Anda di halaman 1dari 16

Nama : Amalia Nur Apriliani

Prodi : Keperawatan 3A

Mata Kuliah : KMB 1

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi :


COPD/PPOK/PPOM
1. Jelaskan definisi, etiologi serta tanda dan gejala dari COPD/PPOK/PPOM!
2. Apa saja jenis penyakit yang masuk ke dalam kategori COPD/PPOK/PPOM?
3. Buat pathway dari penyakit COPD/PPOK/PPOM sampai menemukan masalah
keperawatan!
4. Buat data mayor dan minor secara subjektif dan objektif dari masalah keperawatan yang
ditemukan di nomor 3 merujuk pada referensi yang dibaca dan buku SDKI!
5. Buat Intervensi keperawatan (dengan urutan observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi) dari masalah keperawatan yang ditemukan merujuk pada buku referensi yang
dibaca serta buku SIKI!
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
A. Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merujuk pada beberapa hal yang menyebabkan
terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru-paru. PPOK dapat terjadi sebagai
hasil dari peningkatan resistansi sekunder terhadap edema mukosa bronkus atau kontraksi
otot polos. Hal tersebut juga bisa disebabkan oleh penurunan kelenturan (elastic recoil)
→ kemampuan mengempiskan paru dan menghembuskan napas secara pasif, serupa
dengan kemampuan karet kembali seperti bentuk semula setelah direnggangkan.
Penurunan kelenturan dapat dibayangkan sebagai pita karet yang lemah dan telah
direnggangkan melebihi batas kemampuannya, sehingga akan berakibat penurunan
kemampuan paru untuk mengosongkan diri.

B. Etiologi
Merokok adalah risiko utama terjadinya PPOK. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam
rokok menstimulasi produksi mukus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan
inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus. Faktor risiko lain :
 Perokok pasif
 Polusi udara
 Riwayat infeksi saluran napas saat kanak-kanak
 Keturunan
 Paparan polusi industri di tempat kerja

C. Gejala
 Batuk obstruktif
 Penurunan toleransi latihan
 Mengi
 Sesak dan ekspirasi memanjang
 Terdapat banyak sputum dan infeksi paru

Jenis Penyakit yang Masuk ke Dalam Kategori COPD/PPOK/PPOM


A. Bronkitis Obstruksi Kronis
Bronkitis obstruksi kronis merupakan akibat dari inflamasi bronkus, yang merangsang
peningkatan produksi mukus, batuk kronis, dan kemungkinan terjadi luka pada lapisan
bronkus. Bronkitis kronis ditandai dengan hal sebagai berikut :
 Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar submukosa pada bronkus utama yang
menyebabkan peningkatan produksi mukus.
 Peningkatan jumlah sel goblet yang dapat juga memproduksi mukus.
 Terganggunya fungsi silia, sehingga menurunkan pembersihan mukus.
B. Emfisema
Emfisema adalah gangguan yang berupa dinding alveolus mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut menyebabkan ruang udara terdistensi secara permanen. Emfisema
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler paru, serta penurunan perfusi dan
ventilasi oksigen lebih jauh. Tiga tipe emfisema adalah :
 Emfisema sentriasiner atau sentrilobuler adalah tipe yang paling sering,
menyebabkan kerusakan di bronkiolus, biasanya di bagian atas paru. Alveolus
masih utuh, paling sering terjadi pada perokok.
 Emfisema panasiner menghancurkan seluruh alveolus dan biasanya melibatkan
bagian bawah paru. Penyakit tipe ini biasnya ditemukan pada klien dengan
defisiensi AAT. Emfisema parasiner fokal juga dapat ditemukan pada bagian
dasar paru perokok dengan bentuk sentriasiner.
 Emfisema paraseptal (asiner distal) utamanya melibatkan struktur saluran napas
bawah, duktus alveolus, dan kantong alveolus.

Pathway dari penyakit COPD/PPOK/PPOM

MK: Defisit Nutrisi


Data Minor dan Mayor
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d. Sekresi yang Tertahan d.d. Sputum Berlebih

Data Mayor
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) Batuk tidak efektif
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi
kering
Data Minor
Subjektif Objektif
Dispnea Gelisah
Sulit bicara Sianosis
Ortopnea Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah

Defisit Nutrisi b.d. Ketidakmampuan Mengabsorbsi Nutrien d.d. Berat Badan Menurun

Data Mayor
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) Berat badan menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal.
Data Minor
Subjektif Objektif
Cepat kenyang setelah makan Bising usus hiperaktif
Kram/nyeri otot abdomen Otot mengunyah lemah
Nafsu makan menurun Otot menelan lemah
Membran mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebihan
Diare

Gangguan Pertukaran Gas b.d. Penyempitan Saluran Udara Secara Periodik d.d. PO₂ Menurun

Data Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea PCO₂ meningkat/menurun
PO₂ menurun
Takikardia
pH arteri meningkat/menurun
Bunyi napas tambahan
Data Minor
Subjektif Objektif
Pusing Sianosis
Penglihatan kabur Diaphoresis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/ireguler, dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis. pucat,
kebiruan)
Kesadaran menurun

Intoleransi Aktivitas b.d. Ketidakseimbangan Antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen d.d.
Pernapasan Meningkat

Data Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh lelah Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
Data Minor
Subjektif Objektif
Dispnea saat/setelah aktivitas Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
Merasa tidak nyaman setelah Gambaran EKG menunjukkan
beraktivitas aritma saat/setelah aktivitas
Merasa lemah Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
Sianosis

Pola Napas Tidak Efektif b.d Pola Napas Abnormal d.d. Sesak

Data Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (mis. takipnea,
bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stroke)
Data Minor
Subjektif Objektif
Ortopnea Pernapasan pursed-lip
Pernapasan cuping hidung
Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
Ventilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan ekspirasi menurun
Tekanan inspirasi menurun
Ekskursi dada berubah

Intervensi Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d. Sekresi yang Tertahan d.d. Sputum Berlebih

 Intervensi utama
1) Latihan Batuk Efektif
 Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Pantau adanya retensi sputum
 Pantau tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Pantau input dan output cairan (salah jumlah dan sumber)

 Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum

 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam hidung selama 4 detik, selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan pemerintahan tarik napas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3

 Kolaborasi
 Kolaborasi mempersembahkan mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu
2) Manajemen Jalan Napas
 Observasi
 Pantau pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Pantau bunyi napas tambahan (mis. Berdeguk, mengi, menangis,
ronkhi kering)
 Pantau dahak (jumlah, warna, aroma)

 Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma serviks)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan waktu kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu

 Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml / hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif

 Kolaborasi
 Kolaborasi mempersembahkan bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3) Pemantauan Respirasi
 Observasi
 Pantau frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan perluasan paru
 Auskultasi bunyi napas
 Pantau saturasi oksigen
 Pantau nilai AGD
 Monitor hasil temuan x-ray toraks

 Terapeutik
 Atur interval waktu respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan

 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Informasikan hasil udara, jika perlu

 intervensi pendukung
1) Fisioterapi Dada
 Observasi
 Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada (mis. hipersekresi
sputum, sputum kental dan tertahan, tirah baring lama)
 Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada (mis. eksaserbasi PPOK
akut, pneumonia tanpa produksi sputum harus berlebih, kanker
paru-paru)
 Monitor status pernapasan (mis. kecepatan, irama, suara napas, dan
kedalaman napas)
 Periksa segmen paru yang mengandung sekresi berlebihan
 Monitor jumlah dan kanker sputum
 Monitor toleransi selama dan setelah prosedur

 Terapeutik
 Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukkan sputum
 Gunakan bantal untuk membantu pengaturan posisi
 Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan
selama 3-5 menit
 Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
 Lakukan fisioterapi dada setidaknya dua jam setelah makan
 Hindari perkusi pada tulang belakang, ginjal, payundara wanita,
insisi, dan tulang rusuk yang patah
 Lakukan penghisapan lendir untuk mengeluarkan sekret, jika perlu

 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
 Anjurkan batuk segera setelah prosedur fisioterapi dada
 Anjurkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi dada

Defisit Nutrisi b.d. Ketidakmampuan Mengabsorbsi Nutrien d.d. Berat Badan Menurun

 Intervensi utama
1) Manajemen Nutrisi
 Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

 Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi

 Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

2) Promosi Berat Badan


 Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum

 Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien ( mis. Makanan
dengan tekstur halus, makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total perenteral
nutritition sesui indikasi)
 Hidangkan makan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang
dicapai

 Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namuntetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

 Intervensi pendukung
1) Konseling Nutrisi
 Observasi
 Identifikasi kebiasaan makan danperilaku makan yang akan diubah
 Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara regular
 Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, tekanan darah,
kenaikan berat badan, dan kebiasaan membeli makanan

 Terapeutik
 Bina hubungan terapeutik
 Sepakati lama pemberian waktu konseling
 Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis
 Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan
 Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan gizi (mis.Usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan,
penyakit)
 Edukasi
 Informasikan perlunya modifikasi diet (mis. penurunan atau
penambahan berat badan, pembatasan natrium atau cairan,
pengurangan kolesterol)
 Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet yang
diprogramkan

 Kolaborasi
 Rujuk pada ahli gizi, jika perlu

Gangguan Pertukaran Gas b.d. Penyempitan Saluran Udara Secara Periodik d.d. PO₂ Menurun

 Intervensi utama
1) Pemantauan Respirasi
 Observasi
 Pantau frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan perluasan paru
 Auskultasi bunyi napas
 Pantau saturasi oksigen
 Pantau nilai AGD
 Monitor hasil temuan x-ray toraks

 Terapeutik
 Atur interval waktu respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan

 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Informasikan hasil udara, jika perlu
2) Terapi Oksigen
 Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor cara alat terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodik dan manfaatkan fraksi yang
diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
 Monitor tingkat kerusakan akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa akibat akibat pemasangan oksigen

 Terapeutik
 Bersihkan rahasia pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap memberikan oksigen saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien

 Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

 Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan / atau tidur

 Intervensi pendukung
1) Edukasi Berhenti Merokok
 Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Terapeutik
 Sediakan materi dan media edukasi
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya

 Edukasi
 Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin (mis. sakit kepala, pusing,
mual, dan insomnia)
 Jelaskan gejala berhenti merokok (mis. mulut kering, batuk,
tenggorokan gatal)
 Jelaskan aspek psikososial yang mempengaruhi perilaku merokok
 Informasikan produk pengganti nikotin (mis. permen karet,
semprotan hidung, inhaler)
 Ajarkan cara berhenti merokok

Intoleransi Aktivitas b.d. Ketidakseimbangan Antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen d.d.
Pernapasan Meningkat

 Intervensi utama
1) Manajemen Energi
 Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

 Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

 Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

 Intervensi pendukung
1) Terapi Oksigen
 Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor cara alat terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodik dan manfaatkan fraksi yang
diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
 Monitor tingkat kerusakan akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa akibat akibat pemasangan oksigen

 Terapeutik
 Bersihkan rahasia pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap memberikan oksigen saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien

 Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

 Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan / atau tidur

Pola Napas Tidak Efektif b.d Pola Napas Abnormal d.d. Sesak

 Intervensi utama

1) Manajemen Jalan Napas


 Observasi
 Pantau pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Pantau bunyi napas tambahan (mis. Berdeguk, mengi, menangis,
ronkhi kering)
 Pantau dahak (jumlah, warna, aroma)

 Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma serviks)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan waktu kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu

 Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml / hari, jika tidak kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif

 Kolaborasi
 Kolaborasi mempersembahkan bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

 Intervensi pendukung

1) Pemberian Obat Oral


 Observasi
 Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
(mis. gangguan menelan, nausea/muntah, inflamasi usus,
peristaltik menurun, kesadaran menurun, program puasa)
 Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
 Periksa tanggal kedaluwarsa obat
 Monitor efek terapeutik obat
 Monitor efek lokal, efek sistemik dan efek samping obat
 Monitor risiko aspirasi, jika perlu
 Terapeutik
 Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute,
dokumentasi)
 Berikan obat oral sebelum makan atau setelah makan, sesuai
kebutuhan
 Campurkan obat dengan sirup, jika perlu
 Taruh obat sublingual di bawah lidah pasien

 Edukasi
 Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan,
dan efek samping sebelum pemberian
 Anjurkan tidak menelan obat sublingual
 Anjurkan tidak makan/minum hingga seluruh obat sublingual larut
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat secara
mandiri

*Beberapa intervensi tidak terdapat kolaborasi dikarenakan tidak ada dalam buku SIKI refrensi.

Sumber :
1. Buku M.Black, Joyce, Hokanson Hawk, Jane. Elsevier. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi ke 8-buku ke 3.
2. Buku PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
3. Buku PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
4. https://id.scribd.com/doc/307044521/Pathway-PPOK

Anda mungkin juga menyukai