dengan naskah, juga mampu memberikan kenyamanan
kepada aktor dan aktris saat bergerak dan berperan.

77
Dalam karya yang berjudul “Menunggu Kereta Datang” ini kostum yang
digunakan tidak berseragam, melainkan memiliki motif dan model yang berbeda-
beda. Kostum yang digunakan menyesuaikan tokoh dalam naskah tersebut yaitu
suster, kakek dan nenek. Karena karya ini mengangkat jenis tema non-realis,
maka ada beberapa kostum yang menunjukan motif anak-anak / remaja.
Pemilihan motif dan model dari setiap kostum berlatar belakang dari
konsep sutradara yaitu mengangkat tema busana tahun 1970-an yang identik
dengan full motif dan longgar.
Proses mempersiapkan busana yaitu dimulai dengan mencari gambaran
model busana dan gaya berbusana pada tahun 1970an dengan referensi dari
berbagai sumber. Kemudian melakukan pencarian bahan untuk busana suster dan
membuat desain yang sesuai dengan konsep awal yaitu berlatar belakang tahun
1970-an. Teknik dalam mempersiapkan kostum/busana yaitu dengan meminjam ,
membeli dan membuat. Dalam meminjam dan membeli, pemilihan kostum tetap
disesuaikan dengan konsep. Ada satu kostum yang dijahit dengan desain sendiri
yaitu kostum suster.
Tata rias dan busana memiliki fungsi sebagai pengenal atau ciri khas dari
masing-masing tokoh dalam sebuah pemeranan. Untuk penentuan konsep tata rias
dimulai dengan melakukan observasi di sebuah yayasan untuk lansia. Konsep tata
rias menggunakan rias cantik untuk suster pada umumnya dan make up karakter
tua dengan menambahkan kerutan di beberapa bagian wajah.

 Tata Sinar
Tata sinar atau lighting dalam pertunjukan Menunggu Kereta Datang
disetiap adegan hampir semuanya menggunakan lampu spot,par dan halogen.
Lampu spot disini menggambarkan tembok yang fokus di kedua ranjang.
Sedangkan lampu par untuk menambah ruang depan dan samping kanan kiri
bagian derpan. Dan lampu halogen hanya fokus di pemusik dari awal sampai
akhir.

78
E. Nilai-nilai Pendidikan

Dalam pementasan dengan naskah berjudul “Menunggu Kereta Datang”


terkandung nilai-nilai pendidikan karakter baik dalam proses penciptaan karya
seni maupun nilai-nilai yang terkandung dalam naskah dan pengemasannya.
Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut antara lain :

1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Menghargai Prestasi
11. Bersahabat / Komunikatif
12. Gemar Membaca
13. Peduli Lingkungan
14. Peduli Sosial
15. Tanggung Jawab

79
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perkembangan konsep hingga proses penciptaan dapat


disimpulkan bahwa, dalam proses Penciptaan Seni I ini bertujuan melatih
mahasiwa untuk berpikir kreatif dan menemukan hal baru selama proses
pengkaryaan. Selain hal itu dalam proses mahasiswa diajarkan cara bekerja sama
dalam kelompok dan menghargai setiap pendapat. Pertunjukan Menunggu Kereta
Datang ini mengandung pesan moral tentang kehidupan manusia. Sebagai
manusia tidaklah kita mencintai sesuatu terlalu berlebihan, karena segala sesuatu
yang datang dari Allah kelak akan kembali pada-Nya. Tidak hanya demikian,
pertunjukan ini juga mengajarkan kesetiaan dan juga menepati segala sesuatu
yang telah dijanjikan kepada orang lain.

B. Saran

Untuk menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,


kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjaelaskan tentang
laporan diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung
jawabkan.

80
DAFTAR PUSTAKA

Iswantara, Nur, Drama Teori dan Praktik Seni Peran,Media Kreatif: Yogyakarta,
2016.

Harymawan, RMA., Dramaturgi, Rosda, Bandung, 1993.

Santoso, Eko, Seni Teater jilid 1, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Santoso, Eko, Seni Teater jilid 2, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

81
LAMPIRAN

A. NASKAH

MENUNGGU KERETA DATANG


Karya : Nuril Azizah

Sinopsis :
Dia sudah datang!. Apakah kau mau duluan?. Kau penakut!.

ADEGAN 1

SALAH SATU RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT. TERDAPAT SETTING


DUA RANJANG TEMPAT TIDUR. HANYA MERRY YANG SEDANG TIDUR
DIATAS RANJANG.

1. Merry : (mengigau)
Kau kembali..kekasihku kembali, cintaku ada disini, pegang tanganku,
jangan pergi sayang..jangan..
2. Suster : (lembut)
Nona Merry bangun waktunya makan siang.
3. Merry : (kesal)
Suster kenapa kamu membangunkanku, aku sedang bertemu dengan
kekasihku dan kamu membuatnya pergi lagi.
4. Suster : (tegas, tetap lembut)
Maaf nona Merry, aku tidak bermaksud membuat kekasihmu pergi.
Sekarang waktunya jam makan siang, nona harus makan supaya cepat
sembuh dan bisa bertemu lagi dengan kekasih nona.
5. Merry : (sewot)
Suster aku bosan dengan sayur, bahkan rasanya aku hafal, tidak terasa
asin, tidak terasa manis, apalagi gurih.

82
6. Suster : (mantap, meyakinkan)
Mungkin karena nona Merry sedang sakit, jadi lidah nona tidak dapat
merasakan betapa lezatnya makan siang ini. Makan dulu ya nona supaya
cepat sembuh.
7. Merry : (bersemangat bertanya, penasaran)
Apa benar suster? . apakah selezat pizza yang dijual toko besar sebelah
kanan perempatan depan sana?.
8. Suster : (lembut, mencoba meyakinkan)
Rasanya jauh lebih lezat. Nona makan dulu supaya cepat sembuh.
9. Merry : (lembut mencoba meyakinkan)
Suster, adakah yang lebih lezat dari pizza itu suster?. Suster bohong ya?.
Suster belum pernah pergi kesana dan menikmati pizza?. Meskipun
terakhir kali aku makan pizza lezat itu sudah 30tahun yang lalu, aku masih
ingat betul lezatnya.. saat itu hujan deras seperti siang ini, hanya aku dan
kekasihku yang menjadi pelanggan di toko itu. Kekasihku basah kuyup
karena dia memberikan jaketnya untuk melindungiku dari air hujan.
Hanya kami yang sedang menunggu pesanan. Kami duduk di meja pojok
dekat jendela. Kekasihku kedinginan dan menggigil. Tangannya yang ada
diatas meja mulai pucat, aku sentuh tangannya dan kuberi hangat
tanganku. Dia tersenyum kecil sangat manis sekali suster. Lalu dia....
10. Suster : (membujuk, meyakinkan, lembut)
Wah nona critanya bagus sekali, sekarang makan dulu ya.
11. Merry : (tidak menghiraukan, mengingat, sedih)
Lalu dia mengelus rambutku, dan memberikan kecupan dikeningku.
Seolah itu bertanda bahwa aku harus menunggunya, sampai hari ini pun
aku sedang menunggunya suster.
12. Suster : (tegas)
Nona makanannya akan dingin kalau tidak segera dimakan!.
13. Merry : (bersuara pelan, meyakinkan suster)
Ssssttttt....suster diam jangan berisik. Aku mendengarnya. Dia sudah
datang suster.

TERDENGAR SUARA KAKI. SEGEROMBOLAN BAYANGAN YANG


MEMILIKI SUARA KAKI MASUK KEDEPAN AREA PANGGUNG.

83
14. Merry : (tergesa-gesa)
Ya..aku ingat betul suara sepatunya ketika dia berjalan. Suster..suster
cepat bantu aku, aku akan menyambutnya di depan pintu. Aku tidak mau
dia kecewa.. cepat suster.
MERRY MENCOBA TURUN DARI RANJANG, KARENA TERGESAH-
GESAH DAN BADANNYA YANG MASIH LEMAS, MERRY TERJATUH DARI
RANJANG.

15. Merry : (kesakitan)


Aaaaahhhhh suster...
16.Suster : (kaget, menolong Merry)
Nona, pelan-pelan. Ada yang sakit nona?
17. Merry : (masih berusaha berlari)
Ayo cepat suster, kekasihku datang.

ADEGAN 2
MERRY DIBANTU OLEH SUSTER BERJALAN MENDEKATI PINTU DAN
MELIHAT KELUAR KAMAR.
18. Suster : (sabar, penasaran)
Dimana kekasihmu nona?.
19. Merry : (sedih, percaya diri)
Ahmad..ahmad dimana kamu?.
20. Suster : (tegas)
Sudah ayo kembali ketempat tidur dan makan.
21. Merry : (berjalan menuju tempat tidur, marah)
Kamu ini sangat berisik suster, lihat sekarang kekasihku sudah pergi lagi.
Apakah kau tidak tau suster, betapa hatiku sangat merindukannya. Kamu
tidak tau bagaimana rasanya aku mengingat dan menyimpan suara
sepatunya ketika dia berjalan. Suaranya keetika tertawa, wangi
parfumnya, hangat tangannya. Kamu terlalu berisik sehingga dia pergi lagi
meninggalkanku, tapi kali ini tanpa sepucuk surat.
22. Suster : (lembut dengan rasa sayang)
Nona, kekasihmu bukan pergi lagi, tapi memang belum datang.

84
23. Merry : (tenang, sedih)
Belum datang? Belum datang ya suster?. Ya benar, ternyata dia belum
datang.
(mengambil surat dibawah bantal)
Suster kekasihku menitipkan surat ini pada bocah kecil untukku. Dia akan
datang, sama seperti janjinya disurat ini. Sekarang mataku sudah rabun ya? .
tulisannya terlihat samar, mungkin karena kertasnya sudah lama. Maukah kau
membacakan untukku suster?
(memberikan suratnya pada suster)
24. Suster : (membaca dengan tenang)
Untukmu Merry kekasihku, jika cinta ini ada karena kehendak Tuhan,
maka tuhan yang akan menyatuhkan kita. Bukan antara Tuhanmu dan
Tuhanku namun Tuhan kita adalah satu. Ini hanya masalah pencarian yang
belum kita temukan. Berusahalah menjadi yang terbaik dan akupun akan
demikian hingga Tuhan akan menyatuhkan kita, bukan lewat agamamu
atau agamaku, Tuhan punya berjuta rencana. Dengan surat ini aku pamit
untuk pergi, jangan berfikir aku akan menyerah, namun ada suatu
pekerjaan yang menugaskanku harus pergi jauh. Kekasihmu Ahmad.
25. Merry : (meyakinkan)
Lalu dia pergi, dan sampai sekarang dia belum kembali. kamu baca sendiri
kan suster? Dia akan kembali. dia menulis bahwa kita akan dipersatukan
oleh Tuhan.
26. Suster : (lembut)
Nona Merry mungkin kekasihmu sedang mencarimu, jadi kamu harus
sembuh.
27. Merry : (sedih)
Aku selalu bertanya pada Tuhan disetiap doaku, kapan Tuhan akan
menyatukan sepasang kekasih seperti aku dan Ahmad, yang terpisah
bukan hanya oleh jarak namun juga oleh keyakinan.
28. Suster : (lembut, meyakinkan)
Nona harus sabar, mungkin Tuhan sedang menguji cinta nona.
30. Merry : (sedih)
Cintaku selalu aku jaga suster, tapi entahlah dengan Ahmad. Terkadang
aku sangat ragu dengan cintanya. Seiring berjalannya waktu, rambutku

85
yang mulai memutih, gigiku yang mulai habis, kulitku yang mulai keriput,
ragaku mulai lelah, bahkan mataku yang kini sudah tidak awas lagi untuk
melihat senyum kecil diwajahnya.
31. Suster : (tegas, mantap)
Nona, sudahlah! Makan siangnya sudah mulai dingin. Ayo makan dulu!.
32. Merry : (sambil melamun, dan mengunyah makanan)
Rasanya hambar
(tidak mau makan lagi)
33. Suster : (lembut)
Nona minum obat ya, setelah itu nona bisa tidur.

ADEGAN 3

MERRY MENURUTI PERINTAH SUSTER TANPA BERKATA SEDIKITPUN,


HANYA ESKPRESI SEDIH DAN MENANTI YANG ADA DIWAJAHNYA,
SETELAH ITU MERY TERTIDUR.
SUSTER MENGANTARKAN PASIEN BARU YANG AKAN RAWAT INAP
DISAMPING RANJANG TIDUR MERRY.

34. Merry : (mengigau)


Kamu kembali, kekasihku telah kembali, cintaku ada disini, pegang
tanganku, jangan pergi..jangan pergi sayang.jangan..
35. Suster : (membangunkan)
Nona Merry.. nona Merry, sudahlah nona, nona hanya mengigau.
36. Merry : (kesal, marah)
Suster, kenapa suster selalu membuat kekasihku pergi lagi. Aku bukan
mengigau, aku sedang dipertemukan oleh Tuhan dengan kekasihku lewat
mimpi, mungkin mimpi ini jalanku dari Tuhan untuk bisa menatap
wajahnya.
37. Suster : (sabar)
Maaf nona, oh ya.. mulai sekarang nona tidak sendiri lagi, akan ada yang
menemani nona. Tuan perkenalkan ini nona....

86
38. Merry : (mempalingkan pandangan, tegas)
Suster aku ingin melanjutkan tidurku!.
39. Suster : (lembut)
Baik nona, selamat beristirahat.
DIAM-DIAM MERRY MEMPERHATIKAN PASIEN BARU YANG SEDANG
DUDUK DIATAS RANJANG.

40. Merry : (penasaran, tetap sewot)


Kenapa tuan sampai berada disini?, Kelihatannya tubuh tuan sangat segar
bugar?, Tuan ini berasal dari mana?, Bau parfum tuan?.
41. Ahmad : (tegas)
Sudahkah nona mengajukan pertanyaan?. Begini nona, saya menderita
sakit dikepala, ada yang menyumbat dikepala saya, sakitnya sangat
mengganggu saya, setiap kali saya memikirkan.. SANG KEKASIH.
Saya berasal dari jauh, datang untuk menepati janji pada sang kekasih.
42. Merry : (penasaran)
Wahh.. kekasih? dimanakah istri tuan? Dia pasti senang melihat tuan telah
datang.
43. Ahmad : (sedih,menyesal)
Saya adalah laki-laki yang dirundung pilu, setiap saat saya dihantui rasa
bersalah, rinduh selalu membayangiku,. Aku takut untuk melepaskan
rinduku pada kekasih, karena aku masih mencari. Mencari keyakinan
tentang Tuhan yang membuat kita akan bersatu.
44. Merry : (semakin penasaran, ragu-ragu)
Tuan, suaramu? Helai nafasmu?. Kau mengingatkanku pada kekasih yang
sudah lama aku tunggu untuk kedatangannya. Laki-laki muslim yang
pergi dengan berpamitkan sepucuk surat dititipkan lewat anak kecil, tepat
waktu aku selesai beribadah didepan gereja.
45. Ahmad : (penasaran, tegas)
Nona, siapakah namamu?.
46. Merry : (malu-malu)
Panggil saja saya Merry, lalu tuan sendiri?.
47. Ahmad : (kaget,tegas,penasaran)

87
Merry? Benarkah kau Merry? Wanita cantik berambut panjang yang ada
dipikiranku?, kau Merry?.
48. Merry : (sewot, marah)
Janganlah tuan mencoba merayuku, ribuan rayuanpun tak mampu
menggoyahkan keyakinanku, tentang kekasihku, AHMAD!. Aku
menunggu dan dia akan datang. Tuan ini siapa berani sekali tuan
berkata demikian.
49. Ahmad : (mempertegas, penasaran)
Kau Merry?, Wanita yang berdebad denganku tentang keyakinan?, Merry
yang... (merasakan sakit dikepala) ahhh...rasanya sakit sekali.

MERRY MENCOBA MENOLONG AHMAD. MERRY DAN AHMAD


MEMATUNG.

50. Koor : (bernyanyi dan menari)


Jika cinta ini adalah kehendak Tuhan, maka Tuhan yang akan
menyatuhkan kita. Bukan karena Tuhanmu dan Tuhanku namun Tuhan
kita adalah satu. Ini hanya masalah pencarian, yang belum kita temukan.
Berusahalah menjadi yang terbaik dan akupun akan demikian hingga
Tuhan akan menyatuhkan kita.
51. Ahmad : (kembali bergerak)
Bukan lewat agamaku atau agamamu, tapi Tuhan punya berjuta rencana.
52. Merry : (kesal, marah)
Bagaimana kau tau isi surat dari kekasihku? Kau mencurinya ketika aku
tidur?.
53. Ahmad : (sedih meyakinkan)
Apakah kau lupa dengan mataku ini?. aku datang untuk menyatuhkan
cinta kita.
54. Merry : (menangis, kesal)
Kalau benar kau Ahmad?, mengapa kau begitu tega membiarkanku
menunggu hingga aku tak cantik lagi. Apa yang kau lakukan?
(MENJALIN CINTA DENGAN WANITA LAIN LAH) menjalin cinta
dengan wanita lain?.
55. Ahmad : (menyesal sedih)

88
Maafkan aku Merry, aku tidak bermaksud membuatmu menunggu, aku
sedang mencari keyakinan didalam hatiku tentang agama kita. Aku tak
pernah sedikitpun menghianati hatimu Merry, akupun sama menunggu
untuk memelukmu. Kau tetap cantik sama seperti terakhirkali aku
melihatmu dari kejauhan, kau menitikan air mata sambil membaca
suratku.
56. Merry : (menangis)
Seperti sepucuk suratmu, bahwa ini adalah masalah pencarian yang belum
kita temukan, dan aku sudah menemukannya sekarang Ahmad. Tidak kah
kau merasa bahagia?.
57. Ahmad : (tegas)
Lalu apa yang kau temukan ? (MUNGKIN LAKI-LAKI LAIN) laki laki
lain?.
58. Merry : (marah)
Begitukah kau menilaiku Ahmad?. Aku disni terus menunggu. Tak
satupun laki-laki ada dihatiku kecuali namamu. Serasa otakku ini sudah
terjangkit virus, setiap saat kau berputar (BERPUTAR, BERPUTAR,
BERPUTAR) disini.
(menunjuk kepala).
59. Ahmad : (menjelaskan dengan tenang, sedih)
Waktu itu, setelah 5 tahun aku mengirim surat untukmu, dan memulai
kehidupan baru, jauh dari kamu dan kenangan kita. Pamanku yang
merawatku sejak kecil, membawakan seorang gadis kerumah. Pamanku
mulai mengatakan niatnya membawa gadis itu untuk dijodohkan
denganku. Besar harapan pamanku. Saat itu aku hanya percaya pada jalan
Tuhan. Atas nama pamanku aku menerima dia menjadi istriku, tapi tak
sedikitpun aku berbagi kasih dengannya. Aku melihat selalu dihantui rasa
bersalah, pikiranku selalu saja mengangan-angan tentangmu, aku takut
untum menemuimu. Setelah 2 tahun pernikahan kami, Tuhan memberi
jalan dia untuk kembali kepadaNya. Selama ini aku selalu memikirkanmu
Merry, percayalah padaku, aku minta maaf.
60. Merry : (menangis)
Pergilah Ahmad!. Jangan pernah kau kembali!. sebaiknya memang kau
tidak usah kembali. biar aku dirundung pilu penantian pantang tanpa

89
kepastian hingga Tuhan memanggilku, bukan dalam luka hati yang seperti
ini. Ahmad lalu apalah arti pencarian ini jika kita tidak dapat bersatu?.

61. Ahmad : (tegas, menjelaskan)


Karena pencarian ini akan mendekatkan kita pada Tuhan, agar kita lebih
mengenal Tuhan. Sama halnya seperti suratku, jika memang Tuhan yang
memberikan rasa cinta kita maka Tuhan yang akan menyatuhkan kita.

ADEGAN 4

DENGAN RAUT PANDANGAN KOSONG MERRY MENITIHKAN AIR MATA.


PELAN-PELAN MERRY MERASAKAN SAKIT DIJANTUNGNYA, DAN
KESAKITAN.

62. Merry : (sesak nafas, terbatah-batah)


Ahmad, dadaku semakin sesak.
63. Ahmad : (meyakinkan, lembut, panik)
Berbaringlah, kau kenapa Merry?.
64. Merry : (lembut)
Aku baik-baik saja, Ahmad, aku hanya sedikit terkejut.
65. Ahmad : (kesakitan, memegang kepala)
Ahhh... sakit..
66. Merry : (panik)
Kau kenapa Ahmad?, Berbaringlah aku akan membantumu. (merasa sesak
nafas) aahh.. Ahmad, nafasku semakin sesak.
67. Ahmad : (memerintah, panik, lembut)
Merry berbaringlah juga disampingku, tanganmu tidak berbedah. Aku
mencintaimu Merry. Maafkan aku telah membuatmu menunggu laki-laki
sepertiku.
68. Merry : (nafas terbata-bata, lembut, penuh kasih)

90
Ahmad akupun sangat mencintaimu. Meskipun ini telah melukai hatiku.
(merasakan sesak nafas). Aku akan menunggu cara Tuhan menyatuhkan
kita. Ahmad tahukah kamu aku telah menjadi muslim sama sepertimu.
69. Ahmad : (tenang, tegas)
Kau sudah mencarinya !, Merry aku mencintaimu, keretaku sudah datang.
Pegang erat tanganku Merry.
70. Merry : (tenang, lembut)
Ahmad aku mencintaimu, keretakupun sudah datang. Aku memegang erat
tanganmu.

TERDENGAR BUNYI KERETA KEMATIAN. MERRY DAN AHMAD SALING


MENATAP DAN MENGHELAIKAN NAFAS TERAKHIR, CINTA MEREKA
DIPERSATUKAN OLEH TUHAN LEWAT KEMATIAN.

SELESAI.

91
B. Susunan produksi

 Konseptor
1. Sutradara : Nuril Azizah
2. Penata gerak : Rini Sugianti
3. Penata musik : Bilal Ihsanul
4. Penata rias dan busana : Berrar Fachtya
5. Penata setting : Galih Wahyu
6. Penata properti : Yunike Marcella
 Aktor
1. Merry : Rahayu
2. Ahmad : Singgih
3. Suster : Yunike, Rini, Andhika, Afan
4. Kakek : Galih, Bilal, Yusuf
5. Nenek : Nuril, Berrar, Lia, Ame, Yulinda
 Pemusik
a. Galih
b. Bilal
c. Andris
d. Kukuh
e. Ardhan
 Tim Produksi
1. Pimpro : Yunike
2. Stage Manager : Zulva
3. Sekretasis : Berrar
4. Bendahara : Rini
5. Perlengkapan : Galih dan Bilal
6. Lighting : Deva dan Ridho
7. Crew Panggung : Reni, Ilham, Rais, Ipang, Dinda, Dimar
8. Crew Make Up : Lutfi, Vita, Arrini, Rinda
9. Konsumsi Latihan : Lia dan Andhika
10. Konsumsi Hari H : Wulan

92
C. Jadwal Latihan

Sabtu, 7 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Reading, olah tubuh,
Tombo Ati musik opening
Minggu, 8 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik -

Rabu, 11 Oktober 2017 20.00 – 22.00 WIB Halaman Belakang Penggarapan opening
Gedung Sendratasik
Sabtu, 14 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB BPSTW Kasongan Observasi ke Panti Jompo

Minggu, 15 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Penggarapan opening

Rabu, 18 Oktober 2017 20.00 – 22.00 WIB Halaman Belakang Adegan 1


Gedung Sendratasik
Sabtu, 21 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Adegan 1 & penggarapan
Tombo Ati musik
Minggu, 22 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 1

Rabu, 25 Oktober 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 2

Sabtu, 28 Oktober 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Adegan 2 & penggarapan
Tombo Ati musik
Minggu, 29 Oktober 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 2

Rabu, 1 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 3

Sabtu, 4 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik & Adegan 3 & penggarapan
Tombo Ati musik
Minggu, 5 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 3

Rabu, 8 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 4

Sabtu, 11 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 4 & penggarapan
musik
Minggu, 12 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Adegan 4

Rabu, 15 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Sabtu, 18 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Minggu, 19 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Rabu, 22 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Sabtu, 25 November 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

93
Minggu, 26 November 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Rabu, 29 November 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Sabtu, 2 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Teater arena Pemantapan adegan 1-4

Minggu, 3 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Pemantapan adegan 1-4

Rabu, 6 Desember 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Cut to cut

Sabtu, 9 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Cut to cut
Minggu, 10 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Gedung Kuliah Umum Cut to cut
Rabu, 13 Desember 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Cut to cut
Sabtu, 16 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Minggu, 17 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Rabu, 20 Desember 2017 20.00 – 22.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Sabtu, 23 Desember 2017 10.00 – 13.00 WIB Teater arena Run 3x
Minggu, 24 Desember 2017 19.00 – 21.00 WIB Lobby Sendratasik Run 3x
Rabu, 27 Desember 2017 20.00 – 23.00 WIB Teater arena Run

94
D. Anggaran / Dana
 Pemasukan

Iuran Harian @1.000 selama 80 hari = Rp 80.000,-

Iuran Tambahan @270.000 x 6 orang= Rp 1.620.000,- +

Total Rp 2.100.000,-

 Pengeluaran

No. Kegunaan Nominal

1. Konsumsi Latihan, Gladi Resik, dan Rp 896.000,-


Hari H

2. Setting dan Properti Rp 415.800,-

3. Rias dan Busana Rp 600.000,-

4. Sewa mobil pick up Rp 150.000,-

Total Rp 2.061.800,-

Sisa Uang Rp 38.200,-

*Keterangan: Sisa uang digunakan untuk biaya fotocopy


dan jilid Laporan Pertanggungjawaban.

95
E. Dokumentasi

 Opening

96
 Adegan 1

97
 Adegan 2

98
 Adegan 3

99
 Adegan 4

100
101

Anda mungkin juga menyukai